M.Kes
dr. Hj. Indrawati Kaelan
Tempat presentasi: RSUD Massenrempulu Enrekang
Obyek presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi: Bayi 12 bulan MRS dari poliklinik dengan keluhan demam yang dialami sejak 1
minggu, demam tidak terus menerus terutama dialami pada sore-malam hari. Bayi batuk dan
terlihat sesak. Bayi nampak rewel dan gelisah, nafsu makan menurun, berat badan tidak
menurun, BAB biasa, BAK lancar, riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak ada, riwayat
penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.
Tujuan: memberikan penanganan pertama pada pasien dengan Kejang demam
Bahan
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
bahasan:
pustaka
Cara
Diskusi
Presentasi dan E-mail
Pos
membahas:
diskusi
Data Pasien:
Nama klinik
Nama: An. BK
No.Registrasi: 046969
Ruang Perawatan Anak RSUD
Massenrempulu Enrekang
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Bayi 12 bulan MRS dari poliklinik dengan keluhan demam yang dialami sejak 1
minggu, demam tidak terus menerus terutama dialami pada sore-malam hari. Bayi batuk
dan terlihat sesak. Bayi nampak rewel dan gelisah, nafsu makan menurun, berat badan
tidak menurun, BAB biasa, BAK lancar. HR : 120 x/menit, P : 44 x/menit, S: 38.50C
2. Riwayat pengobatan: Telah diberikan pengobatan simtomatis dari puskesmas berupa
obat penurun panas, obat batuk serta antibiotik
3. Riwayat kesehatan/penyakit: pasien belum pernah menderita penyakit serupa
sebelumnya.
4. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita penyakit sama dengan pasien
5. Riwayat pekerjaan: pasien belum bekerja
6. Lain-lain:
Daftar Pustaka:
a. Pudjiadi, AH. Pneumonia. Dalam: Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jilid 1. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010:250256.
b. Mansjoer, A., dkk. Pneumonia. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga. Jilid 2.
Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000 : 465-468
c. Buku Diagnosis dan Terapi Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM
FKUI, Jakarta 1999
1
Hasil pembelajaran:
1. Menegakkan diagnosis bronkopneumoni
2. Memberikan penatalaksanaan yang tepat terhadap kasus bronkopneumonia
Epidemiologi
Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian balita karena
pneumonia. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001
kematian balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita per tahun. Ini berarti bahwa
pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun, atau hampir
300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap 5 menit.
Etiologi
Faktor Infeksi :
Neonatus : Streptococcus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV)
Bayi : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
Chlamidia trachomatis, Pneumocytis. Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,
Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis.
Anak-Anak : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV. Mycoplasma pneumonia,
Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.
Anak besar-Dewasa muda : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis. Pneumokokus,
B. Pertusis, M. tuberculosis
Faktor Non Infeksi
Patogenesis
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri
di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai
cara, antara lain :
Inhalasi langsung dari udara
Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
Penyebaran secara hematogen
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk
mencegah infeksi yang terdiri dari :
Susunan anatomis rongga hidung
Jaringan limfoid di nasofaring
Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret
lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
Refleks batuk.
Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A.
Sekresi enzim enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja
sebagai antimikroba yang non spesifik.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas
sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan
sekitarnya.
Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan
yang meliputi empat stadium, yaitu :
4
ronkhi basah halus dan sedang nyaring yang terdengar pada stadium permulaan dan
stadium resolusi sedangkan pada stadium hepatisasi ronkhi tidak terdengar.
Pemeriksaan Laboratorium
Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 40.000/ mm3
dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan
dengan infeksi virus atau mycoplasma.
Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
Peningkatan LED.
Kultur dahak dapat positif pada 20 50% penderita yang tidak diobati. Selain
kultur dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat
swab).
Analisa gas darah (AGDA) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.
Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena
pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman
penyebab tidak selalu dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman
diagnosa dan tata laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut
bronkopneumonia dibedakan berdasarkan:
Bronkopneumonia sangat berat : Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak
sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Bronkopneumonia berat : Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan
masih sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
antibiotika.
