Anda di halaman 1dari 12

Pertimbangan dan Komponen Formula pelembab kulit

Secara alamiah, kulit mampu berusaha melindungi diri dari kekeringan dengan adanya
lapisan kulit luar dan lapisan lemak dari kelenjar lemak untuk menutupi hilangnya kandungan air
pada kulit yang keluar melalui kelenjar keringat. Namun dalam kondisi tertentu faktor
perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan
tambahan non-alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja,
1997).
Salah satu kosmetik pelembab kulit yang banyak digunakan adalah pelembab dalam
bentuk sediaan lotion pelembab kulit. Lotion pelembab kulit merupakan sediaan kosmetik
golongan emolien atau pelembut yang memiliki beberapa manfaat yakni melembabkan kulit,
memberi lapisan minyak pada kulit, membuat kulit tangan dan badan menjadi lembut tanpa
memberikan efek berminyak dan mudah dioleskan (Sularto, 1995).
Salah satu bahan alam yang dapat digunakan untuk menjaga kelembaban kulit adalah
daun lidah buaya (Aloe vera) dikarenakan 2 bagian dalam daun lidah buaya mengandung lignin
yang mampu mencegah terjadinya penguapan air pada kulit dan bersifat astrigent atau
menyegarkan kulit (Belo, 2006). Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dimanfaatkan bahan
aktif dari daun lidah buaya dalam bentuk sediaan lotion pelembab kulit. Selain itu, ditambahkan
pula bahan aktif dari buah mentimun (Cucumis sativus) untuk mendukung perawatan kesehatan
kulit dikarenakan buah mentimun dapat mengangkat sel-sel kulit yang mati akibat kekeringan
dan dapat mencegah iritasi kulit akibat paparan sinar matahari (Akhtar dkk, 2011). Pemilihan
kedua bahan aktif ini dikarenakan kedua tanaman ini tidak tumbuh berdasarkan musim sehingga
dapat terus tersedia sepanjang tahun. Selain itu, kedua tanaman ini juga sangat melimpah

keberadaannya, mudah dibudidayakan, dan harganya murah sehingga pemanfaatan bahan aktif
dari daun lidah buaya dan buah mentimun dalam bentuk sediaan lotion pelembab kulit ini akan
sangat potensial untuk dikembangkan secara komersial.

Pemilihan Bahan Aktif


Bahan Aktif 2.1.1 Lidah Buaya (Aloe vera) Aloe merupakan tanaman Liliaceae yang
mempunyai beberapa jumlah spesies yang berbeda. Di antara spesies ini, hanya satu jenis yang
telah lazim digunakan sebagai tanaman obat sejak ribuan tahun yang lalu yaitu lidah buaya (Aloe
vera). Aloe vera ditanam sebagai tanaman hias dan tumbuh di tempat yang berhawa panas dan
terbuka dengan kondisi tanah yang gembur dan kaya bahan organik. Lidah buaya merupakan
tanaman asli dari Afrika. Lidah buaya pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke-17 yang
dibawa oeh petani keturunan Cina. Pembudidayaan lidah buaya tergolong sangat mudah dan
tidak memerlukan biaya yang besar serta perawatan yang rumit sehingga banyak dimanfaatkan
dalam bidang pengobatan dan kosmetika dan sangat potensial untuk dijadikan tanaman
agroindustri (Sudarto, 1997).
Lidah buaya
Sangat bagus untuk dimanfaatkan sebagai bahan aktif pada lotion pelembab kulit yang
berguna untuk melembabkan kulit. Hal ini dikarenakan pada bagian gel lidah buaya mengandung
banyak lignin yang mampu menembus dan meresap ke dalam kulit. Masuknya lignin ke dalam
kulit ini akan menghambat penguapan cairan melalui pori-pori kulit sehingga dapat mencegah
kulit untuk menjadi kering. Selain itu aloe vera dapat menenangkan kulit dan mengatasi luka

