Anda di halaman 1dari 78

KONSERVASI TANAH DAN AIR

PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT


(Elaeis guineensis Jacq.) PT SARI LEMBAH SUBUR,
PELALAWAN, RIAU

ZENYFERD SIMANGUNSONG
A24061052

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN

ZENYFERD

SIMANGUNSONG.

Konservasi

Tanah

dan

Air

pada

Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT Sari Lembah Subur,


Pelalawan, Riau. (dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA)

Magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan baik teori maupun


teknis, pengalaman lapang, keterampilan kerja dalam pengawasan dan
administrasi kegiatan kebun serta sebagai bahan perbandingan antara teori yang
didapat di kuliah dengan praktik langsung di lapangan dalam budidaya tanaman
kelapa sawit. Selain itu, untuk mengetahui secara khusus upaya peningkatan
produktivitas lahan dan sumber daya air pada kelapa sawit melalui kegiatan
konservasi tanah dan air di kebun. Magang telah dilaksanakan di PT Sari Lembah
Subur 2 (SLS 2), PT Astra Agro Lestari Tbk, Kabupaten Pelalawan, Provinsi
Riau. Kegiatan magang berlangsung selama empat bulan, mulai tanggal 15
Februari 2010 sampai dengan 15 Juni 2010.
Kegiatan magang dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data
sekunder yang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Data
primer akan diambil dengan bekerja langsung di lapangan mulai dari karyawan
harian, pendamping mandor hingga pendamping asisten atau kepala afdeling. Data
yang berkaitan dengan konservasi tanah dan air diperoleh dari survei pelaksanaan
kegiatan konservasi kebun. Data sekunder diperoleh dengan menelaah pustaka
dan arsip kebun yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan.
Wilayah SLS 2 mempunyai iklim tipe A (sangat basah) menurut
perhitungan Schmidth-Ferguson. Jumlah curah hujan 2 430 mm dengan 95 hari
hujan dalam setahun serta memiliki sembilan bulan basah dan satu bulan kering.
Wilayah kebun inti I (Kampar) khususnya afdeling OS terdiri atas 48.1% tanah
mineral, 33.6 % tanah pasir, dan 17.5 % gambut. Tanah pasir sulit untuk
menangkap air dan unsur hara sehingga diperlukan tindakan konservasi untuk
memperbaiki struktur tanah ini. Aplikasi pupuk kandang dan tandan kosong akan
membantu memperbaiki daya serap tanah dan menambah unsur hara tanah itu
sendiri. Tandan kosong kelapa sawit juga akan memacu pertumbuhan akar

tanaman pada saat diapliksikan sebagai mulsa. Rorak dan bangunan air pada
umumnya bermanfaat untuk memanen air hujan, menampungnya serta membuat
air menjadi lebih banyak tersedia bagi tanah. Rorak dan bangunan air juga
bermanfaat mengubah run-off menjadi perkolasi pada tanah. Bulan kering biasa
terjadi pada bulan Juni sampai Agustus, sehingga dibutuhkan bangunan air
sebagai tindakan konservasi untuk menjaga ketersediaan air dan mengurangi air
terbuang keluar.
Tindakan konservasi tanah dan air bermanfaat untuk meningkatkan
produksi melalui perbaikan-perbaikan lingkungan tumbuh kelapa sawit sehingga
dapat memanfaatkan nutrisi hara yang dibutuhkan dengan efektif. Manajemen
yang baik dari pengelola kebun sangat diperlukan baik dalam pembuatan serta
pemeliharaan bangunan konservasi untuk mendapatkan hasil yang optimal.

KONSERVASI TANAH DAN AIR


PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) PT SARI LEMBAH SUBUR,
PELALAWAN, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

OLEH
ZENYFERD SIMANGUNSONG
A24061052

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

: KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN


KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PT SARI
LEMBAH SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Nama

: ZENYFERD SIMANGUNSONG

NRP

: A24061052

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc


(NIP: 19490119 197412 1 001)

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr


(NIP. 19611101 198703 1 003)

Tanggal Lulus : ........................

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 15 April 1988. Penulis


merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Sudirman
Simangunsong dan Ibu Melva Sitorus.
Pada tahun 1994 penulis memulai pendidikan di SD Katholik Xaverius 9,
Kota Palembang dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan
sekolah di SLTP Negeri 27, Kota Palembang dan lulus pada tahun 2003. Pada
tahun 2003 penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3, Kota Palembang dan
lulus pada tahun 2006.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah menempuh masa Tingkat
Persiapan Bersama (TPB) selama dua semester, penulis memilih mayor Agronomi
dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB dan minor Ekonomi Pertanian, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Skripsi magang yang disusun oleh penulis untuk
meraih gelar sarjana pertanian diperoleh melalui pengalaman magang selama
empat bulan di Riau yang berjudul Konservasi Tanah dan Air pada
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT Sari Lembah Subur,
Pelalawan, Riau di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
kekuatan dan hikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan
penulisan skripsi yang berjudul Konservasi Tanah dan Air pada Perkebunan
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT Sari Lembah Subur-2, Pelalawan, Riau.
Skripsi ini merupakan tugas akhir akademik sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua dan kedua saudaraku terkasih atas dukungan doa, semangat
dan materi yang diberikan.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, Msc selaku dosen pembimbing
3. Bapak Ir. Pande Nyoman selaku Administratur PT SLS dan Bapak Dwi Setyadi
selaku kepala kebun Kampar (Inti I).
4. Bapak Teguh Suharijono selaku Kepala Afdeling OS, Bapak Dedy, Bapak
Kalvinus Hutabarat, Bapak Kasman, Bapak Hendra selaku mandor panen dan
rawat yang telah memberikan nasehat serta arahan selama kegiatan magang.
5. Seluruh staf dan non-staf PT Sari Lembah Subur.
6. Saudara-saudaraku pelayanan YoNM yang terkasih. (Filemon 1:4)
7. Semua pihak yang telah berperan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.

Bogor, Februari 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ................................................................................
1
Latar Belakang ..........................................................................
1
Tujuan .......................................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit ...............................
Faktor Iklim ........................................................................
Faktor Tanah ......................................................................
Infiltrasi .....................................................................................
Drainase dan Irigasi ...................................................................
Evapotranspirasi dan Curah Hujan ............................................
Teknik Konservasi Tanah dan Air ............................................

3
3
3
3
5
5
6
6

METODE MAGANG .........................................................................


Tempat dan Waktu ....................................................................
Metode Pelaksanaan ..................................................................
Pengumpulan Data dan Informasi .............................................
Analisis Data dan Informasi ......................................................

9
9
9
10
10

KEADAAN UMUM ...........................................................................


Letak Geografis dan Wilayah Administratif .............................
Keadaan Iklim dan Tanah .........................................................
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ........................................
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .................................
Keadaan Tanaman dan Produksi ...............................................

12
12
12
13
14
16

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .......................................


Aspek Teknis ..............................................................................
Pengendalian Gulma ...........................................................
Pengelolaan Tajuk ...............................................................
Pengendalian Hama dan Penyakit .......................................
Satuan Contoh Daun ............................................................
Pemupukan ..........................................................................
Sensus Produksi ..................................................................
Pemanenan ..........................................................................
Konservasi Air dan Tanah ...................................................
Aspek Manajerial .......................................................................
Mandor Panen .....................................................................
Mandor Rawat .....................................................................
Mandor Hama-Penyakit Tanaman ......................................
Mandor I ..............................................................................
Krani Panen .........................................................................

18
18
18
20
21
24
25
27
28
31
35
35
36
37
38
39

Pendamping Asisten ............................................................

39

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................


Konservasi Tanah .......................................................................
Aplikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit ..............................
Pembuatan Rorak Organik ..................................................
Aplikasi Pupuk Kandang .....................................................
Penanaman Penutup Tanah .................................................
Pembuatan Tapak Timbun ..................................................
Konservasi Air ...........................................................................
Rorak Tadah Hujan .............................................................
Bangunan Penahan Air (Long-Storage) dan Parit Irigasi ....

41
41
41
43
44
45
46
47
49
50

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................


Kesimpulan ................................................................................
Saran ...........................................................................................

53
53
54

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

55

LAMPIRAN ..........................................................................................

56

10

DAFTAR TABEL
Nomor
1.

Halaman
Jumlah Karyawan di PT SLS-2, Pelalawan, Riau Tahun
2010 .....................................................................................................

15

Populasi Tanaman Kelapa Sawit tiap Tahun Tanam di


SLS-2 .........................................................................................

16

3.

Data Produksi (Ton) Afdeling OS Lima Tahun Terakhir ..........

17

4.

Standar Jumlah Pelepah pada Kelapa Sawit ..............................

20

5.

Spesifikasi Ukuran Bangunan Konservasi .................................

33

6.

Rencana dan Realisasi Pembuatan Rorak Organik Afdeling OS


Tahun 2010 .................................................................................

44

7.

Perhitungan Keseimbangan Air PT SLS-2 Tahun 2009 ..............

48

8.

Perhitungan Keseimbangan Air PT SLS-2 Tahun 2010 ..............

52

2.

11

DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Dongkel Anak Kayu ..................................................................... 19
2.

Pengendalian Hayati .....................................................................

23

3.

Alat dan Penaburan Pupuk ...........................................................

27

4.

Tomasun dan Cangkem Kodok ....................................................

29

5.

Abu Boiler ....................................................................................

31

6.

Tanggul (Over-Flow) ...................................................................

33

7.

Peralatan Aplikasi Tankos ............................................................

34

8.

Penempatan Tankos sebagai Mulsa dan Akar yang Tumbuh


di Bawah Tankos ..........................................................................

42

Tanaman Penutup Tanah pada TM dan TBM ..............................

46

10. Keadaan Sebelum Dibuat Tapak Timbun ....................................

47

11. Posisi Rorak pada Areal Datar dan Miring ..................................

49

12. Distribusi Air dari Long-storage Lewat Parit Irigasi ...................

50

13. Parit Irigasi yang Rusak oleh Spreader ........................................

51

9.

12

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1.

Jurnal Harian sebagai Karyawan Harian Lepas ......................

57

2.

Jurnal Harian sebagai Pendamping Mandor ...........................

59

3.

Jurnal Harian sebagai Pendamping Asisten ...........................

60

4.

Data Curah Hujan dan Hari Hujan SLS Tahun


2000-2009 ..............................................................................

61

5.

Data Target dan Realisasi Produksi OS (2006-2010) ...............

62

6.

Jenis Tanah dan Pelaksanaan Konservasi Tiap Blok OS .........

63

7.

Peta Lokasi Kebun PT SLS - 2, Pelalawan, Riau ...................

64

7.

Kupon Pemanen ......................................................................

65

8.

Bangunan Konservasi .............................................................

66

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman industri penting penghasil minyak
masak, industri maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan
keuntungan besar dan merupakan komoditas unggulan dalam penerimaan devisa
Negara. Yahya (1990) menyatakan, selain sebagai sumber devisa Negara, kelapa
sawit juga berperan dalam meningkatkan pendapatan petani sekaligus
memberikan kesempatan kerja yang lebih luas. Kelapa sawit mempunyai
beberapa keunggulan komparatif dibanding tanaman penghasil minyak nabati
lainnya. Beberapa keunggulan kelapa sawit yaitu produksi per hektar yang tinggi,
umur ekonomis yang panjang, daya adaptasi terhadap cekaman lingkungan yang
baik, serta pengolahan dan pemanfaatan yang luas baik di bidang pangan maupun
non-pangan.
Perkembangan areal pertanaman kelapa sawit di Indonesia mengalami
peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1980 areal pertanaman
kelapa sawit mencapai 294 560 hektar dengan total produksi sebesar 721 172 ton
minyak sawit. Kemudian tahun 1990 meningkat menjadi 1 126 677 hektar dengan
total produksi sebesar 2 412 612 ton minyak sawit dan sampai tahun 2000 terus
meningkat menjadi 3 174 726 hektar dengan total produksi sebesar 7 001 000 ton.
Bahkan Indonesia menjadi Negara produsen kelapa sawit terbesar dengan luas
areal sebesar 7.07 juta hektar dan produksi CPO mencapai 18.46 juta ton pada
tahun 2009 dengan perincian adalah sebagai berikut 2 565 000 hektar merupakan
perkebunan rakyat (PR) dengan produksi 5 085 000 ton minyak sawit, 687 000
hektar merupakan perkebunan besar Negara (PBN) dengan produksi sebesar 2 314
000 ton minyak sawit, serta 3 358 000 hektar perkebunan besar swasta (PBS)
dengan produksi sebesar 8 990 000 ton minyak sawit (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2009).
Keberhasilan budidaya kelapa sawit pada umumnya ditentukan oleh lima
faktor utama yaitu kesesuaian lahan, sarana produksi, manajemen, sumber daya
manusia dan masalah sosial. Faktor kesesuaian lahan mencangkup kondisi tanah
serta ketersediaan air. Kondisi tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah baik sifat

fisik, kimia, maupun biologi tanah. Konservasi tanah diperlukan untuk mencegah
erosi, memperbaiki tanah yang rusak dan memelihara serta meningkatkan
produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan. Sementara
itu, konservasi air pada prinsipnya merupakan penggunaan air hujan yang jatuh ke
tanah se-efisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang
merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau. Berdasarkan PPKS
(2006), ketersediaan air juga memegang peranan penting dalam produksi kelapa
sawit. Kekeringan yang cukup lama biasanya menyebabkan terjadinya penurunan
produksi yang nyata karena kekeringan menyebabkan tanaman menghasilkan
lebih banyak bunga jantan. Selain itu, pengelolaan air (water management)
merupakan kunci keberhasilan budidaya kelapa sawit khususnya di tanah gambut.
Konservasi tanah dan air sangat penting dan semakin memerlukan
perhatian dalam budidaya kelapa sawit. Kondisi tanah yang baik akan
berpengaruh pada proses penyerapan air dan hara, respirasi akar serta
memudahkan pemeliharaan tanaman dan panen. Menurut Arsyad (2006), setiap
perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada
tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya.

Tujuan
Kegiatan magang bertujuan meningkatkan pengetahuan baik teori maupun
teknis, pengalaman lapangan, keterampilan kerja dalam pengawasan dan
administrasi kebun, serta sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapat di
kuliah dengan praktik langsung di lapangan dalam budidaya tanaman kelapa
sawit. Tujuan kegiatan magang lebih khusus adalah untuk mempelajari upaya
peningkatan produktivitas lahan dan sumber daya air pada perkebunan kelapa
sawit melalui kegiatan konservasi tanah dan air di kebun.

TINJAUAN PUSTAKA
Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di
hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan.
Sebagai tanaman budidaya, kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang
baik agar mampu tumbuh optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor
utama pertumbuhan kelapa sawit di samping faktor-faktor lainnya seperti sifat
genetis dan perlakuan kultur teknis.

Faktor Iklim
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dengan kisaran 15
LU 15 LS. Ketinggian tempat berhubungan dengan suhu udara, kelembaban,
serta penyinaran matahari. Tanaman tumbuh sempurna pada ketinggian 0 400 m
di atas permukan laut (dpl), kelembaban optimal 80 90 %, dan lama penyinaran
matahari 5 - 7 jam/hari. Curah hujan rata rata tahunan yang memungkinkan
untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1250 3000 mm yang merata sepanjang
tahun, curah hujan optimal berkisar 1750 2500 mm dengan jumlah bulan kering
maksimal 3 bulan. Pertumbuhan tanaman kelapa sawit memerlukan suhu udara
antara 22 - 33C. Kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang
cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis. Kecepatan angin sekitar 5 - 6 km/jam
sangat baik untuk membantu penyerbukan kelapa sawit. Angin yang terlalu
kencang menyebabkan tanaman menjadi doyong bahkan roboh (PPKS, 2006).

Faktor Tanah
Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang sangat dipengaruhi sifat
fisik dan kimia tanah. Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat
dibudidayakan dengan baik di tanah mineral maupun di tanah gambut. Dengan
demikian, spektrum jenis tanah yang sesuai untuk kelapa sawit cukup lebar dan
dapat mencakup beragam jenis tanah. Berbagai jenis tanah mineral di Indonesia
cukup sesuai seperti Ultisol, Inceptisol, Entisol, Andisol, maupun Oxisol.

