Anda di halaman 1dari 40

Kompetensi Dasar:

Memahami pengertian dan notasi himpunan, serta penyajiannya.


Memahami konsep himpunan bagian.
Melakukan operasi irisan, gabungan, kurang (difference), dan komplemen
pada himpunan.
Menyajikan himpunan dengan diagram Venn
Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan msalah

Pokok Bahasan

Mengenal himpunan
Diagram Venn
Himpunan bagian
Himpunan antar himpunan
Irisan
Gabungan
Komplemen
Selisih dua himpunan
Banyak anggota irisan, gabungan, komplemen
dan selisih

1. MENGENAL HIMPUNAN
A. Pengertian Dasar
Himpunan adalah kumpulan atau kelompok benda (objek) yang telah
terdefinisi dengan jeas.
Contoh kumpulan objek yang merupakan himpunan adalah sebagai berikut:
a. Siswa-siswa kelas VII-A,
b. Kumpulan angka 2, 4, 5, 8,
c. Kelompok siswa SMP Bahtera yang mengikuti latihan menari
d. Kumpulan hewan pemakan daging.
Contoh kumpulan yang bukan merupakan himpunan adalah:
a. Kumpulan warna yang menawan
b. Kelompok siswa yang berbadan tinggi
c. Kumpulan lukisan yang indah
B. Lambang Himpunan
Suatu himpunan dinyatakan dengan huruf capital seperti: A, B, C, N, P. apabila
objek atau anggota himpunan berupa huruf, mak objek tersebut dinyatakan dengan
huruf kecil, diletakkan di dalam kurung kurawal, dan anggota satu dengan yang
lainnya dipisahkan dengan tanda koma. Anggota suatu himpunan tidak boleh sama.
Anggota yang sama cukup ditulis sekali.
Contoh:
1. Himpunan huruf vocal dapat ditulis V = {a, i, u, e, o} dengan anggotanya: a, i, u,
e, dan o.
2. Himpunan bilngan cacah dapt ditulis C = {0, 1, 2, 3, 4, } dengan anggotanya:
0, 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
C. Anggota Himpunan
Simbol anggota suatu himpunan dapat dituliskan sebagai berikut:
Jika x merupakan anggota A, amak ditulis x A.
Banyaknya anggota suatu himpunan
Menentukan banyaknya anggota suatu himpunan berarti mencacah anggota
Jika x bukan merupakan anggota A, maka ditulis x A.
himpunan tersebut. Banyaknya anggota himpunan A dinyatakan dengan n(A).
Contoh:
a. Apabila K = {2, 4, 6, 8, 10} dan L = {1, 2, 3, 4}, tentukan n(K) dan n(L)!
b. Diketahui:
A = {bilangan ganjil antara 11 dan 20}
T = {1 2, 3, 4, , 20}
K = {faktor prima dari 45}
Tentukan n(A) + n(T) n(K)!
Jawab:
a. K = {2, 4, 6, 8, 10} n(K) = 5 (banyaknya anggota K)
L = {1, 2, 3, 4} n(L) = 4 (banyaknya anggota L)

b. A = {13, 15, 17, 19} n(A) = 4 (banyaknya anggota A)


T = {1, 2, 3, 4, , 20} n(T) = 20 (banyaknya anggota T)
K = {3, 5} n(K) = 2 (banyaknya anggota K)
Jadi, n(A) + n(T) n(K) = 4 + 20 2 = 22
D. Menyatakan Himpunan
Satu himpunan dapat dinyatakan dalam bentuk:
1. Kata-kata (metode deskripsi)
Suatu himpunan dapat dituliskan dengan kata-kata untuk menunjukkan syarat
keanggotaannya. Syarat keanggotaannya ini harus disebukan dengan jelas agar objek
yang tidak memenuhi syarat tidak bias masuk dalam himpunan tersebut.
Contoh:
a. R dalah himpunan nama hari dalam seminggu yang huruf awalnya S.
b. A adalah himpunan bilangan ganjil antara 1 dan 10.
2. Mendaftar (metode tabulasi/roster)
Dengan metode ini, anggota himpunan yang dinyatakan dengan metode
mendaftar disebutkan satu per satu. Anggota himpunan ditulis dalam kurung kurawal
dan antara anggota satu dengan lainnya diisahkan oleh tanda koma.
Contoh:
a. A = {1, 3, 5, 7} menyatakan himpunan empat bilangan ganjil yang pertama secara
tabulasi.
b. B = {Januari, Juni, Juli} menyatakan himpunan nama bulan dengan huruf awal
J secara tabulasi.
Metode tabulasi juga dapat digunakan untuk menyatakan himpunan tak berhingga
yang jumlah anggotanya sangat banyak dan tak berhingga.
3. Notasi pembentuk himpunan (metode bersyarat/rule)
Himpunan dinyatakan denan notasi pembentu himpunan.

Anggotanya

dilambangkan dengan huruf (peubah), kemudian diikuti dengan sebuah garis dan
syarat keanggotan himpunan tersebut.
Contoh:
A = { x | x > 4, x himpunan bilangan asli }
Dibaca A himpunan dengan anggota x, di mana x lebih dari 4 dari x anggota
himpunan bilangan asli.
E. Beberapa Himpunan Bilangan
1. Himpunan biangan asli (A)
Himpunan bilangan asli beranggotakan: 1, 2, 3, 4, dan seterusnya. Secara tabulasi,
himpunan bilangan asli ditulis:
A = {1, 2, 3, 4, } dengan A adalah simbol himpunan bilangan asli.

