Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum

Struktur dan Fungsi Biomolekul

Hari/Tanggal
Waktu
PJP
Asisten

: Jumat/ 29 November 2013


: 08.00-11.00 WIB
: Inda Setyawati, S.TP, M.Si
: Syahrul Mustofa
Aniesti
Dwi Fauziah
Salmi

ASAM NUKLEAT
Penentuan Konsentrasi RNA dan DNA dalam Homogenat
Hati Tikus
Kelompok 4 B
Lulu Atul Fitriyah
Ema Lindawati
Dwi Nugraha F.
Amellia

G84110033
G84110010
G84110057
G84110086

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Pendahuluan
Asam nukleat adalah makromolekul biokimia yang kompleks, berbobot
molekul tinggi, dan tersusun atas rantai nukleotida yang mengandung informasi
genetik. Asam nukleat yang paling umum adalah asam deoksiribonukleat (DNA)
dan asam ribonukleat (RNA). Asam nukleat ditemukan pada semua sel hidup dan
virus. Asam nukleat berada di dalam inti (nukleus) sel (Ngili 2009). Asam nukleat
merupakan biopolimer dengan monomer penyusunnya adalah nukleotida. Setiap
nukleotida terdiri atas tiga komponen yaitu sebuah basa nitrogen, gula pentosa,
dan gugus fosfat. Basa nitrogen berasal dari kolompok purin dan pirimidin. Purin
utama asam nukleat adalah adenin dan guanin, sedangkan pirimidinnya adalah
sitosin, timin, dan urasil. Nukleotida merupakan nukleosida yang gugus gula pada
posisi 5-nya mengikat gugus fosfat dengan ikatan ester. Nukleosida terdiri atas
pentosa (deoksiribosa atau ribosa) yang mengikat suatu basa (derivat purin atau
pirimidin) melalui ikatan glikosida. Nukleosida merupakan nukleotida yang tidak
terfosforilasi (tidak berikatan dengan fosfat) (Ngili 2009).
Asam nukleat dalam sel ada dua jenis yaitu DNA (deoxyribonucleic acid )
atau asam deoksiribonukleat dan RNA (ribonucleic acid) atau asam ribonukleat
yang berikatan ganda. DNA maupun RNA berupa anion dan pada umumnya
terikat oleh protein dan bersifat basa, misalnya DNA dalam inti sel terikat pada
histon. Senyawa gabungan antara protein dan asam nukleat disebut nukleoprotein.
Molekul asam nukleat merupakan polimer seperti protein, tetapi unit penyusunnya
adalah nukleotida. Salah satu contoh nukleotida asam nukleat bebas adalah ATP
yang berfungsi sebagai pembawa energi. Untuk memperoleh asam nukleat dari
jaringan-jaringan tersebut, dapat dilakukan ekstraksi terhadap nukleoprotein
terlebih dahulu menggunakan larutan garam IM. Setelah nukleoprotein terlarut,
dapat diuraikan atau dipecah menjadi protein-protein dan asam nukleat dengan
menambah asam-asam lemah atau alkali secara hati-hati, atau dengan menambah
NaCl hingga jenuh akan mengendapkan protein (Murray 2001). RNA atau asam
ribonukleat terdiri atas benang panjang ribonukleotida. Molekul ini jauh lebih
pendek dari DNA, RNA ditemukan dalam jumlah yang jauh lebih banyak di
dalam kebanyakan sel. Pada sel prokariotik dan eukariotik, ketiga golongan utama
RNA adalah RNA data (mRNA), RNA ribosom (rRNA), dan RNA pemindah