Karakteristik tanah yang digunakan meliputi batuan di permukaan tanah,


kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, kondisi drainase tanah, dan tingkat
kemasaman tanah (pH). Tanah yang baik bagi tanaman kelapa sawit adalah tanah
lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat
berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah jika lebih dalam dari 100 cm.
Kemasaman (pH) tanah yang optimal adalah pada pH 5-6 dan pH 3,5-4 pada
lahan gambut. Sifat kimia tanah seperti kemasaman (pH) dapat diatasi melalui
pemupukan dolomite, kapur pertanian (kaptan) dan fosfat alam (rock phosphate).
Sifat fisik dan biologi tanah dapat diperbaiki dengan penggunaan bahan organik
(PPKS, 2006).
Karakteristik lahan merupakan dasar dalam penentuan kesesuaian lahan
yaitu layak tidaknya suatu areal untuk perkebunan kelapa sawit, dan tinggi atau
rendahnya intensitas faktor penentu suatu areal. Karakteristik lahan yang
diperlukan meliputi: curah hujan, jumlah bulan kering, ketinggian di atas
permukaan laut, bentuk daerah atau lereng, kandungan batuan, kedalaman efektif
tanah atau gambut, tekstur tanah, kelas drainase, pH tanah, dan tingkat pelapukan
gambut (PPKS, 2006).
Tanah gambut (Histosol) merupakan tanah yang berkembang dari bahan
organik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya kelapa sawit pada lahan
gambut antara lain tingkat kematangan gambut, kedalaman gambut, alternatif
pengelolaan air (water management), penanganan masalah defisiensi hara mikro,
dan penurunan muka tanah. Tingkat kematangan gambut terutama berkaitan
dengan tingkat pelapukan material organik sebagai bahan induk tanah gambut
yang dibedakan menjadi saprik (tingkat pelapukan lanjut), hemik (tingkat
pelapukan sedang), dan fibrik (gambut mentah). Secara umum, budidaya kelapa
sawit akan semakin potensial pada tanah gambut yang memiliki tingkat pelapukan
semakin lanjut. Kedalaman gambut sangat berkaitan dengan kemampuan daya
dukung mekanis. Pengelolaan air merupakan kunci keberhasilan budidaya kelapa
sawit pada tanah gambut (PPKS, 2006).

Infiltrasi
Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, yang umumnya
melalui permukaan dan secara vertikal. Jika cukup air, maka air infiltrasi akan
bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan air ke bawah di
dalam profil tanah disebut perkolasi. Laju infiltrasi adalah banyaknya air per
satuan waktu yang masuk melalui permukaan tanah, dinyatakan dalam mm jam
atau cm jam . Laju infiltrasi ditentukan oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju
penyediaan air. Sifat-sifat tanah yang menentukan dan membatasi kapasitas
infiltrasi adalah struktur tanah dan tekstur serta kandungan air tanah pada saat
infiltrasi terjadi. Pemupukan dengan pupuk organik dan penutupan tanah dengan
tanaman atau sisa-sisa tanaman dapat memperbesar kapasitas infiltrasi (Arsyad,
2006).

Drainase dan Irigasi


Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan
drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah,
sedangkan drainase sebaliknya. Drainase berarti keadaan dan cara air-lebih keluar
dari tanah. Air-lebih adalah bagian dari air yang ada di dalam tanah yang tidak
dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi ruang pori tanah
sehingga tanah menjadi jenuh air (Pahan, 2008).
Drainase pada tanah gambut secara alami selalu berada dalam kondisi
sangat terhambat hingga tergenang. Hal ini memerlukan penanganan yang tepat
sehingga drainase dapat diperbaiki untuk mencapai muka air tanah yang optimum
tanpa mengakibatkan drainase yang berlebihan (over drainage). Drainase yang
berlebihan akan mengakibatkan kekeringan pada tanah gambut yang bersifat tidak
dapat balik (irreversible) dan penurunan muka tanah yang serius. Keberadaan
mineral pirit pada tanah gambut sehingga tetap tereduksi juga harus diperhatikan.
Untuk mencapai kondisi ini, diperlukan jaringan drainase dan pintu-pintu air yang
cukup (PPKS, 2006).
Pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama ditujukan untuk
mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20-25%
dengan kedalaman arus air maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga

diusahakan terhindar dari kejenuhan air secara terus-menerus selama maksimum 2


minggu (Pahan, 2008).
Irigasi bertujuan untuk memberikan tambahan air terhadap air hujan dan
memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang
diperlukan. Air irigasi mempunyai kegunaan lain, yaitu (1) mempermudah
pengolahan tanah, (2) mengatur suhu tanah dan iklim mikro, (3) mencuci tanah
dari kadar garam atau asam yang terlalu tinggi, (4) menggenangi tanah untuk
memberantas gulma serta hama penyakit. Pada perkebunan kelapa sawit,
pemberian air irigasi biasanya dilakukan dengan cara pemberian air dalam selokan
atau saluran (furrows irrigation) (PPKS, 2006).

Evapotranspirasi dan Curah Hujan


Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi
yaitu jumlah air yang digunakan untuk transpirasi, diuapkan dari tanah dan
permukaan air serta permukaan tanaman, pada suatu areal pertanaman.
Evapotranspirasi dinyatakan dalam satuan volume per luas areal (m ha ) atau
dalam tinggi kolom air per satuan waktu (mm hari ) (Arsyad, 2006).
Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan
produksi buah sawit. Curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan panen
karena rusaknya sarana transportasi dan kesulitan pemanen dalam pengumpulan
berondolan karena bercampur dengan tanah. Curah hujan yang tinggi mendorong
peningkatan pembentukan bunga, tetapi menghambat terjadinya penyerbukan
karena serbuk sari hilang terbawa aliran air dan serangga penyerbuk tidak keluar
dari sarangnya dan juga kegagalan matang tandan pada bunga yang telah
mengalami anthesis. Proses pematangan buah dipengaruhi keadaan curah hujan,
bila curah hujan tinggi buah kelapa sawit cepat memberondol (PPKS, 2006).

Teknik Konservasi Tanah dan Air


Konservasi tanah merupakan penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan

yang

sesuai

dengan

kemampuan

tanah

tersebut

dan

memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi


kerusakan tanah. Upaya konservasi tanah ditujukan untuk (1) mencegah erosi, (2)

memperbaiki tanah yang rusak, dan (3) memelihara serta meningkatkan


produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan. Konservasi
air adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah dan mengatur waktu aliran air
agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim
kemarau (Arsyad, 2006).
Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu
(1) metode vegetatif, (2) metode mekanik dan (3) metode kimia. Pada perkebunan
kelapa sawit, teknik konservasi yang banyak digunakan adalah metode vegetatif
serta mekanik. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau bagian-bagian
tanaman atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh,
mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya
mengurangi erosi tanah (Arsyad, 2006).
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan
terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan
erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Termasuk dalam metode
mekanik dalam konservasi tanah dan air adalah pengolahan tanah, guludan, teras,
penghambat (check dam), waduk, rorak, perbaikan drainase dan irigasi (Arsyad,
2006).
Pemeliharaan tanah pada kondisi topografi areal yang bergelombang
mengharuskan dibangunnya bangunan konservasi tanah dan air yang memadai.
Selain bermanfaat sebagai alat konservasi tanah dan air, bangunan ini juga
mempunyai peranan penting dalam kelancaran kegiatan pemeliharaan dan panen
kelapa sawit. Ketiadaan bangunan konservasi tanah dan air sering merupakan
penyebab rusaknya struktur tanah, drainase terhambat dan kurang efektifnya
pemupukan dan perawatan tanaman, tidak terlaksananya panen secara benar, serta
sulitnya pengawasan kebun (Dirattanhun, 2007).
Kerusakan tanah terutama disebabkan oleh erosi permukaan, akibat proses
pemindahan tanah lapisan atas yang kaya akan unsur hara dari suatu tempat yang
lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Hal ini menimbulkan kerugian yang
sangat besar, karena dapat menurunkan produktivitas tanaman. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah erosi adalah dengan konservasi tanah.
Konservasi tanah meliputi konservasi tanah secara fisik, kimia, maupun biologi.

Konservasi tanah secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya
adalah secara mekanis. Tindakan konservasi tanah secara mekanis ini dilakukan di
areal dengan bentuk wilayah berombak sampai berbukit dengan cara pembuatan
teras kontour, teras individu (tapak kuda), rorak, dan parit drainase. Parit drainase
ini berperan untuk mencegah supaya air tidak tergenang di lapangan, menurunkan
permukaan air tanah sehingga perkembangan akar tanaman tidak terganggu, serta
mencegah terjadinya pencucian pupuk (Dirattanhun, 2007).
Konservasi tanah secara biologi yang umum dilakukan adalah dengan
menanaman tanaman penutup tanah (TPT) atau legume cover crops (LCC).
Beberapa manfaat TPT antara lain: menekan pertumbuhan gulma, melindungi
tanah terhadap penyinaran langsung sinar matahari, melindungi tanah dari tetesan
langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan menjaga kelembaban tanah.
(Dirattanhun, 2007).
Murtilaksono et al. (2007) menyatakan bahwa aplikasi guludan dan rorak
yang dilengkapi dengan mulsa vertikal memberikan pengaruh yang positif
terhadap jumlah pelepah daun, jumlah tandan, rataan berat tandan, dan produksi
TBS kelapa sawit. Kedua teknik konservasi tanah dan air tersebut dapat
meningkatkan cadangan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air oleh tanaman
saat musim kemarau sehingga produksi kelapa sawit tetap dapat dipertahankan.

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang telah dilaksanakan di PT Sari Lembah Subur-2,
Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) PT Astra Agro Lestari Tbk,
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Kegiatan magang berlangsung selama empat
bulan, mulai tanggal 15 Februari 2010 sampai dengan tanggal 15 Juni 2010.
Penulis ditempatkan di Afdeling OS, Kebun inti I (Kampar).

Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan. Metode pelaksanaan
magang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di lapangan dan
aspek manajerial. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan menyesuaikan
keadaan yang terdapat di lapangan. Sebelum kegiatan dilaksanakan, pekerjaan
selalu diawali dengan apel pagi yang dipimpin oleh asisten dan diikuti oleh
mandor-mandor serta karyawan. Apel dilaksanakan pada pukul 05.30-06.00 WIB.
Pelaksanaan apel bertujuan untuk mengevaluasi pekerjaan dihari kemarin serta
memberi arahan untuk pekerjaan pada hari tersebut.
Pada bulan pertama dan kedua, penulis melaksanakan kegiatan sebagai
karyawan harian dan mengikuti semua kegiatan budidaya tanaman di lapangan
seperti pemeliharaan bibit di pembibitan, pemeliharaan tanaman (pemupukan,
pengendalian gulma, pembuatan rorak, panen). Penulis mencatat jenis, waktu dan
prestasi kegiatan dalam bentuk jurnal harian yang diketahui oleh pembimbing
lapangan. Prestasi kerja yang didapat dibandingkan dengan norma kerja yang
berlaku di perusahaan (Lampiran 1).
Penulis berperan sebagai pendamping mandor pada bulan ketiga yang
bertugas mengetahui tahapan setiap jenis pekerjaan, menghitung kebutuhan tenaga
kerja yang dibutuhkan, mengawasi pekerjaan, mengawasi penggunaan material
serta mengisi laporan harian. Pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan lembar
rencana kerja (LRK) yang telah disetujui kepala afdeling. Hal-hal yang perlu
dicatat oleh penulis dalam mengisi laporan mandor adalah jumlah tenaga kerja

10

dan material yang digunakan, prestasi kerja karyawan serta luas areal yang
dikerjakan. Jurnal kegiatan harian sebagai mandor tertera pada Lampiran 2.
Bulan keempat merupakan bulan terakhir dalam pelaksanaan kegiatan
magang. Penulis diberikan tanggung jawab sebagai pendamping asisten atau
kepala afdeling yang juga melaksanakan tugas-tugas menyangkut aspek
manajerial yang lebih tinggi di atas mandor. Penulis mempelajari tugas dan
tanggung jawab Asisten, yaitu menyusun rencana kerja afdeling dan mengelola
seluruh kegiatan afdeling secara efektif dan efisien agar sesuai dengan rencana
kerja yang telah dibuat. Hal-hal yang dipelajari pada kegiatan manajerial ditingkat
asisten yaitu: membantu menyusun rencana kerja serta anggaran afdeling,
membantu pembuatan laporan asisten, membantu pengawasan tenaga kerja dan
membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3). Di samping kegiatan-kegiatan di
atas, penulis juga mengikuti kegiatan-kegiatan sosial dan kemasyarakatan di
lingkungan kebun tersebut seperti kerja bakti perumahan afdeling dan olah raga
bersama karyawan.

Pengumpulan Data dan Informasi


Kegiatan magang di perkebunan PT Astra Agro Lestari meliputi kegiatan
pengumpulan data primer dan data sekunder yang dilakukan dengan metode
langsung dan tidak langsung. Data primer diperoleh dengan bekerja langsung di
lapangan mulai dari karyawan harian, pendamping mandor hingga pendamping
asisten/kepala afdeling. Data yang berkaitan dengan konservasi tanah dan air
adalah sistem pembuatan irigasi, rorak, water flow, serta penggunaan pupuk
organik dalam mengubah agregat tanah. Data sekunder diperoleh dengan
menelaah pustaka dan arsip kebun yang berhubungan dengan kegiatan yang
dilaksanakan.

Analisis Data dan Informasi


Data primer yang diperoleh pada kegiatan konservasi tanah dan air, yaitu
curah hujan, spesifikasi rorak, pemupukan organik, tandan kosong dan abu boiler
pada kebun. Pengamatan dilakukan dengan mengadakan survei pada blok yang
diberi perlakuan konservasi tanah dan air. Survei dilaksanakan pada blok afdeling

11

OS. Pembuatan aliran irigasi maupun drainase bertujuan agar kondisi lahan tidak
banjir saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau. Penambahan bahan
organik pada hamparan blok dilakukan agar terjadi perbaikan agregat tanah
sehingga dapat mengikat air serta hara lebih banyak.

KEADAAN UMUM
Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Perkebunan kelapa sawit PT. Sari Lembah Subur-2 terletak di wilayah
Kecamatan Ukui dan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Secara geografis lokasi PT. SLS terletak antara 0o712 0o148 Lintang Selatan
dan antara 102o712 102o150 Bujur Timur. Perhubungan untuk mencapai
daerah ini tergolong relatif mudah melalui jalan darat dari Pekanbaru (ibukota
provinsi) ke arah selatan di Ukui (ibukota Kecamatan Ukui) berjarak + 150 km,
ditempuh selama 3-4 jam perjalanan. Dari Ukui ke areal perkebunan melalui jalan
minyak pengerasan batu dengan konsisi cukup baik, ditempuh sekitar setengah
jam sampai di areal perkebunan.
Secara ekologis, wilayah PT. SLS berada di kawasan Sub- DAS Sungai
Kerumutan dan Genduang yang merupakan anak Sungai Kampar, sehingga secara
hidrologis kawasan tersebut masuk dalam DAS Kampar. Peta lokasi kebun PT
Sari Lembah Subur-2 dapat dilihat pada Lampiran 1.

Keadaan Tanah dan Iklim


Curah hujan tahunan rata-rata di perkebunan PT SLS-2 selama sepuluh
tahun terakhir (2000-2009) adalah 2 430 dengan rata-rata 95 hari hujan per-tahun,
9 bulan basah dan 1 bulan kering. Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson, iklim
di perkebunan ini dikelompokkan ke dalam tipe A, yaitu daerah sangat basah
dengan vegetasi hutan hujan tropika. Data curah hujan selama periode 2000-2009
disajikan pada Tabel Lampiran 4.
Jenis tanah di perkebunan PT SLS-2 pada umumnya adalah tanah podsolik
merah kuning dan tanah gambut. Bahan induk pembentuk tanah di daerah SLS-2
didominasi oleh batuan sedimen berupa batu pasir dan batu liat, dan sebagian lagi
oleh endapan aluvium dan bahan organik dari sisa-sisa vegetasi. Pada beberapa
lokasi terdapat cekungan (backswamp, rawa pedalaman) yang senantiasa
menggenang dengan kondisi drainase terhambat sampai sangat terhambat. Tanah
pada perkebunan ini bereaksi sangat masam dengan pH (4,5-5,0). Kesesuaian

13

lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit sebagian besar lahan di areal perkebunan
PT SLS-2 tergolong Kelas S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai marjinal). Kelas S2
dengan pembatas retensi hara (pH masam), sedangkan kelas S3 dengan pembatas
utama lereng agak curam sampai curam, tekstur agak kasar, drainase terhambat,
retensi hara (pH masam dan KTK rendah), gambut sedang serta bahaya
banjir/genangan. Sebagian besar kebun inti I (Kampar) khususnya OS memiliki
topografi datar sedikit bergelombang dengan lereng 1-3%.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan


PT Sari Lembah Subur -2 memiliki areal konsesi seluas 15 000 ha yang
terdiri dari kebun inti I (Kampar) seluas 2 000 ha, kebun inti II (Tanglo dan
Kerumutan) seluas 5 000 ha, kebun plasma seluas 8 000 ha. Saat ini kebun inti
Kerumutan dipecah, afdeling OP dan OO disatukan ke kebun inti Tanglo
sedangkan afdeling OS dan OT ke kebun inti Kampar.

