(RPP)
SD/MI
Mata Pelajaran
: PLBJ
Kelas / Semester
: V (Lima) / 1 (Satu)
Alokasi Waktu
: 3 x 35 menit
I. Standar Kompetensi
4. Memahami upacara adat betawi
II.
Kompetensi Dasar
4.1 Mengenal upacara adat Nujuh Bulan
III.
Indikator
1. Siswa dapat menjelaskan tata cara upacara adat Nujuh Bulan.
2. Siswa dapat menjelaskan asal-usul upacara nujuh bulan.
3. Siswa dapat menjelaskan tata cara upacara nujuh bulan.
IV.
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan tata cara upacara adat Nujuh Bulan
dengan cermat dan teliti.
2. Siswa dapat menjelaskan asal-usul upacara nujuh bulan dengan
benar.
3. Siswa dapat menjelaskan tata cara upacara nujuh bulan dengan
percaya diri.
V.
VI.
VII.
Materi Pembelajaran
1. Upacara adat Nujuh Bulan
VIII.
IX.
Langkah-langkah Pembelajaran
Komponen
No
1.
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan 1.
menanya,
menalar.
Memeriksa kebersihan
kelas
4.
Scientific
Mengamati,
2.
pendekatan
Apersepsi:
a. Guru menyampaikan
Alokasi
Waktu
15 menit.
Inti
Mengamati,
menanya,
di antara
upacara
adat
mengumpulk
an data,
mengkomuni
kasikan.
80 menit.
sudah
upacara
adat
tersebut
mengenal
ini,
diminta
siswa
untuk
Adapun
siswa
yang
diminta
untuk
lain
menyimak
penjelasan
tersebut.
2. Guru menjelaskan
materi
depan
kelas
tentang
diskusi kelompoknya di
depan kelas, kemudian
siswa lain diberi
kesempatan untuk
menanggapi.
2. Guru memberikan
penguatan atas jawabanjawaban siswa dan
memberikan tambahan
penjelasan tentang upacara
adat nujuh bulan untuk
menambah pemahaman
siswa terhadap upacara
adat ini.
3. Guru memberikan umpan
balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah
terhadap keberhasilan
siswa.
4. Guru memberikan
konfirmasi terhadap hasil
eksplorasi siswa melalui
3.
Penutup
berbagai sumber.
a. Guru bersama-sama siswa
Menanya,
menyimpulka
n.
10
XI.
Penilaian
1. Teknik Penilaian
a. Tes tertulis.
b. Tes lisan.
2. Bentuk Instrumen
a. Isian.
b. Uraian.
3. Contoh Instrumen
a. Instrumen Isian
Lengkapilah kalimat di bawah ini dengan jawaban yang tepat !
1) Upacara adat nujuh bulan dilaksanakan ketika kehamilan
berusia ..................
2) Upacara adat nujuh
kehamilan ke .............
bulan
biasanya
dilakukan
untuk
Instrumen Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1) Dari mana upacara adat nujuh bulan berasal ?
2) Siapakah yang boleh melakukan upacara adat nujuh bulan ?
3) Sebutkan contoh persiapan menjelang upacara adat nujuh
bulan !
4) Sebutkan contoh urutan acara pada upacara adat nujuh
bulan !
5) Sebutkan manfaat upacara adat nujuh bulan !
Skor: Setiap jawaban yang benar mendapat skor 2
Jumlah Skor Maksimum: 10
Lembar Tes Observasi Perilaku
No.
Nama
Jumlah
Skor
Maksimal
: 12
Religius
Toleransi
Peduli lingkungan
Tanggung jawab
CEK ( )
Sedang Kurang
(2)
(1)
Dalam Penilaian: guru mengamati perilaku yang menonjol baik dan kurang
dan perilaku yang rata-rata diabaikan. Hal ini untuk memudahkan guru
dalam penilaian.
