Anda di halaman 1dari 7

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2013

Cekungan Makassar Selatan


Sejarah Geologi
Beberapa penelitian telah dilakukan di Cekungan Makassar Selatan, tetapi
mungkin karena keterbatasan data bawah permukaan, maka pada bagian timur
Cekungan Makassar Selatan belum ada penelitian yang mengkaji lebih rinci
mengenai sistem dan mekanisme pembentukan Cekungan Makassar Selatan, evolusi
lingkungan tentonik, dan pengaruh dalam pembentukan tatanan megasekuen/sekuen
tektono-stratigrafi.
Debat pendapat dari berbagai peneliti masih berlanjut mengenai jenis kerak
yang mengalasi Cekungan Makassar Selatan, apakah Kerak Samudera atau Kerak
Benua. Terdapat juga pendapat yang lebih disukai, bahwa alas cekungan berupa
Kerak Benua yang tipis, tetapi hanya sedikit yang meneliti lanjut tentang mekanisme
lain dari pembentukan Cekungan Makassar Selatan, selain dari pendapat bahwa
Cekungan Makassar Selatan terbentuk sebagai cekungan pemekaran (rift basin) pada
kerak benua dalam sistem passive margin.
Pembentukan Cekungan Makassar Selatan oleh beberapa penulis mengatakan
bahwa hal tersebut berkaitan erat dengan peristiwa dispersal dari lempeng benua
Paparan Sunda (Sunda land) ke arah tenggara ketika awal paleogen.

Gambar 1. Pembukaan Cekungan Makassar Selatan akibat dispersal dari bagian


tenggara Sundaland (Satya et al, 2003)

Nama : Evans Kristo Salu


NIM : 111.110.075
Plug : 9

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2013

Peristiwa dispersal ini dianggap memicu terjadinya fase tektonik regangan


yang menimbulkan pemekaran benua sehingga Kalimantan timur terpisah dengan
Sulawesi Barat. Pemekaran membentuk Cekungan Makassar (Cekungan Makassar
Utara dan Cekungan Makassar Selatan) dengan banyak patahan dan graben di alas
cekungan yang diikuti dengan pengisian sedimen tersier.
Meskipun tektogenesa pembukaan cekungan Makassar disebutkan akibat
dispersal dari bagian tenggara Paparan Sunda, namun rincian mekanisme
pembentukan Cekungan Makassar tidak dibahas dengan jelas, apakah sebagai rift
basin dengan penyerta sesar-sesar transform, ataukah karena mekanisme yang lain.

Kerangka Tektonik
Dalam kerangka tektonik Indonesia, Pulau Sulawesi dan Selat Makassar
berada dalam pengaruh tektonisasi yang komplek oleh beberapa lempeng dan
lempeng. Berdasarkan data gravitasi regional, Cekungan Makassar Selatan adalah
cekunga yang memiliki sedimentasi tebal, dan berdasarkan analisis data gravitasi
local di sekitar Selat Makassar, Cekungan Makassar Selatan saat ini memiliki
ketebalan kerak benua yang lebih tipis dibandingkan dengan daratan Sulawesi Barat
maupun daratan Kalimantan Timur.

Gambar 2. Cekungan Makassar Selatan dalam posisi kerangka tektonik regional


Indonesia
Nama : Evans Kristo Salu
NIM : 111.110.075
Plug : 9

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2013

Kerangka Geologi Regional


Dalam kerangka regional geologi, di Cekungan Makassar Selatan terdapat
sesar-sesar mendatar regional berarah WNW/NW-ESE/SE. Sesar mendatar yang telah
dikenali dan sering termuat dalam publikasi adalah sesar mendatar SangkulirangPalu-Koro yang berada di sebelah utara cekungan, serta sesar mendatar Adang-Lupar
di bagian tengah cekungan.
Secara fisiografi, Cekungan Makassar dibatasi sebelah barat oleh daratan
Kalimantan Timur dengan Delta Mahakam, sumbu perlipatan SSW-NNE dan
Paternoster platform, sebelah utara oleh Tinggian Mangkalihat, sebelah timur oleh
daratan Sulawesi Barat dan jalur Thrust-Fold berarah sumbu SSW-NNE, dan sebelah
selatan oleh Laut Jawa.
Fase tektonik kompresif pada awal Neogen menjadikan Kalimantan
mengalami pengangkatan yang menyebabkan pengendapan turbidit kea rah timur
yang mengisi laut dalam di Cekungan Makassar Selatan.