14

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan


Perkebunan PT Sari Lembah Subur dipimpin oleh seorang administratur
yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang meliputi
tanaman , pabrik, teknik, dan administrasi. Seluruh Operasional akan didukung
oleh bagian administrasi (gudang, HRGA dan finance), bagian SHE (Safety
Health Environment), bagian CD (Community Development), bagian tanaman
(afdeling),

bagian

HPT

(hama

penyakit

tanaman)

dan

bagian

teknik

(infrastruktur).
Kepala kebun bertugas mengkoordinasikan afdeling dalam unit usaha
dalam rangka pengelolaan tanaman dan produksi serta bertanggung jawab
langsung atas pengelolaan teknik di lapangan serta produksi. Dalam pelaksanaan
kerjanya kepala kebun dibantu oleh beberapa asisten (kepala afdeling). Kepala
afdeling bertanggung jawab langsung kepada kepala kebun dan administratur atas
pelaksanaan kerja di afdeling yang dipimpinnya. Dalam pelaksanaan tugas seharihari kepala afdeling dibantu oleh mandor I atas pelaksanaan kerja di kebun dan
kerani afdeling atas pelaksanaan administrasi di afdeling. Mandor I dibantu oleh
beberapa mandor yang langsung mengawasi pelaksanaan kerja di lapangan.
Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada kerani afdeling.
Kepala teknik bertanggung jawab dalam pengelolaan sarana dan prasarana
kebun seperti perbengkelan, transportasi, infrastruktur dan bangunan. Dalam
pelaksanaan tugasnya kepala teknik dibantu oleh asisten-asisten, yaitu asisten
teknik, asisten perencanaan dan pengendalian, asisten transportasi dan
infrastruktur jalan, dan asisten bengkel. Dalam pengawasan kerja di lapangan,
setiap asisten dibantu seorang mekanik I dan beberapa mekanik II.
Kepala pabrik bertanggung jawab dalam pengolahan TBS dari penerimaan
buah hingga menghasilkan CPO. Pelaksanaan tugas kepala pabrik dibantu oleh
dua asisten proses dan asisten pemeliharaan. Asisten dibantu oleh mandor I dan
mandor dalam pengawasan kerja di pabrik.
Kepala CDO (Community Development Officer), petugas pengembangan
masyarakat bertanggung jawab atas kondisi di lingkungan kebun (internal) dan di
lingkungan sekitar perusahaan (eksternal) yaitu hubungan dengan pemerintahan
setempat, masyarakat sekitar dan permasalahan keamanan yang terjadi di

15

perusahaan. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala CDO dibantu oleh beberapa


komandan regu dan satuan pengamanan yang ditempatkan di pos-pos penting.
Kepala tata usaha bertanggung jawab dalam bagian administrasi. Kepala
tata usaha dibantu oleh kepala bagian personalia dan umum, kepala bagian
keuangan dan kepala gudang. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala bagian dibantu
oleh seorang kerani I dan beberapa kerani II. Staf lainnya yaitu kepala bagian
penelitian dan pengembangan, Safety and Health Environment, dan tenaga medis
berkoordinasi langsung di bawah administratur. Pelaksanaan tugas staf tersebut
merupakan

pekerjaan

khusus

untuk

meningkatkan

kualitas

perusahaan.

Pembagian karyawan berdasarkan jabatan dan pekerjaan dapat dilihat Tabel 1.


Tabel 1. Jumlah Karyawan di PT SLS-2, Pelalawan, Riau Tahun 2010
No.
1.

2.
3.

Jabatan
Staf
- Administratur
- Kepala Tata Usaha
- Kepala Kebun
- Kepala pabrik
- Kepala Teknik
- Kepala Community Development Officer (CDO)
- Staf SHE (Keamanan Kesehatan Lingkungan)
-Staf Plan and Control (CSA)
- Kepala gudang
- Asisten Afdeling
- Asisten pabrik
- Asisten bagian operasional
- Asisten bagian Plan and Control
- Asisten bagian Support
- Asisten Community Development (Pengembangan
Masyarakat)
- Asisten Proteksi Tanaman
- PIC PMS (Plantation Management System)
- Asisten SHE
- Asisten R & D
Golongan Harian Tetap (non-staf)
Pekerja Harian Lepas Borongan
Jumlah

Sumber : Bagian Personalia PT SLS

Jumlah
1
1
2
2
1
1
1
1
1
14
6
1
1
1
1
1
1
1
1
954
694
1687

16

Keadaan Tanaman dan Produksi


Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di SLS-2 adalah varietas
Tenera (Dura x Psifera) yang berasal dari Marihat. Tanaman kelapa sawit yang
terdapat di kebun inti (Kampar dan Tanglo) sebagian besar merupakan tanaman
menghasilkan dengan tahun tanam antara 1987 hingga 2002. Data populasi
tanaman kelapa sawit kebun inti tiap tahun disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit tiap Tahun Tanam di SLS-2

Tahun tanam
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002

Total
Pokok/ha

Kampar
Luas
Jumlah pokok
(ha)
(pokok)
441,39
56012
360,36
45799
342,62
44161
169,31
20151
238,09
29290
159,90
20578
333,03
42133
98,21
12085
386,52
47291
392,47
49604
749,17
75589
215,85
27345
142,29
19664
26,52
3546
341,03
53652
23,42
5455
4420,18
552355
124,96

Tanglo
Luas
(ha)

Jumlah pokok
(pokok)

83,44
737,71
1147,39
965,04
208,71
101,57
272,11

9417
91292
146524
114096
23794
8673
13397

3515,97

407193
115,81

Sumber : Kantor Besar SLS (Mei, 2010)

Dari Tabel 2 dapat dihitung rata-rata jumlah pokok/ha (SPH) untuk SLS-2
yaitu 125 pokok/ha, padahal berdasarkan perhitungan dengan jarak tanam 9m x
9m x 9m maka akan dihasilkan SPH 142 pokok/ha. Jadi populasinya 88% dari
yang seharusnya. Hal ini disebabkan oleh jarak tanam yang kurang tepat serta
banyak tanaman yang mati akibat penyakit. Kondisi tanaman kebun inti
khususnya afdeling OS (Kampar) banyak mengalami serangan penyakit busuk

17

pangkal batang yang disebabkan jamur Ganoderma sp. hingga beberapa pokok
kelapa sawit mengalami kematian.
Produksi tandan buah segar (TBS) untuk tahun 2010 pada kebun inti
mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Data produksi
afdeling OS kebun inti (Kampar) disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Produksi (Ton) Afdeling OS Lima Tahun Terakhir
Bulan

2006
1171,45
979,28
1011,34
1077,57
1345,16
1404,61
1311,78
1763,62
1780,27
1106,15
1517,02
1041,67
15509,92

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
Sumber

2007
1239,66
1079,30
1014,29
1214,57
1417,22
1412,19
1747,48
1814,20
1509,73
1473,22
1756,74
1635,48
17314,08

Tahun
2008
1470,93
1259,71
1242,83
1261,78
1609,04
1604,64
1755,68
2092,76
1450,97
1703,35
1655,10
1537,08
18643,87

2009
1563,44
1058,55
1327,86
1217,22
1327,43
1893,91
1726,34
1701,96
1324,08
1850,17
1660,29
1482,97
18134,22

2010
1119,77
926,86
1038,26
1021,16
751,67

4857,72

: Kantor Afdeling OS (Mei, 2010)

Afdeling OS mengalami penurunan produksi setelah memasuki bulan


Januari hingga Mei tahun 2010. Sejak penulis mulai magang ke kebun dari bulan
Februari hingga bulan Juni 2010, kebun sedang mengalami penurunan produksi.
Penurunan produksi dipengaruhi oleh kondisi kekurangan air yang disebabkan
oleh curah hujan rendah pada periode musim kering yang panjang serta kondisi
tanah dengan kandungan pasir sangat tinggi.
Pencapaian produksi afdeling OS sering kali dibawah target yang
ditetapkan. Selain disebabkan oleh penurunan produksi, juga disebabkan oleh
tidak akuratnya penentuan target. Pelaksanaan sensus produksi yang kurang tepat
akan menyebabkan angka target yang kurang tepat pula. Data target dan
pencapaian produksi afdeling OS selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada
Lampiran 5.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG


Aspek Teknis
Pengendalian Gulma
Gulma adalah tanaman yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi
yang tidak diinginkan manusia. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara
manual maupun kimia. PT SLS telah melaksanakan sistem zero-chemist sehingga
dalam pengendalian gulma di lapangan diterapkan cara manual tanpa bahan
herbisida. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada
piringan (cyrcle), gawangan hidup (path), dan tempat pengumpulan hasil (TPH).
Tumbuhan pakis (Nephrolepis biserata) merupakan gulma yang tidak diberantas
di PT SLS, namun dikendalikan pertumbuhannya. Pihak proteksi tanaman
perusahaan menganggap tumbuhan ini berfungsi sebagai tanaman inang musuh
alami (Sycanus sp.) bagi hama pemakan daun seperti ulat api serta dapat menjadi
penutup tanah yang mengurangi erosi.
Gulma

pada

perkebunan

kelapa

sawit

antara

lain

Melastoma

malabatricum, Chromolaena odorata, Gleichenia linearis, Asystasia gangetica,


Clidemia hirta, Micania micrantha, Pennisetum polystachion, dan anak sawit
(kentosan). Tenaga kerja yang melaksanakan pengendalian gulma sebagian besar
merupakan karyawan harian sistem borongan dan karyawan kebun.
Piringan secara manual. Kegiatan ini sering juga dinamakan cyrcle
weeding manual. Piringan secara manual merupakan kegiatan pengendalian gulma
yang tumbuh di areal piringan tanpa adanya aplikasi herbisida. Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk mengefektifkan pemupukan dan proses pemanenan,
menghindari persaingan pemanfaatan unsur hara, pupuk dan air serta untuk
memudahkan pemeliharaan dan pengawasan. Piringan yang dibersihkan selebar
dua meter sejak dari pokok kelapa sawit. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini
adalah cangkul garuk. Norma pekerjaan ini yaitu 41 piringan/HK.
Garuk jalur manual. Kegiatan ini disebut juga buka pasar angkong.
Garuk jalur manual merupakan kegiatan pengendalian gulma yang tumbuh di
sepanjang gawangan hidup khususnya jalur angkong. Jalur yang dibersihkan

19

selebar satu meter sepanjang blok panen. Tujuan kegiatan ini adalah

untuk

mendukung lancarnya pekerjaan panen serta memberantas gulma yang terdapat


pada gawangan hidup. Alat yang digunakan adalah cangkul dan parang. Norma
pekerjaan ini adalah 300 meter/HK.
Rawat TPH. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan TPH dari segala
gulma agar memudahkan peletakan TBS dan brondolan. Tiap TPH harus memiliki
parit drainase di sebelah kiri dan kanannya yang berguna sebagai saluran
pembuangan air hujan sehingga TPH tidak tergenang. Alat yang digunakan adalah
cangkul dan parang. Norma pekerjaan ini adalah 20 TPH/HK.
Dongkel anak kayu. Pekerjaan ini merupakan kegiatan pengendalian
gulma secara selektif dengan cara mencabut semua jenis gulma berkayu beserta
akarnya dan dibuang ke gawangan mati dengan posisi akar menghadap ke atas.
Pekerja berjalan sampai ke pasar tengah lalu pindah ke pasar pikul sebelahnya.
Jenis-jenis gulma berkayu antara lain: Melastoma malabathricum, Clidemia hirta,
Chromolaena odorata serta kentosan (anak sawit). Kendala yang dijumpai dalam
kegiatan DAK yaitu pada lokasi dengan populasi gulma yang terlalu rapat
sehingga norma kerja sering tidak tercapai. Norma kerja DAK 0.5 ha/HK dan
prestasi kerja penulis 0.3 ha/HK. Pekerjaan DAK dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Dongkel Anak Kayu


Babat gawangan. Pekerjaan ini merupakan kegiatan pengendalian gulma
di sekitar gawangan mati dan gawangan hidup. Alat yang digunakan adalah
parang babat. Pembabatan dilakukan setiap pekerja untuk tiap jalan pikul lalu
pindah ke jalan pikul selanjutnya sampai norma kerja tercapai. Tenaga kerja yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah karyawan harian lepas (KHL). Sistem kerja

20

yang digunakan yaitu sistem kerja harian target dengan upah Rp 44 880,-/hari
dengan lama kerja 7 jam/hari. Norma yang digunakan untuk babat gawangan
adalah 1 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 0.5 ha/HK. Kendala yang
sering dalam babat gawangan, yaitu kondisi gulma yang sudah terlalu tinggi dan
tidak merata sehingga menyebabkan hasil kerja sering tidak mencapai target.
Pengawasan yang kurang juga menyebabkan hasil kerja di tengah blok di bawah
kualitas yang diharapkan.

Pengelolaan Tajuk
Pengelolaan tajuk atau sering juga disebut pruning. Pruning merupakan
proses kerja pembuangan atau pemotongan pelepah daun tua yang dianggap tidak
produktif lagi dari tanaman kelapa sawit. Tujuan pelaksanaan pruning ini antara
lain mempermudah pelaksanaan panen, menghindari tersangkutnya brondolan di
ketiak pelepah serta mendorong penyaluran zat hara yang diserap tanaman pada
daun-daun yang lebih produktif.
Permasalahan yang sering ditemukan dalam kegiatan pruning antara lain
under-pruning dan over-pruning. Under-pruning adalah jumlah pelepah yang
berlebihan dari yang seharusnya pada pokok kelapa sawit. Hal ini dapat
menyebabkan difisit unsur hara dan mempengaruhi proses munculnya buah. Overpruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah yang produktif secara berlebihan
yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Jumlah pelepah yang kurang dari
standar karena dipruning terlalu berat akan menyebabkan tanaman lebih banyak
menghasilkan bunga jantan. Untuk menghindari permasalahan tersebut, perlu
dilakukan pelatihan dan simulasi pekerjaan, pengawasan yang ketat dan
penggunaan alat yang tepat. Tabel 4 menerangkan jumlah pelepah yang harus
dipertahankan berdasarkan umur tanaman kelapa sawit.
Tanaman

yang berumur 3-8 tahun, pruning dikerjakan dengan

menggunakan dodos, sedangkan tanaman yang telah berumur di atas 8 tahun,


pekerjaan pruning dilakukan dengan menggunakan egrek. Pekerjaan pruning
merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan dengan rotasi dua kali dalam setahun,
pada bulan April dan Oktober. Pekerjaan pruning dilakukan oleh karyawan panen
itu sendiri. Ancak yang harus dipruning merupakan ancak panen mereka masing-

21

masing. Sistem kerja yang digunakan adalah sistem kerja borongan dengan norma
kerja 40 pokok/HK.
Tabel 4. Standar Jumlah Pelepah pada Kelapa Sawit
Umur
(Tahun)
TBM III/TM I
4-7
7-10
10-15
>15

Jumlah pelepah yang


harus dipertahankan
64
60-64
56-60
48-56
48

Sumber : Bagian Tanaman PT SLS (Mei, 2010)

Pengendalian Hama dan Penyakit


Hama adalah pengganggu tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh
serangga atau mamalia yang dapat menurunkan hasil dan secara ekonomis
merugikan manusia. Sementara itu penyakit adalah faktor pengganggu tanaman
kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus yang secara ekonomis
dapat menurunkan hasil.
Sistem

pengendalian

yang

diterapkan

perusahaan

adalah

sistem

pengendalian hayati. Pengendalian hayati merupakan pengendalian hama dan


penyakit dengan menggunakan musuh alami yang terbagi menjadi 3 macam, yaitu
parasitoid,

predator

serta

patogen.

