TINJAUAN PUSTAKA
1.
STROKE ISKEMIK
1.1 Definisi
Stroke menurut definisi World Health Organization (WHO) adalah suatu
tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau
global), dengan gejala gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan
dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler (Sjahrir,2003).
Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak
yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu
kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak (Sjahrir,2003).
1.2 Epidemiologi
Insiden stroke pada pria lebih tinggi daripada wanita, pada usia muda,
namun tidak pada usia tua. Di Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000
insiden stroke per tahun, yang menyebabkan lebih dari 160.000 kematian per
tahun, dengan 4.8 juta penderita stroke yang bertahan hidup. (Goldstein dkk,
2006).
1.4 . Klasifikasi
Dasar klasifikasi yang berbeda beda diperlukan, sebab setiap jenis stroke
mempunyai cara pengobatan, pencegahan dan prognosa yang berbeda,
walaupun patogenesisnya sama (Misbach,1999)
I.
II.
III.
Stroke Hemoragik
a.
Perdarahan intraserebral
b.
Perdarahan subarachnoid
2.
Stroke in evolution
3.
Completed stroke
IV.
V.
Kardiomiopati dilatasi
Atrial myxoma
Infeksi endokarditis
b. Resiko sedang
Atrial flutter
disebut
juga
infark
lakunar,
dimana
pasien
harus
Noninflamiasi
Infeksi
1.5.
Patofisiologi
Pada stroke iskemik, berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan
hipoksemia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi reaksi berantai yang
berakhir dengan kematian sel sel otak dan unsur unsur pendukungnya
(Misbach, 2007).
Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti
(core) dengan tingkat iskemia terberat dan berlokasi di sentral. Daerah ini akan
menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di luar daerah core
iskemik terdapat daerah penumbra iskemik. Sel sel otak dan jaringan
pendukungnya belum mati akan tetapi sangat berkurang fungsi fungsinya dan
menyebabkan juga defisit neurologis. Tingkat iskemiknya makin ke perifer makin
ringan. Daerah penumbra iskemik, di luarnya dapat dikelilingi oleh suatu daerah
hiperemik akibat adanya aliran darah kolateral (luxury perfusion area). Daerah
penumbra iskemik inilah yang menjadi sasaran terapi stroke iskemik akut supaya
dapat direperfusi dan sel-sel otak berfungsi kembali. Reversibilitas tergantung
pada faktor waktu dan jika tidak terjadi reperfusi, daerah penumbra dapat
berangsur-angsur mengalami kematian (Misbach,2007)
Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara
bertahap, yaitu (Sjahrir,2003):
Tahap 1 :
a. Penurunan aliran darah
b. Pengurangan O2
c. Kegagalan energi
d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion
Tahap 2 :
a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
b. Spreading depression
Tahap 3 : Inflamasi
Tahap 4 : Apoptosis
2. ANTIPLATELET
Platelet diproduksi oleh megakariosit sumsum tulang belakang (Liesner,
R.J and Machin, S.J 2003). Fungsi platelet diregulasi oleh substansi-substansi
yang dibagi menjadi tiga kategori. Kelompok yang pertama zat-zat yang berada
Dikutip dari : Liesner, R.J and Machin, S.J. 2003. Platelet Disorders. In : Provan, D. ABC of
Clinical Haematology second edition. BMJ Books, Spain. P.35-39
yang
pertama digunakan untuk mencegah stroke. Akan tetapi dua dekade terakhir
beberapa jenis obat antiplatelet lainnya dan kombinasi antara obat antiplatelet
telah dievaluasi untuk digunakan dalam memperbaiki keefektifan dan keamanan
dari penggunaan aspirin (ODonnel dkk, 2008).
Beberapa percobaan penelitian telah dilakukan untuk menilai efikasi dari
pengobatan dengan antiplatelet, terutama penggunaan aspirin untuk mencegah
kejadian vaskular. The Antiplatelet Trialists Collaboration (APTC) termasuk
dalam meta-analisis untuk menentukan efek dari obat antiplatelet dengan
berbagai jenis obat antiplatelet pada populasi dengan resiko vaskular.
Berdasarkan 17 percobaan penelitian ditemukan pengobatan dengan antiplatelet
mengurangi kejadian stroke, infark miokard dan kematian akibat gangguan
vaskular (Sacco dkk, 2000).
2.1 ASPIRIN
2.1.1. Kimia
Aspirin merupakan prototipe dari prostaglandin tromboxane A 2 yang
memproduksi arakhidonat sehingga mengakibatkan perubahan bentuk dari
platelet untuk mengeluarkan granul dan melakukan agregasi (Katzung, 2003).
2.1.2. Farmakokinetik
Aspirin diabsorbsi sebanyak 100 % dengan bioavailabilitasnya 68 %.