Gambar 3. Fisiografi di sekitar Cekungan Makassar Selatan

Nama : Evans Kristo Salu


NIM : 111.110.075
Plug : 9

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2013

Formasi Penyusun Cekungan Makassar Selatan


Pulau Sulawesi terbentuk sebagai interaksi pertemuan tiga lempeng besar,
yaitu Lempeng India-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pacifik. Sehingga
proses geologi dikendalikan oleh evolusi ketiga lempeng tersebut. Dalam hal ini
daerah penelitian terklasifikasi sebagai Busur Pluton-Vulkanik Sulawesi bagian barat
yang didominasi oleh seri batuan vulkanik berumur Mesozoik Tersier. Rifting yang
terjadi pada Kapur Tengah disertai sedimentasi turbidit dan flysch, sedangkan pada
Paleosen-Eosen Tengah disertai terbentuknya endapan alluvial, lakustrin dan endapan
sungai-delta. Rifting pada Paleosen-Eosen tersebut disertai terpisahnya Cekungan
Makassar Selatan dari Kalimantan. Kondisi geologi pada Eosen Akhir-Oligosen
Akhir relatif tenang sehingga terbentuk paparan karbonat pada tepi cekungan.
Tektonik inversi terjadi pada akhir Oligosen Akhir - Miosen Tengah, sehingga
terbentuk lipatan yang berpotensi sebagai perangkap hidrokarbon.
Kondisi geologi pada akhir Miosen Tengah - Resen relatif tenang sehingga
terjadi sedimentasi yang menerus. Rifting yang berlangsung sejak Kapur Tengah telah
membentuk endapan turbidit dan flysch, sedangkan pada Paleosen-Eosen Tengah
disertai terbentuknya endapan alluvial, lakustrin dan endapan lingkungan sungai-delta
Formasi Toraja. Kondisi geologi pada Eosen Akhir-Oligosen Akhir relatif tenang
sehingga terbentuk paparan karbonat sedangkan napal dan serpih terbentuk di pusat
pengendapan. Formasi Toraja ditindih oleh Formasi Tonasa yang diendapkan
menyertai tahap genang laut dan terdiri atas batugamping dan sedimen klastik
berumur Oligosen. Akibat tektonik inversi pada akhir Oligosen Akhir - Miosen
Tengah, terbentuk beberapa lipatan yang berpotensi sebagai perangkap hidrokarbon.
Inversi tersebut pada Miosen Awal - Miosen Tengah disertai pengendapan serpih,
batupasir dengan sisipan batugamping. Seri endapan tersebut merupakan bagian dari
Formasi Camba yang di atasnya ditindih oleh Formasi Walanae yang terdiri atas
batugamping dan serpih yang diendapkan menyertai tahap regresi pada Miosen Akhir.
Pada akhir Miosen Tengah - Resen sedimentasi di bagian rendahan berlangsung
menerus meskipun pada Pliosen terjadi deformasi tektonik sehingga terbentuk lipatan

Nama : Evans Kristo Salu


NIM : 111.110.075
Plug : 9

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2013

dan sesar. Runtunan batuan berdasarkan hasil pemboran menunjukkan, bahwa secara
umum sedimentasi berlangsung menerus. Meskipun demikian berdasarkan data
keragaman batuan dan fosil diperkirakan kedalaman lingkungan pengendapan tidak
sama. Lingkungan pengendapan sekuen transgresif di Daerah Tanakeke diperkirakan
lebih dalam dibandingkan Daerah Soreang, akan tetapi lebih dangkal dari pada
Daerah Sumur SSA-1X dan ODB-1X. Aktivitas tektonik yang tidak intensif selama
Oligosen menyebabkan sedimentasi yang menerus. Ketidakselarasan hanya terjadi
pada Oligosen Akhir (50 my BP) yang ditandai oleh sharp drop sea level seperti yang
terjadi di Doang Shelf dan Cekungan Tengah. Sedangkan di Cekungan Makassar
Selatan terbentuk hiatus pada Miosen Awal dan agaknya terjadi di seluruh kawasan
baratdaya dan selatan yang ditunjang dengan tidak dijumpainya batuan berumur
Miosen Awal bagian bawah (N5, N6 dan N7).Pengaktifan kembali proses
penunjaman pada Miosen Awal berpengaruh terhadap pengendapan material vulkanik
dan klastik seperti yang menyusun Formasi Camba. Intensitas tektonik yang
mencapai klimaks pada Miosen Tengah tersebut telah membuat jadi aktifnya gerak
mendatar (wrench faults) berarah relatif

Baratlaut-Tenggara yang pada awalnya

berupa sesar normal dan mengendalikan pengendapan batuan berumur EosenOligosen (synsedimentary fault). Sesar tersebut juga berpengaruh terhadap
terbentuknya en echelon thrust fault berarah Timurlaut-Baratdaya dan agaknya
berperan juga terhadap terbukanya bagian paling selatan Cekungan Sulawesi Selatan.
Sedangkan di Cekungan Makassar Selatan sesar mendatar tersebut mengendalikan
pembentukan Sunda Type Folds yang melibatkan batuan berumur Paleosen. Pada
Plio-Pleistosen sedimentasi masih menerus dan didominasi oleh material klastik dan
menebal ke kawasan selatan Cekungan Makassar Selatan. Kemungkinan kondisi
tersebut disebabkan oleh penurunan yang terjadi di Cekungan Lombok dan
Flores.Batuan di Cekungan Makassar Selatan pada kala Pleistosen tersingkap karena
penurunan mukalaut (sea level drop) yang kemudian diikuti oleh erosi. Proses
tersebut terjadi di bawah mukalaut dan pembentukan karbonat masih berlangsung
sampai sekarang.Batuan induk hidrokarbon berumur Eosen di cekungan ini terdiri
atas batulanau dan sekuen batulempung gampingan yang menunjukkan kerogen type
Nama : Evans Kristo Salu
NIM : 111.110.075
Plug : 9