Laboratorium

HPT

perusahaan

mengembangbiakkan Sycanus spp sebagai predator ulat api serta menanam


tanaman bermanfaat seperti Turnera subulata dan Antigonon sebagai tanaman
inang dan sumber nectar bagi imago parasitoid. Beberapa hama yang menyerang
tanaman kelapa sawit beserta pengendaliannya antara lain:
Ulat pemakan daun. Hama ulat pemakan daun yang sering menyerang
tanaman kelapa sawit adalah ulat api yaitu: Setora nitens, Thosea asigna, Thosea
bisura, Darna trima, Ploneta diducta dan ulat kantong yaitu: Mahasena corbetti,
Metisa plana.
Hama ini dapat menyerang tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun
tanaman menghasilkan (TM) dan merupakan hama yang bersifat permanen,
sehingga setiap saat populasinya siap meledak. Akibat serangan ini daun kelapa

22

sawit menjadi berlubang dan jika serangan berat, daun yang diserang akan tinggal
lidinya, sehingga proses asimilasi akan terganggu dan produksi akan menurun
sampai 5% dari total produksi per tahun.
Pengendalian yang dilakukan di kebun sejauh ini hanya pada tingkat
serangan ringan dan sedang. Hal ini karena kebun menggunakan agen hayati
dalam pengendaliannya, sehingga pertumbuhan hama ini dapat ditekan. Pada
TBM dengan luas serangan sampai dengan 50 ha dilakukan dengan pengutipan
ulat (Hand Picking). Jika luas serangan telah mencapai lebih dari 50 ha, harus
dilakukan penyemprotan.
Tikus (Rattus tiomanicus). merupakan hama penting pada kelapa sawit
karena dapat menyerang tanaman yang belum menghasilkan maupun tanaman
menghasilkan. Tanaman yang baru ditanam (TBM) akan diserang bagian
umbutnya dengan cara mengerat batang, apabila serangan terjadi pada titik
tumbuh maka tanaman dapat mati. Pada tanaman yang telah menghasilkan akan
diserang bunga jantannya, karena tikus mencari telur dan larva dari serangga
penyerbuk Elaeidobius kamerunicus. Selain itu tikus juga memakan daging buah
baik buah muda maupun yang sudah matang.
Pada awalnya pengendalian hama tikus dilakukan dengan menggunakan
ular kobra. Namun penggunaan ular kobra ini memiliki banyak kekurangan yaitu
keamanan BHL dan pemanen pada saat bekerja serta kemampuan ular kobra
dalam memangsa tikus relatif sedikit. Pengendalian hama tikus yang dilakukan
perusahaan saat ini yaitu dengan menggunakan burung hantu (Tyto alba). Burung
hantu secara spesifik memangsa tikus di dalam kebun. Seekor burung hantu
dewasa mampu mengkonsumsi 5 - 8 ekor tikus per hari, sehingga sepasang
burung hantu membutuhkan tikus sebanyak kurang lebih 3 000 - 7 000 ekor tikus
dalam setahun. Daya jelajah burung hantu dalam sehari mencapai 25 ha. Dengan
demikian, untuk areal pertanaman kelapa sawit seluas 25 ha cukup ditempatkan
satu kandang burung hantu. Aplikasi kandang burung hantu dapat dilihat pada
Gambar 2.
Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros Linn.) Kumbang tanduk sering
menggerek pucuk kelapa sawit sejak tanaman ditanam sampai tanaman berumur 3
tahun. Serangan ini biasanya terjadi di daerah pengembangan karena banyak sisa-

23

sisa batang tanaman yang telah lapuk dan yang merupakan medium paling baik
untuk perkembangbiakan kumbang tersebut. Pada tanaman yang terserang terlihat
adanya bekas gerekan pada bagian pangkal batang mengarah ke titik tumbuh
tanaman. Selanjutnya pelepah daun muda putus dan membusuk atau kering.
Tanaman akan mati apabila titik tumbuhnya habis termakan oleh kumbang ini.
Pengendalian hama kumbang tanduk dilakukan dengan menggunakan
Fero-trap yaitu sejenis perangkap yang terbuat dari ember plastik atau kaleng yang
di tengahnya dipasang kisi atau sekat. Pada kisi tersebut digantungkan feromon,
yaitu hormon yang akan menarik kumbang tersebut untuk datang. Kumbang
selanjutnya akan menabrak kisi tersebut dan terjatuh ke dalam ember atau kaleng.
Pengendalian hama kumbang secara kimia menggunakan Marshall dengan dosis 5
gr/pohon dengan cara ditaburkan pada ketiak daun yang langsung mengelilingi
daun pupus. Aplikasi fero-trap dapat dilihat pada Gambar 2.

(a) fero-trap

(b) sarang burung hantu

Gambar 2. Pengendalian Hayati


Penyakit busuk pangkal batang. Penyakit ini disebabkan oleh jamur
Ganoderma Sp. dengan gejala serangan daun patah dan menggantung, mengering
dan mati, mulai muncul miselium pada pangkal batang, terdapat tubuh buah
(basidiocarp) pada pangkal batang serta lebih dari dua daun tombak tidak
membuka.
Pengendalian penyakit ini antara lain dengan memusnahkan tubuh buah
yang ditemukan pada pangkal batang tanaman, Menumbang tanaman yang sudah

24

tidak ekonomis, membongkar dan eradikasi gumpalan sistem perakaran yang


melekat dibonggol, titik tanaman kosong dan areal tanaman terinfeksi dibuat parit
isolasi mengelilingi pokok infeksi sedalam 60 - 80 cm dengan jarak 1.5 -2 m dari
pokok infeksi atau sesuai kanopi daun, menjaga sanitasi dengan menaburi parit
isolasi dengan belerang secara merata kurang lebih 3 kg kemudian ditutup dengan
tanah bekas galian selama 1 minggu. Setelah 1 minggu kemudian parit dibuka
sedalam kurang lebih 40 cm dan dibiarkan terbuka selama 1 minggu. Penaburan
cendawan antagonis ganoderma setelah perlakuan pemberian belerang, yaitu 150
gram Gliocadium sp. atau Trichoderma sp. dalam tiap pokok terinfeksi.

Satuan Contoh Daun


Satuan contoh daun atau Leaf sampling unit (LSU) merupakan satuan
pengambilan contoh daun kelapa sawit yang mewakili luasan areal tertentu.
Contoh daun selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk menentukan kebutuhan
pupuk tanaman dalam areal tersebut. Kegiatan pengambilan contoh daun ini akan
menghasilkan rekomendasi pemupukan oleh Departemen Riset

Astra Agro

Lestari.
Kegiatan diawali dengan persiapan anggota khusus sebanyak 2 orang dan
1 orang koordinator (mandor proteksi tanaman). Pemberian tanda baris LSU dan
pokok LSU dengan cat berwarna biru. Karyawan ke lapangan menuju LSU yang
sudah ditetapkan sebelumnya dengan membawa perlengkapan. Perlengkapan yang
dibawa antara lain egrek, pisau pemotong, meteran, dan plastik kresek. Pokok
sampel LSU diukur tingginya dengan menggunakan egrek yang telah diberi
ukuran dan menggantungkannya pada pelepah 17. Bila tinggi tanaman melebihi
panjang egrek maka pada egrek ditambahkan meteran. Alasan pemilihan daun ke17 karena daun ke-17 menggambarkan status hara tanaman tersebut dan sangat
sensitif terhadap perubahan yang terjadi dalam status hara tanaman. Data tinggi
tanaman dicatat pada formulir yang telah disiapkan beserta gejala defisiensi hara
tanaman tersebut.
Potong pelepah ke-17 kurang lebih 1.5 m dari ujung batang pohon.
Pelepah yang jatuh diperiksa suntilnya untuk diambil 4 helai daunnya (2 sebelah
kanan 2 sebelah kiri). Empat helai daun tersebut diambil bagian tengah daunnya

25

tanpa tulang daun dengan panjang kurang lebih 25 cm dan dimasukkan ke dalam
plastik kresek dan diberi form khusus sebagai tanda bloknya dan dilakukan di
bawah pukul 12.00 WIB. Sampel diiris-iris menjadi potongan kecil dengan
menggunakan pisau dan dibawa ke tempat pengeringan selambat-lambatnya 12
jam setelah pengambilan sampel. Sampel kemudian dikeringkan pada suhu 85
C selama 10 jam. Sampel yang telah kering diberi keterangan

yang

mencantumkan nama PT, nama afdeling, tahun tanam, no blok dan luasnya serta
tanggal pengambilan samplenya. Sampel siap dikirim untuk dianalisis di
laboratorium.
Norma yang berlaku pada kegiatan ini adalah 1 blok/HK untuk dua orang
anggota tersebut. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan ini adalah anggota
tersebut belum kompeten untuk menentukan daun ke-17, sehingga hasil akan
mempengaruhi analisis laboratorium. Pengirisan daun juga tidak boleh terlalu tipis
karena dapat menyebabkan daun tersebut gosong di dalam oven.

Pemupukan
Pemupukan adalah penambahan unsur hara ke dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Pemupukan dilakukan dua kali
dalam setahun, yaitu semester I (Februari - Juni) dan semester II (Agustus Desember). Jenis-jenis pupuk yang diaplikasikan pada semester I adalah NPK,
Rock phosphate (30% P2O5), Muriate of Potash (60% K2O), Kieserite (27%
MgO), dan Dolomite (60% CaCO3). Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan
hasil analisis daun atau leaf sample unit (LSU) yang dibuat oleh head office (HO).
Rekomendasi disampaikan kepada kebun pada awal tahun dan digunakan sebagai
acuan pemupukan tahun tersebut.
Pemupukan akan dapat mencapai sasaran jika dalam pelaksanaannya
dilakukan dengan prinsip 5 T, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat
waktu serta tepat tempat. Kegiatan pemupukan juga menjadi sangat penting
karena 50 - 60% biaya perawatan berasal dari pemupukan. Kebutuhan tenaga
pupuk disesuaikan dengan tonase pupuk yang akan diaplikasikan berdasarkan
kalibrasi. Alat yang digunakan dalam pemupukan adalah ayakan dan takaran
pupuk, dapat dilihat pada Gambar 3.

26

Kegiatan pemupukan diawali dengan persiapan piringan dan gawangan


yang telah siap dipupuk, dengan standar piringan bersih gulma dan gawangan
dapat dilalui. Persediaan pupuk di gudang mencukupi dan dilakukan kegiatan
penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah kegiatan mengemas ulang pupuk
berdasarkan dosis/pohon yang disesuaikan dengan jumlah pohon sebagai dasar
penguntilan. Satu karung untilan biasanya berisi 12.5 kg pupuk. Pupuk yang
diuntil dimasukkan ke dalam karung dan diikat dengan menggunakan tali. Norma
kerja penguntilan sebesar 1.25 ton/HK. Kesalahan dosis penguntilan banyak
terjadi di lapangan. Penguntil tidak menimbang pupuk secara akurat karena
mengejar waktu agar norma kerja tercapai. Pekerja juga tidak menggunakan alat
pelindung diri seperti masker dan sarung tangan sehingga dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan baik kulit maupun pernafasan.
Pelangsiran pupuk ke lapangan dilakukan dengan mobil truk. Pelangsiran
dilakukan pagi hari sebelum KHL pupuk apel pagi. Apel pagi dilakukan untuk
membagi kelompok dan menjelaskan kembali aturan pemupukan. Pupuk dilangsir
dengan cara dijatuhkan dari atas truk ke setiap baris pokok pada pinggiran blok.
Dengan mengetahui dosis/pokok serta jumlah pokok dalam satu baris, maka akan
diketahui berapa jumlah untilan yang dibutuhkan tiap baris blok tersebut. KHL
yang telah dibagi menjadi beberapa pasangan diberikan nomor urut untuk
mempermudah pembagian baris blok. KHL mengecer pupuk ke dalam blok.
Penaburan pupuk dilakukan setelah pengeceran ke dalam blok sudah
dilakukan seluruhnya. Pengawasan pemupukan menggunakan sistem Gang
yang berarti semua supervisi yang terdiri dari kepala afdeling beserta mandor
rawat dari semua afdeling dalam rayon kebun yang sama harus datang dan
mengawasi pelaksanaan pemupukan afdeling tersebut. Sistem ini memiliki
kelebihan dalam hal pengawasan sehingga pelaksanaan pemupukan dapat berjalan
dengan lancar dan sesuai.
Cara penaburan dengan menuangkan pupuk ke takaran lalu diisi ke dalam
ayakan dan digoyangkan dengan tangan sehingga pupuk tersebar secara merata di
piringan dengan radius 1.5 meter dari pokok tanaman. Proses penaburan pupuk
dapat dilihat pada Gambar 3.

27

(a) ayakan dan takaran

(b) penaburan pupuk

Gambar 3. Alat dan Penaburan Pupuk.


Penaburan tidak boleh di atas bongkahan kayu, mengenai pelepah dan
pokok, atau pada piringan yang masih bergulma. Setelah kegiatan pemupukan
selesai, karung-karung bekas pupuk dikumpulkan dan diantar kembali ke gudang
dengan mobil transport KHL. Sistem kerja pemupukan dilakukan dengan target
harian 7 jam kerja dengan prestasi kerja 200 kg/hk tergantung kondisi areal kebun.

Sensus Produksi
Sensus produksi terdiri dari sensus produksi empat bulanan, sensus
produksi bulanan dan sensus produksi harian. Sensus produksi empat bulanan
dilakukan dengan cara menghitung seluruh buah yang ada. Sensus dilaksanakan
pada minggu ke-IV pada bulan Desember, April, dan Agustus setiap tahun.
Sensus empat bulan digunakan untuk menghitung taksasi produksi, kebutuhan
pemanen dan transportasi empat bulan ke depan.
Sensus produksi bulanan dilakukan dengan menghitung kembali buahbuah merah yang akan dipanen bulan depan. Pelaksanaan taksasi bulanan
dilakukan setiap bulan minggu ke-IV. Sensus bulanan ini akan mengoreksi
proporsi bulanan hasil sensus empat bulan. Sensus produksi harian dilakukan oleh
mandor 1 untuk menghitung produksi ke-esokan harinya berdasarkan kriteria
buah masak. Sensus harian dipergunakan untuk mengatur tenaga pemanen dan
transportasi. Pelaksanaan sensus produksi harian dilakukan satu hari sebelum
panen.
Sensus produksi dilakukan dengan cara mengamati keadaan buah dan
menghitung jumlah pokok pada blok yang disensus tersebut. Pengambilan sampel
pokok sensus sebanyak sepuluh persen dari total jumlah pokok dalam satu blok.

28

Data sensus akan menjadi acuan pihak Head Office (HO) untuk menentukan target
produksi bulanan. Norma kerja sensus produksi yaitu 60 ha/HK atau sekitar dua
blok/HK.

Pemanenan
Pemanenan adalah pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit. Tugas
utama tenaga kerja panen yaitu menurunkan buah dari pokok dengan tingkat
kematangan yang telah ditetapkan dan mengantarkannya ke TPH dengan cara dan
waktu yang tepat. Tujuan kegiatan pemanenan adalah untuk mendapatkan
produksi dan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas
(ALB) yang rendah. Keberhasilan panen terletak pada tenaga pemanen, alat panen
serta sistem panen yang diterapkan.
Sistem panen yang digunakan akan mempengaruhi pembagian hanca
panen, penentuan tenaga panen, pengawasan panen, serta pengangkutan TBS.
Afdeling menggunakan sistem hanca giring tetap. Sistem ini merupakan
kombinasi dari kedua sistem panen. Melalui sistem ini, TBS dapat keluar ke TPH
lebih cepat dan pembagian hanca yang tetap sehingga akan mempermudah
pengawasan panen. Pemanen harus menyelesaikan blok panen secara tuntas tanpa
ada pengulangan.
Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antara panen terakhir dengan
panen berikutnya dalam satu seksi panen yang sama. Seksi panen adalah luasan
areal panen yang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan rotasi panen yang
dijalankan. Satu seksi panen biasa dikerjakan tuntas dalam satu hari. Pelaksanaan
di kebun biasa menggunakan rotasi 6/7 yang artinya areal dibagi menjadi 6 seksi
dan dipanen selama 6 hari dalam 7 hari. Rotasi panen bisa berubah tergantung
kondisi kerapatan buah. Rotasi panen 9/10 biasa digunakan pada saat kerapatan
buah sedang rendah.
Kriteria panen merupakan indikasi saat yang tepat kapan buah harus
dipanen. Kriteria umum yang digunakan adalah warna tandan buah dan jumlah
brondolan yang jatuh di piringan. Buah dikatakan matang apabila berwarna merah
orange dan memenuhi kriteria fraksi dua. Fraksi dua artinya terdapat dua buah

29

brondolan di piringan dalam setiap kilogram bobot tandan. Kriteria ini berlaku
untuk kondisi buah yang normal dan sehat.
Alat-alat panen yang digunakan antara lain dodos (tinggi pohon kurang
dari 4 meter), egrek (tinggi pohon lebih dari 4 meter), angkong sebagai alat angkut
TBS dan brondolan ke TPH, gancu sebagai alat bongkar TBS , dan tomasun.
Tomasun merupakan kapak khusus Astra Agro Lestari untuk memotong tangkai
tandan buah yang panjang sehingga membentuk cangkem kodok atau huruf V
pada bekas potongannya. Alat dan perlengkapan panen harus dibawa saat apel
pagi sebelum kegiatan panen dimulai. Peralatan panen harus diasah pada sore
harinya sehingga tidak mengganggu kegiatan panen. Kapak tomasun beserta hasil
potongannya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tomasun dan Cangkem Kodok


Pelaksanaan kegiatan panen diawali dengan apel pagi yang diikuti oleh
semua pemanen dari tiap kemandoran. Supervisi yang mengikuti apel pagi adalah
mandor I, mandor panen, asisten afdeling dan terkadang juga asisten kebun.
Supervisi memberikan arahan, evaluasi kegiatan panen yang telah dilaksanakan
serta pembagian hanca panen. Setelah apel pagi selesai, pemanen masuk ke hanca
yang telah dibagikan dengan membawa angkong, gancu, egrek, dodos, dan
tomasun. Pemanen menuju pohon dan setelah memastikan buah matang, pemanen
memotong pelepah dengan memperhatikan management canopy yang telah
diarahkan. Setelah itu pemanen memotong buah dengan menggunakan egrek atau
dodos sesuai ketinggian pohon yang dipanen. Pemanen harus menjaga jarak pada
saat memanen agar buah maupun pelepah yang jatuh tidak ke arah pemanen.

