Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Air merupakan zat yang sangat dibutuhkan disetiap sektor industri
termasuk pemanfaatan untuk kebutuhan energi dan pemanasan. Kebutuhan energi
dan pemanasan di industri umumnya dipenuhi dengan cara memanfaatkan steam
yang dibangkitkan pada suatu ketel (boiler). Air yang digunakan sebagai umpan
boiler dapat diperoleh dari berbagai sumber, yaitu danau, sungai, laut, maupun
sumur. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa air yang tersedia selalu
mengandung bermacam-macam garam, gas, limpur dan lain-lain.
Dalam prakteknya, kesulitan utama proses generasi uap terletak justru
pada persiapan bahan baku yakni air yang akan diuapkan. Hal ini terutama
disebabkan utilitas boiler dan pipa-pipa uap harus kedap dan tahan tekanan selama
proses produksi, sehingga pembersihan atau perawatannya harus dilakukan
dengan menghentikan semua proses produksi yang tentunya membuang banyak
waktu dan biaya. Untuk memperlama selang

waktu antar perawatan dan

pembersihan boiler serta pipa-pipa penunjangnya, bahan baku air yang digunakan
harus diusahakan sebersih mungkin dari faktor-faktor yang mempercepat
kerusakan atau pengotoran boiler. Selain dari itu, beberapa jenis pengotor dan
korosi yang parah pada komponen boiler juga dapat membahayakan mengingat
boiler beroperasi pada tekanan dan suhu yang tinggi, sehingga rentan terhadap
adanya sumbatan dan kelemahan dinding alat yang kecil sekalipun.
1.2 Rumusan Masalah
Bahan baku untuk air boiler haruslah tidak bersifat korosif dan membentuk
kerak. Akibatnya boiler dan pipa yang umumnya berbahan baku logam menjadi
terkikis dan membentuk cemaran logam dalam uap. Pengikisan yang terjadi dapat
membahayakan karena pipa dan boiler yang terkikis bisa jadi tidak mampu
menahan tekanan uap yang tinggi dan pecah pada saat proses produksi, sementara
cemaran logam dapat berbahaya bila uap kontak langsung dengan bahan pangan

dan terjadi transfer logam kedalam pangan. Faktor pembentuk kerak umumnya
merupakan kation logam yang dengan panas mencukupi dapat bereaksi dengan
anion yang umum terdapat dalam air, membentuk senyawa garam atau hidroksida
yang kelarutannya dalam air sangat rendah. Selain itu, pengotor-pengotor fisik
lain yang tidak larut air, seperti lumpur atau kotoran inert lain, juga dapat
mengerak seiring menguapnya air.

BAB II
AIR UMPAN BOILER

2.1 Pengertian
Air umpan boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran
dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada
tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses.
Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu
proses.

Dalam suatu proses produksi dalam industri, boiler merupakan suatu

pembangkit panas yang penting. Sesuai dengan namanya maka fungsi dari boiler
ini adalah memanaskan kembali. Dalam suatu proses industri boiler harus dijaga
agar effisiensinya cukup tinggi. Oleh sebab itu adalah penting untuk menjaga
kualitas air yang diumpankan untuk boiler, karena akan berhubungan dengan
effisiensi dari boiler tersebut.
Memproduksi steam yang berkualitas tergantung pada pengolahan air yang
benar untuk mengendalikan kemurnian steam, endapan dan korosi. Sebuah boiler
merupakan bagian dari sistem boiler, yang menerima semua bahan pencemar dari
sistem di depannya. Kinerja boiler, efisiensi dan umur layanan merupakan hasil
langsung dari pemilihan dan pengendalian air umpan yang digunakan dalam
boiler. Jika air umpan masuk boiler, kenaikan suhu dan tekanan menyebabkan
komponen air memiliki sifat yang berbeda. Hampir semua komponen dalam air
umpan dalam keadaan terlarut. Walau demikian dibawah kondisi panas dan
tekanan hampir seluruh komponen terlarut keluar dari larutan sebagai padatan
partikuat, kadang-kadang dalam bentuk Kristal dan pada waktu yang lain dalam
bentuk amorph. Jika kelarutan komponen spesifik dalam air terlewati, maka akan
terjadi pembentukan kerak dan endapan. Air boiler harus cukup bebas dari
pembentukan endapan padat supaya terjadi perpindahan panas yang cepat dan
efisien dan harus tidak korosif terhadap logam boiler.

2.2 Persyaratan Air Umpan Boiler


Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam disebut air
umpan. Dua sumber air umpan adalah:
1. Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses
2. Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar
ruang boiler dan plant proses.
Persyaratan air pengisi boiler pada dasarnya ditentukan oleh tipe boiler dan
tekanan kerjanya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penangan air
umpan boiler, air tersebut harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
1.

Air tidak boleh membentuk kerak / endapan yang membahayakan


Kerak / deposit pada air umpan disebabkan oleh terbentuknya sendapan

dari air, langsung pada permukaan perpindahan panas atau oleh suspensi air yang
menempel pada permukaan logam menjadi keras atau lengket. Pembentukan
kerak menyebabkan kesadahan dan suhu tinggi, yang biasanya berupa garamgaram karbonat dan silikat.
2.

Air bebas dari zat-zat yang dapat menyebabkan korosi.