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2013

II (minyak). Nilai TOC untuk batulanau berdasarkan perconto keratan pada Sumur
Kelara-1 menunjukkan 0.3 % sedangkan batulempungnya 1 %. Sedangkan batuan
induk Eosen berupa batubara (19 layer) dengan ketebalan total 35 m di Sumur SSA1X didominasi oleh kerogen type-III (gas). Batuan induk yang dijumpai di bagian
tepi utara Cekungan Makassar Selatan (Sumur ODB-IX) dianggap matang
(LEMIGAS, 2002). Batuan yang dapat berperan sebagai reservoar di Cekungan
Makassar Selatan adalah batupasir dan batugamping berumur Eosen dan Oligosen
serta batupasir vulkanik berumur Miosen Akhir. Berdasarkan penafsiran data seismik,
jenis play type di cekungan ini antara lain berupa fold related inversion dan fold
related fault/wrench dan melibatkan reservoar batupasir tersebut.Interpretasi Seismik
dan pemetaan bawah permukaan yang dilakukan terhadap 62 lintasan Seismik
menghasilkan 7 batas sikuen yang terdiri atas SB-1/Top Basement, SB-2/Base Late
Eosen-Oligosen, SB-3/Top Late Eocen-Oligosen, SB-4/Top Intra Early Miosen, SB5/Top Early Miosen, SB-6/Top Middle Miosen, dan SB-7/Top Late Miosen.
Berdasarkan kisaran umur tersebut bahwa sikuen-1 dapat disetarakan dengan Formasi
Toraja, Sikuen-2 setara dengan Formasi Malawa, Sikuen-3 dan 4 setara dengan
Formasi Tonasa, Sikuen-5 dan 6 setara dengan Formasi Camba dan yang terakhir
Sikuen-7 setara dengan Formasi Walanae.

Petroleum System
Batuan Induk (Source Rock) :
Batuan induk hidrokarbon berumur Eosen di cekungan ini terdiri atas
batulanau dan sekuen batulempung gampingan yang menunjukkan kerogen type II
(minyak).

Nama : Evans Kristo Salu


NIM : 111.110.075
Plug : 9

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2013

Batuan Reservoar (Reservoir Rock) :


Batuan yang dapat berperan sebagai reservoar di Cekungan Makassar Selatan
adalah batupasir dan batugamping berumur Eosen dan Oligosen serta batupasir
vulkanik berumur Miosen Akhir yang merupakan penyusun dari Formasi Camba.
Batuan Tudung (Seal Rock)
Batuan yang dapat berperan sebagai batuan penutup (seal rock) adalah serpih
atau mudstone yang diendapkan dilingkungan pengendapan laut dalam (batial).
Batuan seal lainya adalah sedimen oligosen akhir pada bagian dasar Formasi Makale
yang didominasi oleh lapisan serpih pada lingkungan laut dalam.
Jenis Perangkap (Trap) :
Akibat tektonik inversi pada akhir Oligosen Akhir - Miosen Tengah, terbentuk
beberapa lipatan yang berpotensi sebagai perangkap hidrokarbon. Inversi tersebut
pada Miosen Awal - Miosen Tengah disertai pengendapan serpih, batupasir dengan
sisipan batugamping

Penelitian Potensi Hidrokarbon di Cekungan Makassar Selatan


Perusahaan minyak dan gas bumi asal Kanada, Talisman Energy Inc, pada
tahun 2007 telah menerima persetujuan dari pemerintah Indonesia untuk melakukan
eksplorasi migas lepas pantai di Cekungan Makassar Selatan. Anak perusahaan
Talisman Ltd, memenangkan kontrak kerja tiga tahun termasuk kegiatan seismik dua
dimensi seluas 5.000 kilometer persegi, pemboran sumur eksplorasi dan bonus
tandatangan senilai 1 juta US$ kepada pemerintah RI.
Talisman memenangkan 100 persen saham eksplorasi tersebut tetapi akan
mengevaluasi dengan membawa partisipasi usaha patungan sebelum pemboran. CEO
Talisman Energi, Dr.Jim Buckee menilai, perolehan itu sebagai "tonggak sejarah"
bagi perusahaan di Indonesia. Ia menambahkan bahwa wilayah eksplorasi itu
memiliki prospek sumber daya yang signifikan.

Nama : Evans Kristo Salu


NIM : 111.110.075
Plug : 9

Anda mungkin juga menyukai