30

Pemanen kemudian mengangkat pelepah dan menyusunnya di gawangan


mati. Pemanen memotong tangkai TBS yang masih panjang dengan menggunakan
kampak tomasun. Hasil potongan harus berbentuk V (cangkem kodok) dengan
syarat sisa tangkai tidak boleh lebih dari 2 cm. Pemanen kemudian pindah ke
pohon berikutnya. Rata-rata pemanen membawa anggota keluarganya seperti istri
maupun anaknya sebagai rekan yang membantu pemanen dalam mengangkut
buah dari dalam hanca menuju TPH. Buah diangkut dengan menggunakan
angkong menuju TPH. Proses bongkar-muat buah pada angkong menggunakan
alat ganju. Rekan pemanen juga membantu mengutip brondolan yang tersebar di
piringan serta gawangan lalu memasukkannya ke dalam karung dan memuatnya
ke dalam angkong. Brondolan yang tertinggal di sekitar piringan dan gawangan
tidak boleh lebih dari 2 biji.
Setelah angkong penuh, pemanen atau rekannya membawa angkong dan
muatannya ke TPH, lalu menyusun TBS dan brondolan dengan rapi di atas terpal.
Pemakaian terpal bertujuan untuk mengurangi jumlah kotoran yang dapat terbawa
ke pabrik dan mempengaruhi rendemen minyak. Setelah semua TBS dalam hanca
dipanen, pemanen diwajibkan mencatat hasil kerja di kupon pemanen
setelah itu diletakkan pada salah satu janjang TBS di TPH. Hasil kerja yang diisi
oleh pemanen antara lain nomor blok, TPH, pemanen serta jumlah janjang yang
dipanen. Kriteria buah diisi oleh checker pada saat memuat buah ke truk. Kupon
pemanen dapat dilihat pada Lampiran 6.
Dalam pelaksanaan pemanenan masih ditemukan beberapa kesalahan
seperti memanen buah mentah, buah busuk, buah matang yang tertinggal di pohon
dan di gawangan, serta brondolan tinggal baik di sekitar piringan maupun ketiak
pelepah. Pemanen juga sering tidak memperhatikan kriteria songgo-dua saat
menurunkan pelepah. Alat perlindungan diri seperti helm, baju lengan panjang
dan sepatu boot juga kurang diperhatikan.
Organisasi panen terdiri dari mandor panen, krani panen, dan pemanen
yang dibentuk agar pelaksanaan panen bisa berjalan dengan efektif dan efisien.
Satu orang mandor panen membawahi 15 sampai 20 pemanen. Tenaga panen
merupakan faktor penting dalam kegiatan pemanenan. Luas hanca panen yang
harus diselesaikan pada taksasi normal antara 3 - 4 ha bergantung pada

31

kemampuan masing-masing pemanen. Kebutuhan tenaga kerja pemanen dihitung


dengan rumus :

Keterangan = SPH

: Jumlah Tanaman per ha

AKP

: Angka Kerapatan Panen

BJR

: Bobot Janjang Rata-rata

Konservasi Air dan Tanah


Pengembangan yang sedang dilakukan oleh perusahaan berhubungan
dengan konservasi baik tanah maupun air. Tanah mempunyai fungsi utama
sebagai sumber penggunaan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, dan sebagai tempat tumbuh dan berpegangnya akar serta
tempat penyimpan air yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup
tumbuhan.
Melihat begitu besarnya pengaruh tanah dan air bagi pertumbuhan
tanaman, maka perbaikan-perbaikan sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas
tanah serta ketersediaan air yang optimal. Berikut merupakan kegiatan-kegiatan
konservasi yang dilakukan oleh perusahaan.
Aplikasi abu boiler. Abu boiler merupakan salah satu limbah pabrik yang
dimanfaatkan di dalam kebun. Abu boiler merupakan sisa dari cangkang kernel
serta serat mesokarp kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan bakar tungku
perapian di pabrik. Abu boiler ini mengandung unsur kalium yang berguna bagi
tanaman.
Dosis yang digunakan adalah 25 kg/pokok. Abu boiler ini ditaburkan di
atas tandan kosong (tankos). Abu boiler diaplikasikan dalam bentuk untilan
dengan bobot 25 kg/until. Pekerjaan tabur abu boiler ini dikerjakan oleh buruh
harian lepas dengan upah sebesar Rp.750/until.

32

Gambar 5. Abu Boiler


Rorak (organik, tadah hujan), dan parit irigasi. Merupakan beberapa
kegiatan pengelolaan air yang dilakukan di afdeling OS PT.SLS. Kegiatan
pengelolaan air ini dimaksudkan untuk memanfaatkan air yang datang seperti air
hujan agar tidak langsung hilang baik oleh aliran permukaan (run-off) maupun
infiltrasi, tapi dapat di bendung terlebih dahulu untuk dimanfaatkan oleh
perakaran kelapa sawit.
Parit irigasi sengaja dibuat di sepanjang blok untuk mengalirkan air yang
telah dibendung dari parit besar, agar penyebaran air tanah dapat lebih merata dan
dimanfaatkan oleh pokok kelapa sawit di sepanjang blok. Pembuatan parit irigasi
dikerjakan oleh BHL dengan norma kerja 15 meter/HK.
Rorak tadah hujan dibuat untuk memanfaatkan air hujan yang datang
sehingga tertampung untuk sementara di dalam rorak dan diserap lebih lama dan
optimal oleh perakaran kelapa sawit di sekitarnya. Satu buah rorak tadah hujan
mewakili empat buah pokok kelapa sawit. Rorak tadah hujan dikerjakan oleh
BHL dengan norma kerja empat rorak/HK.
Rorak organik dibuat untuk setiap pokok kelapa sawit di dalam blok.
Dengan demikian, jumlah rorak organik sama dengan jumlah pokok dalam satu
blok. Rorak organik dibuat untuk menampung pupuk kandang (kotoran ayam)
dengan dosis 20 kg/rorak. Dengan perlakuan ini, diharapkan akan memperbaiki
sifat fisik tanah serta menambah unsur hara pada tanah tersebut. Selain pupuk
kandang, rorak ini juga dapat dimasukkan bahan organik lainnya seperti kompos
dan daun-daun busuk. Spesifikasi bangunan rorak dan parit irigasi serta bangunan
konservasi yang telah diaplikasikan dapat dilihat pada Tabel 5.

33

Tanam Neprolephis.

Neprolephis

ditanam

pada lokasi

tanaman

menghasilkan (TM). Tujuan dari penanaman Neprolephis ini antara lain untuk
mengurangi run-off, mengurangi erosi tanah serta menjaga kelembaban tanah.
Neprolephis juga sering dimanfaatkan oleh Sycanus sp (predator ulat api) untuk
meletakkan telurnya. Tanam Neprolephis memiliki norma kerja 22 titik/HK.
Tabel 5. Spesifikasi Ukuran Bangunan Konservasi
Bangunan Konservasi

Ukuran
(panjang x lebar x dalam)

Rorak tadah hujan

3m x 0,8m x 0,8m

Tandon air

18m x 3m x 1,5m

Long-bed tadah hujan

9m x 0,8m x 1m

Flat-bed tadah hujan

3m x 2m x 0,4m

Rorak organik

1,5m x 0,6m x 0,5m

Parit irigasi

4m x 0,6m x 1m

Bangunan konservasi dapat dilihat pada Gambar Lampiran 3.


Pembuatan tanggul (over-flow). Tanggul dapat dibuat pada parit yang
terdapat di dalam blok kebun. Tanggul dibuat untuk membendung aliran parit
menggunakan susunan karung yang diisi tanah serta beberapa kayu pasak sebagai
penahan. Aliran yang terbendung akan meningkatkan ketinggian permukaan air
hingga melampaui ketinggian karung sehingga terjadi over-flow. Ketinggian
permukaan air ini dapat dimanfaatkan dengan mengalirkannya ke tengah blok
kebun melalui parit irigasi. Dengan begitu, air dapat disebarkan secara merata ke
dalam blok. Tanggul dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Tanggul (Over-Flow)

34

Pembuatan tanggul ini membutuhkan 3 HK. Bahan-bahan yang


dibutuhkan antara lain: karung, tanah, kayu pasak, balok kayu, dan terpal.
Kekuatan pasak penahan harus diperhatikan kususnya pada saat musim hujan
karena aliran air yang deras dapat merusak bangunan tanggul (over-flow).
Aplikasi tandan kosong (tankos). Tandan kosong merupakan salah satu
limbah padat yang berasal dari pabrik kelapa sawit. Tandan kosong berasal dari
pengolahan TBS melalui proses perebusan dan pemisahan antara serat tandan
dengan brondolan. Serat tandan yang telah terpisah dari buah brondolan disebut
tandan kosong (tankos). Rata-rata produksi tankos kelapa sawit adalah berkisar
22% hingga 24% dari total bobot tandan buah segar (TBS) yang diproses di
pabrik kelapa sawit.
Tankos kelapa sawit mengandung unsur nitrogen, fosfor, kalium, dan
magnesium. Aplikasi tankos ini dapat menekan pemakaian pupuk anorganik
buatan. Salah satu aspek penting adalah kemampuan tandan kosong kelapa sawit
untuk menyerap dan menahan air, sehingga diharapkan dapat mempertahankan
kelembaban lingkungan mikro di sekitarnya.
Dalam satu pokok terdapat satu titik tankos dengan ukuran luas penutupan
1,5m x 4m/ titik. Bobot tankos dalam satu titik adalah 225 kg, sehingga dalam
satu hektar dibutuhkan tankos sebanyak 30 ton. Pekerja menggunakan gancu dan
angkong untuk melangsir tankos tersebut ke dalam blok. Norma kerja rata-rata
untuk tiap pekerja adalah 25 titik. Upah untuk pekerjaan ini adalah Rp.2000/titik.

Gambar 7. Peralatan Aplikasi Tankos

35

Aspek Manajerial
Tingkat manajerial terdiri atas kepala afdeling, mandor I, kerani afdeling,
kerani panen, serta mandor. Hubungan antara kepala afdeling dengan mandor I,
kerani dan mandor adalah garis instruksi. Hubungan antara mandor I dengan
kerani afdeling adalah garis koordinasi, sedangkan terhadap mandor adalah garis
instruksi. Mandor lapangan terdiri atas mandor panen, mandor rawat, mandor
hama dan penyakit.
Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping mandor
adalah mengerti tata cara dan tahapan setiap jenis pekerjaan, menghitung
kebutuhan tenaga kerja dan material yang dibutuhkan, mengawasi jalannya
pekerjaan, mengevaluasi setiap pekerjaan, dan mengisi laporan harian. Pekerjaan
yang dilakukan berpedoman kepada Lembar Rencana Kerja (LRK) yang telah
disetujui oleh kepala afdeling. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, mandor
melakukan apel terlebih dahulu untuk memberikan penjelasan tentang pekerjaan
yang akan dilaksanakan.

Mandor Panen
Mandor panen bertugas memastikan semua kegiatan panen berjalan
dengan baik. Mandor panen memberikan arahan pembagian kerja untuk pemanen,
membagi hanca panen dan memastikan hanca tersebut tuntas, melakukan kontrol
lapangan dan sensus buah untuk rotasi berikutnya, berkoordinasi dengan kerani
panen menjaga kualitas buah di TPH dan memastikan buah telah terangkut semua.
Dalam setiap afdeling biasanya terdapat dua kemandoran panen. Satu
kemandoran terdiri dari 15 sampai 20 pemanen tergantung kebutuhan tenaga
panen. Kemandoran satu dan kemandoran dua bekerja pada blok yang sama. Hal
ini untuk memudahkan pengawasan hanca pemanen. Mandor panen telah
mengetahui hanca tiap anggota panennya sehingga jika terdapat kesalahan dalam
pelaksanaan panen dapat dengan mudah diketahui.
Mandor panen memberikan pengarahan serta evaluasi pada saat apel pagi.
Barisan apel pagi diatur sesuai kelas pemanen berdasarkan hasil panen hari
sebelumnya. Kelas pemanen ditandai oleh bendera dengan warna yang berbeda.

36

Bendera merah untuk kelas pemanen A, hijau kelas pemanen B dan kuning kelas
pemanen C. Mandor panen juga membagikan bendera kecil dengan nomor
masing-masing pemanen yang akan dibawa oleh pemanen dan ditancapkan pada
hanca pemanen tersebut. Mandor akan mengumpulkan bendera tersebut pada sore
hari setelah kegiatan panen selesai sambil memeriksa hanca panen kemandoran
tersebut.
Selain pengawasan di lapangan, mandor panen juga harus mengisi data
administrasi panen meliputi:
Laporan Harian Produksi Panen, yang berisi nama pemanen, pemakaian
Hari Kerja (HK), blok, jumlah janjang (output), buah busuk, buah mentah,
keadaan tangkai, kondisi brondolan, buah tinggal, dan susunan pelepah.
Formulir Absensi Karyawan, yang berisi nama karyawan, jabatan dan jenis
pekerjaan. Formulir ini akan diserahkan kepada kepala afdeling untuk
ditanda tangani dan selanjutnya diserahkan ke kantor besar.
Sensus Panen Harian, merupakan kegiatan sensus yang dilaksanakan
untuk memperkirakan produksi panen besok. Formulir Sensus Panen
berisi, nomor blok, nomor jalan pikul, nomor pokok dan jumlah buah
matang.

Mandor Rawat
Mandor rawat bertanggung jawab terhadap semua kegiatan rawat seperti
pemupukan, pengendalian gulma maupun kegiatan perbaikan (improvement) yang
ada di afdeling. Mandor rawat berjumlah dua orang untuk setiap afdeling. Setiap
jenis pekerjaan rawat juga berpedoman pada lembar rencana kerja (LRK) yang
telah dibuat. Selain LRK, afdeling juga membuat rencana kerja harian baik
kegiatan rawat maupun panen. Rencana kerja harian dibuat sehari sebelumnya dan
diserahkan kepada kantor besar. Kepala kebun maupun Administratur sekali-kali
dapat melakukan pemeriksaan mendadak dengan berpedoman pada rencana kerja
harian tersebut.
Dalam proses pemupukan, mandor rawat harus memeriksa untilan yang
terdapat di tempat penguntilan di kantor besar. Jumlah untilan harus sesuai dengan
kebutuhan di afdeling. Mandor rawat mengisi bon permintaan barang yang

37

ditanda-tangani oleh kepala afdeling, kepala kebun serta kepala gudang. Mandor
rawat harus terus mengawasi truk pengangkut pupuk hingga sampai ke afdeling.
Mandor rawat juga bertanggung jawab mengawasi pengeceran untilan pada blok
yang dipupuk. Pada saat pelaksanaan pemupukan, mandor rawat beserta tim
supervisi yang lain ikut mengawasi BHL dalam bekerja.
Mandor rawat juga melakukan apel pagi untuk memberi pengarahan
kepada BHL. Mandor rawat bertugas menyiapkan alat dan material untuk
pekerjaan hari tersebut. Setelah BHL selesai bekerja, mandor melakukan
pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan mereka. Mandor rawat juga melakukan
kalibrasi antara perencanaan dan realisasi untuk hasil rawatan yang didapatkan.
Untuk kegiatan laporan administrasi, mandor rawat bertugas mengisi laporan
harian serta laporan mingguan dari setiap kegiatan rawat yang telah dilaksanakan.
Formulir laporan rawat antara lain:
Laporan hasil kerja karyawan kemandoran rawat, yang berisi nama
karyawan, aktivitas kegiatan, blok yang dikerjakan, HK, gaji pokok, dan
premi.
Check-sheet, merupakan form kegiatan yang mendata pekerjaan rawat
yang telah dilaksanakan setiap bulan. Laporan ini berisi item rawat, luasan
yang telah dilaksanakan, dan waktu pelaksanaan. Check-sheet sangat
dibutuhkan oleh kerani afdeling dalam pembuatan laporan.

