KELOMPOK 3
Wida Maulidiyah
10334038
Dosen Pembimbing :
Page 1
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas interaksi obat ini. Pada
kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah
interaksi obat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih memiliki banyak kekurangan
karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca
sangat penulis harapkan. Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis akan
mendapatkan berkah dan pahala dari Allah SWT. Dan makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis, serta pembaca pada umumnya. Amin.
Penulis
Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
10
19
19
20
21
26
BAB IV PENUTUP
32
Kesimpulan
32
Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
34
Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dalam makalah Interaksi obat dalam gastrointestinal
membahas tentang interaksi dua obat/lebih obat yang diberikan secara bersamaan yang
terjadi di dalam saluran pencernaan. Interaksi obat dalam gastrointestinal umumnya
mempengaruhi proses absorpsi obat, sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absorpsi
yang merupakan bagian dari interaksi farmakokenetik. Seperti halnya interaksi obat lainnya.
Page 4
1.3
1.4
-
1.5
penulis membaca buku dan mencari data data yang diperlukan dalam pembuatan makalah
tentang interaksi obat dalam gastrointestinal.
Page 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
SISTEM GASTROINTESTINAL
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zatzat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ
yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Mulut
- Merupakan jalan masuk sistem pencernaan
- Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir
- Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah, penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung
- Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar)
- Ludah (saliva) akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya serta Ludah juga mengandung antibodi dan enzim.
Page 6
MULUT
Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan
Kerongkongan (Oesofagus)
Merupakan tabung berotot yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik
dibagi menjadi 3 bagian :
a.bagian superior
b.bagian tengah (media)
c. bagian inferior
Lambung (Gaster)
Merupakan organ otot berongga yang besar dan terdiri dari 3 bagian yaitu Kardia, Fundus, dan
Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung melalui otot berbentuk cincin (sfincter) yang bisa membuka dan
menutup
Lambung berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan emzim-enzim
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : lendir, asam klorida (HCl), pepsin
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung
HCl menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein
dan berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Page 7
LAMBUNG
Usus Halus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum)
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter
USUS HALUS
Usus Besar (Kolon)
terdiri dari :
INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL
Page 8
Page 9
RECTUM&ANUS
Pancreas
Merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :
- Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan yang akan dilepaskan ke duodenum
- Pulau pankreas, menghasilkan hormon yang akan dilepaskan ke dalam darah
Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi
duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
Hati
Merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya
berhubungan dengan pencernaan.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan kapiler. Kapiler ini
mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada
akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
2.2
INTERAKSI OBAT
Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengatuhi atau diubah oleh obat lain.
Obat presipitan (precipitant drug), yakni obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi atau
efek obat lain.
1. Obat obyek
Page 10
Obat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi atau efeknya dipengaruhi oleh obat
lain, umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri:
a.
Jika terjadi perubahan sedikit saja terhadap dosis obat (kadar obat) akan menimbulkan
perubahan besar pada efek klinik. Secara farmakologi obat-obat seperti ini sering dikatakan
sebagai obat-obat dengan kurva dosis respons yang tajam (curam; steep dose response
curve),pengurangan kadar obat sedikit saja sudah dapat mengurangi manfaat klinik (clinical
efficacy) dari obat.
b.
Obat-obat dengan rasio toksis terapik yang rendah (low toxic:therapeutic ratio), artinya
antara dosis toksik dan dosis terapetik mempunyai perbandingan (atau perbedaan) yang
tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar) obat sudah menyebabkan terjadinya efek
toksis.
Kedua ciri obat obyek di atas, yakni apakah obat yang manfaat kliniknya mudah dikurangi
atau efek toksiknya mudah diperbesar oleh obat presipitan, akan saling berkaitan dan tidak
berdiri sendiri-sendiri. Obat-obat seperti ini juga sering dikenal dengan obat-obat dengan
lingkup terapetik yang sempit (narrow therapeutic range).
Obat-obat yang memenuhi ciri-ciri di atas dan sering menjadi obyek interaksi dalam klinik
meliputi,
antikoagulansia: warfarin,
antikonvulsansia (antikejang): antiepilepsi,
hipoglikemika: antidiabetika oral seperti tolbutamid, klorpropamid dll,
anti-aritmia: lidokain,prokainamid dll,
glikosida jantung: digoksin,
antihipertensi,
kontrasepsi oral steroid,
antibiotika aminoglikosida,
obat-obat sitotoksik,
obat-obat susunan saraf pusat, dan lain-lain.
