Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

CHOLESISTITIS

O LE H

NIM :

POLITEKNIK KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2003

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar belakang
Hati merupakan organ yang berperan pada hampir semua fungsi metabolik

tubuh, dan khususnya bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktivitas yang
berbeda. Pembentukan dan sekresi empedu merupakan fungsi utama hati.
Empedu merupakan suatu cairan isosmotik yang mengandung kira-kira 97
% air (Sodeman ; 1995, 599). Selain menyimpan, mengangkut, dan
memngeluarkan empedu, kandung empedu juga berfungsi memekatkan empedu.
Empedu sendiri mengandung garam-garam empedu yang bersifat amfipatik,
pigmen empedu, dan bahan lain yang larut dalam larutan elektrolit alkalis.
Kandung empedu sendiri mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu, yang
akan disalurkan ke duodenum oleh adanya relaksasi sfingter oddi.
Pengetahuan mengenai metabolisme garam empedu sangat penting karena
garam empedu dibutuhkan untuk dua fungsi penting, yakni :
1. Pelarutan miselar pada arbsorbsi lemak dalam makanan.
2. Pemeliharaan kolesterol empedu dalam larutan (Sodeman ; 1995, 600).
Empedu akan disekresikan setiap hari. Sebagian komponen empedu
diserap ulang dalam usus, kemudian dieksresikan kembali oleh hati (sirkulasi
enterohepatik) (Ganong;1998, 487 ).

Karena itu kandung empedu juga memegang peranan yang sangat penting
dalam proses metabolik tubuh. Apabila terjadi perubahan konsentrasi pada
komponen empedu maka akan dapat berakibat fatal pada fungsi empedu seperti
cholesistitis yang merupakan diagnosa penyerta dari adanya batu empedu
(kolelitiasis).
B. Pokok Bahasan
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai cholesistitis baik akut maupun
kronik yang meliputi pengertian, etiopathofis, gejala klinik dan komplikasi, studi
diagnosa dan penemuan. Kemudian dilanjutkan dengan asuhan keperawatan yang
dimulai dari pengkajian, analisa data, diagnnosa keperawatan, intervensi,
implementasi sampai dengan evaluasi.
C. Tujuan
1. Umum.
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mekanisme dari
penyakit cholesistitis.
2. Khusus.
Agar mahasiswa mampu :

Mendefinisikan pengertian cholesistitis.

Mennyebutkan etiologi dengan benar.

Menjelaskan patofisiologis dari colesistitis.

Menyebutkan maniffestasi klinik cholesistitis.

Merumuskan asuhan keperawatan pada pasien dengan cholesistitis dimulai


dari

pengkajian, analisa data, merumuskan diagnosa, intervensi,

implementasi sampai evaluasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Cholesistitis adalah suatu inflamasi pada kandung empedu secara akut atau
kronik dan biasa terjaddi akibat penggendapan batu empedu (Mosby;1991, 1363).
B. Etiologi
Diperkirakan bahwa adanya sumbatan yang dikombinasi dengan infeksi
bakterial merupakan salah satu penyebab dari adanya cholesistitis akut. Sumbatan
tersebut terjadi karena adanya batu empedu yang terbentuk akibat perubahan
komposisi empedu.
Batu-batu empedu tersebut bisa tedapat di duktus koledukus, duktus
hepatikus, dan duktus pankreas. Sumbatan batu empedu dapat mengakibatkan
distensi kandung empedu serta gangguan aliran darah dan limfe dan bakteri
komensal

kemudian

berkembang

biak. Adapun

jenis-jenis

batu

dapat

diklasifikasikan berdasarkann substansi yang membentuknya yaitu batu yang


berasal dari bilirubin dan yang berasal dari kolesterol.
Penampilan
Warna
Pembentukan
Pasca kolesistektomi
Penyakit yang berkaitan

Batu pigmen
Tepi bergerigi

Batu kolesterol
Permukaan halus

Cokelat kemerahan tua

Bening

Intraduktus

Di dalam vesika felea

Dapat kambuh

Jarang kambuh

Keadaan hemolitik sirosis

Kolesterol berlebihan

investasi parasit
Jenis batu empedu, disadur dari ( Sodeman patofisiologi tab. 31-2 Hal.603 ).
C. Phatofisiologi