bakar (termasuk sunburn). Aloe vera juga mengandung senyawa aloin yang diketahui dapat
memblokir 30% sinar ultraviolet (Marwati dan Hermani, 2006).
Pemanfaatan lidah buaya dalam bidang pengobatan telah dikenal sejak 3500 tahun yang lalu.
Pertama kali dokumentasi lidah buaya berasal dari peradaban Mesir kuno. Masyarakat Mesir
kuno biasa menggunakan lidah buaya sebagai obat luka bakar, infeksi, dan untuk perawatan
kulit. Lidah buaya merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan dalam industri
farmasi, terutama dalam sediaan kosmetik. Hal ini dikarenakan adanya bahan aktif yang
mempunyai khasiat farmakologis.
Buah mentimun
Mentimun merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan. Buahnya
biasanya dipanen untuk dimanfaatkan dalam bentuk buah segar yaitu sebagai lalap, asinan, acar,
dan salad. Selain itu, mentimun juga dapat dimanfaatkan dalam dunia pengobatan dan kosmetika
(Sumpena, 2001).
Mentimun mengandung senyawa cucurbitacin dan cucumerin yang bersifat sebagai
antioksidan dan anti peradangan. Mentimun digunakan untuk mencegah timbulnya kerut,
mengurangi pembengkakan, mengobati iritasi dan sunburn. Kandungan vitamin B5 (panthotenic
acid) pada timun bermanfaat untuk menahan air sehingga kulit tetap lembab. Mentimun memiliki
kandungan air sebesar 96% sehingga dapat memberikan rasa dingin dan segar pada kulit.
Mentimun juga mengandung vitamin A, B, C, dan K yang dapat bersifat sebagai antioksidan
serta antiinflamasi sehingga dapat mengurangi iritasi pada kulit akibat dari paparan sinar
matahari yang berlebih. Vitamin C dan A dapat menstimulasi pembentukan kolagen dan
mengurangi hiperpigmentasi. Mentimun juga mengandung mangan dan potasium yang sangat

bermanfaat untuk menjaga elastisitas kulit sehingga mencegah terjadinya penuaan dini pada
kulit. Selain itu, kandungan asam askorbat dan asam kafeik pada mentimun menyebabkan
mentimun bersifat sebagai exfoliating agent atau pengangkat sel kulit mati.
Bahan Tambahan
Selain bahan aktif utama yakni daun lidah buaya dan buah mentimun, dalam pembuatan
lotion pelembab kulit berbahan dasar herbal ini juga dibutuhkan beberapa bahan pelengkap
diantaranya adalah olive oil, emulsifier, thickener, pengawet, dan essential oil yang dimanfaatkan
untuk membuat basis minyak.
Olive Oil
Minyak zaitun atau olive oil merupakan minyak yang berasal dari buah zaitun. Olive oil
memiliki kandungan polifenol yang sangat tinggi sehingga dapat berfungsi sebagai antioksidan
kuat yang menangkal radikal bebas pada kulit dan mencegah penuaan dini. Selain itu, olive oil
juga dapat meresap ke dalam kulit dengan baik dan berperan sebagai humektan, sehingga dapat
mencegah kulit kering.

Vegetable Glycerin
Vegetable glycerin merupakan suatu senyawa gliserol, dengan rumus molekul C3H8O3, yang
berasal dari minyak tumbuhan. Sumber alamiah gliserin adalah tumbuhan palem, kedelai, dan
kelapa. Senyawa ini banyak dimanfaatkan dalam industri makanan dan kosmetika. Gliserin
bersifat higroskopis dan dapat larut di dalam air. Gliserin merupakan suatu humektan, yang

berarti dapat menyerap uap air yang berada di lingkungan. Oleh karena itu, gliserin banyak
digunakan dalam pelembab kulit.

Polyglyceryl Oleate
Polyglyceryl oleate atau polyglyceryl 4-oleate merupakan senyawa ester trigliserol yang berasal
dari hasil distilasi asam oleat di tumbuhan. Senyawa ini banyak dipakai pada sediaan kosmetik
lotion, krim, dan salep khususnya sebagai emulsifier untuk emulsi W/O. Dalam lotion pelembab
kulit, polyglyceryl oleate juga berperan sebagai emolien. Salah satu kelebihan senyawa ini
adalah ketahanannya terhadap suhu tinggi maupun suhu rendah. Dengan demikian, polyglyceyl
oleate tidak akan rusak ketika dipanaskan saat proses pembuatan lotion pelembab kulit.