2. Himpunan bilangan cacah ( C )


Himpunan bilangan cacah beranggotakan: 0, 1, 2, 3, 4, dan seterusnya. Secara
tabulasi, himpunan bilangan cacah ditulis:
C = {0, 1, 2,
3, 4, }prima
dengan(P)
C adalah simbol himpunan bilangan cacah.
3. Himpunan
bilangan
Bilangan prima adalah bilangan yang memiliki tepat dua faktor, yaitu 1 dan

bilangan itu sendiri. Secara tabulasi, himpunan bilangan prima ditulis:

P = {2, 3, bilangan
5, 7, } dengan
P adalah simbol himpunan bilangan prima.
4. Himpunan
bulat (B)
Himpunan bilangan hulat beranggotakan: bilangan buat positif, nol, dan bulat

negatif.
Himpunan bilangan bulat negates beranggotakan: -1, -2, -3 , dan seterusnya
Himpunan bilangan bulat positif beranggotakan: 1, 2, 3, dan seterusnya.
Secara tabulasi, himpunan bilangan bulat ditulis:
B = {, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, } dengan B adalah simbol himpunan
bilangan
bulat.
F. Himpunan
Kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota. Himpunan

kosong disimbolkan dengan { } atau .


Contoh:
A adlah himpunan bilangan asli antara 3 dan 4. Bila A ditulis dengan metode tabulasi,
maka tidak ada bilangan asli yang terletak antara 3 dan 4. Ini berarti A = { } dan n(A)
= 0, sehingga A disebut sebagai himpunan kosong.
G. Himpunan Semesta
Himpunan semesta atau semesta pembicaraan adalah himpuna yang memuat
semua objek yag sedang dibicarakan. Himpunna semesta disebut juga sebagai
himpuna universal dan biasa disimbolkan dengan S atau U.
Contoh:
R = {3, 5, 7}
Himpunan semesta yang mungkin untuk himpunan R di antaranya adalah:
a. S = R = {3, 5, 7}
b. S = {bilangan ganjil}
c. S = {1, 2, 3, 5, 7}
d. S = {bilangan cacah}
4

e. S = {bilangan prima}
2. DIAGRAM VENN
Himpunan dapat dinyatakan dalam bentuk gambar yang dikenal sebagai
diagram venn. Dalam membuat diagram venn yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Himunan semesta (S) digambaran sebagai persegi panjang dan huruf S diletakkan di
sudut kiri atas persegi panjang.
b. Setipa himpunan yang dibicarakan (selain himpunan kosong) ditunjukkan oleh kurva
tertutup.
c. Setipa anggota ditunjukkan dengan noktah (titik).
d. Bila anggota suatu himpunan banyak sekali, mak anggota-anggotanya tidak perlu
dituliskan.
Contoh:
Buatlah diagram Venn dari himpunan-himpunan berikut ini!
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}, A = {4, 5}, dan R = {1, 3, 6}.
Jawab:
Diagram Venn untuk himpunan S, A, R adalah seperti gambar berikut.
Anggota A dan anggta R tidak ada yang sama maak diagram untuk A dan R terpisah.

2
A
3
6

R
1

3. HIMPUNAN BAGIAN
A. Pengertian Himpunan Bagian
Misalkan R = {1, 2, 3}. Dengan menggunakan anggota dari R, yaitu 1, 2, dan
3 kita dapat membnetuk beberapa himpunan bari diantaranya:
a. Jika 2 dan 3 dihilangkan dari R, maka terbentuk himpunan A = {1}
b. Jika 2 dihapus dari R, maka terbentuk himpunan B = {1, 2}
c. Jika semua anggota dari R dihiangkan, maka terbentuk himpunan kosong.
d. Jika semua anggota dari R tidak dihapus, maka himpunan yang terbentuk tetap R.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan:
1. Himpunan kosong merupakan himpunan bagia dari setiap himpunan.
2. Setiap himpunnan merupakan himpunan bagian dari himpunan itu sendiri. Untuk
sembarang himpunan A, berlaku A A.
Contoh:
5

Apabila A = {a, b, c, d, e}, B = {a, c, e} dan C = {b, d, e, f, g}. Manakah pernyataan


yang benar?
a. B A
b. A C
c. B C
d. {a} A
e. {c, e, a} {e, d, c, b, a}
f. B
Jawab:
a. B A, pernyataan yang benar
b. A C, pernyataan yang salah
c. B C, pernyataan yang salah.
d. {a} A, pernyataan yang benar.
e. {c, e, a} {e, d, c, b, a}, pernyataan yang benar.
f. B, pernyataan yang benar.
B. Menentukan Semua Himpunan Bagian dari Suatu Himpunan
Himpunan bagian dari suatu himpunan dapat ditentukan dengan dua cara
yaitu, dengan metode penghapusan anggota dan metode diagram pohon.
Aturan pembuatan diagram pohon adalah sebagai berikut:
(i)
Setiap pangkal pohon harus bercabang dua
(ii)
Cabang itu boleh berbuah satu saja yang lainnya tidak.
(iii) Buah pada setiap cabang diambil dari amggota himpunan tetapi harus
mempunyai keteraturan (berurutan).
C. Menentukan Rumus Banyaknya Himpunan Bagian
Perhatikan pola keteraturan antara banyaknya anggota himpunan dengan banyak
himpunan bagian dari himpunan tersebut pada tabel berikut.
Banyaknya
anggota
awal
0
1
2
3