Korosi adalah kerusakan kerusakan yang timbul pada logam yang

disebabkan karena terjadinya reaksi kimia antara permukaan logam dengan media
sekelilingnya.
Korosi di dalam peralatan air pengisi dapat diterangkan dengan theory
electrochemical. Hal ke-2 yang mempercepat terjadinya korosi di dalam ketel uap
terutama:
1) Oxygen yang terlarut
2) Asam-asam
3)

Endapan

yang dipermukaan,
mempunyai

terutama

yang

4)

electronegative terhadap baja.


Gabungan logam yang tak disukai, seperti tembaga dan baja.

5)

Adanya electrolytes, seperti larutan garam-garan kuat.

si
fa
t

Ada 4 cara yang umum digunakan untuk mencegah korosi, ialah:


- Menghilangkan gas-gas yang terlarut di dalam air pengisi, terutama oxygen dan
carbon dioxide yang terlarut dalam air. Hal ini dapat diatasi dengan proses aerasi.
- Penetralan asam-asam dan mempertahankan alkalinity yang diinginkan dan pH
di dalam air pengisi serta air ketel.
- Pembersihan mesin secara berkala.
- Meniadakan konsentrasi garam yang berlebihan.
Macam-Macam Korosi diantaranya adalah:
a. Korosi oleh suhu tinggi
Pada suhu yang lebih tinggi, terutama diatas 950 F, uap dapat bereaksi
dengan besi (iron):
3 Fe + 4 H2O --?
iron

steam

Fe3O4
Black Magnetic

+ 4H2
Hydrogen

oxide
Pada suhu sampai 950 F reaksi korosi ini lambat. Diatas suhu ini
kecepatan dipercepat, dan campuran Cr Ni campuran KA2 dapat digunakan.
Bahan-bahan ini membentuk suatu lapisan oxida pelindung pada permukaan
logam, dimana hal seperti ini tak terjadi pada baja.
b. Korosi Karena Kelelahan
Dibawah keadaan yang baik untuk terjadinya korosi dan adanya tekanan,
logam dapat berkarat dalam bentuk lobang yang dalam dan runcing, yang
akhirnya berkembang memanjang seperti celah atau menjadi retak. Bila kejadian
ini tidak dihentikan, maka bagian yang diserang ini akhirnya menjadi lemah.
Penelitian secara mikroscopis menunjukkan bahwa kejadian itu terjadi dalam
suatu cara yang karakteristis bahwa retak yang dihasilkan adalah transcryslline,
dan dalam bentuk hampir garis lurus. Caustic Embrittlement.
Dengan macam air pengisi yang tertentu, bentuk retak yang khas dapat
kelihatan di dalam plat ketel uap, terutama pada klem paku keeling di bawah

permukaan air. Retak-retak ini adalah inter crystalline dan tidak mengikuti garis
tekanan maksimum.
Kejadian yang demikian ini disebut caustic embrittlemet. Keadaan seperti
ini terjadi dimana konsentrasi sodium hydroxide (NaOH) ada di dalam air ketel
dimana elemen-elemen lain tidak ada. Embrittlement dapat dicegah bila suatu
perbandingan yang tepat antara sodium sulfat dengan sodium carbonate
dipertahankan di dalam air pengisi.
3. Air tidak boleh mengakibatkan terjadinya carry over.
Carry over yang besar dihasilkan dari priming dan foaming. Faoming
dapat digambarkan sebagai pembentukan sejumlah buih di dalam ketel, yang
disebabkan oleh kesalahan gelembung-gelembung uap untuk bersatu dan pecah.
Hal ini disertai oleh kenaikan kandungan uap air yang agak banyak di dalam uap
yang dikeluarkan oleh ketel.
Priming adalah ditandai oleh sejumlah besar air yang keluar dari ketel
bersama-sama dengan uap, umumnya dalam letupan-letupan yang tidak continue
(intermittent) yang membahayakan pipa-pipa uap, turbine dan mesin-mesin. Hal
ini dapat terjadi secara bersama-sama dngan foaming.
Permukaan air ketel yang tinggi membantu terjadinya priming. Foaming
dan priming umumnya disebabkan oleh konsentrasi bahan-bahan padat yang
terlarut dan bahan-bahan padat yang mengendap tinggi, mungkin diiringi adanya
minyak dan sabun di dalam air, dan mendadak kapasitas di dalam ketel berubah.
Keadaan ini dapat dicegah dengan mereduksi konsentrasi air ketel dengan
blowdown, menghilangkan sumber-sumber kontaminasi sumber air pengisi,
pembersihan ketel secara berkala dan pengaturan batas permukaan air.
Untuk menghilangkan gangguan-gangguan ini, penting untuk menyelidiki
setiap air yang akan digunakan sebagai pengisi ketel dan menentukan setiap sifat
dari air dan menentukan cara terbaik untuk pengolahannya.
Air umpan boiler harus memenuhi persyaratan tertentu seperti yang
diuraikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Persyaratan Air Umpan Boiler


Parameter
Satuan
Ph
Conductivity

Un
it
mhos/cm

TDS
P Alkalinity
M Alkalinity
O Alkalinity
T. Hardness
Silica
Besi
Phosphat residual
Sulfite residual
pH condensate