Palm Stearic Acid


Palm stearic acid merupakan senyawa asam stearat yang berasal dari hasil ekstraksi
tumbuhan palem. Senyawa ini banyak dipakai pada sediaan kosmetik lotion dan krim. Palm
stearic acid terutama berfungsi sebagai penstabil dan pengembang suatu emulsi. 2.2.5 Germall
Plus Liquid Germall plus liquid tersusun atas beberapa senyawa kimia, seperti propylene glycol,
diazolidinyl urea, dan iodopropynyl butylcarbamate. Senyawa ini berasal dari hasil pelarutan
germall plus 10 powder dalam 60% propilen glikol. Germall plus liquid telah dinyatakan aman
oleh FDA untuk digunakan sebagai pengawet pada sediaan kosmetik. Sebagai pengawet, germall
plus liquid dapat mencegah pertumbuhan bakteri Gram-positif dan jamur. Karena dapat larut
dalam air, senyawa ini hanya bekerja secara optimal jika digunakan pada lotion yang

mengandung lebih banyak fase air daripada fase minyak. Selain itu, germall plus liquid cukup
sensitive terhadap suhu tinggi, sehingga senyawa ini hanya dapat dicampurkan ke emulsi yang
memiliki suhu di bawah 50oC.
Essential Oil
Buah Lemon Essential oil atau sari minyak murni dari buah lemon digunakan untuk
menambahkan aroma yang bersifat menyegarkan, menenangkan, dan lembut. Essential oil dapat
diekstrak dari berbagai tanaman yang memiliki aroma menenangkan sehingga sering digunakan
sebagai aromaterapi. Essential oil buah lemon bersifat sebagai tonik, antibiotik, dan dapat
menghilangkan sel kulit mati. Manfaat lainnya adalah Essential oil buah lemon juga dapat
bersifat sebagai obat nyamuk dikarenakan aromanya yang tidak disukai oleh nyamuk. 2.2.7
Vitamin E Vitamin E atau dikenal juga sebagai Tokoferol merupakan grup vitamin yang larut
dalam lemak seperti vitamin A dan vitamin D. Beberapa jenis sayuran yang mengandung vitamin
E diantaranya minyak biji gandum, minyak kedelai, minyak jagung, alfalfa, selada,
kacangkacangan, asparagus, pisang, strawberry, biji bunga matahari, minyak zaitun, buncis, ubi
jalar dan sayuran berwarna hijau. Vitamin E berperan sangat penting bagi kesehatan kulit, yaitu
dengan menjaga, meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah proses penuaan dini,
melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet, serta mempercepat proses
penyembuhan luka. 2.3 Pelembab Kulit yang kering akan mengalami retak-retak pada stratum
korneum. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan kulit yang lebih serius. Jika retak-retak
tersebut menjadi tempat penumpukan bahanbahan asing, seperti sisa sabun, kotoran, dan sisa
mikroorganisme, maka kulit yang kering dan retak-retak dapat mengalami iritasi, peradangan,
dan keratinisasi abnormal (Lynde, 2001). Secara alamiah, kulit telah 11 berusaha untuk
melindungi diri dari kekeringan melalui lapisan lemak di permukaan kulit yang berasal dari

kelenjar lemak dan kelenjar keringat dari kulit serta melalui lapisan kulit luar yang berfungsi
sebagai sawar kulit. Namun, dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak
cukup. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perlindungan tambahan non-alamiah melalui
pemberian pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Pelembab (moisturizer) adalah suatu produk perawatan kulit yang berfungsi untuk
mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut,
serta berbagai penyakit kulit ataupun penyakit dalam tubuh yang dapat mempercepat penguapan
air dan menjadikan kulit lebih kering (Mayo Clinic, 2014). Dengan kata lain, fungsi utama
pelembab adalah untuk menjaga kelembaban semua jenis kulit. Selain itu, pelembab juga
berfungsi untuk melapisi epidermis kulit, melindungi kulit sensitif, serta menghaluskan dan
melembutkan kulit. 2.4 Bentuk Sediaan Pelembab Bentuk sediaan pelembab kulit yang akan
dibuat adalah lotion berbasis minyak atau disebut sebagai emulsi W/O. Pemilihan bentuk sediaan
ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, seperti kandungan bahan di sediaan, sterilitas
sediaan, kemudahan pengaplikasian sediaan, daya tahan sediaan, dan jenis kulit yang akan
dilembabkan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci pada subbab 2.4.1 dan 2.4.3. Beberapa bentuk sediaan pelembab, seperti lotion dan krim, termasuk ke
dalam jenis emulsi. Emulsi adalah suatu campuran yang terdiri atas dua jenis zat (air dan minyak
atau lemak) yang tidak secara alamiah saling bercampur. Dalam emulsi, salah satu zat (fase
terdispersi) terdispersi dalam zat lainnya (fase kontinyu). Namun, dispersi kedua fase ini tidak
stabil, sehingga dibutuhkan suatu emulsifier yang dapat menstabilkan emulsi. (Khan dkk, 2006)
Emulsifier mempunyai dua kepala, yaitu hidrofilik dan lipidfilik (Klein, 2003). Emulsifier
bekerja dengan cara membentuk lapisan tipis di permukaan fase terdispersi. Salah satu kepala
emulsifier terikat pada fase terdispersi, sedangkan kepala lainnya terikat pada fase kontinyu.