Himpunan Bagian
Banyaknya himpunan bagian dengan banyak
anggota
0
1
1
1
1

1
1
2
3

2
1
3

3
1

Banyaknya
himpunan
bagian
1
2
4
8

Dari tabel tersebut terlihat adanya hubungan antara banyaknya anggota


himpunan awal dengan banyaknya himpunan bagiannya, yaitu:
Banyaknya anggota

BAnyaknya himpunan

Hubungan yang

himpunan awal
bagian
diperoleh
0
1
20
1
2
21
2
4
22
3
8
23
Hubungan yang diperoleh dapat dirumuskan sebagai 2 n dengan n adalah
banyaknya anggota himpunan awal. Secara umum banyaknya himpunan bagian dari
suatu himpunan dirumuskan sebagai berikut.
Apabila banyaknya anggota himpunan adalah n buah, maka banyaknya
himpunan
bagian dari himpunan tersebut sama dengan 2n.
4. HIMPUNAN
ANTARHIMPUNAN
A. Himpunan Saling Lepas
Himpunan saling lepas dinotasikan dengan // atau .
Dua buah himpunan disebut saling lepas atau saling asing bila kedua
himpunan
itu tidak mempunyai anggota pesekutuan.
B. Himpunan Tidak
Saling Lepas
Dua himpunan dikatakan tidak saling lepas bila kedua himpunan itu
C. Hipunan yang Sama (=) mempunyai anggota persekutuan.
Dua himpunan dikatakan sama apabila keduanya mempunya anggota yang
sama.
Dengan (~)
kata lain A=B, apabila A B dan B A.
D. Himpunan yang
Ekuivalen
Dua himpuna yang tak berhingga dikatakan himpunan yang saling
ekuivalen apabila masing-masing anggoa himpunannya berpasangan satusatu
Contoh:
Dua himpunan A dan B yang berhingga dikatakan ekuivalen apabila
Diberikan:
dituliskan
A dan
~ B 15}, dan
Bn(A)=n(B)
= {bilangandan
prima
antara 10
K = {bilangan ganjil antara 4 dan 9}.
Dari himpunan-himpunan diatas, apakah pasangn himpunan itu:
a. Sama
b. Ekuivalen
c. Saling lepas?

Jawab:
B= {11, 13} dan K = {5, 7}
Hal ini berarti n(B) = 2 dan n(K) = 2
a. B K, karena B K dan K

B.

b. Ya, B ~ K, karena n(B) = n(K) = 2


c. Ya, B // K, karena semua anggota B tidak ada persekutuan dengan semu anggota
K.
5. IRISAN
A. Pengertian Irisan Dua Himpunan
Irisan P dan Q adalah himpunan yang anggotanya merupakan anggota P sekaligus
anggota Q, ditulis denga notasi pembentuk himpunan sebagai:
P Q = { x | x P dan x Q }
B. Menentukan Irisn Dua Himpunan
Irisan sua hmpunan dapat ditinjau dari persekutuan dua impunan itu atau dari
hubungan antarhimpunannya.
1. Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian yang lain.
Apabila P Q, maka P Q = P dan berlaku juga sebaliknya.
2. Kedua himpunan sama
Apabila P = Q, maka P

Q = P = Q.

3. Kedua himunan saling lepas

Apabila P // Q (saling lepas), maka P Q = dan berlkau juga sebaliknya.

4. Kedua himpunan tidak saling lepas, tetapi juga bukan merupakan himpunan
bagian yang lain.
Misalkan: P = {1, 2, 3, 4, 5} dan Q = {2, 3, 6, 7}.
Keterhubungan antar P dan Q adalah P berpotongan atau tidak saling lepas dengan
Q. maka P Q = {2, 3}
6. GABUNGAN
A. Pengertian Gabungan Dua Himpunan
Gabungan dari P dan Q adalah himpunan yang semua anggotanya terdapat P dan Q,
ditulis dengan notasi pembentuk himpunan:
P Q = { x | x P dan x Q }
B. Menentukan Gabungan Dua Himpunan

