LP Hematothoraks
LP Hematothoraks
DEFINISI
Hematothoraks
atau
hemothoraks
adalah
akumulasi
hematothoraks
karena
laserasi
pembuluh
D. MANIFESTASI KLINIK
Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka
yang berdarah di dinding dada. Luka di pleura viseralis
umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang
anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan dan gejala
yang pertama muncul. Secara klinis pasien menunjukan
distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, takipnea berat,
takikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti
dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung
(Hudak & Gallo, 1997).
Respon
tubuh
degan
adanya
hemothoraks
yang
terjadi.
Tanda-tanda
shock
seperti
pada
pleura
dapat
menggangu
ventilasi
dan
oksigenasi,
khususnya
jika
Gangguan pengembangan
dada
Perubahan kedalaman
pernapasan
yspnea
Hipoksia
Takikardi
Hipotensi
Gelisah
Hb turun
Volume darah
Perdarahan
Syok hipovolemik
Hipotensi
Penekanan oleh jantung, pembuluh darah besar, dan trakea pada paru normal
Pemasangan WSD/Thorakostomy
Risiko Infeksi
Hipoksia
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X dada
Menunjukkan akumulasi cairan pada
area pleura
Dapat menunjukkan penyimpangan
Menunjukkan
darah/cairan
serosanguinosa
(hemothoraks)
4. Full blood count
Hb menurun
Hematokrit menurun
G. KOMPLIKASI
Kegagalan pernapasan
Kematian
Fibrosis atau parut dari membran pleura
Syok
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien,
menghentikan pendarahan, dan menghilangkan darah dan
udara dalam rongga pleura. Penanganan pada hemothoraks
adalah:
1. Resusitasi cairan
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian
volume
darah
yang
dilakukan
bersamaan
dengan
sistem
drainase
yang
Ekspira
si
760
763
756
Pneumotoraks ( > 25 % )
Kelly
klemp
melalui
pleura
parietalis
Botol
ke tiga
sebagai
suction
kontrol,
tekanan
3. Thoracotomy
Tindakan ini dilakukan bila dalam keadaan:
a. Jika pada awal hematotoraks sudah keluar 1500ml,
kemungkinan besar penderita tersebut membutuhkan
torakotomi segera.
b. Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang
keluar < 1500ml, tetapi perdarahan tetap berlangsung
terus.
c. Bila didapatkan
kehilangan
darah
terus
menerus
harus
dipertimbangkan
kemungkinan
Pengkajian
1. Data fokus
Pengumpulan Data
Hal yang penting dalam riwayat keperawatan adalah sebagai berikut :
1.
Identitas
a. Umur : Biasanya terjadi usia 18 30 tahun.
b. Alergi terhadap obat atau makanan tertentu.
c. Pengobatan terakhir.
d. Pengalaman pembedahan.
e. Riwayat penyakit dahulu.
f. Riwayat penyakit sekarang.
g. Dan Keluhan.
2. Data subyektif
3.
Data obyektif :
Pemeriksaan fisik
a. Sistem Pernapasan :
10
c.
d.
e.
f.
J. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang lazim muncul, yaitu (Bulecheck, 2012) :
1. Ketidakefektifan pola napas
2. Defisit volume cairan
3. Penurunan curah jantung
4. Nyeri akut
5. Risiko infeksi
6. Gangguan mobilitas fisik
11
M.
R.
Diagnosa
Ketidakefekti
pernapasan
Dispneu
Penurunan
kapasitas vital
Pernapasan
cuping hidung
Penggunaan otot
N.
V.
NOC
Setelah dilakukan
ventilation
respiratory status:
O.
NIC
P.
Rasional
airway patency
2. Tentukan jika penyebab,
dispneu psikologis
vital sign status
apakah fisiologis atau
berhubungan dengan
Y.
Kriteria hasil:
psikologis.
kecemasan, sedangkan dispneu
Menunjukkan jalan nafas
AF.
fisiologis berhubungan dengan
yang paten (irama nafas,
AG.
batuk, sputum, dan palpitasi
frekuensi pernafasan
3. Penelitian menunjukkan duduk
AH.
dalam rentang normal,
tegak menghasilkan volume
3. Baringkan pasien dalam
tidak ada suara nafas
tidal dan menit ventilasi lebih
posisi yang nyaman, dalam
abnormal).
tinggi daripada posisi duduk
posisi duduk, dengan kepala
aksesorius untuk
-
bernafas
Takipnea
Penurunan
tekanan ekspirasi
Penurunan
tekanan inspirasi
secara berkesinambungan
AN.