2. Obat presipitan
Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Untuk dapat
mempengaruhi aksi/efek obat lain, maka obat presipitan umumnya adalah obat-obat dengan ciri
sebagai berikut:
a.
Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, dengan demikian akan menggeser ikatan-ikatan
protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat yang tergeser ini (displaced), kadar obat
Page 11
Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (inducer) enzimenzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang mempunyai sifat sebagai
perangsang enzim (enzyme inducer) akan mempercepat eliminasi (metabolisme) obat-obat
yang lain sehingga kadar dalam darah lebih cepat hilang,
misalnya rifampisin,
karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain. Sedangkan obat-obat yang dapat
menghambat metabolisme (enzyme inhibator) akan meningkatkan kadar obat obyek
sehingga terjadi efek toksik, termasuk kloramfenikol, fenilbutason, alopurinol, simetidin dan
lain-lain.
c.
Obat-obat yang dapat mempengaruhi /merubah fungsi ginjal sehingga eliminasi obat-obat
lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-obat golongan diuretika dan lain-lain.
Ciri-ciri obat presipitan tersebut adalah jika kita melihat dari segi interaksi farmakokinetika,
yakni terutama pada proses distribusi (ikatan protein), metabolisme dan ekskresi renal.
Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri ini tadi yang dapat bertindak sebagai obat
presipitan dengan mekanisme yang berbeda-beda.
Presipitant
drug
Interaksi
obat
Objec drug
Page 12
pengendapan. Bentuk interaksi ini ada 2 macam : Interaksi secara fisik, misalnya terjadi
perubahan kelarutan, Interaksi secara kimia, misalnya terjadi reaksi satu dengan yang lain
atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam
penyimpanan.
Beberapa cara untuk menghindari interaksi farmasetik ini antara lain :
Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali jika yakin betul bahwa tidak ada
interaksi antar obat.
Dianjurkan menghindari pemberian obat bersama-sama melalui infus.
Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer leaflet),
untuk melihat peringatan pada pencampuran dan cara pemberian obat (terutama untuk
obat-obat parenteral misalnya injeks infus dan lain-lain)
Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravena atau yang lain, perhatikan
bahwa tidak ada perubahan warna, kekeruhan, presipitasi dan lain-lain dari larutan.
Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan menimbun terlalu lama larutan
yang sudah dicampur, kecuali untuk obat-obat yang memang sudah tersedia dalam
bentuk larutan seperti metronidazol , lidokain dan lain-lain.
Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-obat yang sudah
dimasukkan, termasuk dosis dan waktunya.
Jika harus memberi infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur infus, kecuali jika
yakin tidak ada interaksi. Jangan ragu-ragu konsultasi kepada apoteker rumah sakit.
2. INTERAKSI FARMAKOKINETIKA
Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada absorbsi,
metabolisme, distribusi dan ekskresi suatu obat oleh obat lain. Termasuk dalam hal
mempengaruhi absorbsi pada gastrointestinal, mengganggu ikatan dengan protein plasma,
menghambat atau merangsang metabolisme dan memperlambat atau mempercepat ekskresi.
a. Interaksi dalam proses absorpsi
Interaksi dalam proses absorpsi dapat terjadi dengan berbagai cara, misalnya :
Page 13
Page 14
Pemacuan enzim akan berakibat kegagalan terapi, karena kadar optimal tidak
tercapai.
Penghambatan enzim akan berakibat meningkatnya kadar obat melampaui
ambang toksik.
c. Interaksi dalam proses ekskresi
Interaksi obat atau metabolitnya melalui organ ekskresi terutama ginjal dapat dipengaruhi
oleh obat-obat lain. Yang paling dikenal adalah interaksi antara probenesid dengan
penisilin melalui kompetisi sekresi tubuli sehinggan proses sekresi penisilin terhambat,
maka kadar penisilin dapat dipertahankan dalam tubuh. Interaksi probenisid dan penisilin
adalah contoh interaksi yang menguntungkan secara terapetik. Klinidin juga menghambat
sekresi aktif digoksin dengan akibat peningkatan kadar digoksin dalam darah, kira-kira
sampai 2 kali, sehingga terjadi peningkatan kejadian efek toksik digoksin. Salisilat
menghambat sekresi aktif metotreksat. Obat-obat diuretika menyebabkan retensi lithium
karena hambatan pada proses ekskresinya. Furosemid juga dapat meningkatkan efek
toksik ginjal dari aminoglikosida, kemungkinan oleh karena perubahan ekskresi
aminoglkosida.