Pp
m
Pp
m
Pp
m
Pp
m
Pp
m
Pp
m
Pp
m
Pp
m
Pp
m
Un
it

Pengendalian Batas
10.5 11.5
5000,
max
3500,
max
800,
2.5 xmax
SiO , min
2

150,
max
2,
max
20
50
20
50
8.0
9.0

Persyaratan kualitas air boiler menurut American Boiler Manufacturers


Assosiation (ABMA) dan ASME pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Persyaratan Kualitas Air Boiler (ABMA)
Tekanan
Total
Tot
Suspend
Silica
al
ed
(psig)
Solids
(ppm)
alkalinit
sol
(ppm)
as
id
0 300
3.500
7
3
150
0
0
301 450
3.000
6
2
9
0
5
0
451 600
2.500
5
1
4
0
5
0
601 750
2.000
4
1
3
0
0
0
751 900
1.500
3
6
2
0
0
0
901 1.000
1.250
2
4
8
5
0
1.001 1.500
1.000
2
2
2
0
1
Sumber : Pullman Kellogs (1980)

Konduktivita
s
Micro.ohm/c
m
7.0
00
6.0
00
5.0
00
4.0
00
3.0
00
2.0
00
1
5

Air kondensat biasanya dikembalikan lagi ke tangki umpan untuk


menghemat pemakaian air, tetapi kualitas air kondensat tersebut harus memenuhi
persyaratan seperti tabel berikut.
No.
1

Tabel 2.3 Persyaratan Air Kondensat


Paramet
er
Konduktivitas

Total Dissolved Solid

Total solid Suspended solid

Total Silika

5
6
7
8
9

Total
Besi
Total Copper
C
0
2
Chlori
de
Organ
ic
Sumber Pullman Kellogs (1980)

Satu
an
mg
/l
mg
/l
mg
/l
mg
/l
mg
/l
mg
/l
mg
/l
mg
/l
mg
/l

Nil
ai
1
0
5
0
.
0.
05
0
.
0.
02
1
0.
01
0.
01

2.3 Rekomendasi untuk boiler dan kualitas air umpan


Kotoran yang ditemukan dalam boiler tergantung pada kualitas air umpan
yang tidak diolah,proses pengolahan yang digunakan dan prosedur pengoperasian
boiler. Sebagai aturan umum, semakin tinggi tekanan operasi boiler akan semakin
besar sensitifitas terhadap kotoran.
REKOMENDASI BATAS AIR UMPAN (IS 10392, 1982)

2.4 Pengolahan Air Umpan Boiler


Air umpan boiler atau Boiler Feed Water nantinya akan dipanaskan hingga
menjadi steam. Karena di dalam boiler terjadi pemanasan harus diwaspdai adanya
kandungan-kandungan mineral seperti ion Ca2+ dan Mg2+.Air yang banyak
mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ disebut sebagai air yang sadah (hard water). Ionion ini sangat berpengaruh pada kualitas air yang nantinya akan digunakan
sebagai umpan boiler. Biasanya ion-ion ini terlarut dalam air sebagai garam
karbonat, sulfat, bilkarbonat dan klorida. Berbeda dengan senyawa-senyawa kimia
lainnya, kelarutan dari senyawa-senyawa mengandung unsur Ca dan Mg seperti
CaCO3, CaSO4,MgCO3, Mg(OH)2, CaCl2,MgCL2, akan memiliki kalarutan yang
makin kecil/redah apabila suhu makin tinggi. Sehingga ketika memasuki boiler,
air ini merupakan masalah yang harus segera diatasi. Air yang sadah ini akan
menimbulkan kerak(scalling) dan tentu saja akan mengurangi effisiensi dari boiler
itu sendiri akibat dari hilangnya panas akibat adanya kerak tersebut.Selain itu
yang dikhawatirkan bisa menyebabkan scalling adalah adanya deposit silika.
Dalam hal ini akan terjadi perbedaan ketika mengolah air untuk dijadikan
sebagai air minum dibandingkan dengan untuk umpan boiler. Dalam pengolahan
air minum mineral-mineral yang ada dalam air tidak akan dihilangkan karena
mineral-mineral tersebut dibutuhkan untuk tubuh manusia. Bahkan ada
perusahaan air minum yang menambahkan mineral pada air minum produksinya.
Hal itu tidak boleh terjadi dalam pengolahan air untuk umpan boiler. Air minum
juga harus dijaga agar bebas dari kuman penyakit dengan diberi desinfektan
sedangkan air umpan boiler tidak perlu diberi desinfektan.
2.5 Sistem Pengolahan Air Pengisi Boiler
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa air yang tersedia selalu mengandung
bermacam- macam garam, gas, lumpur dan lain-lain. Jika air yang digunakan
sebagai pengisi boiler tanpa pengolahan terlebih dahulu, maka garam garam
kalsium dan magnesium yang terkandung dalam air akan mengendap karena
terkena panas. Endapan ini melekat pada dinding dinding boiler menjadi kerak.

