Laporan Atsiri
Laporan Atsiri
Disusun oleh:
Nanda Rohiatna
J1E112074
Kelompok VI
PRAKTIKUM IV
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI
DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron, L.)
KELOMPOK VI
Mengetahui,
Asisten
(Muhamad Iqbal
Fadillah)
PERCOBAAN IV
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI
DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron, L.)
I.
TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat memahami prinsip
dan dapat melakukan isolasi minyak atsiri dari daun kayu putih (Melaleuca
leucadendron, L.) beserta analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapis
tipis.
jorong atau lanset, dengan panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung dan
pangkal daun runcing, tepi rata dan tulang daun hampir sejajar. Permukaan
daun berambut, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan, daun bila
diremas atau dimemarkan berbau minyak kayu putih. Perbungaan majemuk
bentuk bulir, bunga berbentuk seperti lonceng, daun mahkota warna putih,
kepala putik berwarna putih kekuningan, keluar di ujung percabangan. Buah
panjang 2,5-3 mm, lebar 3-4 mm, warnanya coklat muda sampai coklat tua
(Krisnaningrum, 2011).
Tanaman kayu putih merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
atsiri, biasanya diambil daunnya yang merupakan bagian tumbuhan yang dikenal
dengan kandungan minyak atsiri. Daun kayu putih (Melaleuca leuncandendra l)
ini mengandung minyak atsiri yang terdiri atas sineol, alfa-terpienol,
valeraldehida, dan benzaldehida. Minyak atsiri dalam tanaman ini sering disebut
minyak kayu putih yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti
anti septic dan bakteri, Insektisida dan vermifuge, decongestant dan expetorant,
kosmetik dan tonik, perangsang dan sudororific, analgesik, panas, dan anti sakit
saraf (Krisnaningrum, 2011).
terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) serta
beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan
belerang (S). Pada umumnya sebagian besar minyak atsiri terdiri dari
campuran
persenyawaan
golongan
hidrokarbon
dan
hidrokarbon
dari 55%. Komponen utama dalam minyak kayu putih adalah sineol, yang
kadarnya mencapai 50-65%. Senyawa ini terdapat pada sejumlah besar
minyak atsiri, bahkan sineol terdapat dalam 260 jenis minyak atsiri. Sineol
(1,8- Cineole) sebagai komponen utama minyak kayu putih memiliki rumus
C10H18O, senyawa tersebut dikenal dengan nama bermacam-macam seperti
Cajeput hydrate, Cajuputol, dan Cajeputol (Widiyanto & Mohamad, 2014).
Minyak kayu putih (cajuput oil, oleum-melaleuca-cajeputi, atau oleum
cajeputi) dihasilkan dari hasil penyulingan daun dan ranting kayu putih (M.
leucadendra). Minyak atsiri ini dipakai sebagai minyak pengobatan, dapat
dikonsumsi per oral (diminum) atau, lebih umum dibalurkan ke bagian tubuh.
Khasiatnya adalah sebagai penghangat tubuh, pelemas otot, dan mencegah perut
kembung. Komposisi dalam pembuatan minyak kayu putih adalah : oleum
cajeputi 100% (Krinaningrum, 2011).
MS. Dan sebanyak 120 gram kelompok jahe yang lain dikeringkan dengan
dipanaskan pada oven suhu 50oC selama 5 hari selanjutnya disebut sampel B,
lalu diiris tipis melintang setelah itu didestilasi Stahl selama 6 jam. Untuk
memperoleh data kuantitatif minyak atsirinya. Selanjutnya minyak atsiri hasil
destilasi dianalisis dengan GC-MS (Supriyanto & Bambang, 2012).
Sebagian besar minyak atsiri diperoleh dengan cara penyulingan atau
hidrodistilasi. Kelemahan hidrodistilasi antara lain adalah kemungkinan
hilangnya komponen-komponen minyak atsiri karena larut dalam air.
Penggunaan temperatur yang tinggi pada proses hidrodistilasi akan
menyebabkan komponen-komponen yang sensitif terhadap panas akan mudah
rusak sehingga kualitas minyak atsiri yang dihasilkan menjadi rendah. Selain
itu, hidrodistilasi membutuhkan energi yang cukup besar. Namun, mengingat
proses dan peralatan yang digunakan cukup sederhana, hidrodistilasi masih
menjadi pilihan untuk mendapatkan minyak atsiri dari berbagai tumbuhan
penghasil minyak atsiri (Supardan dkk, 2009).