Ada beberapa faktor spesifik yang mendukung terbentuknya batu empedu


yaitu; faktor metabolis, stasis dan peradangan.
1. Faktor metabolis.
Peningkatan salah satu dari tiga komponen utama empedu (asam empedu,
bilirubin dan kolesterol) dapat mendukung terbentuknya batu. Metabolisme
kolesterol yang tidak sempurna sering dijumpai pada orang dengan obesitas,
grafida, diabetes dan hypotiroidisme.
2. Statis.
Penimbunan bilirubin dalam kandung empedu akann mengakibatkan
penyerapan air yang berkelebihan dan darah empedu akan membantu
mempercepat proses terbentuknya batu.
3. Peradangan.
Mukosa kandung empedu yang sebenarnya tidak permiabel akan menjadi
permiabel dan asam empedu yang membantu melarutkan kolesterol diserap
sehingga kolesterol gagal dilarutkan.
Setelah batu terbentuk, maka akan menimbulkan nekrosis, tekanan dan
infeksi pada dinding saluran empedu. Akibanya akan terjadi kejang dan nyeri
akibat peradangan. Cholesistitis kronik merupakan perpanjangan cholesistitis
akut. Namun cholesistitis kronik lebih banyak disebabkan oleh mekanikal dan
injuri bahan kimia olehh batu empedu, akibat scar dan ulcer pada dinding saluran
empedu. Pada cholesisttitis kronik dapat terjadi infeksi bakteri, dan pada saluran
empedu akan terlihat putih mutiara dan cairan empedu menjadi keruh.

Perdangan pada cholesistitis akut dan kronik akan merangsang respon


tubuh. Nyeri dapat terjadi akibat hambatan aliran empedu. Selain menimbulkan
nyeri, peradangan juga dapat mengakibatkan tendernes ( lunak ) pada saluran
kanan atas. Pada cholesistitis kronis dapat terjadi abstraksi dalam jangka waktu
yang lama dan mengakibatkan gangguan fungsi gastrointestinal dan joundice.

Pathofisiologi pathway :
Faktor Spesifik

Metabolisme

Statis

Peradangan

Peningkatan salah Satu


(asam empedu, bilirubin,
kolesterol).

Bilirubin tertimbun

Mukosa kandungan empedu


menjadi pemiabel

Penyerapan air >> (garam


empedu mempercepat)
Terbentuk batu
Nekrois tekanan dan infeksi
Saluran empedu
Kejang, nyeri (radang)
Acut
Radang, Istemia

Kronik
Akibat mekanisme dan kimia batu empedu

Infeksi sekunder dari sejumlah organisme


melalui pembuluh darah dan ke lime

Penebalan dinding saluran


Empedu

Kendung empedu membesar dan keras


(dinding akan variabel dan nekrotik)

Muncul infeksi bakteri sekunder

Radang pada selaput perut

Kandung empedu tampak bulat putih dan


berisi empedu yang keruh

Dapat melekat pada dinding abdomen atau


dinding sekitar

Manifestasi klinik
(akut dan kronik)

D. Manifestasi klinik dan komplikasi


1.

Cholesistitis akut

Nyeri hebat pada epigastrium kanan atas secara mendadak, lalu akan
menyebar ke punggung dan bahu kanan.

Penderita berkeringat banyak dan gelisah.

Nausea dann vomiting.

Nyeri dapat berlangsung lama dan dapat kambuh lagi.

Bila sakit mereda, maka nyeri dapat terjadi di atas kandung empedu,
gejala nyeri akan bertambah bila makan banyak lemak.

Demam dan ikterus (bila terdapat batu di duktus koledokus dan


sistikus).

2.

Cholesistitis kronis
Manifestasi klinis cholesistitis kronik hampir sama dengan cholesistitis akut
tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik tak kelihatan. Komplikasi yang
biasa terjadi adalah adanya infeksi kandung empedu serta obstruksi pada
duktus sistikus atau duktus koledokus.

E. Studi diagnosa dan penemuan


1. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan adanya leukositosis,
hiperbilirubinemia, dan peninggian alkali fosfatase.
2. Pemeriksaan radiologik :
a.