Dengan demikian, lapisan yang dibentuk oleh emulsifier dapat mencegah terjadinya koalesen
atau pemisahan fase terdispersi dari fase kontinyu.
Lotion Pelembab Kulit
Lotion dan krim merupakan bentuk sediaan produk perawatan yang dapat dioleskan di
permukaan kulit (Remington, 2006). Perbedaan keduanya terletak pada kandungan fase air, fase
minyak, dan emulsifier, yang kemudian menyebabkan perbedaan viskositas lotion dan krim
(Midkiff, 2004). Jika dibandingkan dengan krim, lotion mengandung lebih sedikit emulsifier (2
4%) dan lebih banyak fase air (80%). Sementara itu, krim mengandung lebih banyak emulsifier
(68%) dan lebih sedikit fase air (6070%). Kandungan fase minyak yang terlalu tinggi justru
dapat membuat kulit terasa lengket dan menutup pori-pori kulit. Oleh karena itu, kebanyakan
pelembab memiliki sediaan berbentuk lotion. Perbedaan kandungan di lotion dan krim
menyebabkan perbedaan viskositas, yang mana krim bersifat lebih viskos daripada lotion
(Pander, 2009). Secara fisik, perbedaan viskositas lotion dan krim dapat dilihat dari wujudnya
pada kondisi ruang. Lotion berwujud lebih ringan dan tipis daripada krim, yang menyebabkan
lotion dapat mengalir mengikuti gaya gravitasi. Sementara itu, krim berwujud lebih padat dan
berat, sehingga lebih susah mengalir jika hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Oleh karena itu,
lotion dapat disimpan di dalam botol berpompa atau tube, serta dikeluarkan dengan cara
memompa botol atau menekan tube. Krim juga disimpan di dalam botol, tetapi karena bersifat
lebih viskos, pengeluarannya dilakukan dengan cara mencolek krim. Berdasarkan model
penyimpanan, sterilitas lotion akan lebih terjaga daripada krim karena jari kita tidak pernah
secara langsung berkontak dengan sediaan yang tersimpan di dalam wadahnya (Pander, 2009).