Ada dua jenis pengolahan air pengisi boiler, yaitu pengolahan eksternal dan
pengolahan internal.
1) Pengolahan Eksternal
Pengolahan Eksternal adalah proses menghilangkan kesadahan dan
partikel-partikel asing dalam air. Pengedalian mutu air tergantung pada pada
tujuan penggunaan air. Umumnya air diproses untuk keperluan dengan
persyaratan tertentu:
1. Air Pengolahan, yang memerlukan air yang bebas dari logam-logam
katalisator perusak minyak sawit, dan senyawa-senyawa yang dapat
menurunkan mutu minyak sawit seperti suspensi kolloid.
2. Umpan Boiler, yang melerukan mutu khusus yakni bebas dari logam alkali
tanah yang dapat menyebabkan pembetukan kerak pada boiler. Maka perlu
dikontrol dengan baik kesadahan air yang keluar dari anion exchanger.
Bebas dari logam oksidator penyebab korosi dan bebas dari lumpur yang
dapat

merangsang

pembentukan

kerak

serta

dapat

mengurangi

perpindahan panas.
Pengolahan ini berupa pemberian obat-obatan atau pengolahan yang
bersifat mekanis yang dilakukan terhadap air sebelum air masuk kedalam boiler
dan pengolahan ini dilakukan di luar boiler.
Tujuan pengolahan ini menghilangkan zat zat padat yang terkandung
didalam air, menghilangkan gas- gas korosif, menghilangkan zat-zat yang larut
dan membahayakan boiler. Pengolahan eksternal terdiri dari :
- Penjernihan
Penjernihan terdiri dari penjernihan biasa atau pengendapan dan
penjernihan (clarification), koagulasi atau pengendapan dan penyaringan.
Koagilasi dilakukan terhadap air keruh disebabkan oleh lumpur halus yang sukar
mengendap ( 1 100 mm) sehingga tidak dapat disaring.
Prinsip koagulasi lumpur halus bermuatan negatif ditambahkan unsur
unsur bermuatan positif, maka muatan negatif akan dinetralisir dan tidak selalu

bergerak, sehingga dapat mengendap sebagai flok. Unsur unsur yang dipakai
adalah garam garam alumunium sulfat, besi sulfat dan besi klorida.Untuk
mengetahui jumlah garam alumunium sulfat dengan proses Jar Test. Penjernihan
dengan koagulasi terdiri dari 3 tahap yaitu :
- Pencampuran dengan alumunium sulfat
- Pembentukan flok
- Pengendapan
Koagulasi yang baik akan menghasilkan air yang jernih dan tidak
berwarna. Koagulasi diikuti penyaringan menggunakan saringan pasir cepat.
Karakteristik air setelah koagulasi adalah air jernih tidak berwarna, air netral,
alkalinitas sedikit turun, belum dapat dipakai untuk air pengisi boiler tanpa
pengolahan lebih lanjut.
-

Pelunakan
Pengolahan secara eksternal di maksudkan untuk menurunkan nilai

kesadahan melalui proses pelunakan dan mengurangi konsentrasi gas gas


terlarut terutama gas O2. proses pelunakan adalah pengolahan air untuk
mengurangi kesadahan Ca2+ dan Mg2+. Proses pelunakan yang sering digunakan
dalam penyediaan air umpan boiler adalah proses pertukaran kation non hardness
dari unggun resin penukar ion. Unggun resin merupakan sebuah kolom yang diisi
oleh resin penukar ion. Pada saat operasi aliran air dimasukkan dari bagian atas.
Reaksi pertukaran kation :
Ca/Mg anion + 2NaR ? Ca/Mg R + 2Na anion
Reaksi berlangsung spontan dan sempurna sepanjang ruang kolom.
Pertukaran kation masih ada atau belum tercapai breakthrough. Tercapainya
kondisi breakthrough menunjukkan kemampuan pertukaran kation berkurang
yang ditandai dengan terdeteksi dengan terdeteksinya kesadahan dialiran keluar
resin. Dalam kondisi ini kolom resin perlu

diregenarasi agar kemampuan

pertukaran pulih kembali.


Proses regenasi dilakukan dengan mengalirkan larutan garam sehingga
terjadi reaksi :

Ca/Mg R ? Ca/Mg Cl + 2 NaR


Sebelum digunakan perlu dilakukan pencucian atau pembilasan dengan air
lunak untuk menghilangkan kelebihan NaCl yang tersisa diunggun resin. Air
regenerasi biasanya memerlukan 80 160 kg NaCl untuk setiap 1 m3 resin
dengan larutan garam 5 20%. Laju air garam yang digunakan berkisar 40
l/menit.m2.
Proses pelunakan air dengan resin penukar ion ini lebih efisien dan praktis
dibandingkan dengan proses pelunakan menggunakan pengendapan kimia karena
tidak menghasilkan lumpur, peralatan sederhana dan mudah dioperasikan.
?

Deaerasi
Dalam deaerasi, gas terlarut, seperti oksigen dan karbon dioksida, dibuang

dengan pemanasan awal air umpan sebelum masuk ke boiler. Seluruh air alam
mengandung gas terlarut dalam larutannya. Gas-gas tertentu seperti karbon
dioksida dan oksigen, sangat meningkatkan korosi. Bila dipanaskan dalam sistim
boiler, karbon dioksida (CO2) dan oksigen (O2) dilepaskan sebagai gas dan
bergabung dengan air (H2O) membentuk asam karbonat (H2CO3). Penghilangan
oksigen, karbon dioksida dan gas lain yang tidak dapat teremb unkan dari air
umpan boiler sangat penting bagi umur peralatan boiler dan juga keamanan
operasi. Asam karbonat mengkorosi logam menurunkan umur peralatan dan
pemipaan. Asam ini juga melarutkan besi (Fe) yang jika kembali ke boiler akan
mengalami pengendapan dan meyebabkan terjadinya pembentukan kerak pada
boiler dan pipa. Kerak ini tidak hanya berperan dalam penurunan umur peralatan
tapi juga meningkatkan jumlah energi

yang diperlukan untuk mencapai

perpindahan panas. Macam deaerasi yaitu:


-

De-aerasi mekanis
De-aerasi mekanis untuk penghilangan gas terlarut digunakan sebelum

penambahan bahan kimia untuk oksigen. De-aerasi mekanis didasarkan pada


hukum fisika Charles dan Henry. Secara ringkas, hokum tersebut menyatakan
bahwa penghilangan oksigen dan karbondioksida dapat disempurnakan dengan
pemanasan air umpan boiler, yang akan menurunkan konsentrasi oksigen dan
karbon dioksida di sekitar atmosfir air umpan. De-aerasi mekanis dapat menjadi

yang paling ekonomis, beroperasi pada titk didih air pada tekanan dalam deaerator. Deaerasi mekanis dapat berjenis vakum atau bertekanan. De-aerator jenis
vakum beroperasi dibawah tekanan atmosfir, pada suhu sekitar 82 oC, dan dapat
menurunkan kandungan oksigen dalam air hingga kurang dari 0,02 mg/liter.
Pompa vakum atau steam ejectors diperlukan untuk mencapai kondisi vakum.
De-aerator jenis bertekanan beroperasi dengan membiarkan steam menuju
air umpan melalui klep pengendali tekanan untuk mencapai tekanan operasi yang
dikehendaki, dan dengan suhu
minimum 105oC. Steam menaikan suhu air menyebabkan pelepasan gas O dan
2

CO2 yang dikeluarkan dari sistim. Jenis ini dapat mengurangi kadar oksigen
hingga 0,005 mg/liter.
- De-aerasi kimiawi
Sementara deaerators mekanis yang paling efisien menurunkan oksigen
hingga ke tingkat yang sangat rendah (0,005 mg/liter), namun jumlah oksigen
yang sangat kecil sekalipun dapat menyebabkan bahaya korosi terhadap sistim.
Sebagai akibatnya, praktek pengoperasian yang baik memerlukan penghilangan
oksigen yang sangat sedikit tersebut dengan bahan kimia pereaksi oksigen seperti
sodium sulfit atau hidrasin. Sodium sulfit akan

bereaksi dengan oksigen

membentuk sodium sulfat yang akan meningkatkan TDS dalam air boiler dan
meningkatkan blowdown dan kualitas air make-up. Hydrasin bereaksi dengan
oksigen membentuk nitrogen dan air. Senyawa tersebut selalu digunakan dalam
boiler tekanan tinggi bila diperlukan air boiler dengan padatan yang rendah,
karena senyawa tersebut tidak meningkatkan TDS air boiler.
2) Pengolahan Internal
Pengoahan Internal (Internal Treatment) adalah pengkondisian Air boiler
dengan bahan kimia treatment & pengaturan lainnya dengan tujuan agar Korosi,
Pengerakan dapat dihindari dan kemurnian uap terjaga baik. Pengolahan ini
dengan cara pemberian bahan kimia langsung kedalam boiler bersama-sama

dengan air pengisi boiler. Reaksi yang terjadi menyebabkan naiknya kandungan
zat padat / endapan yang dapat menyebabkan pembusaan / primming dan carry
over. Jumlah zat padat dapat ditekan dengan pengaturan blowdown, sehingga
permasalahn yang terjadi dapat diatasi.
Tujuan pengolahan ini untuk mengatur atau mengontrol zat-zat padat,
alkalinitas,kelebihan fosfat, gas-gas korosif, menghindarkan timbulnya endapanendapan yang dapat melekat dan mengeras pada dinding atau pipa-pipa boiler dan
membuat lapisan boiler lebih tahan terhadap korosi. Beberapa mekanisme yang
terjadi dalam Internal Treatment, antara lain:
1. Mereaksikan

kesadahan dengan bahan kimia, agar kerak calcium

carbonate yang keras berubah menjadi endapan yang lunak berlumpur


sehingga bisa dibuang melalui blow-down.
2. Mengkondisikan

pH/Alkalinity

air

boiler

untuk

menghindarkan

pengerakan silica.
3. Penggunaan anti-busa (anti foam) untuk mencegah potensi pembusaan
yang akan mengakibatkan terjadinya carry-over dan menurunkan
kemurnian uap.
Beberapa jenis bahan kimia yang umum dipergunakan dalam Internal
treatment adalah sbb:
? Fosfat (jenis ortho ataupun polyfosfat): bereaksi kesadahan calcium untuk
menetralisir kesadahan air dengan membentuk hydrat tricalcium fosfat yang
berbentuk lumpur dan dapat dibuang melalui blow down secara terus-menerus
atau secara berkala melalui bawah ketel.
? Natural and synthetic dispersants (Dispersant): meningkatkan sifat dispersif Air
Boiler. Beberapa contoh Polymeric Dispersant adalah:
- polimer Alam : lignosulphonates, tannin
- Polimer sintetik : polyacrylates, maleat acrylate copolymer, maleat styrene
copolymer,dsb.
? Sequestering agents (anti scale) seperti phoshate organic (phosphonates),
Polymaleic acid (PMA), Sulfonated co-polymer, dsb.