Waktu paruh aspirin selama 15 menit dan dieliminasi di ginjal bergantung pada
pH. Ikatan protein plasma 50-80 %, makin tinggi dosis, makin rendah ikatan
protein plasma (Sigit, J.I, 2003).
Dikutip dari : Blann, A.D.; Landray, M.J.; Lip, G.Y.H. 2003. An of overwiew of antithrombotic therapy. In : Lip,G.Y.H,
Blann, A.D. ABC of Antithrombotic Therapy. BMJ Publishing Groups. Spain. P.10-13
2.3. CLOPIDOGREL
2.3.1. Kimia
Clopidogrel
merupakan
turunan
dari
derivat
thienopyridine
yang
Dikutip dari : Nguyen, T.A.; Diodati, J.G; Pharand, C. 2005. Resistance to Clopidogrel : A Review of The Evidence.
J Am Coll Cardiol.45:1157-64.
kontraindikasi
diberikan
pada
gangguan
hati
berat,
3. OUTCOME STROKE
Kehilangan fungsi yang terjadi setelah stroke sering digambarkan sebagai
impairment, disabilitas dan handicaps. WHO membuat batasan sebagai berikut
(Caplan,2000) :
adalah
setiap
keterbatasan
atau
ketidakmampuan
untuk
melakukan suatu aktivitas dengan cara atau dalam rentang yang dianggap
normal untuk orang sehat.
3. Handicap adalah gangguan yang dialami oleh individu akibat impairment atau
disabilitas tersebut, yang membatasi perannya sebagai manusia normal.
Penelitian klinis tentang stroke secara rutin menggunakan mortalitas
sebagai outcome, namun terdapat outcome lainnya yang penting untuk
investigasi klinis dan relevan dengan pasien, mencakup perubahan fungsi tubuh
dan disabilitas. Sejumlah instrumen untuk menilai fungsi dan disabilitas telah
dikembangkan. Pada berbagai penelitian klinis, skala Barthel Index dan Modified
Rankin Scale umumnya digunakan untuk menilai outcome karena mudah
digunakan dan merupakan pengukuran yang sensitif terhadap derajat keparahan
stroke (Weimar dkk, 2002).
Modified Rankin Scale mengukur tingkat ketergantungan, baik mental
maupun adaptasi fisik yang digabungkan dengan defisit neurologis. Skala ini
terdiri dari 6 derajat, yaitu dari 0-5, dimana 0 berarti tidak ada gejala dan 5 berarti
cacat/ketidakmampuan yang berat (Weimar dkk,2002).
National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) digunakan untuk menilai
impairment, yang terdiri dari 12 pertanyaantingkat kesadaran, respon terhadap
pertanyaan, respon terhadap perintah, gaze palsy, pemeriksaan lapangan
pandang, facial palsy, motorik, ataksia, sensori, bahasa, disartria dan inatensi.
Skala ini telah banyak digunakan pada berbagai penelitian tentang terapi stroke
akut dan merupakan pemeriksaan standar dalam penelitian klinis. (Meyer
dkk,2002; Schlegel dkk,2003).
Skor ini tidak hanya membantu untuk mengukur derajat defisit neurologis,namun
juga untuk memfasilitasi komunikasi antara penyedia layanan kesehatan,
mengidentifikasi kemungkinan lokasi oklusi pembuluh darah, menyediakan
prognosis awal, dan membantu mengidentifikasi eligibilitas pasien untuk
berbagai intervensi dan potensial komplikasi. (Adams dkk, 2007). Penilaian
retrospektif untuk menilai keparahan stroke dengan NIHSS menunjukkan bahwa
skor ini reliable dan tidak bias bahkan jika elemen pemeriksaan fisik ada yang
hilang dari rekam medis pasien (Williams dkk, 2000)
4. KERANGKA TEORI
ATHEROSKLEROSIS
ASPIRIN
CILOSTAZOL
CLOPIDOGREL
Shinohara dkk, 2010 : Cilostazol
menghambat phospodiesterase 3,
meningkatkan konsentrasi cAMP dan
efek vasodilator
Lee dkk, 2011 : Cilostazol tidak lebih
rendah
outcome
fungsionalnya
dibandingkan dengan aspirin
STROKE
ISKEMIK
AKUT
Wilterdink dkk, 2001 :
Stroke iskemik
akut, pemberian
aspirin
bermanfaat
mengurangi
mikroagregasi
dari platelet dan
thromboxane
A2
perbedaan
signifikan skor
NIHSS
dan
SME
antara
pasien
menggunakan
aspirin dengan
tidak
menggunakan
aspirin
OUTCOME
5. Kerangka Konsep
STROKE ISKEMIK
AKUT
ASPIRIN
CILOSTAZOL
CLOPIDOGREL
PLASEBO
OUTCOME
Universitas Sumatera Utara