3. INTERAKSI FARMAKODINAMIK.
Interaksi ini terjadi bila suatu obat secara langsung merubah aksi molekuler atau kerja
fisiologis obat lain. Kemungkinan yang dapat terjadi :
a. Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ sinergisme).
b. Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan ( antagonisme ).
c. Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah.
Page 15
Page 16
Obat-obat dengan efek akhir yang sama atau hampir sama, walaupun tempat kerja
ata reseptornya berlainan, kalau diberikan bersamaan akan memberikan efek yang
saling memperkuat. Misalnya :
Interaksi obat cukup penting untuk diperhatikan namun cenderung terlupakan karena
terlalu fokus pada penyakit yang kompleks sehingga melupakan obat-obat tersebut yang dapat
berinteraksi satu dengan yang lain. Interaksi obat kerap terjadi akibat penggunaan banyak obat,
sehingga membahayakan nyawa pasien itu sendiri.
Interaksi yang kerap terjadi biasanya adalah interaksi farmakodinamik dan interaksi
farmakokinetik. Farmakodinamik dapat diartikan efek obat terhadap tubuh sedangkan
INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL
Page 17
Efek Sinergis : 1 + 1 = 10
Obat A dan obat B digunakan bersamaan sehingga memberikan efek yang berlipat ganda.
Efek Antagonis : 1 + 1 = 1
Obat A dan obat B digunakan bersamaan sehingga memberikan efek meniadakan salah satu
dari efek obat.
Efek Additif : 1 + 1 = 2
Obat A dan obat B digunakan bersamaan sehingga memberikan efek ganda.
Dalam menyikapi interaksi obat ini, hal-hal yang perlu diakali adalah cara pencegahan terjadinya
interaksi dengan "memainkan" waktu pemberian obat, misal Obat A diberikan pada jam 8 dan
obat B diberikan pada jam 12.
Ada juga teknik-teknik lain dalam mengakali adalah meningkatkan / menurunkan dosis
pemberian obat ketika waktu pemberian obat tidak dapat diubah. Misal dosis obat A karena dapat
dinetralkan oleh obat B maka dosis obat A diberikan berlebih.
Page 18
BAB III
PEMBAHASAN
Page 19
Umumnya obat diabsorpsi di dalam usus, dimana absorpsi di usus jauh lebih cepat
dibandingkan di lambung. Oleh karena itu makin cepat obat sampai ke usus makin cepat
juga diabsorpsi. Obat-obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung akan
mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan dan begitu juga sebaliknya
obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung akan memperlambat absorpsi obat
lain.
Contoh : Metoklopramid yang akan mempercepat absorpsi parasetamol, diazepam dan
propanolol dan obat antikolinergik, antidepresi trisiklik, beberapa antihistamin antacid gram
Al dan analgetik narkotik akan memperlambat absorpsi obat lain.
4. Perubahan Flora usus.
Secara normal flora usus berfungsi sebagai sebagai:
Sintensis vitamin K dan merupakan sumber vitamin K yang penting
Memecah sulfasalazim menjadi bagian-bagian yang aktif
Sebagai metabolism obat (misal levodova)
Hidrolisis ghukuronid yang dieksresi melalui empedu sehingga terjadi sirkulasi
enterohepatik yang memperpanjang kerja obat (misal kontrasepsi oral)
Pemberian antibiotic spectrum luas (seperti : tetrasiklin, kloramfenikol, ampisilin,
sulfonamide) akan mempengaruhi flora usus sehingga menghambat sintesa vitamin K oleh
mikroorganisme usus. Apabila antibiotic ini diberikan bersama antikoagulan oral maka efek
antikoagulan akan meningkat dan dapat terjadi pendarahan.