? Oxygen scavengers (Pemakan Oksigen):seperti natrium sulfit, tannis, hidrazin,


hidroquinon / progallol berbasis derivatif, hydroxylamine derivatif, asam
askorbat derivatif, dll. Oxygen Scavengers ini, dikatalisasi ataupun tidak, akan
mengurangi kadar oksigen terlarut dalam feed-water. Beberapa jenis dari
oxygen scavenger ini juga berfungsi sebagai passivator untuk mem-passivasi
permukaan logam seperti Hydrazine, Hydroxylamine derivate,dll. Pilihan
produk dan dosis yang diperlukan akan tergantung pada jenis alat mekanis yang
digunakan (Deaeator atau Heating Tank)
? Anti-foaming or anti-priming agents : campuran bahan aktif permukaan yang
mengubah tegangan permukaan cairan, menghilangkan busa dan mencegah
terbawa air halus partikel.
2.6 Sumber Air Umpan
Sumber air umpan boiler terdiri dari :
1. Air Sumur
Umumnya air sumur banyak mengandung Total Suspended Solid
(Turbidity) dan mineral-mineral terlarut yang tergabung dalam Total Dissolved
Solid sehingga bila akan di gunakan sebagai air umpan boiler maka harus di
analisa terlebih dahulu dan berdasarkan hasil analisa air sumur tersebut akan dapat
di rekomendasikan alat-alat sebagai pretreatment sebelum di gunakan sebagai air
umpan boiler. Biasanya pengetahuan awal terhadap air sumur berbeda-beda
tergantung kandungan impuritiesnya serta lokasi sumur air tersebut.
2. Air PDAM
Air ini di produksi untuk konsumsi sebagai air minum, tetapi bagi
industri/pabrik

yang tidak mempunyai sumber air sumur yang memenuhi

standard, maka menggunakan air PDAM guna memenuhi kebutuhan produksi


termasuk keperluan operasi boiler. Bila di lihat dan di analisa secara kimiawi air
PDAM ini masih mengandung hardness cukup tinggi dan chlorine dimana
hardness adalah sumber utama pembentukan kerak sedangkan chlorine bersifat
korosif sekali terhadap logam besi. Bila akan di gunakan untuk boiler biasanya
dilakukan pretreatment terlebih dahulu seperti carbon filter untuk menghilangkan

chlorine dan water serta water softener di gunakan untuk menghilangkan


hardness. Dari segi biaya menggunakan air PDAM jauh lebih mahal bila di
bandingkan dengan penggunaan air sumur dalam.
3. Air Permukaan
Seperti air kali/danau dapat juga digunakan untuk air umpan boiler dan air
produksi namun harus melalui pengolahan awal. Air ini umumnya kandungan
mineralnya rendah tetapi Total Suspened Solidnya yang tinggi seperti turbidity
serta pH yang tidak stabil. Untuk penggunaan boiler maka sebaiknya air tersebut di
analisa terlebih dahulu dan setelah itu dapat di rekomendasikan pretreatment yang
cocok karena pengolahan air kali lebih complex bila di bandingkan dengan air
sumur.
2.7 Parameter Analisis Air Pada Air Umpan Boiler
1. pH
Kata pH adalah singkatan dari "pondus Hydrogenium". Hal ini secara
harfiah berarti berat hydrogen. pH adalah indikasi untuk jumlah ion hydrogen di
air yang terdiri dari ion hidrogen (H+) dan ion hidroksida (OH-). pH tidak
memiliki unit, melainkan hanya dinyatakan sebagai sebuah nomor. Ketika sebuah
larutan yang netral, jumlah ion hidrogen sama dengan jumlah ion hidroksida.
Ketika jumlah ion hidrogen yang lebih tinggi, larutannya adalah asam. Ketika
jumlah ion hidroksida lebih tinggi, Larutannya adalah basa.
Harga pH pada air umpan boiler dan air pendingin penting untuk
diperhatikan untuk mencegah terjadinya korosi. Terdapat hubungan antara pH dan
laju terjadinya korosi pada bahan konstruksi dari loga mild steel yang menunjukan
adanya kecenderubgan menurunnya korosi dengan naiknya harga pH. Namun
pada bahan konstruksi dari logam Cu terjadi sebaliknya, yaitu kecenderungan laju
korosi menaik dengan menaiknya harga pH di atas pH 9.
Berkaitan dengan pH adalah asiditas (keasaman), merupakan ukuran yang
menentukan jumlah basa kuat yang diperlukan untuk mengganti kation di dalam
air. Asiditas disebabkan oleh kehadiran ion H+ yang terdesosiasi dari anion