2.4 Kromatografi Lapis Tipis
Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi
molekul-molekul komponen diantara dua fase (fase gerak dan fase diam)
yang kepolarannya berbeda. Apabila molekul-molekul komponen berinteraksi
secara lemah dengan fase diam maka komponen tersebut akan bergerak lebih
cepat meninggalkan fase diam. Keberhasilan pemisahan kromatografi
bergantung pada daya interaksi komponen-komponen campuran dengan fase
diam dan fase gerak (Hendayana, 2010).
Kromatografi lapis tipis adalah metode kromatografi cair yang paling
sederhana. Pada Kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas serupa
dalam hal fase diamnya berupa lapisan tipis dan fase geraknya mengalir
karena kerja kapiler. Perbedaannya dalam sifat dan fungsi fase diam. Pada
KLT, fase cair lapisan tipis (tebal 0,1-2 mm) yang terdiri dari bahan padat
yang dilapiskan kepada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat
dari kaca, tapi dapat pula terbuat dari pelat polimer atau logam. Lapisan
melekat kepada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya
CaSO4 atau amilum (pati) (Gritter, 1991).
Penjerap/fase diam
Penjerap yang paling sering digunakan pada KLT adalah silica dan
serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi-desorpsi yang utama pada
KLT adalah partisi dan adsorbsi
2.
3.
4.
Pengembangan
Teknik pengembangan KLT dan KLT kinerja tinggi yaitu konvensional,
pengembangan 2 dimensi, dan pengembangan kontinyu.
5.
Deteksi
(Rohman, 2009).
KLT digunakan secara luas untuk analisis solut-solut organik terutama
dalam bidang biokimia, farmasi, klinis forensik, baik untuk analisis kualitatif
dengan cara membandingkan nilai Rf solute dengan nilai Rf senyawa baku
atau untuk analisis kualitatif. Penggunaan umum KLT adalah untuk
menentukan banyaknya komponen dalam campuran, identifikasi senyawa,
memantau berjalannya suatu reaksi, menentukan efektifitas pemurnian,
menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta untuk
memantau kromatografi kolom, melakukan screening sampel untuk obat
(Sudjadi, 2007).
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu yaitu
fase diam dan fase gerak. Fase diam menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen
yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen
yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Semua
kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi
cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir
melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam
campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang
berbeda Proses kromatografi juga digunakan dalam metode pemisahan
komponen gula dari komponen non gula dan abu dalam tetes menjadi fraksifraksi terpisah yang diakibatkan oleh perbedaan adsorpsi, difusi dan eksklusi
komponen gula dan non gula tersebut terhadap adsorbent dan eluent yang
digunakan (Sudjadi, 2007).
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu batang pengaduk,
chamber, corong kaca, corong pisah, erlenmeyer 250 ml, gelas beker 500 ml,
gelas ukur 10 ml, oven, pipa kapiler, pipet tetes, seperangkat alat destilasi uap
dan air, statif, UV 254 nm dan 366 nm, dan vial.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan praktikum kali ini yaitu aluminium foil,
aquades, etil asetat, n-heksan, kertas saring, dan 200 gram daun kayu putih
yang telah dirajang.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Destilasi Daun Kayu Putih
200 gram daun kayu putih
Dirajang tipis
Dimasukkan ke
destilator
dalam
labu
Aquades
Ditambahkan
sebanyak
2/3
volume labu destilator (hingga
mencapai setengah dari pipa
destilator)
Dilakukan proses destilasi selama
kurang lebih 2 jam
Destilat
Fase minyak
Hasil
3.2.2 Pengaktifan Plat
Plat KLT
Hasil
3.2.3 Pembuatan Eluen
7 ml n-heksana
3 ml etil asetat
Hasil
3.2.4 Penjenuhan Chamber
Eluen
Kertas saring
Hasil
3.2.5 Penotolan
Plat KLT
atas 0,5 cm
Diletakkan diatas pola tersebut.