Gabungan dua himpunan dapat ditentukan dari keterhubungan antarhimpunan


tersebut.
1. Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian yng lain
2. Kedua himpunan sama
3. Kedua himpunan saling lepas
4. Kedua himpunan tidak saling lepas, tetapi juga bukan merupakan himpunan bagia
yang lain
7. KOMPLEMEN
Komplemen dari S ditulis S. karena S merupakan himpunan semesta, maka S
adalah himpunan kosong dan ditulis S = . Sebaliknya = S. dari uraian di atas uraian
ini dapat disimpulkan:
(1) = S
(2) S =
(3) (A) = A
8. SELISIH DUA HIMPUNAN
A = {1, 2, 3, 4, 5} dan B = {1, 5, 7}, A B = {1, 5}.
Komplemen A terhadap B adalah himpunan yang ada di b tetapi tidak ada di A,
yaitu {7}. Tetapi, komplemen B terhadap A adalah himpunan yang adadi A tetapi tidak
ada di B, yaitu {2, 3, 4}
Penulisan komplemen A terhadap B ditulis sebagai B A dan dibaca ada di B
tetapi tidak ada di A. sedangkan komplemen B terhadap A ditulis A B dibaca d di A
tetapi tidak ada di B. jadi contoh diatas bila ditulis adalam notasi B A dan A B adalah:
(i)
B A = {7}
(ii)
A B = {2, 3, 4}
9. BANYAKNYA ANGGOTA IRISAN, GABUNGAN, KOMPLEMEN DAN
SELISIH
Untuk mennetukan banyaknya anggt dari irisan, gabungan, komplemen, dan selisih
dari sua himpunan atau lebih, dapat digunakan diagram Venn atau rumusan dari operasi
himpunan tersebut.

Rumus banyaknya anggota himpunan A B dan A B ditentukan oleh:


n(A B) = n(A) + n(B) n(A) n(A B)
n(A B) = n(A) + n(B) n(A) n(A B)
n(A B) = n(s) n(A B)

Kompetensi Dasar:
Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut
Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau
dua garis sejajar berpotongan dengangaris lain.
Melukis sudut
Membagi sudut

Pokok Bahasan

Sudut
Garis
Garis-garis sejajar
Hubungan sudut-sudut pada dua
garis sejajar yang dipotong oleh

sebuah garis
Perbandingan segmen garis
Aplikasi sudut dalam

bidang

perhubungan transportasi

1. SUDUT
A. Pengertian Dasar Tentang Sudut

10

Sudut adalah suatu daerah yang terbentuk dari pertemuan/perpotongan dua garis
pada satu titik.
Dalam memberikan pengertian tentang sudut, dapat kita simpulkan sebagai
berikut:
Kaki sudut adalah garis-garis pembentuk sudut.
Titik sudut adalah titik perpotongan atau pertemuan kedua kaki sudut.
Daerah sudut adalah daerah yang dibatasi oleh kedua kakisudut.
B. Notasi dan Nama sudut
Sudut dinotasikan dengan lambang . Lambang ini diikuti dengan nama sudut
tersebut. Pemberian nama sudut dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu:
1) Memberi nama sudut dengan huruf yunani
2) Member nama sudut dengan tiga huruf
3) Member nama sudut dengan satu huruf
C. Satuan Sudut
Satuan sudut yang sering digunakan untuk mengukur besar sudut ada tiga cara,

yaitu:
1) Sistem sexagesimal
Dalam sistem ini, besar sudut diukur dalam derajat.
1 sudut siku = 90 , 1 = 60, dan 1

1 dibaca stu derajat


60 dibaca enam puluh menit. = 60
60 dibaca enam puluh detik.
2) Sistem centesimal
Dalam sistem ini besar sudut diukur satuan grad.

1 sudut siku = 100g, 1 g = 100, dan 1 = 100

3) Ukuran lingkaran (circular measure)


Dalam sistem ini besar sudut diukur dalam radian. 1 radian ditulis dengan 1 c.
D. Sudut Sebagai Jarak
c Putar
=180 = 200g = 2 x sudut siku
Sudut sebagai jarak putar dapat diandang sebagai ukuran dari rotasi (perputaran)
sebuah garis pada satu titik, contohnya perputaran pada jarus jam.
Jika jarum panjang pada jam yang mengarah ke angka 12 diputar hingga
kembali ke angka 12, maka jarum jam tersebut dikatakan satu putaran penuh. Dalam
matematika, bidang atau jarak putar satu putaran penuh tersebut membentuk sudut
sebesar 360.

11

Jika jarum panjang berputar

1
2

putaran, yaitu berputar dari angka 12 dan

berakhir pada angka 6, maka dikatakan jarus jam membentuk sudut lurus sebesar
180.
Jika jarum panjang berputar dari angka 12 da berakhir pada angka 3, maka

jarum panjang tersebut berputar

1
4

putaran, dan membentuk sudut siku-siku

sebesar 90. Pada putaran jarum jam, semakin jauh jarak putar ujung jarum maka
sudut yang diperoleh semakin besar.
E. Melukis dan Mengukur Sudut dengan Busur Derajat
Kita dapat menggunakan busur untuk mengukur dan melukis sebuah sudut.
Pada busur derajar dapat kita lihat bahwa pada satu sisinya terdapat skala bagian luar
dan skal bagian dalam yang urutannya saling berlawanan arah. Tujuannya adalah
untuk kemudahn dalam melukis dan mengukur sudut.
a. Melukis sudut
Untuk menggambar sebuh sudut, misalnya KLM dengan ukuran 60, langkahlangkah yang dilakukan adalah:
1) Gambarlah salah satu kaki