dan sebagian asam-asam organic. Nilai pH air dalam kondisi ini biasanya lebih
besar dari 4,5. Dalam air tercemar, kehadiran asam kuat akan menyebabkan pH air
bisa lebih kecil dari 4,5. Dalam kondisi ini, dikatakan air mengandung asam
mineral bebas.
PH merupakan indikasi untuk keasaman suatu zat. Hal ini ditentukan oleh
jumlah ion hidrogen bebas (H+) dalam suatu zat. Keasaman adalah salah satu hal
yang paling penting dari sifat-sifat air. Air adalah pelarut untuk hampir semua ion.
pH berfungsi sebagai indikator yang membandingkan beberapa ion yang paling
larut dalam air. Hasil pengukuran pH ditentukan oleh pertimbangan antara jumlah
ion H+ dan jumlah ion hidroksida (OH-).Larutan akan memiliki pH sekitar 7,
ketika jumlah ion H+ sama dengan jumlah OH- ion, sehingga air netral.
pH adalah faktor logaritmik, ketika sebuah larutan menjadi sepuluhkali
lebih asam, pH akan jatuh oleh satu unit.. Ketika sebuah larutan menjadi seratus
kali lebih asam, pH akan jatuh oleh dua unit. Semakin jauh pH terletak di atas
atau di bawah 7, bisa disebut dengan pH alkalinitas.
Tingkat kadar pH air umpan boiler yang benar harus diterapkan untuk
mencegah terjadinya korosi. Umumnya, kadar pH berkisar antara 7-9. Bila pH
berada di luar batas rekomendasi maka untuk mengontrolnya dibutuhkan beberapa
tahap, yaitu :
a. Bila pH rendah ditambah dosis alkali booster
b. Bila pH tinggi hentikan pemakaian alkali booster dan lakukan
blowdown.
2. Konduktivitas
Daya hantar listrik adalah kemampuan dari larutan untuk menghantarkan
arus listrik yang dinyatakan dalam mhos/cm atau siemens/cm (1mhos/cm =
siemens/cm). kemampuan ini desibabkan oleh kehadiran senyawa terlarut yang
terdisosiasi menjadi kation dan anion. Pengukuran DHL dilakukan dengan alat
konduktometer. Air murni bukan merupakan konduktir atau penghantar listrik
yang baik. Air hasil destilasi yang berkesetimbangan dengan gas CO 2 di atmosfir
mempunyai nilai konduktivitas atau daya hantar listrik sekitar 70.10-6 -1.m-1

(nho/m). untuk keperluan yang sangat khusus seperti air pembilasan (rising)
industri semikonduktor diperlukan air dengan nilai daya hantar listrik yang
rendah, sekitar 5,5.10-6 -1m-1 (mho/m). Dalam larutan encer (TDS <
1000mg/l dan konduktivitas < 2000 mho/cm) nilai TDS = 0,5 konduktivitas,
sedangkan semakin tinggi konsentrasi TDS nilai perbandingan ini akan semakin
besra. Jika nilai TDS atau konduktivtitas meningkat maka nilai korosifitas air
akan lebih besar. Harga daya hantar listrik dari umpan air boiler deperhatikan
untuk mencegah terjadinya endapan kerak pada bagian permukaan perpindahan
panas dan juga untuk menjaga kemurnian steam yang terbentuk. 3 Alkalinitas
Alkalinitas didefinisikan sebagai jumlah anion dalam air yang akan bereaksi untuk
menetralkan ion H, merupakan suatu ukuran kemampuan air menetralisasi asam.
Parameter yang tergolong alkalinitas: - CO -, HCO -, H BO -, HS-, CO - OH-,
2

HSiO3-, H2PO4-, NH3. Parameter yang sering diperhatikan sebagai alkalinitas


adalah bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO2-), dan hidroksida (OH-) dan kadangkadang juga ion silikat dan phospat, dan lainnya sehingga alkalinitas bikarbonat
dan alkalinitas hidroksida. Penamaan lain dari alkalinitas berdasarkan metoda uji
terhadap harga alkalinitas adalah alkalinitas-P phenolphthalein dan alkalinitas-M
Methyl orange. Harga alkalinitas tinggi tidak dikehendakiuntuk air umpan boiler
karena dapat menimbulkan pembusaan yang dapat mengakibatkan terjadinya
carry-over, dapat menimbulkan perapuhan konstruksi boiler dan korosi.
Penurunan harga alkalinitas pada air umpan boiler disamping dapat untuk
meminimkan pembentukan CO2 juga dapat mengurangi biaya pengolahan secara
kimia. Gas CO2 yang terlarut dalam air juga berasal dari transfer CO 2 dari udara
dan respirasi mikroorganisme. Gas CO2 ini akan melarutkan mineral magnesium
dan kalsium dalam bentuk CaCO 3 atau MgCO3, dan mengasilkan komponen
hardness dan alkalinitas menurut reaksi: H2O + CO2 + MgCO3 Mg(HCO3)2
Mg2+ + 2(HCO -) H O + CO + CaCO Mg(HCO ) Mg2+ + 2(HCO -) Air baku
3

3 2

yang tercemar mempunyai nilai alkalinitas yang berasal dari bikarnonat. Dalam
kondisi ini, nilai pH air tidak melebihi 8,3. jika dalam air baku terkandung ion
karbonat nilai pH air bisa melebihi nilai 8,3. Pengukuran alkalinitas dilakukan