Ultrasound : menyatakan kalkuli, distensi kandung empedu/duktus


empedu.

b.

Kolesistogram (untuk cholesistitis kronik) menyatakan adanya batu pada


kandung empedu.

c.

Skan CT : menyatakan kista kandung empedu, dilaktasi duktus empedu


dan membedakan antara ikterik obstraksi/non obstraksi

d.

Foto abdomen (multi posisi) : menyatakan gambaran radiology


(klasifikasi) batu empedu, klasifikasi dinding atau pembesaran kandung
empedu.

ASUHAN KEPERAWATAN
I.

Pengkajian

1.

Data subjekif
a.

Adanya gangguan rasa nyaman/nyeri : lokasi,


lama, beratnya, aktor pencetus.

b.

Pada

gastrointestinal

nausea,

vomiting,

anorexia, eruction, tidak toleransi pada makanan berlemak, perubahan


warna urine dan faeces.
c.

Riwayat demam dan menggigil, serangan


jaundice.

d.

Masalah pengetahuan tentang pengobatan dan


harapan akan pengobatan.

2.

Data objektif
a.

Tanda vital : TD, nadi, pernapasan dan suhu meningkat.

b.

Status cairan : BB, turgor kulit, mukosa membran lembab, intake


dan out put.

c.

Adanya jaundice.

d.

Distensi abdomen, tendernes pada kuadran kanan atas.

e.

Wajah menahan nyeri, perilaku berhati-hati dan gelisah.

II.

Diagnosa Keperawatan
1. Potensial kekurangan volume cairan tubuh b/d Nausea, vomiting, penurunan
intake,demam.
Goal

: pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan yang


adekuat selama perawatan.

Objective : -. Dalam jangka waktu 24 jam mukosa mulut lembab, turgor


kulit normal dan TTV dalam batas normal.
-. Dalam jangka waktu 2 3 Jam pasien tidak menunjukkkan
gejala mual muntah.
2. Potensial terjadi injuri dan pendarahan b/d gangguan obstruksi vitamin K.
Goal

: pasien akan mempertahankan keutuhan / integritas kulit selama


dalam perawatan.

Objective : pasien tidak akan menunjukkan tanda-tanda pendarahan dan


kerusakan integritas kulit.
3. Nyeri b/d agen cedera biologis : obstruksi/spasemen duktus, proses inflamasi,
iskemia jaringan/nekrosis.
Goal : pasien akan menunjukkan perasaam nyaman selama perawatan.
Objective : dalam jangka waktu 1 2 Jam pasien akan menunjukkan perasaan
nyaman dan perilaku nyeri hilang.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual/muntah dyspepsia
dan gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan obstruksi aliran empedu.
Goal

: pasien akan pertahankan pola nutrisi yang adekuat selama perawatan.

Objective : -. Dalam jangka waktu 1 2 Jam mual / muntah akan berhenti.


-. Pasien akan menghabiskan porsi makan yang diberikan setiap
kali makan.
5. Kurang pengetahuan b/d kurang terpapan informasi

Goal

: pasien akan memahami tentang penyakit dan berpartisipasi dalam


program pengobatan selama pengobatan.

Objective : dalam jangka waktu 30 menit setelah penjelasann pasien dapat


menjelaskan gambaran penyakit secara umum.
III.

Intervensi (perencanaan)
Diagnosa
1.
Potensia

Intervensi
Kaji membran mukosa / kulit,

Rasional
Memberikan informasi

nadi perifer dan pengisian

tentang status cairan /

kekurangan

kapiler.

volume

volume
cairan

b/d

Awasi

tanda

dan

kebutuhan penggantian.

gejala

peningkatan / berlanjutnya

sirkulasi

Muntah berkepanjangan,

Nausea,

mual

vomiting;

abdomen,kelemahan kejang,

pembatasan

pemasukan

penurunan

kejang

oral dapat

menimbul-

intake

jantung tak teratur, parestesia,

kan

demam.

hipoaktif/ tak adanya bising

kalium dan klorida.

muntah,

ringan,

keram

aspirasi

kecepatan

gaster

defisit

dan

natrium,

usus, depresi pernapasan.

Hindarkan lingkungan yang

berbau.

Lakukan

kebersihan

dengan

pencuci mulut :

berikan minyak.