Mandor Hama-Penyakit Tanaman


Serangan hama dan penyakit pada pokok kelapa sawit sangat
mempengaruhi kualitas serta kuantitas produksi di lapangan. Beberapa hama dan
penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian pokok kelapa sawit. Selama
penulis melakukan pengamatan di lapangan, hama yang ditemukan antara lain
tikus, ulat api, kumbang badak, serta rayap. Dalam mengamati keadaan populasi
dan penyebaran hama, PT. SLS menggunakan sistem EWS (Early Warning
System) yaitu sistem pengamatan secara dini terhadap OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman). Pelaksanaan EWS dilakukan secara rutin dengan rotasi
satu bulan sekali. Dengan melakukan EWS, akan diperoleh informasi seperti:

38

jenis, populasi, kategori, intensitas dan luas serangan OPT serta akan diperoleh
pola sebaran OPT.
Pelaksanaan EWS dimulai dengan penentuan titik sampel (TS) dan baris
sampel (BS) dalam blok. Penentuan TS harus menyebar merata dengan norma
satu ha terdapat satu TS. Blok dengan luas 30 ha akan diwakili oleh 30 TS. Pokok
sampel (PS) yang diamati yaitu pokok-pokok yang berada di sekeliling TS pada
lingkaran I dan II. Pada setiap PS hanya diambil satu pelepah saja, yaitu pelepah
nomor 8 - 16 dengan gejala serangan paling berat. PS yang periksa yaitu PS pada
lingkaran I terlebih dahulu, kemudian pindah ke lingkaran II.
Mandor Hama-Penyakit juga bertanggung jawab dalam pengendalian
penyakit yang terdapat di lapangan. Serangan penyakit yang umum menyerang
pokok kelapa sawit adalah jamur Ganoderma sp penyebab penyakit busuk pangkal
batang. Mandor bekerja sama dengan pemanen untuk mendeteksi pokok kelapa
sawit yang terinfeksi Ganoderma sp. Mandor menjelaskan ciri-ciri pokok yang
terserang serta ciri-ciri tubuh buah jamur Ganoderma sp. Setiap pokok yang
terdeteksi akan didata dan ditentukan waktu untuk pengendaliannya. Mandor juga
harus mempersiapkan alat, material serta pekerja yang akan melakukan
pengendalian Ganoderma sp tersebut.
Data administrasi yang dikerjakan oleh mandor hama penyakit antara lain:
Rekapitulasi serangan hama (ulat api, tikus) yang berisi tanggal deteksi,
blok afdeling, kondisi serangan, jumlah predator, fase hama (telur,
kepompong, imago), kondisi hama tersebut.
laporan serangan ganoderma, yang berisi blok afdeling, nomor baris dan
pokok, keadaan pokok terserang, tanggal pengendalian (cincang, tumbang,
bakar).

Mandor I
Mandor I merupakan mandor yang membawahi semua mandor kegiatan di
afdeling. Mandor I bertugas menerima instruksi sari kepala afdeling dan member
arahan kepada mandor kegiatan, melakukan kontrol lapangan untuk mengecek
kesesuaian dengan rencana kerja, merekap laporan harian mandor, melakukan
sensus buah untuk panen minggu depan dan esok hari, monitoring angkutan buah,

39

monitoring rotasi panen, serta melakukan review dengan mandor. Mandor I


merupakan tangan kanan kepala afdeling di lapangan. Umumnya mandor I lebih
banyak ikut membantu dalam kegiatan panen seperti menjaga kualitas buah,
melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan buah restan, kebersihan
pengutipan brondolan serta proses evakuasi TBS sampai ke pabrik dengan lancar.

Kerani Panen
Tugas kerani panen adalah menghitung jumlah produksi pemanen di TPH ,
memastikan ketuntasan buah yang terangkut, memeriksa dan menghitung buah
restan serta memastikan ketersediaan unit angkutan TBS ke pabrik. Kerani panen
ikut truk angkut TBS dalam menjalankan tugasnya. Kerani panen mengumpulkan
kupon panen (Gambar Lampiran 2.) pada setiap TPH dan merekap jumlah hasil
panen hari tersebut. Hasil panen akan diberitahukan kepada pemanen pada saat
apel pagi keesokan harinya sekaligus melakukan cross-check jumlah TBS kepada
pemanen. Laporan admistrasi yang dikerjakan kerani panen antara lain:
Kupon Panen, yang berisi nomor blok, TPH, nomor pemanen, jumlah
janjang, serta kondisi buah (buah merah, tangkai panjang, buah busuk).
Notes kerani Panen, yang berisi blok, nomor pemanen, dan kondisi buah.
Surat Pengantar Buah (SPB), yang berisi nomor polisi truk, nama sopir,
blok, tahun tanam, jumlah janjang, serta jam keberangkatan truk.
Laporan Harian Angkutan Panen, yang berisi afdeling, tanggal, nomor
SPB, nama sopir, nomor polisi truk, jumlah janjang, jam keberangkatan,
data dari pabrik (nomor NP, Tonase), serta laporan buah restan.

Pendamping Asisten
Tugas dan tanggung jawab seorang asisten afdeling adalah memastikan
semua kegiatan operasional, administrasi dan pengendalian biaya pada divisi atau
afdeling yang dipimpin agar terlaksana sesuai dengan rencana kerja yang telah
dibuat. Asisten berusaha mencapai target produksi yang telah ditetapkan dengan
pengendalian biaya seminimal mungkin. Asisten afdeling bertanggung jawab

40

penuh terhadap semua kegiatan di Afdeling baik kegiatan operasional maupun


kegiatan di lingkungan perumahan selama 24 jam.
Selama menjadi pendamping asisten, penulis ikut membantu melakukan
supervisi terhadap kegiatan-kegiatan pemeliharaan, panen dan perbaikan
(improvement) yang sedang dilaksanakan di kebun. Penulis mengawasi proses
penguntilan pupuk, pengiriman untilan ke afdeling, pengeceran untilan serta
pelaksanaan pemupukan di afdeling. Penulis ikut bersama asisten menjadi
supervisi pemupukan di afdeling lain. Penulis juga mengawasi kegiatan-kegiatan
perbaikan seperti pembuatan rorak, tanggul serta memeriksa spesifikasi ukuran
bangunan tersebut. Penulis menjadi pendamping asisten selama satu bulan pada
bulan ke-empat pelaksanaan magang. kegiatan-kegiatan asisten afdeling antara
lain: Apel pagi, cek administrasi dan LPPH per kemandoran, cek lapangan atas
kerja panen dan rawat, review harian dengan mandor, review harian dengan
kepala kebun, cek pengangkutan buah dan monitoring angkutan TBS, membuat
rencana kerja bulan berikutnya, serta kontrol lapangan bersama.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Konservasi Tanah
Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam
usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan
tanah kebun inti I (Kampar) khususnya afdeling OS dijelaskan pada Lampiran 8,
sebagian besar terdiri dari tanah mineral podsolik merah kuning (48,1%), tanah
berpasir (33,6%) dan tanah gambut (17,5%). Afdeling OS memiliki topografi
relatif datar sedikit bergelombang dengan lereng 1-3%. Tanah mineral pada kebun
ini memiliki keterbatasan daya resap air serta tingginya aliran permukaan dan
erosi tanah. Sementara diketahui bahwa kesuburan tanah sebagian besar berada
pada lapisan atas yang mengandung bahan organik. Jika lapisan tanah bagian atas
mengalami erosi, tanah tersebut akan menjadi miskin hara. Sebagian kondisi tanah
pada kebun merupakan tanah berpasir, sehingga sangat sulit untuk menyerap air.
Pada lahan gambut, faktor yang mempengaruhi adalah kandungan unsur hara serta
keadaan drainase kebun.
Berdasarkan kendala yang ada, diperlukan upaya pengendalian erosi dan
perbaikan saluran drainase. Pengendalian erosi tidak hanya dilakukan untuk
keseluruhan lahan pada masing-masing blok, tetapi juga untuk masing-masing
piringan dari setiap pohon agar erosi pada bidang ini dapat dikurangi. Untuk
memperbaiki sifat fisik tanah, maka perlu penambahan kandungan bahan organik
tanah dengan memberikan kompos, pupuk kandang atau bahan-bahan organik
lainnya seperti limbah pabrik kelapa sawit (PKS). Beberapa upaya konservasi
yang telah dilaksanakan di kebun antara lain: pelaksanaan konservasi tanah seperti
aplikasi tandan kosong, pembuatan rorak organik, aplikasi pupuk kandang,
penanaman penutup tanah, pembuatan tapak timbun. Pelaksanaan konservasi air
seperti rorak tadah hujan, bangunan penahan air serta parit irigasi.

Aplikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit


Pemberian tandan kosong kelapa sawit di lapangan dapat memberikan
manfaat baik dari aspek kimia maupun aspek fisik tanah. Tandan kosong kelapa

42

sawit mengandung unsur hara N, P, K, dan Mg yang dibutuhkan oleh tanaman.


Menurut Darmosarkoro dan Rahutomo (2000), satu ton tandan kosong sawit
setara dengan 3 kg urea, 0.6 kg RP, 12 kg MoP, dan 2 kg kiserit. Berdasarkan
potensi kandungan nutrisi yang ada maka aplikasi tandan kosong kelapa sawit
dapat dilakukan untuk menekan pemakaian pupuk kimia. Ditinjau berdasarkan
manfaat dari aspek fisik, ternyata tandan kosong mampu menyerap dan menahan
air karena menurut Darmosarkoro et al. (2001) tandan kosong kelapa sawit
mengandung berbagai macam serat dengan komposisi 45.95% sellulosa, 16.49%
lignin dan 22.84% hemisellulosa . Dengan demikian, diharapkan tankos dapat
mempertahankan kelembaban lingkungan mikro di sekitarnya terutama dengan
memperhatikan penempatan tandan kosong yang tepat.
Penempatan tandan kosong di lapangan dilakukan dengan dua cara yaitu
pemberian sebagai mulsa dan aplikasi dalam rorak. Pemberian sebagai mulsa
dilakukan dengan menebar tankos pada gawangan mati dari jalur pokok sampai
batas piringan (Gambar1.a). Aplikasi tandan kosong sangat efektif pada daerahdaerah dengan topografi bergelombang sampai berbukit. Tandan kosong dapat
menahan laju kecepatan air dan butir-butir tanah yang hanyut pada proses aliran
permukaan (run-off), sehingga kerusakan tanah akibat erosi dapat diminimalisasi.
Kelembaban tanah di sekitar aplikasi tandan kosong akan memicu pertumbuhan
sistem perakaran terutama akar sekunder dan tersier. Seperti pada Gambar 8.

(a). penempatan tankos

(b). akar yang tumbuh pada tankos

Gambar 8. Penempatan Tankos sebagai Mulsa, Akar Tumbuh di Bawah Tankos


Dari kondisi ini akan diperoleh manfaat, yaitu perbaikan kondisi tanah
melalui konservasi air dan tanah serta perbaikan terhadap sistem perakaran

43

tanaman yang akan menunjang produktivitas tanaman. Sementara itu, aplikasi


tankos dalam rorak lebih ditujukan bagi tanah-tanah bertekstur pasir tinggi yang
strukturnya lepas. Tandan kosong dimasukkan ke dalam rorak organik yang
berukuran 150cm x 60cm x 50cm lalu ditimbun kembali dengan tanah dan
dipadatkan. Pada kebun Kampar sendiri penempatan aplikasi tandan kosong lebih
banyak dilaksanakan sebagai mulsa.
Pelaksanaan aplikasi tandan kosong kelapa sawit banyak mengalami
masalah di lapangan. Berdasarkan Standard Operation Procedure (SOP), tankos
diturunkan dari truk di collection road tepat di depan gawangan mati. Tumpukan
tankos ini harus habis diecer pada hari itu juga. Pada kenyataannya pekerjaan ini
sering terlantar karena keterbatasan tenaga kerja, sehingga tumpukan tankos akan
menutupi jalan dan menghambat proses pekerjaan panen dan rawat pada blok
tersebut. Selain itu, truk yang mengangkut tankos dari pabrik seringkali melebihi
kapasitas truk. Hal ini menyebabkan tankos-tankos akan berjatuhan dan tercecer
di sepanjang jalur truk.

Pembuatan Rorak Organik


Pembuatan

rorak

organik

di

kebun

bertujuan

untuk

mengatasi

permasalahan penyerapan hara sehingga kebutuhan hara tanaman kelapa sawit


dapat terpenuhi secara optimal. Kondisi lahan pada kebun inti (kampar)
khususnya afdeling OS merupakan lahan dengan tekstur tanah berpasir tinggi,
sehingga sering terjadi pencucian unsur hara yang disebabkan oleh tingginya
infiltrasi dan perkolasi air hujan pada tanah tersebut. Hasil penelitian Sutarta dan
Winarna (2007) menunjukkan bahwa kehilangan hara akibat run-off dan erosi
tanah diperkirakan sebesar 5-8% hara N, 10-15% untuk hara K, 4-8% untuk hara
Mg, dan kurang dari 2% hara P.
Bahan organik tanah dapat meningkatkan ph tanah, meningkatkan
kapasitas tukar kation (KTK) dan memperbaiki struktur tanah yang akan
mendorong pertumbuhan tanaman dan serapan hara tanah. Berkembangnya
struktur tanah juga akan meningkatkan kemampuan tanah mempertahankan
kelembabannya (Sutarta, 2007).

44

Pembuatan rorak organik satu untuk satu pohon. Rorak yang telah dibuat
akan diisi dengan bahan organik seperti tandan kosong, pelepah daun dan pupuk
kandang. Pupuk anorganik tidak diaplikasikan di dalam rorak tersebut. Pembuatan
rorak diukur berdasarkan kedalaman perakaran sawit yaitu sekitar 60 cm dengan
lebar 50 cm. Panjang rorak dibuat menurut kondisi di lapangan yaitu 150 cm.
Kendala yang sering ditemukan di kebun adalah ukuran rorak yang dibuat oleh
BHL lebih kecil dari ukuran yang diharapkan. Data rencana dan realisasi
pembuatan rorak organik di afdeling OS dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rencana dan Realisasi Pembuatan Rorak Organik Afdeling OS Tahun
2010
Blok
OS.7
OS.17
OS.21
OS.23
OS.24
OS.29
OS.31
Total

Jumlah
Pokok

Luas (ha)

3118
3253
3708
3688
3560
2865
2120

25,36
22,56
22,19
27,43
27,56
22,13
16,37

Total (unit)
Target
1 578
1 626
1 860
1 820
1 786
1 410
1 058
11 138

Realisasi
2 017
3 249
2 065
2 630
5 434
2 681
917
18 993

Sumber : Kantor Afdeling OS

Realisasi pembuatan rorak organik melebihi dari rencana yang telah


dibuat. Dapat kita lihat pada Tabel 6 bahwa rencana pembuatan rorak organik
sebesar 11 138 unit, sedangkan

realisasinya mencapai 18 993 unit. Namun,

hampir di setiap blok realisasi belum mencapai jumlah rorak yang seharusnya
berdasarkan jumlah pokok di setiap blok tersebut. Hal ini berarti belum semua
pokok kelapa sawit terealisasi rorak organik.

Aplikasi Pupuk Kandang


Pupuk kandang merupakan salah satu bahan organik yang diaplikasikan ke
dalam rorak. Pupuk kandang dapat meningkatkan pasokan hara tanah serta
memperbaiki sifat fisik tanah tersebut. Menurut Atmojo (2003), bahan organik
tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai

45

peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat
tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah.
Kondisi tanah berpasir pada sebagian tanah mineral kebun Kampar akan
sangat efektif bila diaplikasikan bahan organik pupuk kandang ini. Pemberian
pupuk kandang pada tanah berpasir akan meningkatkan pori berukuran menengah
serta menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan
menahan air.
Pupuk kandang yang diaplikasikan di kebun merupakan kotoran ayam
yang dipasok dari daerah Sumatera Barat. Pada beberapa kejadian, pupuk kandang
yang dikirim ke kebun sudah tidak murni lagi atau dengan kata lain telah
dicampur dengan sekam dan tanah. Pupuk kandang biasanya terdiri atas campuran
0.5 % N, 0.25 % P2O5, dan 0,5 % K2O. Aplikasi pupuk kandang dengan cara
ditabur di dalam rorak organik. Dosis pupuk kandang yang diberikan sebesar 20
kg tiap unit rorak. Sehingga untuk SPH 142 pokok/ha, maka dosis pupuk kandang
yang diberikan adalah 2.8 ton/ha. Menurut Jamilah (2003) dosis pupuk kandang
untuk memperbaiki sifat fisik tanah minimal 15 ton/ha. Penerapan dosis pupuk
kandang yang kecil di kebun karena biaya yang cukup tinggi dalam hal pengadaan
serta penaburan di kebun.