Fase minyak
Fase air
Hasil
sudah jenuh
Ditutup chambernya
Dibiarkan terelusi sampai batas
atas
Hasil
3.2.7 Pengamatan
Noda yang terpisah karena disinari
UV 254 nm dan 366 nm
Diamati jaraknya
Digambar
Dihitung nilai Rf dari tiap noda
pada plat
Hasil
4.1 Hasil
No
.
1.
Perlakuan
Keterangan
Menimbang simplisia
daun kayu putih
2.
Memasukkan ke
dalam alat destilasi
3.
Menambahkan
aquades 2/3 volume
panic destilator dan
melakukan destilasi
kurang lebih 4 jam.
Memasukkan juga
aquades melalui
tabung dialat
destilator sampai
tabung berisi
setengahnya
Dokumentasi
4.
Menampung hasil
destilat
5.
Memasukkan dalam
corong pisah
6.
Memisahkan minyak
atsiri dan air dalam
corong pisah,
didiamkan hingga
terbentuk 2 lapisan
7.
Memisahkan bagian
minyak dan bagian
air, memasukkan
dalam vial
8.
9.
Destilat yang
diperolehs ebanyak
1200 mL
Mengaktifkan plat
silika gel yang
digunakan sebagai
fase diam KLT dalam
oven suhu 1050C
selama 30 menit
perbandingan
n-heksan dan etil
asetat (7:3)
10.
Menjenuhkan
chamber dengan
menggunakan kertas
saring. Dilakukan
penotolan fase
minyak & fase air
pada KLT
11.
Melakukan proses
elusi sampai tanda
batas
12.
mL
254 nm
366 nm
Perhitungan 254 nm
Fase minyak :
Fase air :
Rf = Jarak noda
Rf = Jarak noda
Jarak eluen
Jarak eluen
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Gritter, J.R. 1991. Kromatografi. Penerbit Institut Teknologi, Bandung.
Hendayana, S. 2010. Kimia Pemisahan. Penerbit Rosda, Bandung.
Krisnaningrum, W. 2011. Pengambilan Minyak Atsiri Daun Kayu Putih
(Melaleuca leucadendron L.) dengan Metode Destilasi Air di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Tawangmangu. Laporan Kegiatan Magang Tugas Akhir. Surakarta.
Rohman, A. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Sudjadi. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Supardan, M.D., Ruslan, Satriana, Normalina A. 2009. Hidrodistilasi Minyak Jahe
(Zingiber officinale Rosc.) Menggunakan Gelombang Ultrasonik. Reaktor.
12(4): 239-244
Supriyanto dan Bambang C. 2012. Perbandingan Kandungan Minyak Atsiri antara
Jahe Segar dan Jahe Kering. Chem. Prog. 5(2): 81-85
Widiyanto, A dan Mohamad S. 2014. Sifat Fisikokimia Minyak Kayu Putih Jenis
Asteromyrtus brasii. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 32(4): 243-252
V. Pembahasan
Praktikum ini berjudul Isolasi dan Identifikasi Komponen Minyak
Atsiri Dari Daun Kayu Putih (Melaleuca leucadendron, L.). Tujuannya adalah
dapat memahami prinsip dan dapat melakukan isolasi minyak atsiri dari daun
kayu putih (Melaleuca leucadendron, L.) beserta analisis kualitatif dengan
metode kromatografi lapis tipis. Daun kayu putih yang digunakan adalah daun
yang dikeringkan lalu dipotong kecil-kecil.
Tumbuhan Kayu Putih memiliki banyak manfaat bagi kesehatan
karena tumbuhan ini dapat dikategorikan sebagai tumbuhan obat. Yang sering
digunakan sebagai obat adalah dari kulit dan daunnya sedang penggunaannya
biasanya dijadikan ramuan. Untuk penggunaan ramuan Kayu Putih dalam
bentuk kemasan biasanya pada saat melakukan perjalanan jauh atau untuk
menghangatkan tubuh pada musim dingin. Selain itu bisa juga digunakan
untuk mengatasi orang yang sedang mengalami mabuk perjalanan dan
berbagai masalah kesehatan lainnya. Selain itu, minyak kayu putih dapat
mengobati penyakit seperti demam, flu, batuk (Guenther, 2006).