Menurunkan rangsangan
pada pusat muntah.

oral

Menurunkan kekeringan
membran mukosa, menu-

runkan resiko pendara

han oral.

Kaji pendarahan yang tak


biasanya.Contoh
pendarahan

terus-menerus

Protrombin menurun dan


waktu

koagulasi

pada sisi injeksi, mimisan,

memanjang bila aliran

pendarahan gusi, ekimosis,

empedu

petekkie,

meningkatkan

hematemesis

melemah.

terhambat,
resiko

pendarahan/ hemonagi.

Kolaborasi

Masukkan

selang

hubungkan
dan

NG,

ke penghisap

pertahankan

potensi

Memberikan

istirahat

pada traksus GI.

sesuai indikasi.

Berikan anti emetik, contoh :

proglorperazin (compazine).

Kaji

ulang

laboratorium.

mencegah muntah.

pemeriksaan
Contoh

Menurunkan mual dan

Membantu dalam eva-

Ht/Hb, elektrolit; GDA (pH);

luasi volume sirkulasi,

waktu pembekuan.

mengidentifikasi
dan

defisit

mempengaruhi

pilihan intervensi atau

penggantian/koreksi.

Berikan cairan IV, elektrolit

dan vitamin K.

Mempertahankan
volume

sirkulasi

memperbaiki

dan

ketidak-

seimbangan.

Lakukan tekanan pada area


bekas injeksi ( vena + 5

2.

Potensia
l
injuri

menit, arteri +

terjadi

10 menit )

Menurunkan

trauma,

resiko pendarahan/pem-

dan gunakan jarum terkecil

dan

pendarahan

bentukan hematoma.

untuk menyuntik.

Gunakan sikat gigi lembut

b/d

dan kain penyeka, Bantu

gangguan

pasien

obstruksi

sehingga tak jatuh, pasien

vitamin K.

memakai sepatu / sendal bila

untuk

beraktivitas

Menghindari

resiko

tinggi teradap cedera dan


pendarahan.

berjalan.
Kolaborasi

Berikan vitamin K sesuai


aturan.

Memperbaiki
seimbangan.

Observasi dan catat lokasi,

ketidak-

beratnya (skala 0 10) dan


3. Nyeri

b/d

karakter

agen cedera

nyeri

(menetap,

Membantu membedakan
penybab

hilang timbul, kolik).

nyeri

memberikan

dan

informasi

bioplogis :

tentang kemajuan/perbai-

obstruksi/s

kan

pasme

Tingkatkan

tirah

baring,

duktus,

biarkan

proses

posisi yang nyaman.

pasien

melakukan

penyakit,

dan

terjadinya komplikasi.

Tirah baring pada posisi


fowler

rendah

inflamasi,

menurunkan

iskemia

intraabdomen ; namun

jaringan/

pasien akan melakukan

nekrosis.

posisi yang menghilang

Gunakan sprei halus/katun ;


cairan

kalamin

minyak

tekanan

kan nyeri secara alamiah.

mandi (Alpha keri), kompres

Menurunkan iritasi/kulit
kering dan sensasi gatal.

dingin sesuai indikasi.

Dorong
tekhaik

menggunakan
relaksasi,

bimbingan
vasualisasi,
dalam.

contoh
imajinasi,

latihan

nafas

Menigkatkan

isirahat,

memusatkan

kembali

perhatian,

dapat

meningkatan koping.

Kolaborasi

Perahankan

status

puasa,

masukan/pertahankan
penghisapan

NG

sesuai

Membuang secret gastes


yang

merangsang

indikasi.

pengeluaran

Berikan obat sesuai indikasi:

kolesistokinin

dan

kontraksi
Antikolinergik,

contoh :

atropin,

propantelin

empedu.

Menghilangkan

halus

Meningkatkan
dan
halus,

contoh

nutrisi

Kaji

distensi

berhati-hati,

istirahat

merilekskan

otot

menghilangkan

Memberikan penurunan
nyeri hebat.

(Demerol), morfin sulfat

4. Perubahan

membantu

nyeri.

meperidine hidroklorida

dan

otot

dalam manajemen nyeri.

contoh

fenobarbital.

Narkotik,

refleks

spasme/kontraksi

(pro-Banthine).