Nilai akhir yang diperoleh peserta didik = (nilai tes unjuk kerja + nilai
observasi + nilai kuis) jumlah penilaian
Jakarta,
26
Oktober
2015
Dosen Pembimbing/Guru Pamong
Pelaksana
Materi
Tuhan
memperkenankan
permohonan
mereka. Ki
Setelah itu calon ibu akan berganti pakaian dengan kain 7 motif. Para
tamu diminta untuk memilih kain yang paling cocok dengan calon ibu.
Sedangkan pemutusan lawe/lilitan benang atau janur yang dilakukan setelah
pergantian kain masih bermakna agar kelahiran berjalan dengan lancar.
Lilitan itu harus diputus oleh suami.
Pemecahan gayung atau periuk mengandung makna agar saat nanti
sang ibu mengandung lagi, diharapkan kehamilannya berjalan dengan lancar.
Sedangkan upacara minum jamu sorongan (dorongan) berarti bayi bisa lahir
dengan cepat dan lancar seperti disurung (didorong). Dan yang terakhir,
mencuri endhog atau telur, merupakan perwujudan atas keinginan calon
bapak agar proses kelahiran berjalan dengan cepat, secepat maling yang
mencuri.
Materi
Tujuh Bulanan Di Betawi
Upacara kehamilan dilakukan sebagai upaya memberitahukan kepada
masyarakat, tetangga-tetangga dan kerabat keluarga, bahwa seorang wanita
sudah betul-betul hamil dan akan melahirkan keturunan. Selain itu, juga
mengandung harapan agar ibu yang mengandung dan bayi yang
dikandungnya mendapat keselamatan.
Kepercayaan yang berkenanan dengan siklus hidup idividu seperti
upacara nujuh bulanan ini masih kuat melekat pada orang Betawi di
Kampung Bojong. Mereka percaya bahwa upacara nujuh bulanin perlu
dilakukan demi keselamatan ibu dan anak yang dikandungnya. Selain itu
mereka juga percaya bahwa upacara nujuh bulanin merupakan penangkal
agar anak yang akan dilahirkan kelak patuh kepada orang tuanya dan tidak
nakal.
Sesajen yang ditempatkan pada buah bakul berisi antara lain: beras 3
liter, sebutir kelapa, garam satu bata, dan bumbu dapur (cabe, bawang,
terasi, kunyit, dan lain-lain). Bakul sesajen ditutup dengan sehelai kain putih.
Sedangkan perlengkapan di atas, yang tidak boleh dilupakan ialah
kemenyan dan perasapannya. Menurut kepercayaan masyarakat Betawi,
asap kemenyan dalam nujuh bulanin dipandang sebagai sesuatu yang
mempunyai kekuatan magis sebagai media untuk dapat berhubungan
dengan alam semesta. Selain itu juga mempunyai makna untuk memanggil
roh nenek moyang mereka di mana diharapkan roh tersebut akan menjaga
anak cucunya dari segala gangguan makhluk halus.
harapan agar bayi yang dikandungnya dapat lahir selamat dan lancar tanpa
aral rintangan.
Dukun beranak yang memegang peranan di sini menggandeng si ibu
hamil menuju ke tempat mandi atau halaman rumah yang akan dipakai untuk
tempat memandikan, diikuti oleh kaum Ibu Iainnya. Di tempat ini si ibu hamil
didudukkan di atas kursi dengan baju lengkap dan kain sedikit dilongarkan.
Ibu dukun mulai mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim, lalu diikuti
dengan membacakan doa-doa yang diucapkan di dalam hati. Setelah itu
dukun beranak itu memegang ubun-ubun kepala si ibu hamil dengan tangan
kirinya, sementara tangan kanannya memegang gayung yang dicidukkan ke
dalam air kembang lain diguyurkan di atas kepala si ibu hamil, kemudian
diulang sampai tujuh kali hingga sekujur tubuh si ibu hamil basah kuyup.
Tugas siraman kedua diserahkan kepada suami si ibu hamil. Dengan
mengucapkan Bismillaahirrakhmaanirrakhim si suami pun mengguyurkan
air ke kepala istrinya. Selanjutnya berturut-turut dilakukan oleh ibu, mertua,
dan kerabat wanita si ibu hamil hingga seluruhnya berjumlah 7 orang.