(tRNA). Masing-masing terdiri atas satu untai ribonukleotida dan mempunyai


molekul urutan nukleotida serta fungsi biologis yang khas (Poedjiadi 2004).
Menurut strukturnya, perbedaan kedua macam asam nukleat ini terletak
pada komponen gula pentosanya. Pada RNA, gula pentosanya adalah ribosa
sedangkan pada DNA gula pentosanya mengalami kehilangan satu atom O pada
posisi C nomor 2 sehingga dinamakan gula 2-deoksiribosa. Perbedaan struktur
lainnya antara DNA dan RNA adalah pada basa N-nya. Basa N, baik pada DNA
maupun pada RNA, mempunyai struktur berupa cincin aromatik heterosiklik
(mengandung C dan N) dan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu
purin dan pirimidin. Basa purin mempunyai dua buah cincin (bisiklik) sedangkan
basa pirimidin hanya mempunyai satu cincin (monosiklik). Pada DNA dan RNA,
purin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G), tetapi untuk pirimidin ada perbedaan
antara DNA dan RNA yaitu pada DNA basa pirimidin terdiri atas sitosin (C) dan
timin (T), pada RNA tidak ada timin dan sebagai gantinya terdapat urasil (U).
Timin berbeda dengan urasil karena adanya gugus metil pada posisi nomor 5
sehingga timin dapat juga dikatakan sebagai 5-metilurasil (Lehninger 2004).
Hidrolisis asam nukleat akan menghasilkan nukleotida. Apabila dihidroilisis lagi
maka akan didapat nukleosida, fosfat, gula, purin, dan pirimidin (Poedjiadi dan
Supriyanti 2007).
Beberapa
menstransmisi,

fungsi
dan

penting

mentranslasi

asam

nukleat

informasi

genetik

adalah

1.menyimpan,

metabolisme

antara

(intermediary metabolism) dan reaksi-reaksi informasi energi, 2.sebagai koenzim


pembawa energi, 3.sebagai koenzim pemindah asam asetat, zat gula, senyawa
amino dan biomolekul lainnya, dan 4.sebagai koenzim reaksi oksidasi reduksi
(Campbell et al. 2002). Praktikum asam nukleat ini bertujuan mengisolasi dan
menghitung kandungan asam deoksiribonukleat (DNA) dan kandungan asam
ribonukleat (RNA) dalam sampel hati.
Metode Praktikum
Praktikum struktur dan fungsi biomolekul mengenai asam nukleat ini
dilakukan di Laboratorium Biokimia-Departemen Biokimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan

praktikum yaitu pada hari Jumat, tanggal 22 dan 29 November 2013 pukul 08.0011.00 WIB.
Beberapa alat dan bahan digunakan dalam praktikum ini. Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum adalah bak es, gelas piala, tabung sentrifus,
sentrifugator, pipet Mohr, bulb, penangas air, stopwatch, lemari pendingin, pipet
tetes, vortex, tabung mikrofus, mikrofugator dan spektrofotometer, sedangkan
bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi homogenat hati, es batu,
larutan HClO4 0.6 M, larutan KOH 0.3 M, larutan HClO4 1.2 M, akuades, larutan
HClO4 0.2 M, pereaksi orsinol, larutan standar RNA 125 g/mL dalam TCA 10%,
pereaksi difenilamin, larutan TCA 10%, dan larutan standar 500 g/mL.
Penentuan konsentrasi RNA dalam homogenat hati. Sebanyak 2.5 mL
homogenat hati sapi dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifus yang telah
didinginkan, kemudian ditambahkan 2.5 mL larutan HClO4 0.6 M dingin. Setelah
dikocok sampai rata, disimpan di dalam bak berisi es batu selama 10 menit lalu
disentrifus pada kecepatan 5000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang terbentuk
dibuang, lalu pelet yang terbentuk disuspensikan dengan 4 mL KOH 0.3 M
kemudian dimasukkan ke dalam penangas air pada suhu 40 oC selama 40 menit.
Selanjutnya direndam di dalam es selama 5 menit, lalu ditambahkan sebanyak 2.5
mL larutan HClO4 1.2 M. Setelah itu dikocok, dan disimpan di dalam es selama
10 menit. Suspensi tersebut kemudian dipindahkan ke dalam tabung sentrifus
dingin dan disentrifus pada kecepatan 5000 rpm selama 10 menit. Pelet yang
terbentuk disuspensikan kembali dengan 10 mL larutan HClO4 0.2 M dingin lalu
disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu -20

C untuk percobaan

selanjutnya.
Langkah selanjutnya, supernatan yang terbentuk digunakan sebagai
sampel. Tabung reaksi disiapkan sebanyak 4 buah. Tabung 1 diisi dengan 3 mL
pereaksi orsinol, lalu dipanaskan pada suhu 100 oC selama 20 menit dan
ditambahkan akuades sebanyak 4 mL. Tabung 2 diisi dengan 0.2 mL supernatan, 3
mL pereaksi orsinol, lalu dipanaskan pada suhu 100 oC selama 20 menit dan
ditambahkan akuades sebanyak 3.8 mL akuades. Tabung 3 diisi dengan 0.5 mL
supernatan, 3 mL pereaksi orsinol, lalu dipanaskan pada suhu 100 oC selama 20
menit dan ditambahkan akuades sebanyak 3.5 mL. Tabung 4 diisi dengan 0.3 mL

