Anda di halaman 1dari 9

TERAPI

RINOSINUSITI
S KRONIK

Terapi Rinosinusitis Kronik


Terapi medikamentosa memegang peranan dalam
penanganan rinosinusitis kronik yakni:
a. Mengurangi gejala dan keluhan penderita,
b. Membantu diagnosis rinosinusitis kronik (apabila
terapi medikamentosa gagal maka cenderung
digolongkan menjadi rinosinusitis kronik) dan
c. Membantu memperlancar kesuksesan operasi yang
dilakukan.
. Pada dasarnya yang ingin dicapai kembalinya fungsi
drainase ostium sinus dengan mengembalikan kondisi
normal rongga hidung.

Terapi
Pemeriksaan

ditemukan adanya faktor


predisposisi deviasi septum, kelainan atau
variasi anatomi KOM, hipertrofi adenoid pada
anak, polip, kista, jamur, gigi penyebab sinusitis,
dianjurkan melakukan penatalaksanaan yang
sesui dengan kelainan yang ditemukan
Jika tidak ditemukan faktor predisposisi, diduga
kelainan adalah bakterial yang memerlukan
pemberian antibiotik dan pengobatan medik
lainnya.

Terapi Medikamentosa
RSK
Jika

endoskopi tidak tersedia:


steroid topikal, obat cuci hidung (NaCl 0,9%),
dan antihistamin jika alergi (antihistamin H-1
secara tunggal atau kombinasi dengan
dekongestan PO).
Terapi evaluasi selama 4 minggu:
Jika perbaikanlanjutkan terapi.
Jika tidak ada perbaikan segera rujuk
pasien ke dokter spesialis THT.

Antibiotika
Meskipun tidak memegang peran penting, antibiotika
dapat diberikan sebagai terapi awal.
Pilihan antibiotika harus mencakup -laktamase (terapi
sinusitis akut lini ke II) amoksisillin klavulanat atau
ampisillin sulbaktam, sefalosporin generasi kedua,
makrolid, klindamisin perbaikan diteruskan 10
14 hari atau lebih jika diperlukan.
Tidak ada perbaikan antibiotika alternatif seperti
siprofloksasin, golongan kuinolon atau yang sesuai
dengan kultur. Jika diduga ada bakteri anaerob, dapat
diberi metronidazol.
antibiotika alternatif tidak ada perbaikan eveluasi
kembali faktor predisposisi yang belum terdiagnosis
dengan pemeriksaan nasoendoskopi maupun CT-Scan.

Antihistamin,
Alergi berperan sebagai penyebab sinusitis kronis pada
lebih dari 50% kasus penggunaan antihistamin justru
dianjurkan, demikian juga kemungkinan imunoterapi
Karena antihistamin generasi pertama mempunyai efek
antikolinergik yang tinggi, generasi kedua lebih disukai
seperti azelastine, acrivastine, cetirizine, fexofenadine
dan loratadine.
Kortikosteroid topikal, mempunyai efek lokal terhadap
bersin, sekresi lendir, sumbatan hidung dan
hipo/anosmia.
Dekongestan, berperan penting sebagai terapi awal
mendampingi antibiotik

Sekian dan terimakasih

Anda mungkin juga menyukai