Selesai acara siraman, si ibu hamil lalu mengeringkan badan dan rambutnya
dengan handuk. Setelah itu kain dan baju si ibu hamil diganti yang baru.
Selanjutnya si ibu hamil berdiri dengan posisi kedua kaki agak melebar
dan kainnya agak dilonggarkan sambil kainnya dipegangi oleh ibu-ibu yang
lain, sehingga tampak seolah-olah si ibu hamil itu berada dalam kurungan
kain. Kemudian dukun beranak mengambil sebutir telur yang diletakkan di
dalam air kembang. Telur itu diletakkan di ubun-ubun si ibu hamil. Sambil
tetap digenggam, telur itu seolah-olah digelindingkan dari kepala sampai ke
dada dan perut si ibu hamil. Sebelum telur diluncurkan, si dukun
mengucapkan mantera yang berbunyi :
Assalaamualaikum, waalaikum salam Sami Allah nutup iman
Masuk aken si jabang bayi
Masuk aken si putih
Si jabang bayi rep sirep
sing idup putih
Mengucapkan mantera di atas oleh dukun disebut disampurnain. Selesai
membacakan mantera, telur kemudian diluncurkan, lalu dijatuhkan hingga
pecah.
Dengan demikian, maka selesailah tahap kedua upacara Nujuh
Bulanin.
Selanjutnya si ibu hamil diberi handuk dan berganti pakaian dengan kain
yang baru, dibimbing oleh dukun berjalan menuju ke dalam kamar untuk
dirorog. Acara ini dilaksanakan di dalam kamar yang tertutup. Pada acara
ini yang ada hanya dukun beranak dan si ibu hamil saja. Minyak kelapa dan
kain putih sudah tersedia untuk acara ngorog ini. Mula-mula si ibu hamil
disuruh tidur terlentang, perutnya diperiksa oleh si dukun. Bila terdapat
kelainan pada kandungannya maka sang dukun dapat membetulkannya,
namun apabila normal kandungannya cukup diusap-usap beberapa kali
sebagai syarat sambil membaca mantera yang berbunyi :
Assalamualaikum,
Sekarang si jabang bayi lu ditutupi bulan supaya lu selamet menjadikan
orang bener nanti kali udah waktu medal di surga yang lempeng, yang bener
Kemudian dukun beranak mengorog-orognya dengan cara mengurut bagian
tubuh dari atas bahu sampai ke bawah berulang kali hingga tiga kali. Selesai
dirorog, si ibu hamil berpakaian kembali secara lengkap dan berhias menurut
kebiasaannya.
Selanjutnya si ibu hamil bersama dukun beranak ke luar dari kamar
dan disalami oleh para kerabat yang hadir, sekaligus memberi doa restunya,
lalu duduk bersama menunggu acara makan.
Selesai acara makan bersama, tahap selanjutnya acara membagikan
rujak oleh si ibu hamil kepada para tamu yang hadir. Rujakan terdiri dari 7
macam buah-buahan, diberi bumbu gula asam serta cabe rawit. Para
kerabat dan para tamu akan mencicipi dan menilai rasa rujak buatan si ibu
hamil. Bila rasa rujak pedas, diramalkan anak yang akan lahir adalah laki-laki.
Kalau bumbu rujaknya manis, maka anak yang akan lahir diramalkan adalah
perempuan.
Demikian, upacara ditutup dengan makan rujak bersama-sama.
Selesai acara makan rujak, para tamu pun kembali ke rumahnya masingmasing. Waktu ibu dukun mau pulang, diantar oleh keluarga si ibu hamil di
depan rumah, sambil menyerahkan sajen, satu kain basah bekas mandi
nujuh bulan, uang, dan makanan serta lauk-pauknya.
Maknanya agar
yang
akan
memiliki
berwibawa
dan
segani
sekelilingnya
bayi
lahir
sifat
di
oleh
Gambar untuk
Truntum:
motif
Gambar untuk
Babon Anggrem:
motif