larutan standar RNA, 3 mL pereaksi orsinol, lalu dipanaskan pada suhu 100 oC
selama 20 menit dan ditambahkan akuades sebanyak 3.5 mL. Kemudian
didinginkan di dalam es sebentar, lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm dengan tabung 1 sebagai
blanko.
Penentuan konsentrasi DNA dari homogenate hati. Suspensi pelet yang
disimpan pada percobaan sebelumnya diambil dari lemari es dan disentrifus pada
kecepatan 5000 rpm selama 10 menit. Supernatan hasil dari sentrifus tersebut
kemudian dibuang, sedangkan pelet disuspensikan kembali dengan 2 mL larutan
HClO4 0.2 M dingin lalu dimasukkan masing-masing 1 mL ke dalam tabung
mikrofus untuk kemudian dimikrofus pada kecepatan 12000 rpm selama 10 menit.
Setelah itu, supernatan yang terbentuk dibuang, sementara peletnya dimasukkan
ke dalam penangas air pada suhu 100 oC selama 10 menit. Pelet tersebut kemudian
ditambahkan masing-masing 1 mL larutan HClO4 0.2 M dingin dan dimikrofus
kembali pada kecepatan 12000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang terbentuk
akan digunakan untuk penentuan kandungan DNA.
Langkah selanjutnya, disediakan 4 tabung reaksi. Tabung 1 diisi dengan 2
mL pereaksi difenilamin dan 4 mL larutan TCA 10%. Tabung 2 diisi dengan 0.5
mL supernatan, 2 mL pereaksi difenilamin, dan 3.5 mL larutan TCA 10%. Tabung
3 diisi dengan 1 mL supernatan, 2 mL pereaksi difenilamin, dan 3 mL larutan
TCA 10. Tabung 4 diisi dengan 2 mL pereaksi difenilamin, 3.5 mL larutan TCA
10%, dan 0.5 mL larutan standar DNA. Masing-masing tabung dikocok secara
rata lalu dimasukkan ke dalam penangas air pada suhu 80 oC selama 30 menit.
Selanjutnya didinginkan di dalam es lalu diukur absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm dengan tabung
1 sebagai blanko.
Hasil dan Pembahasan
Percobaan mengisolasi dan menghitung konsentrasi RNA dan DNA dalam
homogenat hati menggunakan prinsip kerja sentrifugasi dengan menggunakan alat
sentrifus. Metode yang digunakan dalam isolasi komponen DNA atau RNA di
dalam sel adalah (1)pembukaan sel pada sampel untuk mengeluarkan asam

nukleatnya, (2)memisahkan asam nukleat dari komponen sel yang lain, dan
(3)pemurnian asam nukleat. Isolasi fragmen DNA atau RNA spesifik dari genom
suatu organisme dapat digunakan untuk menentukan sekuens basa dan mengetahui
fungsinya. Tahapan pertama yang harus dilakukan untuk mengisolasi DNA adalah
dengan merusak sel terlebih dahulu. Perusakan sel tersebut dapat dilakukan
dengan cara mekanik yaitu diblender atau menggunakan bahan kimia untuk
mendegradasi dan melarutkan komponen dinding sel. DNA akan terpisah menjadi
suatu larutan dan dapat dimurnikan (dipurifikasi) melalui dua cara yang umum
dilakukan yaitu sentrifugasi dan ekstraksi kimia (Yusuf 2001).
Sentrifus merupakan alat yang digunakan untuk proses memisahkan suatu
cairan dari komponen utamanya atau substansi berdasarkan berat molekul dengan
cara pemberian gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada
di bagian bawah (pelet) sedangkan yang lebih ringan berada di atas (supernatan).
Sentrifus terdiri atas rotor-rotor sebagai tempat menyimpan tabung berisi larutan
yang akan disentrifus. Rotor-rotor ini berputar pada kecepatan tinggi dan
bentuknya seperti komidi putar. Sentrifugasi tersebut dilakukan di dalam mesin
sentrifus dengan kecepatan yang bervariasi, contohnya 2500 rpm (rotation per
minute) atau 3000 rpm. Setelah memperoleh DNA, dihitung konsentrasi DNA
tersebut. Hal itu dapat dilakukan dengan penentuan konsentrasi secara kualitatif
yaitu dengan menggunakan elektroforesis dan secara kuantitatif dengan
menggunakan spektrofotometri spektrum UV (Bintang 2010).
Homogenat hati digunakan dalam percobaan asam nukleat ini karena sel
hati mengandung berbagai macam organel, terutama inti sel. Iinti sel banyak
mengandung asam nukleat yang akan digunakan dalm percobaan sehingga akan
lebih mudah untuk mendapatkan isolatnya. Selain itu, hati mempunyai fungsi
penting dalam proses metabolisme tubuh yaitu hati memiliki peranan dalam
mensintesis protein. Pada organ hati, sintesis proteinnya tinggi sehingga tingkat
RNAnya juga tinggi. Selain itu, di hati juga terjadi reaksi enzimatis (Sudjadi dan
Siti 2007). Homogenat hati dijaga tetap dalam keadaan dingin dengan tujuan
untuk memperlambat gerakan termal molekul enzim yang terdapat pada hati
sehingga dapat mencegah dan menghambat reaksi enzimatik yang terdapat pada
hati (Lehninger 2004). Penambahan larutan asam dingin yaitu HClO4 dingin