5. Efek toksik pada saluran cerna
Terapi kronik dengan asam mefanamat, neomisin dan kolkisin menimbullkan sindrom
malabsorpsi yang menyebabkan absorpsi obat lain terganggu
6. Mekanisme tidak diketahui
Ada beberapa obat mengurangi jumlah absorpsi obat lain dengan mekanisme yang tidak
diketahui. Misal :Penobarbital yang dapat mengurangi absopsi griseofulvin dalam saluran
cerna.
3.2 INTERAKSI ANTARA OBAT DENGAN MAKANAN
Interaski obat dengan makanan masih belum banyak diketahui, seperti halnya dengan
interaksi antara obat dengan obat lain maka interaksi ini juga mempengaruhi absopsi obat.
Interaksi antara obat-makanan ini dapat terjadi karena beberapa hal:
1. Terjadinya perubahan Ph dalam lambung, sehingga menyebabkan penundaan absorpsi obat.
2. Perubahan motilitas usus, missal rifampisin dan isoniazid yang absorpsinya lebih kecil pada
pemakaian setelah makan dibandingkan jika obat tersebut diminum pada waktu lambung
kosong.
INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL
Page 20
3. Terjadinya reaksi kimia yang membentuk kompleks sama seperti obat-obat yang
mengandung kation multivalent, tetrasiklin akan membentuk khelat dengan makanan yang
mengandung ion kalsium, magnesium atau besi sehingga susah diabsorpsi.
4. Terjadinya pembentukan senyawa N-nitroso (nitrosamine) yang disebut kanserogen. Ini
terjadi pada zat makanan yang mengandung nitrit (nitirit biasanya digunakan sebagai
pengawet daging dan sosis) dengan aminofenazon.
5. Kompetisi untuk mekanisme aktif, dimana absopsi obat dapat dihambat secara kompetititf
oleh zat makanan yang bersangutan. Kompetisi ini terjadi pada obat-obat yang merupakan
analog dari zat makanan, seperti levodopa, metildopa dan 6-merkaptopurin yang diabsorpsi
aktif melalui mekanisme yang sama dengan mekanisme bahan makanan.
Contoh : absorpsi levodopa dihambat oleh fenilalanin yang berasal dari diet tinggi protein
(2g/kg/hari) dan absorpsinya akan meningkat dengan diet rendah protein (0,5 g/kg/hari)
6. Selain menghambat absorpsi obat, ada juga obat-obat tertentu yang absorpsinya lebih cepat
dan sempurna jika diberikan bersama makanan, Misal: spironolakton atau feniton
absorpsinya lebih cepat diberikan bersama makanan dan absorpsi griseofulvin (bersiafat
lipofil) akan meningkat jika diberikan bersama makanan yang banyak mengandung lemak.
3.3
Page 21
c. Analogon Prostaglandin-E1
Contohnya : misoprostol (cytotec) menghambat secara langsung sel-sel parietal.
d. Zat-Zat Pelindung Ulcus
Contohnya : mucosaprotectiva, sukralfat, Al-hidroksida, dan bismut koloidal yang
menutup tukak dengan suatu lapisan pelindung terhadap serangan asam pepsin
e. Antibiotika
Contohnya : amoksisislin, tetrasiklin, klaritromisin, metronidazol, dan tinidazol. Obat ini
digunakan dalam kombinasi sebagai triple atau quadruple therapy untuk membasmi
H.pylory dan untuk mencapai penyembuhan lengkap tukak lambung/usus.
f. Obat Penguat Motilitas
Contohnya : metoklopramida, cisaprida, dan domperidon. Obat ini juga digunakan
prokinetika atau propulsiva dan berdaya antiemetik serta antagonis dopamin.
g. Obat Penenang
Contohnya : meprobamat, diazepam dan lain-lain.