Mengidentifikasi posisi
AO.
selang endotracheal
AP.
mempengaruhi inflasi
AQ.
paru
9. Mengkaji status
oksimetri, kaji
kapasitas
ventilasi.
vital/pengukuran
AX.
2.
AY.
Penurunan
volume tidal.
BK.Setelah dilakukan 1. Catat adanya tanda
1. Mengetahui status
curah jantung
intervensi selama 1
kesehatan klien
berhubungan
x 24 jam penurunan
curah jantung
sehingga dapat
dengan
Perubahan
kontraktilitas,
perubahan
afterload,
perubahan
irama.
AZ.
BQ.
menentukan intervensi
yang tepat
2. Status pernapasan yang
menandakan gagal
jantung dapat
ditemukan secara dini
sehigga dapat dilakukan
intervensi dengan cepat
BA.
Batasan
Karakteristik :
BB.
Perubahan
irama jantung
: Takikardi
BC.
Perubahan
Afterload :
kulit lembab,
penurunan
3. Monitor balance
cairan
menyebabkan
BS.
penurunan curah
penurunan
BU.
resistensi
BV.
dispnea.
BD.
Perubahan
kontraktilitas :
batuk,
BR.
nadi perifer,
vaskular paru,
jantung
4. Aktivitas yang berlebih
dapat meningkatkan
kerja jantung
CG.
5. Dyspnea dan takipnea
mungkin terjadi karena
kurangnya oksigen yang
dibawa oleh darah
akibat penurunan curah
6. Monitor tekanan
jantung
darah, nadi, suhu, dan 6. Mengetahui
RR
BW.
7. Monitor jumlah, bunyi,
dan irama jantung
BX.
perkembangan kondisi
klien setelah dilakukan
intervesi
7. Jumlah, bunyi, dan
dispnea
paroksismal
nokturnal
BE.
Perilaku :
Gelisah
BF.
BG.
BH.
BI.
BJ.
BY.
8. Kaji
irama jantung
kulit
terhadap
menurunnya perfusi
CB.
perifer sekunder
CC.
terhadap tidak
CD.
9. Tinggikan kaki, hindari
tekanan pada bawah
refraktori GJK.
9. Menurunkan stasis vena
CF.
Berikan
oksigen
tambahan
indikasi.
jantung, vasokontriksi,
dapat terjadi sebagai
CE.
masker
adekuatnya curah
dan anemia. Sianosis
lutut.
nasal
jantung dalam
memompa darah
8. Pucat menunjukkan
CA.
10.
menunjukkan kerja
kanula
dengan
atau
pembentukan embolus.
sesuai 10.
Meningkatkan
sediaan oksigen untuk
kebutuhan miokard
CL.
3.
Nyer
CP.Setelah dilakukan
DF.
Manageme
Langkah
tindakan
berhubung
keperawatan
an dengan
selama 3x 60
nyeri secara
agen
menit pasien
komprehensif
injury.
menunjukkan
termasuk lokasi,
tidak dapat
penurunan nyeri,
karakteristik, durasi,
mendiskripsikan
dibuktikan
frekuensi, kualitas
nyerinya sendiri.
asan
dengan kriteria
dan symbol
Karakteri
hasil:
presipitasi
tentang intensitas
CS.
nyerinya kemudian
CO.
Bat
stik:
Tanda
n Nyeri
1.
i akut
CN.
CR.
1. Lakukan pengkajian
pertama dalam
Perubahan
CT.
selera makan
normal
CU.
Perubahan
Tidak
2. Observasi reaksi
frekuensi
mengalami
nonverbal dari
pernapasana,
ketidaknyamanan
tampak tenang
CV.
jantung
Laporan
CQ.
CW.
isyarat
Mengekspresi
kan perilaku
Melaporkan
nyeri secara
verbal
2.
3. Kontrol lingkungan
disampaikan secara
yang dapat
mempengaruhi nyeri
3.
seperti suhu
pencahayaan dan
kebisingan
yang dirasakan .
4. Tingkatkan istirahat
CY.
5. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
langsung.
Lingkungan
yang tidak kondusif juga
ruangan,
CX.
nyerinya.