Bronkopneumonia: Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat
Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum
Pada pneumonia berat, asupan oral dikurangi atau dihentikan, diberikan cairan
intravena dan dilakukan balans cairan ketat
Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien dan
mengontrol batuk.
Nebulisasi B2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki
mucocilliary clearance
Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap 4
jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen
Antibiotik
Rekomendasi UKK Respirologi
Neonatus-2 bulan : Ampisilin + Gentamisin
> 2 bulan :
Lini pertama Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat ditambahkan
kloramfenikol
Lini kedua Seftriakson
Pilihan antibiotik intravena untuk pneumonia
6
Antibiotik
Penisilin G
Frekuensi
Tiap 4 jam
Ampisilin
Kloramfenikol
Ceftriaxone
Dosis
50.000 unit/kg/x.
Dosis tunggal
maksimal
4.000.000 unit
100 mg/kg/hari
100 mg/kg/hari
50 mg/kg/kali
Cefuroxime
50 mg/kg/kali
Tiap 8 Jam
Tiap 6 jam
Tiap 6 Jam
Tiap 24 Jam
Keterangan
S. Pneumonia
S. Pneumonia, H.
Influenzae
S. Pneumonia, H.
Influenzae
Clindamycin
10 mg/kg/kali
Tiap 6 Jam
Eritromisin
10 mg/kg/kali
Tiap 6 jam
Gentamisin
3-5 mg/kg/hari
Tiap 12 Jam
Nutrisi
Pada anak dengan distres pernafasan, pemberian makanan peroral harus
dihindari. Makanan dapat diberikan lewat NGT atau Intravena. Tetapi harus
diingat bahwa pemasangan NGT dapat menekan pernafasan khususnya pada
bayi/anak dengan ukuran lubang hidung kecil. Jika memang dibutuhkan,
sebaiknya menggunakan ukuran yang terkecil
Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak mengalami
overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan sekresi hormone
antidiueretik.
Kriteria Pulang
Gejala dan tanda pneumonia menghilang
Asuhan per oral adekuat
Pemberian antibiotic dapat diteruskan di rumah (per oral)
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana control
Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah
Diagnosis Banding
Secara klinis pneumonia yang disebabkan oleh kuman (bakteri), virus tidak dapat
dibedakan. Keadaan yang menyerupai pneumonia secara klinik:
Bronkhiolitis
TB Paru
Payah jantung
Aspirasi benda asing
Komplikasi
Otitis media
Bronkiektasis
Abses paru
Empiema
Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan
pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi
7
berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya
zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif
pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka
malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar
dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
Pencegahan
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan
meningkatkan daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti:
cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan, beristirahat
yang cukup, rajin berolahraga, dan lain-lain
Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara
lain:
Vaksinasi Pneumokokus
Vaksinasi H. influenza
Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
Pengobatan yang diberikan pada pasien ini :
Stop intake oral
O2 1-2 liter/menit via NK (Cek SO2 tiap 4 jam)
IVFD Asering 10 tpm makrodrips
Inj. Cefotaxim 175 mg/12 jam/IV (Skin test)
Inj. Gentamisin 17.5 mg/12 jam/IV
Ibuprofen syrup 3 x sendok takar
Mucera syrup 3 x 1/3 sendok takar
Awasi tanda vital dan tanda distress pernafasan
4. Plan:
Diagnosis:
Pemeriksaan Darah
Hasil Laboratorium Darah Rutin
WBC : 18 x 103/ul
Kesan : Leukositosis
Pemeriksaan Radiologis
Cor tidak membesar
Sinus dan diafragma normal
Pulmo : corakan bronkovaskular dalam batas normal, tampak perselubungan
8
inhomogen dilapangan atas paru kanan dengan air bronchogram sign (+)
Kesan : Pneumonia Lobaris Dextra
Pendidikan:
Kita menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi.
Konsultasi:
Dijelaskan adanya indikasi rawat ICU dan konsultasi dengan spesialis anak untuk
penanganan lebih lanjut.
Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan
sarana dan prasarana yang lebih memadai.
Enrekang, September 2013
Peserta
Pendamping