h. Obat Pembantu
Contohnya : asam alginat, succus, dan dimethicon
3. Obat-Obat Yang Meningkatkan Mukosa Lambung
Contohnya : sulkralfat
4. Digestan
Adalah obat yang membantu proses pencernaan. Obat ini bermanfaat pada defisiensi satu
atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan di saluran cerna. Contohnya : enzim
pankreas, dan empedu
5. Laksansia
Adalah zat-zat yang menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai refleks dari
rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian menyebabkan atau
mempermudah buang air besar atau (defekasi) dan meredakan sembelit. Laksansia dibagi
berdasarkan atas farmakologi dan sifat kimiawinya yaitu :
a. Laksansia Kontak
Contoh : derivat-derivat antrakinon (Rhammus = Cascara sagrada, senna, rhei), derivatderivat difenilmetan (bisakodil, pikosulfat, fenolftalein), dan minyak kastor. Zat-zat ini
merangsang secara langsung dinding usus dengan akibat peningkatanperistaltik dan
pengeluaran isi usus dengan cepat.
b. Laksansia Osmotik
Contohnya : magnesium sulfat/sitrat dan natrium sulfat, gliserol, manitol, sorbitol,
laktulosa, dan laktitol. Senyawa-senyawa ini berkahasiat mencahar berdasarkan lambat
absorpsinya oleh usus, sehingga menarik air dari luar usus melalui dinding ke dalam usus
oleh proses osmosa.
c. Zat-Zat Pembesar Volume
INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL
Page 22
Contohnya : zat-zat lendir (agar-agar, metilselulosa, dan CMC), dan zat-zat nabati
Psyllium, Gom Sterculia dan katul. Semua senyawa polisakarida ini sukar dipecah dalam
usus dan tidak diserap (dicernakan).
d. Zat-Zat Pelicin dan Emollientia
Contohnya : natrium docusinat, natriumlauril-sulfo-asetat, dan parafin cair. Kedua zat
pertama memiliki aktivitas permukaan (detergensia) dan mempermudah defekasi, karena
melunakkan tinja dengan jalan meningkatkan penetrasi air ke dalamnya. Parafin
melicinkan penerusan tinja dan bekerja sebagai bahan pelumas.
6. Antidiare
Adalah obat yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya diare.
Pembagian obat antidiare adalah :
a. Kemoterapeutika
Untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotika,
sulfonamida, kinolon dan furazolidon.
b. Obstipansia
Untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yakni :
- Zat-zat penekan peristaltik
- Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus
- Adsorbensia
c. Spasmolitika
Yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang kejang otot yang sering kali mengakibatkan
nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium
7. Antiemetika
Adalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan muntah. Berdasarkan mekanisme
kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Antikolinergika
Contohnya skopolamin dan antihistaminika (siklizin, meklizin, sinarizin, prometazin, dan
dimenhidrinat). Obat-obat ini efektif terhadap segala jenis muntah dan banyak digunakan
pada mabuk darat dan mual kehaminla (antihistaminika).
b. Antagonis Dopamin
Zat-zat ini hanya efektif pada mual yang diakibatkan oleh efek samping obat. Contoh
obatnya : propulsiva (prokinetika), derivat fenotiazin, derivat butirofenon.
c. Antagonis Serotinin
Contohnya : granisetron, ondansetron, dan tropisetron.
d. Kortikosterioda
Contohnya : deksametason ternyata efektif untuk muntah-muntah yang diakibatkan oleh
sitostatika.
e. Benzodiazepin
Page 23
f.
Mempengaruhi sistem kortikal/limbis dari otak dan tidak mengurangi frekuensi dan
hebatnya emesis melainkan memperbaiki sikap pasien terhadap peristiwa muntah.
Kanabinoida
Contohnya : marihuana, THC = Tetrahidricanabinol = dronabinol). Efektif pada dosis
tinggi sitostatika
1.
MEKANISME KERJA
Antasida
Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk
menghilangkan nyeri tukak peptik. Antasida tidak mengurangi volume HCL yang dikeluarkan
lambung, tetapi peninggian pH akan menurunkan aktivitas pepsin. Umumnya antasida
merupakan basa lemah. Senyawa oksi alumunium sukar untuk meninggikan pH lambung lebi
dari 4, sedangkan basa yang lebih kuat seperti magnesium hidroksida secara teoritis apat
meninggikan pH sampai 9, tetapi kenyataannya tidak terjadi. Semua antasida meningkatkan
produksi HCL berdasarkan kenaikan pH yang meningkatkan aktivitas gastrin.
Antasida dibagi kedalam dua golongan yaituantasida sistemik dan antaasida non sistemik.