KLM, misalnya KL dengan L sebagai titik

sudutnya.
2) Letakkan busur derajat pada garis KL sedemikian sehingga garis nol pada
busur berimpit dengan garis KL dan titik L berimpit dengan titik tengah
(pusat) busur.
3) Perhatikan angka nol dengan busur yang berimpit dengan garis KL, ada yang
terletak didalam dan di luar. Jika letak angka nol ada pada skala bagian luar,
maka angka 60 yang digunakan pada skala bagian luar. Jika angka nol ada
pada skala bagian dalam maka angka 60 yang digunakan pada skala bagian
dalam. Beri tanda titik M pada posisi 60.
4) Lepas busur, kemudian tarik garis dari titik sudut L ke titik M yang sudah
ditandai tadi. Buat keterangan sudut 60 dengan garis lengkung dan arsiran.
b. Mengukur sudut
Langkah-langkah dalm mengukur sudut suatu sudut dengn usur derajat adalah
sebagai berikut:
1) Himpitkan titik tengah busur dengan titik sudut yang akan diukur sehingga
salah satu kakinya berimpit dengan garis nol.
12

2) Perhatikan titik nol pada busur, agar dapat memakai skala derajat tersebut.
Bacalah besar sudut yang terletak pada kaki sudutnya.
F. Jenis-jenis Sudut
Berikut ini diberikan beberapa jenis sudut mulai dari sudut yang kecil hingga
sudut yang besar dan sering digunakan dalam geometri.
1. Sudut lancip 0 < < 90

2. Sudut siku-siku

< 90

3. Sudut tumpul 90 <

4. Sudut lurus

< 180

= 180

5. Sudut refleks 180 <

< 360

13

6. Sudut satu putaran penuh

=360

G. Melukis Sudut-sudut Tertentu dengan Menggunakan Penggaris dan Jangka


Untuk melukis sudut yang besarnya telah ditentukan, digunakan penggaris,
jangka dan busur derajat. Berikut ini langkah-langkah melukis sudut dengan
penggaris dan jangka.
(1) Membagi sudut menjadi dua bagian sama besar
(2) Melukis sudut 90
(3) Melukis sudut 60
(4) Melukis sudut 45
(5) Melukis sudut 30

H. Hubungan Antarsudut
Dua buah sudut dapat mempunyai ubungan saling: berpelurus, berpenyiku,
bertolak elakang, sehadap, atau bersebrangan. Khusus untuk sudut-sudut yang
sehadap dan bersebrangan akan kuta bahas pada pasal berikutnya.
(1) Sepasang sudut yang saling berpelurus (bersuplemen)
Dua sudut a dan b yang saling berpelurus jumlahnya 180 dan ditulis a + b =
180.
(2) Sepasang sudut yang saling berpenyiku (berkomplemen)
Dua sudut a dan b yang saling berpenyiku jumlahnya 90 dan ditulis a + b = 90.
(3) Sepasang sudut yang saling bertolak belakang
Dua sudut a dan b yang saling bertolak belakang besarnya sama dan ditulis a = b.
2. GARIS
Garis adalah deretan titik-titik (bias tak berhingga jumlahnya) yang saling
berseblahan dan memanjang ke dua arah. Titik tersebut kita gambar menyatu satu sama
lain sehingga seperti gambar berikut.

14

Untuk menamakan sebuah garis, kita ambil dua titik (misalkan A dan B) yang
mewakili titik-titik lain dalam garis tersebut sehingga kita namakan garis AB ditulis
AB .

(i)
(ii)
(iii)

Sifat-sifat garis:
Melalui dua titik hanya dapat dibat satu garis saja
Garis AB adalah jarak terdekat antara titk A dan titik B
Suatu garis dapat diperpanjang secata tak terbatas ke kedua arahnya.

A. Kedudukan Dua garis


1. Dua garis sejajar
Dua garis dikatakan sejajar apabila :

Terletak pada suatu bidang datar

Tidak potong memotong walaupun ujung kedua garis diperpanjang


Contoh :

Garis-garis ini sejajar, karena sepasang korespondensi Sudut adalah sama.


2. Dua garis berpotongan
Dua garis berpotongan, jika kedua garis tersebut memiliki satu titik
persekutuan/titik potong.
3. Dua garis berimpit
Dua garis dikatakan saling berimpit jika kedua garis tersebut memiliki lebih dari
satu titik persekutuan/titik potong.
B. Garis Vertikal dan Horizontal

15

Pada bidang koordinat, garis vertikal merupakan garis yang sejajar denan
sumbu Y, dan garis horizontal merupakan garis yang sejajar sumbu X. Garis vertikal
dan horizontal berpotongan tegak lurus di suatu titik. Dalam koordinat Cartesius,
sumbu Y (garis vertikal) dan sumbu X (garis horizontal) berpotongan tegak lurus di
titik O.
3. GARIS-GARIS SEJAJAR
Dua garis dikatakan sejajar apabila kedua garis tersebut terletak apda satu bidang
datar dan perpanjangannya tidak akan berpotongan.
4. HUBUNGAN SUDUT-SUDUT PADA DUA

GARIS

SEJAJAR

YANG

DIPOTONG OLEH SEBUAH GARIS


A. Sudut sehadap

B. Sudut Bersebrangan
a. Sudut dalam bersebrangan

16

b. Sudut luar bersebrangan

C. Sudut Sepihak
1. Sudut dalam sepihak

17

18

2. Sudut luar sepihak

5. PERBANDINGAN SEGMEN GARIS

19

20

Kompetensi Dasar:
Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya.
Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapezium, jajargenjang,
belah ketupat, dan layang-layang.
Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannnya dalam pemecahan masalah.
Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat, dan garis sumbu.

