Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

I.A.

Latar Belakang
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh

tubuh. Hampir seluruh permukaan tubuh ditumbuhi rambut, hanya sebagian


kecil yang tidak ditumbuhi rambut, yaitu telapak tangan, kaki, dan kuku (1).
Rambut terdiri atas akar dan tangkai rambut. Rambut terdiri atas bagian yang
terbenam di dalam kulit (akar rambut) dan bagian yang di luar kulit (batang
rambut). Ada dua macam tipe rambut, yaitu lanugo yang halus tidak
mengandung banyak pigmen, ditemukan pada bayi, serta terminal yang kasar,
banyak pigmen, mempunyai medula, dan ditemukan pada orang dewasa (1,2).
Ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan perubahan kondisi kulit
kepala dan rambut seperti faktor lanjut usia, depresi, diet makanan yang
mengandung kadar lemak tinggi, iklim dan cuaca, dan juga zat kimia. Apabila
hal tersebut tidak diperhatikan maka memungkinkan adanya peningkatan
minyak kulit kepala sehingga akan menyebabkan kelainan pada kulit kepala
seperti ketombe(2).
Ketombe adalah sejenis penyakit peradangan kulit berminyak (dermatitis
seboroik) yang paling ringan namun lebih sering menjadi masalah bagi
penderita karena mengurangi daya tarik seseorang akibat kotornya rambut
yang merupakan mahkota kecantikan seseorang. Gangguan ketombe berarti
kelainan pada pengelupasan sel keratin epidermal akibat beberapa faktorfaktor(2). Kulit kepala yang berketombe adalah suatu ekosistem dari beberapa

mikroba. Mikroba yang umumnya ditemukan pada kulit kepala yang


berketombe adalah Staphylococcus aureus dan Ptyrosporum ovale(3).
Seledri atau dengan nama latin Apium graveolens L. merupakan salah satu
bahan alam yang mempunyai banyak manfaat. Selama ini yang banyak
diketahui oleh masyarakat manfaat dari seledri yaitu dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme serta jamur di rambut yang menyebabkan
ketombe. Seledri memilki kandungan flavonoid, saponin dan tanin yang
dapat berfungsi sebagai antimikroba(4). Flavonoid mempunyai tiga macam
mekanisme antibakteri, yaitu dengan cara menghambat sintesis asam nukleat,
menghambat fungsi membran sitoplasma, dan menghambat metabolisme
energi. Saponin memiliki kemampuan antibakteri dengan memberikan
perlindungan terhadap patogen potensial selain itu saponin akan mengganggu
tegangan permukaan dinding sel. Tanin memiliki aktivitas antibakteri dengan
cara dinding bakteri yang telah lisis akibatnya senyawa saponin dan flavonoid
sehingga menyebabkan senyawa tanin dapat dengan mudah masuk kedalam
sel bakteri dan mengkoagulasi protoplasma sel bakteri(4). Minyak atsiri pada
beberapa tanaman memiliki aktivitas biologis sebagai antibakteri dan
antijamur, begitu pentingnya minyak dapat digunakan sebagai pengawet
makanan dan antimikroba alami. Minyak atsiri memiliki aktivitas antiseptik
dan antioksidan. Minyak atsiri juga memiliki aktivitas menghambat
pertumbuhan beberapa bakteri dan jamur(24). Menurut empiris seledri
digunakan dengan cara mengambil 7-10 helai daun seledri direbus bersama
air lalu digosokan ke kepala setelah keramas. Hal ini dirasa kurang praktis,
maka dari itu masalah ini dapat diatasi dengan memformulasikan herba
seledri ke dalam sediaan setengah padat seperti creambath.

Creambath merupakan sediaan kosmetik yang mudah ditemui dipasaran,


zat aktif yang digunakan juga beragam, misalnya sediaan creambath dengan
ekstrak lidah buaya, buah alpukat, madu, dan lain-lain. Creambath adalah
suatu emulsi yang memberikan rambut berkilau, mudah diatur, melembabkan
dan mudah disisir. Bahan utama creambath adalah bahan berminyak dan juga
mempunyai komponen air sebanyak 30-70%. Emulsi mempunyai dua tipe,
yaitu M/A dan A/M(5). Pada pada penelitian ini dibuat suatu sediaan
creambath dengan tipe M/A dari ekstrak herba seledri. Pemilihan tipe M/A
lebih mudah dioleskan dan dicuci.
Berdasarkan uraian diatas dilakukan penelitian dengan memformulasikan
sediaan creambath dari ekstrak herba seledri (Apium graveolens L.). Selain
itu juga dilakukan uji stabilitas fisik dari sediaan creambath yang dibuat
karena kandungan ekstrak herba seledri dikhawatirkan dapat mempengaruhi
kestabilan fisik sediaan.
I.B.

Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak herba seledri (Apium graveolens L.) dapat dibuat
menjadi sediaan creambath tipe M/A yang memenuhi karakteristik?
2. Bagaimana stabilitas sedian creambath yang mengandung ekstrak
herba seledri (Apium graveolens L.) dengan uji stabilitas di percepat
pada suhu 850C selama 1 minggu dan uji stabilitas pada suhu kamar?

I.C.

Tujuan Penelitian
1. Membuat sediaan creambath tipe M/A dengan ekstrak herba seledri
(Apium graveolens L.) yang memenuhi karakteristik.
2. Mengetahui stabilitas sedian creambath yang mengandung ekstrak
herba seledri (Apium graveolens L.) dengan uji stabilitas dipercepat
pada suhu 850C selama 1 minggu dan uji stabilitas pada suhu kamar.

I.D.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi


perkembangan industri obat tradisional terutama dalam bidang kosmetik
mengenai pembuatan creambath mengunakan ekstrak herbal seledri (Apium
graveolens L.).

Anda mungkin juga menyukai