Sedatif,

kandung

abdomen,
mendadak

Tanda-tanda non-verbal

kurang dari
kebutuhan
tubuh

bergerak.

b/d

ketidak-nyamanan

Kaji/hitung

gangguan pencernaan.

pemasukan

kalori.

mual/muntah,

nutrisi.

Timbang BB sesuai indikasi.

gangguan

Berikan

pada

makan,

lemak

saat

dengan

Berikan

kebersihan

meningkatkan
makan/menurun-

oral

sebelum makan.

Mulut

yang

meningkatkan

empedu.

Ambulasi

dan

keefektifan

kan mual.

obstruksi
aliran

Untuk
nafsu

hilangkan

rangsangan berbau.

Mengawasi
rencana diet.

suasana

menyenangkan

pencernaan

sehubungan

Mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan

dyspepsia
dan

b/d

nafsu

makan.

tingkatkan

aktivitas sesuai toleransi.

bersih

Membantu

dalam

mengeluarkan flatus dan


Kolaborasi

penurunan

abdomen.

Konsul dengan ahli diet/tim


pendukung
indikasi.

nutrisi

sesuai

distensi

Berguna dalam membuat


kebutuhan

nutrisi

individual melalui rute

yang paling tepat.

Mulai diet cair rendah lemak


Setelah selang NG di lepas.

Pembatasan

lemak

menurunkan rangsangan
pada kandung empedu
serta

5. Kurang

Berikan

garam

kekambuhan.

empedu,

contoh : biliron : zanchol :

mencegah

Meningkatkan

pengtahuan

asam dehidrokoik (decholin)

pencernaan dan absorbsi

b/d kurang

sesuai indikasi.

lemak,

vitamin

larut

terpapar

dalam lemak, kolesterol.

informasi.

Berguna pada kolesitis

Awasi

laboratorium, contoh : BUN,


albumin/protein

kronis.

pemeriksaan

serum,

tentang

kadar transferin.

Memberkan

informasi
kekurangan

nutrisi/keefektifan terapi.

Berikan penjelasan atau alas


an tes dan persiapannya.

Informasi

menurunkan

cemas, dan rangsangan

simpatis.

Kaji ulang proses penyakit /


progosis.

Diskusikan

Memberikan

dasar

perawatan dan pengobatan.

pengetahuan

dimana

pasien dapat membuat


pilihan

Diskusikan

informasi.

program

penurunan

BB

bila

berdasarkan

diindikasikan.

Kegemukan
factor

adalah

resiko

yang

dihubungkan

Anjurkan

pasien

kolesistitis.

untuk

menghindari makanan/minu-

man tinggi lemak.

Anjurkan

istirahat

makan.

Mencegah/membatasi
terulangnya

serangan

kandung empedu.

pada

posisi semi-fowler setelah

dengan

Meningkatkan
empedu
umum

dan

aliran
relaksasi

selama

proses

pencernaan awal.

IV.

Implementasi
Diagnosa I :
1. Mengkaji membran mukosa/kulit, nadi perifer dan pengirian kapiler.
2. Mengawasi tanda/gejalah peningkatan/berlanjutnya mual muntah, kram
abdomen, kejang, kecepatan jantung, pernapasan dan bising usus.

3. Menciptakan lingkungan yang nyaman (bebas dari bau).


4. Membnatu pasien membersihkan oral dengan pencuci mulut (minyak).
5. Mengkaji perdarahan yang tidak biasanya terjadi.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk memasang selang NG, pemberian anti emetik
dan memberikan IV, elektrolit serta Vitamin K.
7. Mengkaji kembali pemeriksaan laboratorium.
Diagnosa II :
1. Melakukan tekanan yang lebih lama pada area bekas injeksi dan untuk
menyuntik menggunakan arum yang terkecil.
2. Menggunakan sikat gigi lembut dan kain penyeka, membantu pasien
beraktvitas, mengajurkan pasien menggunakan sandal/sepatu.
3. Kolabrasi untuk memberikan vitamn K sesuai aturan.
Diagnosa III :
1. Mengobservasi dan mencatat lokasi nyeri, berat (skala 0-10) dan karakter
nyeri.
2. Membiarkan pasien melakukan posisi yang nyaman dan meningkatkan tirah
baring.
3. Memasang sprei halus/katun, melakukan kompres dingin/lembab dan
memberikan cairan kalamin.
4. Kolaborasi untuk memberikan obat sesuai indikasi.
5. Mempertahankan status puasan, masukan/mempertahankan pengisapan NG
sesuai indikasi.