Pokok Bahasan

Segi empat
Segitiga
Menghitung
besaran-besaran
pada segitiga

21

1. SEGI EMPAT
A. Persegi Panjang
1. Pengertian dasar
Persegipanjang adalah suatu segiempat yang keempat
sudutnya

siku-siku

dan

panjang

sisi-sisi

yang

berhadapan sama.
2. Sifat-sifat persegi panjang
Sifat-sifat persegipanjang adalah:
Panjang sisi-sisi yang berhadapan sama dan sejajar.
Keempat sudutnya siku-siku.
Panjang diagonal-diagonalnya sama dan saling membagi dua sama panjang.
3. Keliling dan luas persegi panjang
a. Keliling
Keliling persegi panjang adalah jumlah sisi-sisi persegi panjang atau jumlah
panjang keempat sisinya. Pada Gambar
disamping, keliling ABCD =
BC

+CD

DA

AB +

pada persegi

panjang. Sisi yang lebih panjang disebut


panjang yang dinotasikan dengan p, dan sisi yang lebih pendek disebut lebar,
yang dinotasikan dengan l. Jadi AB

= CD = p dan BC

= DA = l

Dengan demikian keliling persegi panjang ABCD, dirumuskan dengan

b. Luas

22

ABCD adalah persegi panjang


dengan panjang 5 persegi satuan dan
lebar 4 persegi satuan.
Luas ABCD = jumlah persegi satuan
yang ada di dalam daerah persegi panjang
ABCD = 20 satuan Luas ABCD yang
diperoleh itu sama dengan hasil kali, panjang, dan lebarnya.
Jadi, luas ABCD = panjang x lebar = 5 x 4 = 20. Dari uraian di atas maka
diperoleh rumus luas persegi panjang.

Contoh:
Diketahui persegi panjang
ABCD, dengan lebar kurang
2 cm dari panjangnya. Jika
kelilingnya 36 cm, tentukanlah:
a. keliling persegi panjang ABCD dan
b. luas persegi panjang ABCD.
Penyelesaian:
Diketahui l = (p 2) cm dan K = 36 cm
K = 2(p + l)
36 = 2(p + p 2)
36 = 4p 4
40 = 4p
4p = 40
p = 10
panjang = 10 cm, maka lebar = 8 cm.

B. Persegi / Bujur Sangkar


1. Pengertian dasar

23

Persegi adalah suatu segi empat dengan semua sisinya sama panjang dan
semua sudutsudutnya sama besar dan siku-siku (90 o). Dari pengertian itu
diperoleh bahwa setiap sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonalnya dan
kedua diagonalnya berpotongan tegak lurus.
2. Sifat-sifat persegi
1. Sisi-sisi yang berhadapan sejajar.
2. Keempat sudutnya siku-siku.
3. Panjang diagonal-diagonalnya sama dan saling membagi dua sama panjang.
4. Panjang keempat sisinya sama.
5. Setiap sudutnya dibagi dua sama ukuran oleh diagonaldiagonalnya.
6. Diagonal-diagonalnya berpotongan saling tegaklurus.
3. Keliling dan luas persegi
a. Keliling
Persegi merupakan persegi panjang yang semau sisinya sama panjang
sehingga p = l
Karena p = l, maka keliling persegi adalah k = (2(p + l) = 2(2p) = 2(2l)
misalkan p = l = s, maka

b. Luas
Suatu persegi mempunyai ukuran panjang = lebar atau p = l = s, maka
rumus luas persegi adalah

Contoh:

24

Diketahui persegi ABCD dengan panjang sisi 8 cm. Ditanya keliling dan luas
persegi ABCD.
Penyelesaian:
a. K = 4s = 4 x 8 = 32
Jadi keliling persegi ABCD adalah 32 cm.
b. L = s2
L = 8 x 8 = 64
Jadi luas persegi ABCD adalah 64 cm2
C. Jajargenjang
1. Pengertian dasar
pengertian jajar genjang adalah sebagai berikut. Jajar genjang adalah segi
empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sama panjang atau sejajar, serta
memiliki:
sudut-sudut berhadapan sama besar
jumlah sudut yang berdekatan 180o
kedua diagonalnya saling berpotongan di tengah-tengah .
2. Sifat-sifat jajargenjang
(1) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
(2) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
(3) Mempunyai dua buah diagonal yang berpotongan di satu titik dan saling
membagi dua sama panjang.
(4) Mempunyai simetri putar tingkat dua dan tidak memiliki simetri lipat.
3. Keliling dan luas jajajrgenjang
a. Keliling
Keliling jajargenjang sama dengan dua kali jumlah panjang sisi yang
saling berdekatan.

K = 2 (a + b)

b. Luas

25

Luas jajargenjang sama dengan hasilkali alas dan tinggi.