Reaksi
DG.
4.
Dengan
beristirahat perasaan
nyeri yang dialami
pasien akan lebih bias
diminimalkan.
5.
Dengan
kali
CZ.
DA.
pemberian analgesik
DB.
dapat diketahui
DC.
seberapa efektif
DD.
analgesik bisa
mengurangi rasa nyeri
DE.
6. Kolaborasi: Berikan
dicerminkan oleh
analgetik untuk
mengurangi nyeri
6.
DI.
4.
DJ. Kekuranga
n
volume
DM.
Setelah
dilakukan
cairan
tindakan
berhubung
keperawatan
DP.
Manageme
n Cairan
1. Kaji BB, penyakit yang
mendasari,
dan
DH.
EC.
1. Informasi
untuk
disediakan
menjelaskan
penggantian cairan.
2. Memperlihatkan tingkat
an dengan
2x24
kehilangan
diharapkan
cairan
volume
secara
klien
aktif.
seimbang.
DK.
DL.
kembali
cairan
Hidrasi
Status
Penurunan
status mental
Penurunan
dan
DN.
frekuensi
nadi
Penurunan
turgor kulit
Membran
Kriteria
Hasil:
-
Tekanan
darah,
nadi,
tubuh
suhu
dalam
-
kehilangan
cairan
cairan
yang
batas
normal.
Tidak ada
tanda
elastisitas
tanda-
dehidrasi,
turgor
klien.
tanda 3. Untuk
minuman
dijalani.
2. Monitor
3. Monitor
stik:
pada pasien.
Keseimbangan
karakteri
tekanan
cairan
Bat
asan
jam
mengetahui
keseimbangan
tubuh
4. Mencegah
dehidrasi
cairan
terjadinya
ED.
5.
mukosa
kulit
membrane mukosa
kering
Peningkatan
hematokrit
Peningkatan
ras
suhu tubuh
Penurunan
DO.
berat badan
EE.
Risiko
Infeksi
EF.
EG. Faktor
risiko
Pertahanan tubuh
primer dan
sekunder yang
tidak adekuat
Imunologis tidak
adekuat
Malnutrisi
baik,
yang
berlebihan.
EH.
Setelah dilakukan
ER.
1. Standard precaution harus
pengunjung untuk
berkunjung
ES.
meningggalkan klien
2. Gunakan sabun tangan
antimikroba untuk
mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum dan
ET.
2. Untuk mensterilkan tangan
dari bakteri
EU.
3. Pencegahan infeksi yang baik
sesudah tindakan
keperawatan. Ikuti
precautions
EV.
ketika bersentuhan dengan
EW.
darah, membran mukosa,
EX.
EY.
kulit terbuka, atau
EZ.
substansi tubuh lainnya.
FA.
FB.
Gunakan juga goggle dan
4. Studi surveillance prospective
celemek sesuai kebutuhan.
tentang infeksi yang didapat
EN. Kolaborasi
4. Observasi dan laporkan
dari perawatan pada unit
tanda infeksi seperti
tubuh.
EO.
EP.
5. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
EQ.
FD.
FE.
FF.
DAFTAR PUSTAKA
FJ.
S.
2010.
Hematothoraks.
Universitas
Fakultas
Muhammdiyah
Kedokteran
Yogyakarta.
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=HEMATOTHORAX
FM. Magerman, Y. 2010. Pneumothorax/Hemothorax. Lecturer
notes Cape Peninsula University of Technology Faculty of
Health
&
Wellness
Science.
Paper
25.
http://dk.cput.ac.za/hw_lnotes/25
FN. Mancini. . 2011. Hemothoraks.
http://emedicine.medscape.com/article/2047916-overview
FO. Nurarif AH, Hardhi K. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 1. Yogyakarta: Mediaction
Publishing, 2013.
FP.
Sjasuhidajat. R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta.
FQ. Smeltzer SC dan Bare BG. Buku Ajar keperawatan medikal-bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC, 2002.
FR. Sub Bagian Bedah Thoraks Bagian Ilmu Bedah FK-USU / RS
HAM
RS
Pirngadi
Medan.
2000.
Pengamatan
Hasil
Penanganan
Continous
Evakuasi
Hemothoraks
Suction
antara
WSD
dan
Drainage.
http://www.scribd.com/doc/56222226/HEMOTHORAKS.