berfungsi untuk pengendapan asam nukleat yang merupakan makromolekul dalam


percobaan.
Percobaan penentuan konsentrasi RNA dillakukan pula penambahan
reagen orsinol yang bertujuan untuk menimbulkan kompleks warna akibat reaksi
yang terbentuk dengan gula ribosa pada RNA. Kompleks warna biru yang
terbentuk ini dapat dibaca pada spektrofotometer UV dengan panjang gelombang
660 nm. Panjang gelombang yang digunakan adalah 660 nm dan 600 nm karena
warna yang terbentuk dari sampel yang bereaksi dengan pereaksi adalah hijau dan
biru. Menurut teori, panjang gelombang untuk absorpsi maksimum baik oleh
DNA maupun RNA adalah 260 nm. Hal ini disebabkan karena adanya basa
nitrogen yang bersifat aromatik, sedangkan fosfat dan gula tidak memberikan
kontribusi dalam absorpsi ultraviolet. Selain itu, perlakuan panas pada suhu 400C
digunakan untuk mempercepat reaksi hidrolisis RNA, tetapi tidak mendenaturasi
RNA sedangkan pemanasan pada suhu 100C dilakukan dengan tujuan
mendegradasi pelet (Koolman dan Roehm 2005).
Penentuan konsentarsi RNA dengan menggunakan empat sampel yang
terdiri atas blanko, sampel 0.2 mL, sampel 0.3 mL, dan standar. Berdasarkan hasil
pengukuran dengan menggunakan spektrofotometri diperoleh absorbansi dari
masing-masing sampel yang akan digunakan untuk menghitung konsentrasi dari
masing-masing sampel. Hasil absorbansi dan konsentrasi tersebut dapat dilihat
pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1 Data kurva standar RNA
Volume Standar (mL)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6

A Terukur
0.000
0.607
0.895
1.029
1.138
1.180
1.380

A Terkoreksi
0.000
0.607
0.895
1.029
1.138
1.180
1.380

Contoh perhitungan:
V1 x M1

= V2 x M2

0.1 mL x 500 g/mL = 4 mL x M2

M2

= 12.50 g/mL

[RNA] (g/mL)
0
12.50
25.00
37.50
50.00
62.50
75.00

Gambar 1 Kurva standar konsentrasi RNA


Tabel 2 Konsentrasi RNA hati ayam
Volume sampel
(mL)

A terukur

A terkoreksi

0.2
0.3

0.187
0.267

0.185
0.265

[RNA] (g/mL)
Penggunaan kurva
Penggunaan standar
standar
tunggal
4.0060
67.0280
4.0347
96.0145

Contoh perhitungan pada sampel 0.2 mL:


a. Konsentrasi RNA dengan penggunaan kurva standar
y = a + bx
A terkoreksi = a + bx
0.185

= - 10.651 + 54.111 x

= 0.2003

FP

[RNA]

= x . FP

[RNA]