L=axt
Contoh:

Hitunglah luas daerah jajargenjang ABCD di


samping ini!
Penyelesaian:
Diketahui : AB = 10 m dan tinggi = 8 m
Ditanya : Luas daerah jajargenjang ABCD
Jawab : Misal luas daerah jajargenjang L m2, maka
L = 10 x 8 = 80
Jadi luas daerah jajargenjang ABCD adalah 80 m2.
D. Belah Ketupat
1. Pengertian dasar
Belah ketupat adalah segiempat yang dibentuk dari segitiga sama kaki dan
bayangannya, dengan alas sebagai sumbu cermin. Belah ketupat juga
dikatakan sebagai jajargenjang yang semua sisinya sama panjang.
2. Sifat-sifat belah ketupat
a. Semua sisinya sama panjang
b. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi sua sama besar oleh
diagonal-diagonalnya.
c. Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang dan saling tegak
lurus.
d. Kedua diagonal belah ketupat merupakan sumbu simetrinya.
3. Keliling dan luas belah ketupat
a. Keliling

26

Keliling belah ketupat adalah jumlah


keempat

sisinya.

Pada

Gambar

disamping keliling belah ketupat PQRS


adalah
PQ

+ QR =

RS + SP

karena

PQ

= QR =

RS = SP

maka keliling belah ketupat PQRS adalah

b. Luas
Luas daerah belahketupat sama dengan setengah
hasil-kali panjang diagonal-diagonalnya.
Misal L adalah luas daerah belahketupat dengan
diagonal-diagonalnya d1 dan d2, maka
L = x d1 x d2
Contoh:
PQRS adalah belahketupat dengan diagonal
QS

= 8 satuan panjang dan

PQ

PR

= 6 satuan panjang,

= 5 satuan panjang. Hitunglah luas

daerah dan keliling belahketupat PQRS!


Penyelesaian:
Diketahui :

PR

satuan panjang, dan

= 8 satuan panjang,
PQ

QS

= 10

= 5 satuan panjang.

Ditanya : Luas daerah dan keliling PQRS


Jawab : Misal luas belahketupat PQRS adalah L satuan
27

Contoh 1
luas, maka L = x PR x QS = x 8 x 10 = 40
Jadi luas daerah belahketupat PQRS adalah 40 satuan l luas.
Misal keliling PQRS adalah K cm, maka:
K = 4 x PQ = 4 x 5 = 20
Jadi keliling PQRS adalah 20 satuan panjang.
E. Layang-Layang
1. Pengertian dasar
Layang-layang adalah segiempat yang diagonaldiagonalnya saling tegaklurus
dan salah satu diagonalnya membagi diagonal lainnya menjadi dua sama
panjang.
2. Sifat-sifat ayang-layang
a. Pada layang-layang terdapat dua panjang sisi yang sama panjang.
b. Pada layang-layang terdapat sepasang sudut berhadapan yang sama besar.
c. Pada layang-layang terdapat satu sumbu simetri yang merupakan diagonal
terpanjang.
d. Pada layang-layang, salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang
diagonal lainnnya secara tegak lurus.
3. Keliling dan luas layang-layang
a. Keliling
Keliling layang-layang sama halnya dengan keliling segi empat lainnya,
yaitu jumlah keempat sisinya.
Keliling layang-layang = 2 (x + y)
b. Luas

Contoh:
Suatu layang-layang, panjang diagonalnya masing-masing 40 cm dan 18 cm.
Hitunglah luas layang-layang tersebut.
Penyelesaian:

28

Misalkan luas layang-layang = L cm2


Diagonal-diagonalnya d1 = 40 cm dan d2 = 18 cm
L = d1 x d2 = x 40 x 18 = 360
Jadi, luas layang-layang adalah 360 cm2.
F. Trapesium
1. Pengertian dasar
Trapezium adalah segi empat yang memiliki sepasang sisi berhadapan sejajar.
2. Jenis-jenis trapesium
a. Trapesium sembarang

Sebuah trapesium disebut trapesim sembarang, jika trapesium tersebut


tidak memiliki suatu kekhususan.

b. Trapesium siku-siku

Trapesium siku-siku adalah trapesium yang memiliki sudut siku-siku.


c. Trapesium sama kaki

Traesium sama kaki adalah trapesium yang kaki-kakinya sama panjang.


3. Sifat-sifat trapesium
a. memiliki sepasang sisi sejajar,
b. jumlah dua sudut berdekatan (sudut dalam sepihak) adalah 180o,
c. trapesium siku-siku, salah satu kakinya tegak lurus terhadap sisi sejajarnya .
4. Keliling dan luas trapesium
29

a. Keliling

b. Luas

2. SEGITIGA
A. Pengertian Segitiga
Segitiga adalah bidang datar yag dibatasi oleh tiga garis lurus dan membentuk tiga
sudut.

30

B. Jenis-jenis Segitiga
1. Jenis segitiga ditinjau dari panjang sisi-sisinya

2. Jenis segitiga dinjau dari sudut-sudutnya

31

3. Jenis segitiga ditinjau dari panjang sisi-sisi dan besar sudutnya


a. Segitiga sama kaki
Segitiga sama kaki jika dikaitkan dengan besar sudut-sudutnya yang
mungkin terbentuk adalah: segitiga siku-siku sama kaki, segitiga lancip
sama kaki, dan segitiga tumpul sama kaki
b. Segitiga sama sisi
Segitiga sama sisi jika dikaitkan dengan besr sudut-sudutnya adalah besat
tiap sudutnya 60. Untuk segitiga sama sisi tidak ada penanaman kusus
seperti segitiga sama kaki.
c. Segitinga sembarang
Segitiga sembarang yang mungkin terbentuk jika dikaitkan dengan besar
sudut-sudutnya adalah: segitiga siku-siku sembarang, segitiga lancip
sembarang atau sering disebut segitiga lancip, dan segitiga tumpul
sembarang atau sering disebut segitiga tumpul.
C. Sifat-sifat Segitiga
1. Segitiga siku-siku
Segitiga siku-siku mempunyai dua sisi siku-siku yang mengapit sudut sikusiku dan satu sisi miring (hypotenuse)
2. Segitiga sama kaki
Di dalam segitiga sama kaki terdapat:
a. Dua sisi yang sama panjang, sisi tersebut sering disebut kaki segitiga.
b. Dua sudut yang sama besar yaitu sudut yang berhadapan dengan sisi
panjangnya sama.
c. Satu sumbu simetri.
3. Segitiga sama sisi
Di dalam segitiga sama sisi terdapat:
a. Tiga sisi yang sama panjang
b. Tiga sudut yang sama besar
c. Tiga sumbu simetri
D. Menggambar Segitiga Istimewa
a. Menggunakan busur derajat dan penggaris
1. Segitga siku-siku

32

2. Segitiga sama kaki

3. Segitiga sama sisi

33

b. Menggunakan koordinat cartesius


Sebuah segitiga dapat digambarkan pada koordinat kartesius aabila diketahui
koordianat titik-titik sudutnya.
c. Menggunakan jangka
1. Segitiga sama kaki

2. Segitiga sama sisi

E. Menggambar Segitiga Secara Umum


a. Menggambar segitiga jika diketahui ketiga sisinya
34

b. Menggambar segitiga jika diketahui dua sisi dan satu sudut yang diapit

c. Menggambar segitiga jika diketahui dua sudut dan satu sisi persekutuan
kedua sudut

F. Melukis Garis Tinggi, Garis Bagi, Garis Berat, dan Garis Sumbu pada Segitiga.
1. Melukis sgaris tinggi pada segitiga sembarang
Garis tinggi adalah garis yang ditarik dari suatu titik sudut segitiga dan tegak
lurus dengan sisi di depannya.

35

2. Melukis garis bagi pada segitiga sembarang


Garis bagi adalah garis yang ditarik dari suatu titik sudut segitiga yang
membagi dua sama besar sudut tersebut.

3. Melukis garis berat pada segitiga sembarang


Garis berat adalah garis yang ditarik dari titik sudut suatu segitiga yang
membagi dua sama besar sisi yang di hadapannya.

36

4. Melukis garis sumbu pada segitiga sembarang


Garis sumbu adalah garis yang ditarik tegak lurus pada suatu sisi yang
membagi dua sama panjang sisi tersebut.

3. MENGHITUNG BESARAN-BESARA PADA SEGITIGA


A. Jumlah Sudut-sudut Segitiga yang Membentuk Sudut Lurus
Untuk menentukan jumlah sudut-sudut segitiga dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu masing-masing sudut dengan busur derajat dn membentuk sudut lurus
dari ketiga sudut segitiga tersebut.
Jumlah sudut-sudut dalam pad segitiga adalah 180.
B. Menghitung Basar Salah Satu Sudut pada Segitiga Jika Dua Sudut Lainnya
Diketahui
Untuk menghitung besar salas satu sudut pada segitiga jiak dua sudut lainnya
diketahui yang perlu diingat adalah: Jumlah sudut-sudut dalam segitiga adalah
180.
37

C. Hubungan Sudut Dalam dan Sudut Luar pada Segitiga


Pengertian sudut luar segitiga adalah sudut yang dibentuk oleh sisi segitiga dan
perpanjangan sisi lainnya dalam segitiga tersebut.

Besar sebuah sudut luar segitiga sama dengan jumlah besar dua sudut dalam yang
tidak bersisian dengan sudut tersebut.
D. Keliling dan Luas Segitga
1. Keliling Segitiga
Keliling segitiga adalah jumlah panjang ketiga sisinya. Keliling segitiga
dinotasikan dengan K.
Keliling (K) = a + b + c
Contoh:
Segitiga ABC, panjang sisi-sisinya AB = 6 cm, BC = 7 cm, dan AC = 11 cm.
Hitunglah keliling DABC.
Penyelesaian:
K = 6 + 7 + 11 = 24 cm.
2. Luas Segitiga

Contoh:
Hitunglah luas segitiga berikut:

38

Penyelesaian:

E. Hubungan Sudut dan Sisi pada Segitiga


1. Sisi yang terletak dihadapan sudut yang terkecil dari suatu segitiga merupakan
sisi yang terpendek.
2. Sisi yang terletak dihadapan sudut yang terbesar dari suatu segitiga merupakan
sisi yang terpanjang.

39

Sekarang kamu perhatikan: A berhadapan dengan sisi a, B berhadapan


dengan sisi b dan C berhadapan dengan sisi c

40

Anda mungkin juga menyukai