Penanaman Penutup Tanah


Penanaman penutup tanah dapat melindungi tanah dari erosi permukaan
baik yang disebabkan oleh run-off maupun titik-titik air hujan. Penutupan tanah
juga dapat mengurangi evaporasi dan menjaga kelembaban tanah. Jenis tanaman
penutup tanah yang diaplikasikan di kebun berbeda antara lokasi TBM dan TM.
Pada lokasi TBM, penutup tanah yang ditanam adalah Mucuna sp., sedangkan
pada lokasi TM penutup tanah yang ditanam adalah Neprolephis biserrata. Dapat
diperhatikan pada Gambar 9.
Tanaman Neprolephis yang ditanam di lokasi TM dapat tumbuh dan
menyebar dengan cepat. Pertumbuhan Neprolephis ini harus dibatasi agar tidak
melewati bahkan menutupi piringan pohon karena dapat mengganggu proses
panen serta pemupukan. Neprolephis yang terlalu lebat juga akan mengakibatkan
persaingan unsur hara terhadap pokok kelapa sawit. Penulis melakukan

46

pengamatan langsung di laboratorium proteksi tanaman PT SLS bahwa Selain


sebagai penutup tanah, tanaman Neprolephis ini juga bermanfaat sebagai tanaman
inang musuh alami ulat api yaitu Sycanus sp. Serangga predator ulat api ini sering
meletakkan telurnya pada daun Neprolephis.

(a) Mucuna sp.

(b) Neprolephis biserrata

Gambar 9. Tanaman Penutup Tanah pada TM dan TBM


Pembuatan Tapak Timbun
Pembuatan tapak timbun bertujuan untuk menaikan permukaan tanah pada
piringan kelapa sawit. Tapak timbun diaplikasikan pada piringan kelapa sawit
yang mengalami penurunan tanah (sering terjadi pada tanah gambut) sehingga
akar terbuka. Akar yang terbuka tidak dapat menyerap unsur hara pada tanah.
Selain pada penurunan tanah, tapak timbun juga diaplikasikan pada kondisi
piringan yang tergenang air. Kondisi piringan yang tergenang akan mempersulit
proses panen serta pemupukan. Selain itu, genangan dalam jangka waktu lama
akan menyebabkan akar tanaman kelapa sawit busuk sehingga menghambat
pertumbuhan serta mengurangi produksi kelapa sawit. Lihat pada Gambar 10.
Tapak timbun dibuat dengan jari-jari dua meter dari pangkal batang kelapa
sawit. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan, jari-jari tapak timbun yang
dibuat lebih kecil dari yang seharusnya yaitu 1.5 meter. Hal ini sering menjadi
masalah antara mandor rawat dengan BHL tersebut. Penyebab masalah ini karena
BHL merasa upah yang diberikan terlalu rendah yaitu Rp.7 000/unit. Beberapa
kondisi lahan di kebun memiliki kandungan liat yang tinggi sehingga tanah sering
lengket pada mata cangkul. Hal tersebut sangat memberatkan BHL dalam berkerja
dan mencapai target.

47

(a) lahan tergenang

(b) akar terbuka

Gambar 10. Keadaan Sebelum Dibuat Tapak Timbun

Konservasi Air
Wilayah SLS-2 merupakan wilayah dengan tipe iklim A (sangat basah)
berdasarkan perhitungan Schmidth-Ferguson. Jumlah curah hujan tahunan ratarata sepuluh tahun terakhir adalah 2 430 mm dan jumlah hari hujan rata-rata
sebesar 95 hari dengan penyebaran curah hujan merata sepanjang tahun.
Pengukuran curah hujan menggunakan alat umbrometer yang diletakkan di kantor
besar.
Kecukupan kebutuhan air bagi tanaman bergantung pada kondisi tanaman,
tanah, dan iklim. Perhitungan kecukupan air tanaman kelapa sawit untuk tujuan
praktis di lapangan dapat dilakukan dengan asumsi umum yaitu bahwa
keseimbangan air merupakan jumlah air dari curah hujan ditambah dengan
cadangan awal air dalam tanah kemudian dikurangi dengan evapotranspirasi
(Darmosakoro et al.,2001). Evapotranspirasi diasumsikan bernilai 150 mm/bulan
jika hari hujan 10 hari/bulan dan bernilai 120 mm/bulan jika hari hujan > 10
hari/bulan. Asumsi lain yang digunakan adalah cadangan air dalam tanah
maksimum 200 mm. Perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 7.

48

Tabel 7. Perhitungan Keseimbangan Air PT SLS-2 Tahun 2009


Bulan

HH

CH
(mm)

Cad.
Awal
(mm)

Evapotranspirasi
(mm)

Keseimbangan
(mm)

Cad.
Akhir
(mm)

Drainase
(mm)

Defisit
Air
(mm)

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f) = (c)+(d)-(e)

(g)

(h)

(i)

Jan

124

89

150

63

63

Feb

195

63

150

108

108

Mar

12

178

108

120

166

166

Apr

156

166

150

172

Mei

172

150

172
22

22

Jun

25

22

150

-103

103

Jul

20

150

-130

130

Agust

182

150

32

32

Sep

10

355

32

150

237

200

37

Okt

150

200

150

200

200

Nop

14

348

200

120

428

200

228

Des

17

319

200

120

399

200

199

Total

89

2 052

464

233

Nilai keseimbangan air menunjukkan tingkat kesediaan air per bulan.


Keseimbangan air dengan nilai < 0 mm menunjukkan adanya defisit air,
sedangkan keseimbangan air dengan nilai > 0 mm menunjukkan tidak adanya
defisit air. Jika keseimbangan air dalam perhitungan tersebut > 200 mm, maka
kelebihan air akan disimpan sebagai cadangan awal dalam tanah untuk bulan
berikutnya.
Darmosakoro et al. (2001) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit
ditinjau dari kebutuhan airnya dapat tumbuh baik pada lahan dengan curah hujan
yang cukup ( 1750 - 3000 mm/tahun) dengan penyebaran hujan yang merata
sepanjang tahun dan tidak mengalami bulan kering (curah hujan < 60 mm). Pada
pengamatan secara umum di perkebunan kelapa sawit, pertumbuhan dan produksi
tanaman akan mulai terpengaruh jika mengalami defisit air di atas 200 mm.
Jumlah curah hujan PT SLS-2 sebesar 2 052 mm seperti dipaparkan di atas
telah memenuhi syarat kebutuhan air tanaman kelapa sawit. Namun, pada tahun
2009 PT SLS-2 mengalami bulan kering yaitu 25 mm pada bulan Juni serta
sebesar 20 mm pada bulan Juli. Hal ini menyebabkan terjadinya defisit air sebesar
103 mm pada bulan Juni dan defisit 130 mm pada bulan Juli. Dengan demikian,
lahan di kebun PT SLS-2 mengalami defisit air sebesar 233 mm pada tahun 2009.

49

Keadaan tanah yang bervariasi di dalam afdeling serta perbedaannya


dalam kemampuan menangkap air menyebabkan beberapa perlakuan yang
dibutuhkan untuk menjaga ketinggian dan ketersedian air tersebut. Tahun 2009
afdeling OS memulai pembuatan beberapa bangunan air seperti rorak tadah hujan
(RTH), parit irigasi, tanggul air, dan flat-bed.

Rorak Tadah Hujan


Rorak tadah hujan (RTH) bermanfaat untuk menampung air hujan serta air
aliran permukaan (run-off) agar air tidak mengalir keluar blok dan terbuang begitu
saja. RTH memiliki ukuran 3x0,8x0,8 meter. Rorak dibuat pada gawangan mati
kelapa sawit dan untuk satu unit rorak mewakili empat pokok kelapa sawit. Pada
areal datar, galian rorak dibuat sejajar dengan barisan tanaman, sedangkan pada
areal miring galian rorak dibuat tegak lurus arah lereng atau sejajar kontur.
Galian rorak diposisikan agar dapat memanen air yang mengalir di
permukaan serta menampung serasah organik pada top soil agar tidak terbawa
keluar oleh erosi. Pada blok yang melakukan pemupukan secara mekanis, posisi
rorak harus disesuaikan agar tidak mengganggu jalur alat penebar pupuk
(spreader) tersebut.

(a)

(b)
Keterangan :

Gambar 11. Posisi Rorak pada Areal Datar (a) dan Miring (b)

Rorak
Jalan Panen
Pokok kelapa sawit

50

Bangunan Penahan Air (Long-Storage) dan Parit Irigasi


Long-storage merupakan bangunan air yang berfungsi menyimpan air di
dalam sungai, kanal, dan parit pada lahan yang relatif datar dengan cara menahan
aliran untuk menaikkan permukaan air dan dialirkan ke lahan melalui parit irigasi.
Pada umumnya bangunan air ini berupa tanggul, pintu air, dan check-dam.
Tanggul merupakan bangunan air yang paling banyak diaplikasikan pada afdeling
OS. Seperti yang kita ketahui bahwa afdeling OS relatif datar sehingga
dibutuhkan bangunan air seperti ini untuk mendistribusikan air ke lahan.
Pada lahan yang relatif datar, ketinggian air harus cukup agar dapat
mengalirkan air ke tengah blok. Bangunan air di afdeling OS merupakan
bangunan tidak permanen karena terkendala masalah biaya. Tanggul biasanya
dibuat pada parit atau kanal yang secara alami terdapat di kebun. Aliran ditahan
dengan menggunakan papan dan karung berisi tanah. Penahanan air akan
menyebabkan naiknya permukaan kanal sehingga dapat dialirkan melalui parit
irigasi. Parit irigasi dibuat dengan lebar 50 cm ke tengah blok. Dengan adanya
parit irigasi ini diharapkan akan mengubah aliran permukaan (run-off) dan air dari
kanal menjadi perkolasi di dalam blok.

Muka air dinaikkan

Gambar 12. Distribusi Air dari Long-storage Lewat Parit Irigasi

51

Kendala yang terjadi di lapangan bahwa tanggul (tidak permanen) sering


rusak saat terjadi hujan yang cukup deras. Tekanan air merusak tumpukan karung
berisi tanah yang berfungsi sebagai penahan aliran air kanal atau parit tersebut.
Selain itu, parit irigasi juga sering rusak karena dilewati oleh alat penabur pupuk
(spreader) pada saat melaksanakan pemupukan mekanis. Dalam hal ini perlu kerja
sama dan saling pengertian antara pihak teknik yang mengoperasikan spreader
dengan pihak afdeling.

Gambar 13. Parit Irigasi yang Rusak oleh Spreader


Pembuatan setiap bangunan konservasi air di kebun belum sepenuhnya
tepat sasaran. Ketinggian permukaan air tanah tidak sama di setiap blok. Hal ini
disebabkan jenis tanah yang berbeda-beda antar blok (Lampiran 6). Kedalaman air
tanah optimum untuk kelapa sawit 60 cm. Pada tanah yang lebih banyak
mengandung pasir tentu ketinggian air tanahnya lebih rendah dibandingkan pada
tanah mineral ataupun gambut. Pembuatan rorak tadah hujan serta parit irigasi
tidak berdasarkan kondisi tanah pada tiap kebun. Pembuatan parit irigasi pada
tanah yang tinggi akan kandungan liat menyebabkan penggenangan yang cukup
lama terutama pada saat musim hujan. Hal ini justru akan menghambat
pertumbuhan akar tanaman.
Pada tabel Lampiran 6. dapat dilihat penyebaran perlakuan kegiatan
konservasi yang telah dilakukan di setiap blok. Rorak organik dapat mengatasi
permasalahan penyerapan hara khususnya pada tanah berpasir tinggi. Dari tabel
Lampiran 6. pembuatan rorak organik yang kurang tepat terdapat pada blok 21,

52

29, dan 31. Ketiga blok tersebut memiliki kandungan pasir 0 % sedangkan
kandungan mineral cukup tinggi. Berdasarkan kandungan tersebut, dapat
dikatakan bahwa penyerapan unsur hara pada blok-blok tersebut cukup baik
sehingga kurang tepat bila diaplikasikan rorak organik. Sebaliknya, banyak
terdapat blok-blok dengan kandungan pasir cukup tinggi yang belum
diaplikasikan rorak organik seperti yang dapat dilihat pada tabel Lampiran 6.
tersebut.
Tabel 8. Perhitungan Keseimbangan Air PT SLS-2 Tahun 2010
Bulan

HH

CH
(mm)

Cad.
Awal
(mm)

Evapotranspirasi
(mm)

Keseimbangan
(mm)

Cad.
Akhir
(mm)

Drainase
(mm)

Defisit
Air
(mm)

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f) = (c)+(d)-(e)

(g)

(h)

(i)

Jan

171

200

150

221

200

21

Feb

247

200

150

297

200

97

Mar

211

200

150

261

200

61

Apr

223

200

150

273

200

73

Mei

Jun

Jul

Agust

Sep

Okt

Nop

Des

Total

34

852

800

252

Berdasarkan data pada Tabel 8, dari bulan Januari hingga April, PT SLS
memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Pada bagian yang dilingkari
membuktikan bahwa terdapat kelebihan air dalam empat bulan terakhir, sehingga
air harus dikeluarkan melalui jaringan drainase. Seperti pada Gambar 14, akan
terjadi genangan yang cukup lama apabila pembuatan parit irigasi tidak
memperhatikan kondisi tanahnya. Pembuatan parit irigasi sampai pada saat ini
antara lain blok 20, 23, serta 26.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Pelaksanaan magang yang dilaksanakan penulis banyak memberikan
manfaat dengan menambah pengetahuan tentang budidaya kelapa sawit,
memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja sebagai BHL, pendamping
mandor serta pendamping asisten baik dari aspek teknis maupun manajerial dalam
bidang perkebunan.
Konservasi tanah yang telah dilakukan di kebun inti I (Kampar) antara lain
aplikasi tandan kosong sawit, pembuatan rorak organik, aplikasi pupuk kandang,
penanaman tanaman penutup tanah, serta pembuatan tapak timbun. Kegiatan
konservasi tanah ini dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi
erosi, meningkatkan kemampuan tanah menahan air (water-holding capacity),
serta meningkatkan daya serap unsur hara. Sementara itu, konservasi air yang
telah dilakukan antara lain pembuatan rorak tadah hujan, bangunan penahan air,
serta parit irigasi. Sistem konservasi air ini dimaksudkan untuk menerima air lebih
banyak sehingga dapat dimanfaatkan oleh pokok kelapa sawit. Penerapan sistem
konservasi tanah dan air ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan
serta ketersediaan air pada lahan.
Kegiatan pembuatan bangunan konservasi masih belum sepenuhnya
berjalan dengan efektif. Pelaksanaan pekerjaan secara nyata di lapangan tidak
sesuai dengan perencanaan. Hasil pekerjaan kurang sesuai dengan aturan yang
ditetapkan di antaranya pembuatan tapak timbun dan rorak. Pembuatan bangunan
konservasi ini tidak selalu baik untuk tanaman, tetapi juga dapat merusak antara
lain terjadi penggenangan yang cukup lama.

54

Saran
Saran penulis kepada PT Sari Lembah Subur-2 untuk pembuatan
bangunan konservasi adalah pengawasan yang lebih baik agar hasil pekerjaan
BHL sesuai dengan ketetapan yang diberikan. Manajemen yang teratur agar
perencanaan pekerjaan yang telah dibuat dapat terselesaikan sesuai target serta
membangun kerja sama yang baik antara pihak teknik dan pihak tanaman agar
pekerjaan dapat berjalan lancar tanpa menghambat pekerjaan yang lain.
Perencanaan serta aplikasi kegiatan pengembangan seperti pembuatan
bangunan konservasi dan air sebaiknya berdasarkan data-data informasi kondisi
lahan yang lengkap. Dengan demikian, kegiatan pengembangan maupun tindakan
kultur teknis kelapa sawit dapat dilakukan secara lebih optimal dan tepat sasaran.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 396 hal.
Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan
Upaya Pengelolaannya. Sebelas Maret University Press. Surakarta
Darmosakoro, W. dan S. Rahutomo. 2000. Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai
Bahan Pembenah Tanah, hal 167 - 168. Dalam W. Darmosakoro, E.S.
Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS.
Medan
Darmosarkoro, W.,I.Y. Harahap, dan E. Syamsuddin. 2001. Kultur Teknis pada
Tanaman Kelapa Sawit pada Kondisi Kekeringan dan Upaya
Penanggulangannya, hal 229. Dalam W. Darmosakoro, E.S. Sutarta, dan
Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan.
[Dirattanhun]Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan. 2007. Budidaya Kelapa
Sawit.
http://ditjenbun.deptan.go.id/tahunanbun/tahunan (26/11/2010)
[Ditjenbun]Direktorat Jendral Perkebunan. 2009. Statistik.
www.ditjenbud.deptan.go.id.
Jamilah. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Kelengasan terhadap
Perubahan Bahan Organik dan Nitrogen Total Entisol. USU Digital
Library. Medan.
Murtilaksono, K., E.S. Sutarta, N.H. Darlan, Sudarmo. 2007. Penerapan Teknik
Konservasi Tanah dan Air dalam Upaya Peningkatan Produksi Kelapa
Sawit. Prosiding HITI. Yogyakarta. Vol. IX:311-314.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit (Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir). Penebar Swadaya (PS). Jakarta. 412 hal.
Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 61 hal.
Sutarta, E.S. dan Winarna. 2007. Langkah Alternatif di Bidang Teknis
Pemupukan di Masa Krisis Ekonomi. hal 217 - 222. Dalam W.
Darmosakoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan
Kelapa Sawit. PPKS. Medan
Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 52 hal.

LAMPIRAN

57

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas


(KHL) di PT SLS - 2, Pelalawan Riau Tahun 2010.
Tanggal

Uraian
Kegiatan

17 Februari
18 Februari
19 Februari
20 Februari
22 Februari
23 Februari
24 Februari
25 Februari
27 Februari
1 Maret
2 Maret
3 Maret
4 Maret
5 Maret
6 Maret
8 Maret
9 Maret
10 Maret
11 Maret
12 Maret
13 Maret
15 Maret
17 Maret
18 Maret
19 Maret
20 Maret
22 Maret

Survey Kebun
Survey Parit Irigasi
Cek Pemupukan
Olahraga
Rawat TPH
Rawat TPH
Babat gawangan
Tapak timbun
Pembuatan bokasi
Garuk piringan
Babat gawangan
Rorak organik
Rorak organik
Garuk piringan
Tanam Neprolephis
Tanam Neprolephis
Tanam Neprolephis
Parit irigasi
Parit irigasi
Tanam Neprolephis
Babat gawangan
Path manual
Path manual
Rorak tadah hujan
Rorak tadah hujan
Path manual
Tabur pupuk
kandang
Tabur pupuk
kandang
Tabur pupuk
kandang
Aplikasi abu boiler
Aplikasi abu boiler
Aplikasi abu boiler
Tapak timbun
Aplikasi abu boiler

23 Maret
24 Maret
25 Maret
26 Maret
27 Maret
29 Maret
30 Maret

Prestasi Kerja
Penulis Karyawan Standar
.........(satuan/HK).........

Lokasi

10
12
0,5
2
25
0,5
5
5
25
20
15
20
10
9
20
0,5
200
200
2
2
220
15

20
20
1
7
45
1
12
12
45
22
22
22
15
15
22
1
300
300
4
4
310
30

20
20
1
7
45
1
12
12
45
22
22
22
15
15
22
1
300
300
4
4
300
30

Afd OS
Afd OS 23
Afd OD
Kilo bravo
Afd OS 2
Afd OS 2,3
Afd OS 14
Afd OS 30
Afd OD
Afd OS 10
Afd OS 12
Afd OS 17
Afd OS 17
Afd OS 26
Afd OS 23
Afd OS 20
Afd OS 20
Afd OS 23
Afd OS 23
Afd OS 21
Afd OS 14
Afd OS 5
Afd OS 5
Afd OS 8
Afd OS 8
Afd OS 5
Afd OS 20

15

30

30

Afd OS 20

15

30

30

Afd OS 20

40
40
40
2
40

60
60
60
7
60

60
60
60
7
60

Afd OS 13
Afd OS 13
Afd OS 13
Afd OS 29
Afd OS 13

58

Lampiran 1 (Lanjutan)
Tanggal
31 Maret
1 April
3 April
5 April
6 April
7 April
8 April
9 April
10 April
12 April
13 April
14 April
15 April

Uraian
Kegiatan
Rorak tadah hujan
Aplikasi tankos
Aplikasi tankos
Garuk piringan
Garuk piringan
Path manual
Dongkel anak kayu
Tapak timbun
Dongkel anak kayu
Rorak organik
Tanam Neprolephis
Aplikasi tankos
Aplikasi abu boiler

Prestasi Kerja
Penulis Karyawan Standar
2
4
4
12
22
22
12
22
22
25
45
45
27
45
45
200
300
300
0,3
0,5
0,5
3
7
7
0,3
0,5
0,5
8
12
12
15
22
22
15
22
22
40
60
60

Lokasi
Afd OS 8
Afd OS 9
Afd OS 12
Afd OS 26
Afd OS 26
Afd OS 8
Afd OS 15
Afd OS 31
Afd OS 15
Afd OS 24
Afd OS 9
Afd OS 16
Afd OS 14

59

Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di PT


SLS - 2, Pelalawan Riau 2010

Tanggal

16 April
17 April
19 April
20 April
21 April
22 April
23 April
24 April
26 April
27 April
28 April
29 April
30 April
1 Mei
3 Mei
4 Mei
5 Mei
6 Mei
7 Mei
8 Mei
10 Mei
11 Mei
12 Mei
14 Mei
15 Mei

Uraian Kegiatan

Pemupukan borat
Pemupukan borat
Garuk piringan
- Rawat TPH
- Rawat Gawangan
Rawat TPH
Pemupukan borat

Prestasi Kerja
Jumlah
Luas
Lama
KHL
areal
Kegiatan
yang
yang
(jam)
diawasi diawasi
(orang)
(ha)
15
77,3
5
15
72,04
5
23
9,3
7
-3
-64 unit - 7
-4
-4
-7
1
30 unit 7
15
73,3
5

Lokasi

Afd OS 1,2,4
Afd OS 5,8,11
Afd OS 10
-Afd OS 7,10
-Afd OS 14,21
Afd OS 7,10
Afd OS
22,19,15
Afd OS 9,12
Afd OS 12

Pemupukan borat
Pemupukan
spreader
Rorak tadah hujan
Buat TPH
Buat parit irigasi
Babat gawangan
Babat gawangan
Rorak tadah hujan
Rawat TPH
Pasang patok blok

13
13

53
25,18

6
7

6
12
11
5
4
3
2
1

0,8
26 unit
110 mtr
5
4
0,3
60 unit
3 blok

7
7
7
7
7
7
7
7

Path manual
Garuk piringan
Rawat TPH
Tabur pupuk
kandang
Garuk piringan
Rorak tadah hujan
Parit irigasi
Tanam Neprolephis
Path manual

7
16
2
9

7 pasar
5,4
20 unit
4

7
7
7
7

Afd OS 2
Afd OS 11,14
Afd OS 20
Afd OS 24
Afd OS 24
Afd OS 2
Afd OS 9
Afd OS
9,12,16
Afd OS 11
Afd OS 8
Afd OS 27,30
Afd OS 24

18
3
12
20
4

3,5
0,5
360 mtr
4
4

7
7
7
7
7

Afd OS 8
Afd OS 2
Afd OS 20
Afd OS 15
Afd OS 14

60

Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di PT


SLS - 2, Pelalawan Riau Tahun 2010
Prestasi Kerja
Luas
Lama
Areal
Kegiatan
yang
(jam)
diawasi
(ha)
5 blok
7

17 Mei

Panen

Jumlah
Mandor
yang
diawasi
(orang)
2

18 Mei
19 Mei
20 Mei
21 Mei

TPH timbun
Path manual
Tabur abu boiler
Panen

1
1
1
2

20
900 mtr
6,6
6 blok

7
7
7
7

22 Mei
24 Mei
25 Mei

1
1
1

2
10 pasar
2

7
7
6

26 Mei
27 Mei
29 Mei
31 Mei
1 Juni

Rawat gawangan
Path manual
Aplikasi pupuk
kandang
Petak antigonon
Dongkel anak kayu
Garuk piringan
Panen
Panen

1
1
1
2
2

20
6
7
5 blok
6 blok

7
7
7
7
7

2 Juni

Panen

6 blok

3 Juni
4 Juni
5 Juni
7 Juni

Tabur Tankos
Tabur Tankos
Rawat TPH
Panen

1
1
1
2

2
4
1
7 blok

7
7
7
7

8 Juni
9 Juni

Tabur Tankos
Panen

1
2

4
5 blok

7
7

10 Juni
11 Juni
12 Juni
14 Juni

Garuk piringan
Rawat infras
Panen
Panen

1
1
2
2

4,5
80 mtr
5 blok
6 blok

7
7
7
7

15 Juni

Dongkel anak kayu

Tanggal

Uraian Kegiatan

Lokasi

OS 19,22,25,
28,31
OS 4
OS 14
OS 14
OS 21,24,
27,30,29,26
OS 30
OS 5
OS 21
OS 18
OS 22
OS 27
OS 3,6,9,12,15
OS 1,2,4,7,
10,13
OS 5,8,11,14,
18,17
OS 7
OS 12
OS 16
OS 1,2,3,4,
6,7,9
OS 12
OS 17,21,24,
27,30
OS 25
OS 5
OS 3,6,9,12.15
OS 1,2,4,7,
10,13
OS 23

61

Lampiran 4. Data Curah Hujan PT SLS - 2, Pelalawan, Riau Selama 10 Tahun Terakhir (2000-2009)
Tahun

2000

2001

2002

Bulan

HH

CH

HH

CH

Jan

124

10

660,8

HH

2003

2004

CH

HH

CH

207,5

12

376,3

HH
8

2005

CH

HH

248,8

2006

CH

HH

2007

CH

HH

HH

324,0

342,0
340,0

Feb

100

221,0

84,5

213,3

12,0

72,0

178,0

106

212,5

136,0

266,3

11

219,5

12

313,0

64,0

Apr

271

345,0

10

168,5

19

315,9

10

231,0

11

291,0

10

367,5

Mei

147

120,5

171,0

164,5

152,0

11

320,0

167,0

Jun

359

147,0

63,0

104,5

161,0

123,0

Jul

5,3

64,0

253,2

14

218,0

10

249,0

88,0

Agt

294

144,0

56,9

11

250,5

96,0

117,0

CH

121,0

Mar

2008

2009

CH

HH

86,0

Rata-rata

CH

HH

CH

124,0

261,4

22,0

195,0

143,8

18

323,8

12

178,0

181,9

184,0

11

216,0

156,0

10

254,6

217,0

18

60,0

97,0

161,6

40,0

134,5

25,0

115,7

102,0

11

75,2

20,0

107,5

51,0

73,3

182,0

126,5

Sep

10

263

70,3

203,0

11

312,0

13

342,0

10

296,0

10

473,0

224,0

195,5

10

355,0

273,4

Okt

161

10

294,7

123,0

10

266,9

15

353,5

71,0

234,0

128,0

10

258,0

150,0

204,0

Nov

12

281

16

321,7

18

727,5

13

408,2

14

334,0

241,0

11

440,0

12

224,0

10

176,0

14

348,0

13

350,1

Des

204

60,2

18

321,4

10

245,5

14

267,0

10

290,0

12

521,0

183,0

56,0

18

351,0

11

249,9

Total

80

2310

73

2.603,0

92

2.326,3

127

3.177,1

112

2.473,8

95

2.542,0

77

2.979,5

76

2.035,0

120

1.676,3

96

2.181,0

94,8

2.430,4

BB

10

12

10

9,1

BK

Sumber : Kerani ADM PT Sari Lembah Subur

Keterangan :

HH : Hari Hujan (hari)


CH : Curah Hujan (mm)
BB : Bulan Basah (> 100 mm)
BK : Bulan Kering (< 60 mm)

Q = Rata-rata BK x 100%
Rata-rata BB
= 1,0 x 100% = 10,99%
9,1
Jadi menurut Schmidth-Ferguson, tipe iklim di SLS adalah A

62

Lampiran 5. Data Target dan Realisasi Produksi Afdeling OS Selama 5 Tahun Terakhir (2006-2010)
2006

2007

2008

2009

2010

Bulan
Target

Realisasi

Deviasi

Target

Realisasi

Deviasi

Target

Realisasi

Deviasi

Target

Realisasi

Deviasi

Target

Realisasi

Deviasi

Januari

1217,10

1171,45

-45,65

1565,76

1239,66

-326,10

1565,76

1470,93

-94,83

1451,81

1563,44

111,63

1765,55

1119,77

-645,78

Februari

1168,30

979,28

-189,02

1272,31

1079,30

-193,01

1272,31

1259,71

-12,60

1451,81

1058,55

-393,26

1498,32

926,86

-571,46

Maret

1261,56

1011,34

-250,22

1438,53

1014,29

-424,24

1438,53

1242,83

-195,70

1451,81

1327,86

-123,95

1585,83

1038,26

-547,57

April

1620,60

1077,57

-543,03

1489,83

1214,57

-275,26

1489,83

1261,78

-228,05

1451,81

1217,22

-234,59

1447,61

1021,16

-426,45

Mei

1694,10

1345,16

-348,94

1617,06

1417,22

-199,84

1617,06

1609,04

-8,02

1451,81

1327,43

-124,38

1561,65

751,67

-809,98

Juni

1438,40

1404,61

-33,79

1588,33

1412,19

-176,14

1588,33

1604,64

16,31

1451,81

1893,91

442,10

Juli

1387,70

1311,78

-75,92

1740,19

1747,48

7,29

1740,19

1755,68

15,49

1451,81

1726,34

274,53

Agustus

1537,90

1763,62

225,72

1926,93

1814,20

-112,73

1926,93

2092,76

165,83

1451,81

1701,96

250,15

September

1788,10

1780,27

-7,83

1972,07

1509,73

-462,34

1972,07

1450,97

-521,10

1451,81

1324,08

-127,73

Oktober

2047,00

1106,15

-940,85

2011,06

1473,22

-537,84

2011,06

1703,35

-307,71

1451,81

1850,17

398,36

Nopember

1789,70

1517,02

-272,68

1826,37

1756,74

-69,63

1826,37

1655,10

-171,27

1451,81

1660,29

208,48

Desember

1698,00

1041,67

-656,33

2072,63

1635,48

-437,15

2072,63

1537,08

-535,55

1451,81

1482,97

31,16

Rata-rata

1554,04

1292,49

-261,55

1710,09

1442,84

-267,25

1710,09

1553,66

-156,43

1451,81

1511,19

59,38

1571,79

971,54

-600,25

63

Lampiran 6. Jenis Tanah dan Pelaksanaan Konservasi Setiap Blok Afdeling OS


Keadaan Tanah
Blok

Luas
(ha)

Kegiatan Konservasi
Rorak
Organik

Pupuk
kandang

Parit
Irigasi

Tanam
Neprole
phis

Mineral
(%)

Pasir
(%)

Gambut
(%)

RTH

27,74

35

46

18

25,21

13

59

28

19,22

22

52

26

24,35

67

33

24,4

34

33

33

23,34

35

55

25,36

48

51

27,94

28

39

32

23,7

99

10

21,51

67

32

11

19,7

24

40

35

12

25,18

99

13

26,41

54

45

14

28,03

57

42

15

25,58

45

54

16

23,54

82

17

17

22,56

99

18

23,21

44

56

19

23,84

28

62

20

25,17

83

16

21

22,19

55

45

22

23,88

37

62

23

27,43

27

54

24

27,56

60

25

26,97

37

26

28,49

27

26,29

28
29

18

25

14

59

71

28

46

34

19

23,27

82

17

22,13

41

58

30

17,84

66

33

31

16,37

87

12

Total

748,41

48,1

33,6

17,5

64

Lampiran 7. Peta Lokasi Kebun PT SLS - 2, Pelalawan, Riau

65

Lampiran 8. Kupon Pemanen

Keterangan : - BM : Buah Mentah


- TP

: Tangkai Panjang

- BB

: Buah Busuk

- JJG : Janjang

66

Lampiran 9. Bangunan Konservasi

(a)

(b)

(c)

(d)
Keterangan :
(a) Flat-bed tadah
hujan.
(b) Parit irigasi.
(c) Rorak tadah
hujan.
(d) Over-flow

(e)

(e) Over-flow
permanen

Anda mungkin juga menyukai