Cara Kerja Lotion Pelembab Kulit Ketika dioleskan ke permukaan kulit, lotion pelembab akan
membentuk suatu lapisan tipis yang berfungsi untuk menjaga agar kulit tidak kering. Lotion
pelembab kulit bekerja berdasarkan tiga metode, yaitu oklusif, humektan, dan pemulihan
material yang terdefisiensi (Lynde, 2001). Ketiga cara kerja lotion pelembab dalam menjaga
kelembaban kulit adalah: a. Oklusif, yaitu suatu metode yang mana lotion pelembab kulit bekerja
dengan cara mencegah penguapan air dari dalam pori-pori kulit. b. Humektan, yaitu suatu
metode yang mana lotion pelembab kulit akan mengikat uap air dair lingkungan untuk
meningkatkan kandungan air di kulit. c. Pemulihan material yang terdefisiensi, yaitu suatu
metode yang mana lotion pelembab kulit akan memulihkan material pelembab alami yang
terdefisiensi dari kulit, seperti lemak amino. 2.4.3 Jenis Lotion Pelembab Kulit Tidak hanya kulit
kering, tetapi semua jenis kulit membutuhkan kelembaban tertentu untuk menjaga kesehatan
kulit. Jenis pelembab yang dipakai setiap orang berbeda-beda, tergantung pada jenis kulit orang
tersebut (Mayo Clinic, 2014). Kulit normal, yaitu kulit yang tidak terlalu kering ataupun
berminyak, sebaiknya menggunakan pelembab berbasis air yang ringan dan tidak lengket. Kulit
kering sebaiknya menggunakan pelembab berbasis minyak, karena jenis pelembab ini dapat lebih
menjaga kelembaban kulit. Kulit berminyak, walaupun cenderung lebih terhidrasi, sebaiknya
tetap menggunakan pelembab berbasis air setelah menggunakan produk perawatan yang dapat
mengurangi produksi minyak berlebih di kulit. Sementara itu, jenis kulit sensitif sebaiknya
menggunakan pelembab berbasis minyak yang mengandung bahan yang menyejukkan dan tidak
menimbulkan efek alergi. Berdasarkan penjelasan di atas, lotion pelembab kulit dapat dibuat
dalam bentuk emulsi O/W dan W/O, tergantung pada jenis kulit yang akan dilembabkan (Pander,
2009). Lotion yang berbasis minyak tidak berarti mengandung lebih banyak fase minyak
daripada fase air, tetapi lotion dibuat dengan emulsifier yang dapat mendispersikan fase air

dalam fase minyak (W/O). Sementara itu, lotion yang berbasis air dibuat dengan emulsifier yang
dapat mendispersikan fase minyak dalam fase air (O/W). 14 Kelebihan lotion berbasis minyak
adalah bentuk sediaan ini lebih tahan terhadap kontaminasi oleh mikroba dan jamur (Midkiff,
2004; Williams dan Schmitt, 2013). Kebanyakan mikroba dan jamur berkembang subur di media
air. Pada lotion berbasis minyak terbentuk suatu lapisan tipis emulsifier di permukaan fase air,
yang mana lapisan ini dapat mencegah akses langsung mikroba pada air. 2.4.4 Kandungan Bahan
di Lotion Pelembab Kulit Suatu lotion pelembab kulit memiliki bahan-bahan utama berupa zat
penghalang (barrier), zat humektan, zat emolien, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum, dan zat
pewarna (Barber, 2012). Zat penghalang adalah senyawa yang dapat menghalangi penguapan air
dari pori-pori kulit. Zat humektan adalah senyawa yang dapat mengikat uap air dari lingkungan.
Zat emolien adalah senyawa yang dapat melembutkan dan menhidrasi kulit. Zat pengemulsi
adalah senyawa yang dapat menstabilkan fase air dan fase minyak di emulsi serta memberikan
volume pada emulsi (thicken). Zat pengawet, parfum, dan pewarna merupakan senyawa-senyawa
tambahan untuk meningkatkan ketahanan dan daya tarik lotion pelembab kulit. Berdasarkan
metode pembuatan lotion pelembab kulit, bahanbahan penyusun sediaan dapat diklasifikasikan
ke dalam lima bagian, yaitu basis air, basis minyak, emulsifier dan thickener, pengawet, dan
aditif (Jane, 2012; Barker, 2014). Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai kelima
bagian tersebut: a. Basis air Campuran dari berbagai senyawa terlarut dalam air yang terdapat di
lotion pelembab kulit disebut dengan basis air (Barber, 2012; Barker, 2014). Basis air terdiri atas
ekstrak simplisia herbal yang diperoleh melalui proses infundasi. Ekstrak herbal tersebut
terutama mempunyai efek melembabkan kulit. Beberapa contoh ekstrak herbal yang diperoleh
dari proses infundasi adalah air lidah buaya, air mentimum, dan air pepaya. Komposisi basis air
di lotion pelembab kulit adalah sebanyak 80% massa bahan baku (Midkiff, 2004; Jane, 2012;