Antasida sistemik misalnya natrium bikarbonat, diabsorbsi dalam usus halus sehingga
menyebabkan urin bersifat alkalis. Pada pasien dengan kelainan ginjal, dapat terjadi alkalosis
metabolik.kronik natrium bikarbonat memudahkannefrotiliasis fosfat. Antaida non sistemik
hampir tidak diabsorbsi dalam usus sehingga tidak menimbulkan alkalosis metabolik. Contoh
antasida non sistemik ialah sediaan magnesium, aluminium dan kalsium.
2.
Obat berikut ini diindikasi untuk tukak peptik karena dapat menghambat sekresi asam
lambung, yaitu antihistamin H2, antimuskarinik, penghambat proton dan misoprostol
Penghambat pompa proton merupakan penghambat sekresi asam lambung lebih kuar dari
AH2. Obat ini bekerja di terakhir peoses asam lambung, lebih distal dari AMP. Pada obat
misoprostol, suatu analog metil ester prostaglandi E1. Obat ini berefek menghambat sekresi HCL
dan bersifat sitoprotektif untuk mencegah tukak saluran cerna yang diinduksi obat-obat AINS.
Obat ini menyembuhkan tukak lambung dan duodenum, efeknya berbeda bermakna dibanding
plasebo dan sebanding dengan simetidin. Misoprostol menyembuhkan tukak duodenum yang
telah refrakter terhadap AH2.
3.
Page 24
nekrotik tukak secara selektif. Sukralfat hampir tidak diabsorbsi secara sistemik. Obat yang
bekerja ebagai sawar terhadap HCL dan pepsin ini terutama efektif terhadap tukak duodenum.
Kaarenaa suasana asam perlu untuk mengaktifkan obat ini, pemberiaan bersama AH2 atau
antasida menurunkan biovailabilitas.
4.
Obat penenang
Sudah lama diketahui bahwa stres emosional membuat penyakit tukak lambung
bertambah parah, sedangkan pada waktu serangan akut biasanya timbul kegelisahan dan
kecemasan pada penderita. Guna mengatasi hal-hal tersebut, penderita sering kali diterapi
dengan
antasida
disertai
tambahan
obat
penenang
seperti
oksazepam
Page 25
3.4
No
Nama
Obat A
Cisapride
Nama
Obat B
Mekanisme obat A
Mekanisme Obat B
Interaksi
Alkohol
Antagonis reseptor
serotonin yang
menstimulasi
motilitas saluran
cerna dengan cara
meningkatkan
tekanan sphincter
esophagus bawah
dan meningkatkan
bersihan asam
esophagus.
Cisapride
meningkatkan
Memicu produksi asam pengosongan
lambung secara
lambung dan
berlebihan
meningkatkan
level alkohol
dalam serum
Antagonis reseptor
serotonin yang
menstimulasi
motilitas saluran
cerna dengan cara
meningkatkan
tekanan sphincter
esophagus bawah
dan meningkatkan
bersihan asam
esophagus.
Menekan secara
langsung sel T helper
subsets dan menekan
secara umum produksi
limfokin-limfokin,
menekan produksi
interferon,
Cisapride
Siklosporin
Cisapride
Diazepam
Antagonis reseptor
serotonin yang
menstimulasi
motilitas saluran
cerna dengan cara
meningkatkan
Page 26
Cisapride
meningkatkan
AUC dan level
siklosporin
dalam serum
Cisapride
mempercepat
absorpsi dari
diazepam
tekanan sphincter
esophagus bawah
dan meningkatkan
bersihan asam
esophagus.
Cisapride
Cisapride
Morfin
Antagonis reseptor
serotonin yang
menstimulasi
motilitas saluran
cerna dengan cara
meningkatkan
tekanan sphincter
esophagus bawah
dan meningkatkan
bersihan asam
esophagus.
Morfin memperlihatkan
efek utamanya dengan
Cisapride
berinteraksi dengan
meningkatkan
reseptor opioid pada
peak level
SSP dan saluran cerna.
morfin dalam
Opioid menyebabkan
serum tapi tidak
hiperpolarisasi sel
mempengaruhi
saraf, dan penghabatan
efek morfin
presinnaptik pelepasan
transmiter.
Nifedipine
Antagonis reseptor
serotonin yang
menstimulasi
motilitas saluran
cerna dengan cara
meningkatkan
tekanan sphincter
esophagus bawah
dan meningkatkan
bersihan asam
esophagus.
Memblok kanal Ca
type-L hambat influk Cisapride
Ca ke intraselkadar meningkatkan
Ca intrasel
level nifedipine
*kontraktilitas sel otot dengan
polosvaskular
peningkatan efek
vasodilatasi
nifedipine dan
resistensi perifer
peningkatan
*pd otot jantung
absorpsi
kontraktilitas, HR
Menghambat
produksi asam
dengan berkompetisi
secara reversibel
untuk mengikat H2reseptor pada
membran basolateral
sel parietal
Membentuk kompleks
yang stabil dengan
DNA dependent RNA
polymerase
menyebabkan
penghambatan
pembentukan rantai
pada sintesis RNA
Peningkatan
clearance nonrenal dari
cimetidine
hingga 50%
karena induksi
enzim oleh
rifampicin
Menghasilkan radikal
bebas berinti karbon
dimana parasit malaria
sensitif terhadap
Menginduksi
sitokrom P450
isoenzim
CYP2C19
Cimetidine
Rifampicin
Omeprazole
Page 27
mentranspor ion H+
keluar dari sel
radikal bebas ini
parietal lambung
sehingga
meningkatkan
metabolisme dari
omeprazole
Omeprazole
Mengontrol sekresi
asam lambung
dengan menghambat
Claritomicin pompa proton yang
mentranspor ion H+
keluar dari sel
parietal lambung
Menghambat sistem
protein bakteri dan
terikat pada sub unit
ribosom 50s
mikroorganisme yang
sensitive
Meningkatkan
level omeprazole
dalam serum
sebanyak 2 kali
lebih banyak
tanpa mengubah
efeknya
Omeprazole
Mengontrol sekresi
asam lambung
dengan menghambat
Escitalopram pompa proton yang
mentranspor ion H+
keluar dari sel
parietal lambung
Meningkatkan aktivitas
serotonin melalui
inhibisi selektif reuptake serotonin pada
membran neuronal
Omeprazole
meningkatkan
level
escitalopram
Loperamide
Menghambat
motilitas/ peristaltik
usus dengan
Comempengaruhi
Trimoxazole secara langsung otot
sirkular dan
longitudinal dinding
usus
Menghambat sintesis
asam folat dan
pertumbuhan
mikroorganisme
dengan menghambat
susunan asam
dihidrofolat dari asam
paraamino benzen
(PABA)
Co-Trimoxazole
menginhibisi
metabolisme
Loperamide
sehingga terjadi
peningkatan
level
Loperamide
dalam plasma
11
Loperamide
Menghambat
motilitas/ peristaltik
usus dengan
mempengaruhi
secara langsung otot
sirkular dan
longitudinal dinding
usus
12
Merangsang sekresi
Tripotassium
prostaglandin atau
dicitratobismuth Omeprazole
bikarbonat mukosa
ate
yang menyebabkan
10
Ritonavir
Page 28
Ritonavir
Menghambat kerja
meningkatkan
enzim protease HIV
level
yang dibutuhkan untuk
Loperamide
membuat virus baru
dalam plasma
Mengontrol sekresi
asam lambung dengan
menghambat pompa
proton yang
Omeprazol
meningkatkan
penyerapan dan
bioavailabilitas
bismut dari
efek toksik langsung mentranspor ion H+
tripotassium
pada H.pylori
keluar dari sel parietal dicitratobismuth
lambung
lambung
ate dan bismut
biskalcitrate
Tripotassium
dicitratobismuth Ranitidin
ate
Menghambat sekresi
asam lambung basal
dan nocturnal melalui
penghambatan
kompetitif terhadap
Merangsang sekresi
kerja histamine pada
prostaglandin atau
reseptor H2 di sel-sel
bikarbonat mukosa
parietal.