dengan titrasi dengan asam. Jika digunakan H2SO4 0,02 N sebagai titran, maka a
ml asam dapat menetralisir 1 mg alkalinitas sebagai CaCO3.
Konversi karbonat menjadi bikarbonat pada prinsipnya sempurna pada pH
8,3. Tetapi karena bikarbonat juga merupakan spesi alkalinitas sehingga masih
dibutuhkan sejumlah asam yang sama untuk menyempurnakan netralisasi. Dengan
demikian netralisasi CO3- pada pH 8,3 hanya setengahnya. Konversi OH- menjadi
air berlangsung sempurna pada pH 8,3 sehingga semua OH dan setengah CO3ikut terukur pada pH 8,3. Pada pH 4,5 semua bikarbonat telah terkonversi menjadi
asam karbonat, termasuk bikarbonat hasil netralisasi karbonat. Sehingga jumlah
asam yang diperlukan u untuk menitrasi contoh air sampai pH 4,5 eqivalen
dengan alkalinitas total dalam air.
P-Alkalinitas adalah nilai alkalinitas yang ditunjukan oleh jumlah asam
yang diperlukan untuk mencapai pH air contoh menjadi 8,3 sedangkan Malkalinitas adalah nilai alkalinitas yang ditunjukan o;eh jumlah asam yang
diperlukan untuk mencapai pH air contoh dari 8,3 menjadi 4,5.
Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit
di dalam air.Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam
yang terlarut dalam air, berkaitandengan kemampuan air di dalam menghantarkan
arus listrik. Penentuan konduktivitas dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
? Alat yang digunakan adalah konduktometer yang sebelumnya telah
dikalibrasi dengan larutan KCl 0,1 M, dimana temperaturnya dianggap
o

25 C. Konduktivitas dari larutan KCl 12,88 mS/cm.


? Sampel air yang akan dianalisa dimasukkan dalam gelas kimia lalu diukur
konduktivitasnya dengan cara mencelupkan elektroda kaca ke dalam
sample tersebut dengan memijit tombol "cond" nilai konduktivitas akan
segera muncul.
3. Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya ion kalsium (Ca)

dan magnesium (Mg)

dalam

bentuk

garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral

yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah.
Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion
logam lain maupun

garam-garam bikarbonat dan sulfat. Untuk air umpan

boiler, kesadahan harus dijaga kurang dari 80 mg/lt CaCO 3 agar tidak
menyebabkan korosi.
Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah
dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada
air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali
busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air total
dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat
menyebabkan

beberapa

masalah.

Air

sadah

dapat

menyebabkanpengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air


sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang
bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan.
Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk
mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan
berbagai zat kimia, ataupun dengan menggunakan resin penukar ion. Air sadah
digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation
(Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap.
4. Turbidity
Kekeruhan dapat didefinisikan sebagai sifat optic dari suatu larutan yang
menyebabkan cahaya yang melaluinya terabsorbsi atau terbiaskan. Nilai
kekeruhan bisa menunjukan tingkat atau kadar padatan tersuspensi didalam air.
Cara menentukan kekeruhan adalah sebagai berikut :
? Kekeruhan diukur dengan alat yang dinamakan turbiditimeter dengan satuan
NTU (Net Turbidity Unit).
? Sebelum digunakan alat dikalbrasi dengan larutan yang mempunyai
kekeruhan 25 NTU. Skala diputar sampai layar menunjukkan 25 NTU.

? Sample dimasukkan ke dalam botol sample ditutup, dimasukkan ke dalam alat


ukur, nilainya akan terlihat dalam layar.
5. TSS (Total Suspenden Solid)
Padatan tersuspensi dalam jumlah besar didalam air umpan boiler tidak
dikehendaki karena dapat menyebabkan terjadinya endapan di dalam boiler dan
membentuk kerak. Padatan tersuspensi pada umumnya mengandung Lumpur,
humus, buangan industri dan lainnya. Sumber dari padatan tersuspensi berasal
dari:
?

Padatan anorganik : lempung, kerikil, da padatan buangan industri

Padatan organic : serat tumbuhan, mikroba, sisa buangan domestik dan


industr

cairan tak larut seperti lemak dan minyak


Pengukuran padatan tersuspensi dilakukan secara gravimetrik dengan

satuan ppm. Ukuran diameter dari padatan tersuspensi antara 1-100 m. parameter
padatan tersuspensi biasanya digunakan dalam pembahasan kualitas air limbah.
Padatan tersuspensi memberikan sifat keruh terhadap air.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
-

Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam disebut air umpan.
Dua sumber air umpan adalah:
1. Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses
2. Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar
ruang boiler dan plant proses.

Secara umum persyaratan air pengisi boiler adalah :


?

Air tidak boleh membentuk kerak / endapan yang membahayakan.

Air tidak boleh korosif terhadap dinding atau pipa pipa boiler

Air tidak boleh mengakibatkan terjadinya carry over

Ada dua jenis pengolahan air pengisi boiler yaitu :


? Pengolahan ekstrnal
? Pengolahan internal

- Sumber air umpan boiler terdiri dari :


?

Air Sumur

Air PDAM

Air Permukaan

DAFTAR PUSTAKA

Zulkarnain.Modul Utilitas.Pengolahan Air Umpan Boiler.2012. Palembang.


Politeknik Negeri Sriwijaya.
http://id.scribd.com/doc/34452011/Pengolahan-Air-Umpan-Boiler,diakses

pada

tanggal 2 Desember 2012.


http://ariacp.blogspot.com/2011/06/air-ketel-danpengolahannya.html,diakses pada
tanggal 10 Desember 2012.
http://vionaadistie.blogspot.com/2011/01/pengolahan-boiler.html,diakses tanggal
10 Desember 2012.
http://visco-chem.com/staticpage/sumber-air-umpan,diakses
Desember 2012

pada

tanggal

Anda mungkin juga menyukai