Barker, 2014). b. Basis minyak Campuran dari berbagai senyawa terlarut dalam minyak yang
terdapat di lotion pelembab kulit disebut dengan basis minyak (Barber, 2012; Barker, 2014).
Basis minyak terdiri atas berbagai 15 minyak hasil ekstraksi herbal (herb oil) yang terutama
mempunyai efek melembabkan kulit. Beberapa contoh herb oil yang dapat digunakan adalah
apricot kernel oil, avocado oil, castor oil, coconut oil, grapeseed oil, olive oil, rice bran oil, dan
sunflower oil (BarclayNichols, 2009). Komposisi basis minyak di lotion pelembab kulit adalah
sebanyak 1315% massa bahan baku (Midkiff, 2004; Jane, 2012; Barker, 2014). c. Emulsifier
dan thickener Emulsifier dibutuhkan untuk menstabilkan lotion pelembab kulit, sehingga fase air
dan fase minyak tidak saling berpisah. Emulsifier yang dapat digunakan pada lotion berbasis
minyak (emulsi W/O) harus memiliki nilai HLB yang rendah, seperti sorbitan stearat (HLB 4,7),
poligliseril oleat (HLB 5,0), lesitin (HLB 4,0), sorbitan monooleat, gliseril monooleat, lanolin,
dan lanolin alkohol. Karena menstabilkan emulsi W/O cukup susah, maka dapat digunakan dua
jenis emulsifier (Klein, 2003). Thickener merupakan senyawa yang berfungsi untuk
mengembangkan emulsi yang terbentuk pada lotion pelembab kulit. Jenis thickener yang dapat
digunakan pada emulsi W/O adalah senyawa berbasis lilin dan senyawa lainnya yang dapat larut
dalam fase minyak (Klein, 2003). Komposisi emulsifier dan thickener di lotion pelembab kulit
adalah sebanyak 2 dan 4% massa bahan baku (Midkiff, 2004; Jane, 2012; Barker, 2014). d.
Pengawet Pengawet, baik alamiah ataupun kimiawi, berfungsi untuk mencegah pertumbuhan
mikroba dan jamur pada lotion pelembab kulit (Williams dan Schmitt, 2013). Semua sediaan
kosmetik, khususnya yang berbahan dasar herbal, sangat rentan tercemar oleh mikroba dan
jamur. Oleh karena itu, lotion pelembab kulit berbahan dasar herbal sangat membutuhkan
pengawet untuk menjaga higienitas sediaan. Beberapa jenis pengawet alamiah, seperti campuran
ekstrak jeruk dan serai, ekstrak tea tree, ekstrak lemon, dan ekstrak biji anggur, dapat digunakan

untuk mengawetkan lotion pelembab kulit (Barber, 2012). Namun, pengawet alamiah hanya
dapat mencegah pertumbuhan jenis mikroba dan jamur tertentu, serta efek pengawetannya tidak
terlalu signifikan. Beberapa jenis pengawet kimiawi, seperti germall plus dan natrium benzoat,
telah 16 dinyatakan aman oleh FDA untuk digunakan sebagai pengawet sediaan kosmetik.
Komposisi pengawet di lotion pelembab kulit adalah sebanyak 0,10,5% massa bahan baku
(Barker, 2014). e. Aditif Aditif yang digunakan pada lotion pelembab kulit meliputi pewarna dan
parfum (Midkiff, 2004; Barker, 2014). Kedua jenis aditif ini hanya berperan untuk menambah
estetika dan daya tarik sediaan. Tanpa penambahan pewarna, lotion pelembab kulit umumnya
berwarna putih keabuan. Parfum dapat menimbulkan sensasi harum di badan ketika lotion
pelembab kulit dioleskan di permukaan kulit. Oleh karena itu, parfum pada lotion pelembab kulit
biasanya berupa aroma buah dan bunga. Komposisi pewarna di lotion pelembab kulit adalah
sebanyak 1,25 mL per 500 gram bahan baku, sedangkan komposisi parfum di lotion pelembab
kulit adalah sebanyak 2,5 mL per 500 gram bahan baku (Barker, 2014). Aditif lain yang dapat
ditambahkan ke lotion pelembab kulit adalah vitamin. Karena kandungan vitamin di esktrak
herbal tidak terlalu banyak, aditif vitamin dapat meningkatkan konsentrasi vitamin di sediaan
lotion pelembab kulit. Untuk meningkatkan konsentrasi vitamin E, yang berperan baik sebagai
emolien, komposisi vitamin E di lotion pelembab kulit adalah sebanyak 2,5 mL per 100 gram
bahan baku

Anda mungkin juga menyukai