yang menyebabkan
Ranitidine juga
efek toksik langsung
menghambat sekresi
pada H.pylori
asam lambung yang
lambung
dirangsan oleh
makanan, betazole,
penttagastrin, kafein,
insulin, dan reflek
vagal fisiologis
Ranitidin
meningkatkan
penyerapan
bismut dari
tripotassium
dicitratobismuth
ate
14
Antasida
Fe
menetralkan asam
lambung sehingga
berguna untuk
menghilangkan nyeri
tukak peptik
pHv lambung
meurun,
sehingga
jumalah absorpsi
obat B
meningkat
15
Antikolinergik
Levodopa
13
bekerja menyekat
mengendalikan kadar
reseptor muskarinik dopamin substansia
yang
nigra, di dalam neuron
menyebabkanhambat tsb levodopa akan
an semua fungsi
berkonversi menjadi
muskarinik
dopamin
Page 29
Obat A
memperpanjng
waktu
pengosongan
lambung
bioavaibilitas
obat B menurun
(karena
meningkatnnya
pembentukan
dopamine oleh
enzim dopa
karboksilase di
mukosa saluran
cerna)
16.
17
18
Antasida
Aspirin
Tetrasiklin
Kation
monovalen
(Ca2+, Mg2+,
Al3+ dalam
antacid, Ca2+
dalam susu,
Fe2+ dalam
sediaan besi
menetralkan asam
lambung sehingga
berguna untuk
menghilangkan
nyeri tukak peptik
Mengasetilasi enzim
siklooksigenase dan
menghambat
pembentukan enzyme
siklik endoperoxides
Terbentuk kelat
yang tidak dapat
diabsorpsi
sehingga jumlah
obat A dan Fe2+
menurun
Menghambat proses
sintesis protein dari
bakteri yang
menyerang tubuh
hambatan terhadap
enzim siklooksigenase
(COX: cyclooxigenase
), dan penelitian
terbaru menunjukkan
bahwa obat ini lebih
selektif menghambat
COX-2
Metoclopramid,
laksans, Mg
parasetamol
(OH)2 dalam
antacid
Kelarutan obat B
(obat-obat asam)
meningkat
absorpi obat B
meningkat
Obat A
memperpendek
waktu
pengosongan
lambung
mempercepat
absorpsi obat B
Makanan
Mekanisme Obat
Interaksi
Telur, ikan,
Cimetidine tempe
(kaya protein)
Page 30
lambung
Sukralfat
menurun.
Lexapro
Komposisi : Escitalopram
2.
Protop, Pumpitor, Norsec, Lambuzole, Loklor, Losec, OMZ, Prilos,
Socid, Contral, Dudencer, Opm, Onic, Promezol, Stomacer, Prohibit, Ulzol,
Zollocid, Zepral, Lokev, Meisec, Omevell, Ozid
Komposisi : Omeprazole
3.
Antasida Doen
Komposisi : aluminium Hidroksida
Page 31
Page 32
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN :
Interaski obat/ drugs interaction adalah peristiwa di mana aksi suatu obat
diubah atau dipengaruhi oleh obat lain diberikan bersamaan.
Atau dapat juga
didefinisikan sebagai modifikasi efek satu obat akibat obat lain yang diberikan
amaan:
bers
atau apabila dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa
sehingga efektivitas atau toksisitas satu obat/lebih berubah.
Berdasarkan mekanismenya interaksiobat
dibagi menjadi 3 tipe ; yatiu
interaksi farmasetik, interaksi farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik.
Interaksi gastrointestinal termasuk ke dalam interaksi farmakokinetik yang
mempengaruhi kecepatan absopsi dari suatu obat interaksi ini dapat terjadi antara
obat dengan obat lain atau obat dengan makanan.
Pada interaksi gastrointesti
nal ada beberapa factor dan mekanisme kerja
terjadinya interaksi obat; yaitu:
Terjadinya interaksinya langsung antara obat yang satu dengan yang lain,
seperti : terbentuknya kompleks, teradsorpsinya obat yang satu oleh obat
lain, dll Contoh : tetrasiklin
dengan antasida
Page 33
SARAN
Masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya ini, karena kekurang mengertian
serta keterbatasan kami dalam pengumpulan data dan informasi. Karena itu demi perbaikan
karya di masa yang akan datang, berikut ini beberapa saran yang mungkin bisa menjadi acuan
bagi pembaca sekalian dalam makalah interaksi obat dalam gastrointestinal
-
Page 34
Page 35