Minyak atsiri adalah senyawa mudah menguap yang tidak larut di dalam
air yang berasal dari tanaman. Minyak atsiri dapat dipisahkan dari jaringan
tanaman melalui proses destilasi. Proses ini jaringan tanaman dipanasi dengan
air atau uap air. Minyak atsiri akan menguap dari jaringan bersama uap air yang
terbentuk atau bersama uap air yang dilewatkan pada bahan. Campuran uap air
dan minyak atsiri dikondensasikan pada suatu saluran yang suhunya relatif
rendah. Hasil kondensasi berupa campuran air dan minyak atsiri yang sangat
mudah dipisahkan kerena kedua bahan tidak dapat saling melarutkan
(Hasbullah, 2001).
Percobaan ini menggunakan cara destilasi atau penyulingan. Destilasi
atau penyulingan adalah suatu pemurnian senyawa oganik cair dimana suatu
proses yang didahului dengan penguapan senyawa cair, lalu uap diembunkan
dan akan kembali mncair. Prosesnya yaitu larutan diuapkan pada alat uap yang
kemudian mengental dan kembali menjadi cairan. Kromatografi adalah metode
pemisahan komponen dalam suatu sampel dimana komponen didistribusikan
diantara dua fase, yaitu fase gerak dan fase diam. Fase gerak adalah fase yang
membawa cuplikan, dan fase diam adalah fase yang menahan cuplikan secara
efektif.
Cara kerja yang pertama dalam percobaan ini yaitu menimbang 200 gr
daun kayu putih yang sudah dikeringkan sebelumnya. Setelah ditimbang, daun
kayu putih selanjutnya diremas-remas menjadi ukuran yang lebih kecil dan
dimasukkan kedalam labu desilator. Ditambahkan aquades sebanyak 2/3 dari
volume labu desilator (mencapai setengah dari pipa desilator) lalu dilakukan
proses destilasi selama 4 jam. Destilat yang diperoleh ( 1200 ml) kemudian
ditampung didalam Erlenmeyer 250 ml yang ditutup dengan aluminium foil dan
dipindah kedalam corong pisah untuk memisahkan campuran minyak dan air.
Setelah terpisah antara mnyak dan air, minyak yang didapat dimasukkan ke
dalam vial.
Selanjutnya yaitu mengaktifkan plat KLT, plat KLT dimasukkan
kedalam oven dengan suhu 105 C - 110 C selama 30 menit. Tujuan dari
pengaktifan plat KLT yaitu untuk mengaktifkan adsorben dan agar molekulmolekul air yang terikat pada plat hilang, karena jika dalam plat masih
mengandung molekul air, maka plat tidak bisa aktif. Setelah plat KLT
diaktifkan, selanjutnya membuat eluen (fase gerak). N-heksan sebanyak 7 ml
dan etil asetat 3 ml dicampur dalam gelas beker lalu diaduk dengan batang
pengaduk. Didapat 10 ml eluen non polar n-heksan : etil asetat (7:3). Eluen
yang dibuat dimasukkan dalam chamber sampai tingginya 0,5 cm. dimasukkan
kedalam chamber kertas saring yang sudah dipotong dengan panjang melebihi
chamber, dan chamber ditutup sampai kertas saring terbasahi sampai keluar.
Selama proses penjenuhan, chamber harus dijaga jangan sampai chamber
tersentuh atau dipindahkan. Jika selama penjenuhan, chambernya tersentuh atau
dipindah maka akan mempengaruhi proses penjenuhan, karena saat eluen mulai
naik dan membasahi seluruh kertas saring maka akan turun kembali.
Penjenuhan ditandai dengan kertas saring yang berada dalam chamber sudah
terbasahi seluruhnya.
Plat KLT yang sudah diaktifkan digambar polanya pada kertas dengan
batas bawah 1 cm dan atas 0,5 cm. fase minyak ditotolkan setipis mungkin
menggunakan pipa kapiler paa bagian kanan dan fase air ditotolkan pada bagian
kiri. Setelah penotolan selesai, plat KLT dimasukkan kedalam chamber yang
sudah jenuh lalu ditutup dan dibiarkan terelusi sampai batas atas. Diamati noda
pada UV 254nm dan 366 nm, diamati jaraknya, digambar lalu dihitung nilai rf
dari tiap nod pada plat. Didapat hasil perhitungan nilai rf yaitu untuk fase
minyak nilai rf nya 0,69 dan nilai rf dari fase air adalah 0,68.
VI. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1.
Minyak atsiri adalah senyawa mudah menguap yang tidak larut didalam
2.
3.