Diagnosa IV :
1. Menkaji distensi abdomen, pemasukan kalori dan respon (berhati-hati,
menolak) serta BB.
2. Menciptakan suasana nyaman yaitu kebersihan oral sebelum makan,
menghilangkan rangsangan berbau.
3. Meningkatkan aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi tindakan kolaborasi.
4. Melakukan kolaborasi dengan ahli diet/tim pendukung nutrisi.
5. Memberikan diet cair rendah lemak setelah selang NG dilepas dan
memberikan garam empedu.
6. Mengkaji kembali pemeriksaan laboratorium.
Diagnosa V :
1. Menjelaskan alas an tes persiapannya.
2. Mendiskusikan penurunan BB bila diindikasikan serta perawatan dan
pengobatan.
3. Mengkaji ulang proses penyakit/prognosis.
4. Menganjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak.
5. Menganjurkan agar pasien beristirahat pada posisi semi-fowler setelah makan.
Jenis prosedur operasi yang dapat dilakukan dan didefinisinya :
1. Cholechystectmy : pengangkatan kandung empedu.
2. Cholecystostomy : membuka gald badder untuk mengalirkan empedu dan
mengurangi tekanan pada saluran empedu.

3. Choleclochostomy : Insisi bedah pada saluran empedu biasa.


4. Choledocholithotomy : Pengangkatan batu empedu dari saluran empedu yang
biasa.
5. Choledochoduodenostomy : Membuat hubungan antara saluran empedu dan
duodenum.
6. Cholechystogastrostmy : Anastomosis (sambung) antara gall bladder dengan
lambung.
V.

Evaluasi
1. Volume cairan tubuh dalam batas normal ditandai dengan keseimbangan
intake dan out put, TTV kembali normal (5 : 36,5o , 37,5o , TD : 120/80 mm
Hg, R : 18 x/mnt, N : 80 x/mnt).
2. Tidak teradi injuri dan pasien tidak menunjukan tanda-tanda perdarahan,
integritas kulit kembali normal.
3. Pasien tidak merasa nyeri (nyeri berkurang dari skala 10-0) dan tidak
menunjukan perilaku nyeri lagi.
4. Pola kebutuhan nutrisi pasien kemmbali normal, mual muntah hilang dan
dapat menghabiskan setiap porsi makan yang diberikan.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Cholesistitis merupakan suatu inflamasi pada kandung empedu yang
merupakan diagnosa penyerta dari cholelitiasis. Cholesistitis dapat terjadi oleh
beberapa faktor yaitu metabolik, stasis dan peradangan.
Cholesistitis dapat terjadi secara akut dan kronik pada penderita cholesistitis
biasanya akan menimbulkan gejala nyeri hebat pada epigastrium kanan,
berkeringat dan gelisah, mual/muntah, dan tanda-tanda vital meningkat.
Studi diagnosa yang dapat dilakukan pada penderita cholesistitis antara lain : ultra
sound, kolesistogram, CT skan, dan foto abdomen. Sedangkan pada pemeriksaan
laboratorium akan ditemukan adanya leukositosis, hiperbilirubin,dan alkalifosfatase yang meningkat.

B.

Saran
Dalam upaya mutu meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam
melaksanakan asuhan keperawatan ada pasien cholesistitis maka disarankan bagi
para perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan demi peningkatan mutu
pelayanan dan dapat solusi bagi masalah baik individu, keluarga dan kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn. E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi
3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.

Ganong William. F, 1998, Buku Ajaran Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.

Junaidi. P, dkk, 1982, Kapitsa Selekta Kedokteran, Media Aesculapius ; Jakarta.

Long. P and Cassmeyer. W, 1991, Medical-Surgical Nursing Concepts and


Clinical Practice, Fourth Edition, Mosby Year Book.

Sodeman. A dan Sodeman. Thomas, 1995, Sodeman Patofisiologi, Edisi 7 Jilid


II, Hipokrates ; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai