Anda di halaman 1dari 4

INFORMASI DAN EDUKASI

Karena hasil lab menunjukkan kadar LDL 167 mg/dl (>100mg/dl) maka pasien memerlukan
terapi farmakologis disamping pengobatan non farmakologis, dan obat yang dipilih yaitu
golongan statin.
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Terapi non farmakologi merupakan terapi utama atau awal pada pasien hiperlipidemia,
meliputi aspek makanan dan modifikasi gaya hidup, dan diikuti pemberian obat bila perlu.
Tujuan intervensi gaya hidup adalah untuk mengurangi kolesterol LDL, mengurangi konsentrasi TG,
dan meningkatkan kolesterol HDL.

Aspek Diet dengan mengganti pola makan yang sehat, seperti:


- Menghindari makanan yang mengandung kolesterol dan asam lemak jenuh (animal
fats) yaitu dengan:
o mengurangi konsumsi daging merah,
o memilih susu rendah lemak (susu skim),
o menghindarai makanan yang digoreng maupun siap saji
o serta menambah konsumsi asam lemak tak jenuh (plant fats)
- Konsumsi minyak ikan secara reguler yang mangandung asam lemak omega 3 dan
vitamin e dan c sebagai antiksidan
- Konsumsi makanan berserat seperti sayur-sayuran dan oats
Aspek aktivitas fisik (lifestyle modification), pengaruh aktivitas fisik terhadap parameter
lipid terutama berupa penurunan TG dan peningkatan kolesterol HDL
- Berolah raga secara teratur atau meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari dapat
meningkatkan HDL dan sensitivitas insulin
Menghindari konsumsi alkohol,
Berhenti merokok, menghentikan merokok dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol
HDL sebesar 5-10%. Merokok berhubungan dengan peningkatan konsentrasi TG, tetapi
menghentikan merokok diragukan menyebabkan penurunan konsentrasi TG.

berat
dan mempertahankan BMI normal

Menurunkan
badan berlebih

TERAPI FARMAKOLOGI
a. Pemakaian Obat Golongan Statin

Statin adalah obat penurun lipid paling efektif untuk menurunkan kolesterol LDL dan
terbukti aman tanpa efek samping yang berarti. Selain berfungsi untuk menurunkan
kolesterol LDL, statin juga mempunyai efek meningkatkan kolesterol HDL dan
menurunkan TG.
Statin diresepkan untuk semua pasien dengan penyakit koroner dan pasien yang beresiko
tinggi menderita penyakit tersebut.
Untuk menurunkan kadar lipid agar resiko kardiovaskular berkurang, mayoritas data
mendukung pemberian simvastatin 20 40mg/hari atau pravastatin 40 mg/hari.
Secara umum untuk statin dengan durasi kerja singkat (terutama fluvastatin, pravastatin,
dan simvastatin) disarankan digunakan pada malam hari sesuai dengan kerja hati yang
juga maksimal saat itu memproduksi kolesterol. Hal ini tidak perlu dilakukan untuk
statin dengan durasi kerja panjang seperti atorvastatin atau rosuvastatin.
Terapi statin bisanya ditoleransi dengan baik, walupun demikian tetap harus hatihati,
diskusikan dengan pasien jika terjadi efek samping, usahakan dosis yang digunakan tidak
menimbulkan efek samping agar kepatuhan pasien dalam menggunakan statin untuk
jangka waktu yang lama dapat terjamin.
Kolesterol total dalam serum dan fungsi hati harus dicek paling sedikit sekali dalam
setahun jika pasien sudah stabil dengan terapi statin. Statin berinteraksi dengan obat lain
karena efek hambatannya terhadap sistem sitokrom P450.
Statin hendaknya diresepkan sampai dosis maksimal yang direkomendasikan atau yang
dapat ditoleransi untuk mencapai target kolesterol LDL.

Pada tahun 2011, FDA Amerika Serikat mengeluarkan rekomendasi baru tentang
keamanan simvastatin 80 mg. Simvastatin yang digunakan dengan dosis maksimum
(80 mg) berhubungan dengan miopati atau jejas otot terutama jika digunakan selama
12 bulan berturutan. Simvastatin dosis 80 mg tidak dianjurkan diresepkan bagi pasien
baru, melainkan bagi mereka yang telah menggunakan dosis tersebut selama 12 bulan
berturutan tanpa keluhan atau gejala miopati.
b. Informasi Obat Statin
Peringatan. Statin harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat penyakit
hati atau peminum alkohol (hindari penggunaan pada penyakit hati yang aktif).
Hipotiroidisme harus diatasi secara memadai sebelum memulai pengobatan dengan statin.
Fungsi hati harus diukur sebelum dan selang 1-3 bulan sejak dimulainya pengobatan dan
setelah pengobatan dengan selang 6 bulan sampai 1 tahun kecuali jika diindikasikan segera
karena adanya gejala hepatotoksisitas. Obat harus dihentikan bila kadar transaminase serum
meningkat hingga, dan bertahan pada 3 kali batas atas nilai normal. Statin harus digunakan
hati-hati pada pasien dengan faktor risiko miopati atau rabdomiolisis. Pasien harus dinasehati
untuk melaporkan nyeri otot yang tidak dapat diketahui penyebabnya. Statin harus dihindari
pada porfiria tapi rosuvastatin dianggap aman.

Kontraindikasi: pasien dengan penyakit hati yang aktif dan pada kehamilan (karena itu
diperlukan kontrasepsi yang memadai selama pengobatan dan selama 1 bulan setelahnya) dan
menyusui.

Efek Samping: Miositis yang bersifat sementara merupakan efek samping yang jarang tapi
bermakna (lihat juga efek pada otot). Statin juga menyebabkan sakit kepala, perubahan fungsi
ginjal dan efek saluran cerna (nyeri lambung, mual dan muntah). Statin juga menyebabkan
sakit kepala, perubahan uji fungsi hati (hepatitis namun jarang terjadi), parestesia, dan efek
pada saluran cerna meliputi nyeri abdomen, flatulens, konstipasi, diare, mual dan muntah.
Ruam kulit dan reaksi hipersensitivitas (meliputi angioedema dan anafilaksis) telah
dilaporkan namun jarang terjadi.

Efek pada otot. Bila diduga terjadi miopati dan terjadi peningkatan kadar kreatin kinase yang
sangat tajam (lebih dari 5 kali batas atas nilai normal), atau terjadi gejala gangguan otot yang
parah, maka statin harus dihentikan.
Pada pasien dengan risiko tinggi mengalami efek terhadap otot, statin tidak boleh mulai
diberikan jika kadar kreatin kinase meningkat. Insiden miopati meningkat bila statin

diberikan pada dosis tinggi atau diberikan bersama fibrat, atau asam nikotinat pada dosis
hipolipidemiknya, atau imunosupresan seperti siklosporin.
Monitoring yang intensif terhadap fungsi hati dan jika ada gejala, pemantauan kadar kreatin
kinase juga diperlukan pada pasien yang menerima obat ini. Telah dilaporkan pula
rabdomiolisis dengan gangguan fungsi ginjal akut akibat mioglobinuria.
Saran. Pasien disarankan agar melaporkan dengan segera gejala nyeri otot, rasa kaku, atau
rasa lemah otot yang tidak diketahui pasti penyebabnya.

1. Statin. Pusat Informasi Obat Nasional (BPOM). http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2sistem-kardiovaskuler-0/210-hipolipidemik/2104-statin


2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2013. Pedoman
Tatalaksana
Dislipidemia.
Edisi
ke
1.
http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_tatalksana_Dislipidemia.pdf

3. http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/Cholesterol/PreventionTreatmentofHig
hCholesterol/Prevention-and-Treatment-of-HighCholesterol_UCM_001215_Article.jsp#.WBXgCNKLTDc
4. http://www.medscape.com/viewarticle/721503?pa=Y3gaAX05EmR%2FkrrWEop
%2FGWOUDevtyCPuWYnMO9XFycHPQTUwaYCiyDBjwHAwkHyhVrJxKJt4DR
D8mxYr6kYfOw%3D%3D

Anda mungkin juga menyukai