= 0.2003. 20 = 4.0060 g/mL

= 20

[RNA rata-rata] = (

) g/mL = 4.0204 g/mL

b. Konsentrasi RNA dengan penggunaan standar tunggal

=
[sampel]=

= 3.3514 g/mL

[RNA] = Konsentrasi sampel x FP


= 3.3514 x 20
= 67.0280 g/mL

) g/mL = 81.5213 g/mL

[RNA rata-rata] = (

Berdasarkan percobaan, kadar RNA dihitung dengan persamaan kurva


standar y = 54.111x - 10.651 dengan nilai R sebesar 0.8548 sehingga diperoleh
kadar RNA hati pada sampel 2 dan sampel 3 berturut-turut yaitu 4.0060 g/mL
dan 4.0347 g/mL serta [RNA]rata-ratanya adalah 4.0204 g/mL sedangkan
hasil perhitungan dengan standar tunggal sebesar 67.0280 g/mL dan 96.0145
g/mL dengan [RNA]rata-ratanya sebesar 81.5213 g/mL. Hasil kurva standar
menunjukkan semakin banyak volume sampel maka konsentrasi RNA semakin
banyak karena volume dan konsentrasi berbanding lurus sehingga absorbansinya
juga semakin besar.
Penentuan konsentarsi DNA menggunakan empat sampel yang terdiri atas
blanko, sampel 0.5 mL, sampel 1.0 mL, dan standar. Berdasarkan hasil
pengukuran dengan menggunakan spektrofotometri diperoleh absorbansi dari
masing-masing sampel yang akan digunakan untuk menghitung konsentrasi dari
masing-masing sampel. Hasil absorbansi dan konsentrasi tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3 Kurva standar DNA
Sampel (mL)

Absorbansi terukur

Absorbansi terkoreksi

[DNA] (g/mL)

0 (blanko)

0.001

0.000

0.2

0.065

0.064

25.00

0.4

0.065

0.064

50.00

0.5

0.079

0.078

62.50

0.6

0.104

0.103

75.00

0.8

0.129

0.128

100.00

1.0

0.176

0.175

125.00

Contoh perhitungan:
V1 x M1

= V2 x M2

0.2 mL x 250 g/mL = 4 mL x M2


M2

M2

= 12.50 g/mL

Tabel 4 Konsentrasi DNA hati ayam


Volume sampel
(mL)
0.5
1.0

Aterukur

Aterkoreksi

0.195
0.323

0.192
0.320

[DNA] (g/mL)
Penggunaan kurva
Penggunaan standar
standar
tunggal
3680
1030.0429
6240
1716.7382

Contoh perhitungan pada sampel 0.5 mL:


a. Konsentrasi DNA dengan penggunaan kurva standar
y = a + bx
A terkoreksi = 0.008 + 0.001 x
0.192

= 0.008 + 0.001 x

= 184

FP =

= 20

[DNA] = x . FP
[DNA] = 184 . 20 = 3680 g/mL

) g/mL = 4960 g/mL

[DNA rata-rata] = (

b. Konsentrasi DNA dengan penggunaan standar tunggal

Konsentrasi sampel =

= 51.5021

[DNA] = Konsentrasi sampel x FP


= 51.5021 g/mL x 20
= 1030.0429 g/mL

) g/mL = 1373.3906 g/mL

[DNA rata-rata] = (

Ratio RNA/DNA kurva standar = (Rata-rata RNA/rata-rata DNA) x 100%


= (4.0204/4960) g/mL x 100%
= 0.0811 %
Ratio RNA/DNA standar tunggal = (Rata-rata RNA/rata-rata DNA) x 100%
= (81.5213/1373.3906) g/mL x 100%
= 5.9358 %
Berdasarkan percobaan, persamaan kurva standar DNA adalah y = 0.001x
+ 0.008 dengan nilai R sebesar 0.950 sehingga diperoleh kadar DNA hati pada
sampel 0.5 mL dan sampel 1.0 mL berturut-turut adalah 3680 g/mL dan 6240
g/mL serta [DNA]rata-ratanya adalah 4960 g/mL sedangkan hasil perhitungan
dengan standar tunggal sebesar 1030.0429 g/mL dan 1716.7382 g/mL serta
[DNA]rata-ratanya adalah 1373.3906 g/mL. Kadar DNA dalam hati lebih besar

daripada kadar RNA. Konsentrasi DNA lebih besar daripada RNA karena di
dalam sel jumlah DNA lebih banyak daripada RNA dan DNA banyak ditemukan
di sel tubuh, seperti mitokondria dan inti sel (Campbell et al. 2002). Berdasarkan
perhitungan juga diketahui bahwa rasio RNA dengan DNA dalam hati sebesar
0.0811 % pada perhitungan kurva standar dan 5.9358 % dengan standar tunggal.
Hasil perhitungan dengan standar tunggal dan kurva standar sangat berbeda.
Perhitungan dengan standar tunggal lebih stabil dibandingkan dengan kurva
standar. Hal ini dikarenakan pada perhitungan standar tunggal hanya
menggunakan satu standar yang diukur absorbansinya untuk dibandingkan dengan
sampel sedangkan pada kurva standar semua standar diukur terlebih dahulu, lalu
dibuat kurva standar sehingga kesalahan dari pengukuran kurva standar lebih
besar.
Metode

lain

untuk

pemisahan

DNA

yaitu

poliakrilamida

dan

agarosa. Poliakrilamida memiliki kapasitas resolusi yang lebih tinggi, tetapi gel
poliakrilamida dapat memisahkan DNA hanya dalam rentang ukuran DNA yang
sempit atau satu pasang basa. Gel agarosa memiliki resolusi yang lebih rendah,
tetapi dapat memisahkan DNA yang berukuran sampai puluhan kilo pasang basa.
Agarose merupakan polisakarida yang diekstrak dari rumput laut. Ukuran pori
agarose sesuai untuk pemisahan polimer asam nukleat yang tersusun dari ratusan
nukleotida. Selain itu, dapat dengan menggunakan pereaksi Bradford. Sifat reagen
ini lebih praktis dan sensitif, selain itu juga mengandung zat warna Coomassine
Brilliant Blue G250 (CBBG). Reagen ini akan mengikat protein secara langsung
pada rantai samping aromatik yang mengandung asam amino tirosina, triptofan,
dan fenilalanina atau bersifat basa yaitu arginina, histidina, dan leusin (Bradford
1976). Kadar protein terbanyak yang terdapat pada homogenat disebabkan karena
pada homogenat komponen selnya masih lengkap. Organel-organel masih banyak
yang terkandung dalam homogenat sehingga memiliki kandungan protein paling
besar.
Simpulan
Berdasarkan percobaan diperoleh kadar RNA dalam hati pada sampel 0.2
mL dan sampel 0.3 mL berturut-turut sebesar 4.0060 g/mL dan 4.0347 g/mL

serta [RNA]rata-ratanya adalah 4.0204 g/mL sedangkan hasil perhitungan


dengan standar tunggal sebesar 67.0280 g/mL dan 96.0145 g/mL dengan
[RNA]rata-ratanya sebesar 81.5213 g/mL. Kadar DNA hati pada sampel 0.5 mL
dan sampel 1.0 mL berturut-turut adalah 3680 g/mL dan 6240 g/mL serta
[DNA]rata-ratanya adalah 4960 g/mL sedangkan hasil perhitungan dengan
standar tunggal sebesar 1030.0429 g/mL dan 1716.7382 g/mL serta [DNA]rataratanya adalah 1373.3906 g/mL sehingga kadar DNA lebih besar daripada kadar
RNA. Berdasarkan perhitungan, diketahui pula rasio RNA dengan DNA dalam
hati sebesar 0.0811 % pada perhitungan kurva standar dan 5.9358 % dengan
standar tunggal.
Daftar Pustaka
Bintang. 2010. Biokimia: Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.
Bradford MM. 1976. A Rapid and Sensitive Method for the Quantification of
Microgram Quantities of Protein Utilizing the Principle of Protein-dye
Binding. Journal of Analytical Biochemistry 72: 248-254.
Campbell NA, Reece-Mitchell.2002. Biologi Edisi Kelima-Jilid I. Penerbit:
Erlangga
Koolman J dan Roehm KH. 2005. Colour Atlas of Biochemistry 2nd Ed. New York:
Thieme.
Lehninger AL. 2004. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Maggy Thenawidjaja,
penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of
Biochemistry.
Murray R. 2001. Harpers Review of Biochemistry Edisi 25. EGC: Jakarta.
Ngili Y. 2009. Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Poedjiadi A. 2004. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Poedjiadi A dan Supriyanti FT. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Sudjadi B dan Siti L. 2007. Biologi 3. Jakarta: Yudhistira.
Yusuf M. 2001. Genetika Dasar. Jakarta: CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai