Anda di halaman 1dari 9

Penetapan Kadar Sari

I.

Tujuan Percobaan
1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia.
2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia.

II.

Prinsip Percobaan
Penentuan kadar sari berdasarkan jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang
dapat tersari dalam pelarut tertentu, yaitu air dan etanol.

III.

Teori
Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional yang secara turun
temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan tradisional
dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan
masyarakat. Kemajuan pengetahuan dan tekhnologi modern tidak mampu menggeser
peranan obat tradisional, bahkan pada saat ini pemerintah tengah menggalakkan
pengobatan kembali ke alam.
Pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat sejalan dengan pengobatan
modern. Berbagai penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan
tekhnologi juga dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang
diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat tradisional
tersebut. Pengembangan obat tradisional juga didukung oleh Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, tentang fitofarmaka, yang berarti diperlukan adanya
pengendalian mutu simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau sediaan
galenik.
Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan
standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang
seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut.
Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan
untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu. Parameter mutu
simplisa meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam,
kadar sari larut air, kadar sari larut etanol serta kadar senyawa identitas.
1. Penetapan kadar sari bahan obat tradisional
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan
senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan ini
dilakukan untuk simplisia yang tidak ada cara yang memadahi baik kimia atau
biologi untuk penentuan konstituen aktifnya. Penetapan kadar sari dapat
1

Penetapan Kadar Sari

dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari
yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang
terkandung dalam simplisia.
a. Penetapan kadar sari yang larut dalam air
Sampel serbuk sebanyak 5 g dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL
kloroform, ekstraksi dilakukan dalam labu bersumbat, berkali-kali dikocok
selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sebanyak 20
mL filtrat disaring dan diuapkan sampai kering dalam cawan porselen, hasil
penguapan dipanaskan pada suhu 105C sampai bobot tetap. Kadar dalam
persen sari larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di
udara.
b. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Sampel serbuk sebanyak 5 g dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL
etanol 95%, ekstraksi dilakukan dalam labu bersumbat, berkali-kali dikocok
selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Filtrat disaring
lalu diambil sebanyak 20 mL filtrat dan diuapkan sampai kering dalam cawan
porselen, hasil penguapan dipanaskan pada suhu 105C sampai bobot tetap.
Kadar sari larut dalam etanol 95% dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara.
2. Penetapan kadar tannin
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar tanin dalam bahan baku
obat tradisional. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan kualitas dan
kemurnian dari simplisia yang diuji.
3. Penetapan kadar abu
Abu adalah sisa pembakaran sempurna bahan organik (residu yang tidak
menguap bila suatu bahan dibakar dengan cara tertentu). Secara kimia abu dapat
didefinisikan sebagai oksida logam dan bahan-bahan lain yang tidak dapat
dibakar. Dalam kaitan dengan simplisia, abu merupakan indicator derajat
kebersihan penanganan simplisia.
Secara alami didalam simplisia terdapat logam. Logam-logam ini
merupakan komponen hara tumbuhan yang dapat merupakan komponen molekul
penting dalam reaksi biokimiawi tumbuhan. Logam-logam tersebut merupakan
abu fisiologis. Sebagian besar abu fisiologis ini larut air. Pada saat penyiapan,
simplisia dapat terkotaminasi oleh tanah, pasir, dsb. Pasir merupakan senyawa
2

Penetapan Kadar Sari

silikat yang tidak terbakar. Senyawa silikat ini tidak larut asam, sehingga
merupakan komponen penyusun abu tidak larut asam. Oleh karena itu, kadar abu
dalam simplisia harus ditentukan untuk melihat kadar senyawa pengotor yang
terkandung di dalamnya. Bila kadar abu simplisia melebihi persyaratan yang
ditentu maka simplisia tersebut tidak boleh digunakan untuk bahan baku
pembuatan obat tradisional.
4. Penetapan logam berat
Logam berat merupakan bahan berbahaya yang sama sekali tidak
diperbolehkankan ada dalam simplisia. Pengujian ini sangat penting untuk
menjamin keamanan dari bahan baku maupun produk obat tradisional jadi yang
siap dikonsumsi.
5. Penetapan kadar minyak atsiri
Minyak atsiri adalah kandungan utama beberapa simplisia bahan baku obat
tradisional. Minyak atsiri sering disebut volatile oil, oleh karena sifatnya yang
sangat mudah menguap, bahkan dalam suhu kamar. Kadar minyak atsiri dapat
menunjukkan kualitas dari simplisia yang diperiksa.
Selain mengerjakan pemeriksaan di atas, laboratorium juga menentukan
berat jenis, rotasi optik, indeks bias, pH minyak berkhasiat dari bahan baku serta
menetapkan kadar bahan pembantu berdasarkan farmakope Indonesia.
Pengetahuan akan kandungan kimia suatu tumbuhan merupakan suatu langkah
awal pemahaman tumbuhan tersebut sebagai obat. Hal ini dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan penyakit yang berkembang di masyarakat. Tanaman Sidaguri
(Sida rhombifolia) dengan rasa yang manis pedas dan sifat herbanya yang sejuk,
menurut literatur memiliki aktifitas antiradang, penghilang nyeri (analgesik), peluruh
kencing (diuretik), peluruh haid, dan pelembut kulit. Akarnya yang manis dan bersifat
sejuk, dapat merangsang enzim pencernaan, mempercepat pematangan bisul, dan dapat
berfungsi juga sebagai antiradang.

Sida rhombifolia

Penetapan Kadar Sari

IV.

Alat dan Bahan


Alat:
1. Seperangkat alat maserasi
2. Cawan penguap
3. Labu tersumbat
4. Gelas ukur
5. Corong
Bahan:
1. Herba Sidaguri
2. Aquadest
3. Kloroform
4. Etanol (95%)

V.

Prosedur Percobaan
a. Penetapan kadar sari larut air
1. Sejumlah lima gram serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi
selama 24 jam dengan 100 mL air-kloroform P menggunakan labu bersumbat
sambil sekali-kali dikocok pada enam jam pertama kemudian dibiarkan selama
18 jam.
2. Disaring dan 20 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal yang
berdasar rata yang telah ditara kemudian sisanya dipanaskan pada suhu 105C
hingga bobot tetap.
3. Kadar sari yang larut air dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara.
b. Penetapan kadar sari larut etanol
1. Sejumlah lima gram serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi
selama 24 jam dengan 100 mL etanol (95%) menggunakan labu bersumbat
sambil sekali-kali dikocok pada enam jam pertama kemudian dibiarkan selama
18 jam.
2. Disaring dan 20 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal yang
berdasar rata yang telah ditara kemudian sisanya dipanaskan pada suhu 105C
hingga bobot tetap.
3. Kadar sari yang larut air dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara.

VI.

Pengamatan
a. Pengamatan langkah kerja
Langkah Kerja

Pengamatan
4

Penetapan Kadar Sari

Penimbangan bahan

Dimaserasi dalam labu tertutup

Pengocokan secara konstan

Penyaringan

Filtrat yang terkumpul dipanaskan hingga


didapat bobot tetap

Penetapan Kadar Sari

Perhitungan kadar sari


b. Data
1. Penimbangan
Cawan 1 (sari larut air)
Cawan 2 (sari larut etanol)
Cawan + sari larut air
Cawan + sari larut air
2. Perhitungan

: 84,69 gram
: 87,26 gram
: 84,78 gram
: 87,28 gram

( 84,7884,69 ) x 10
x 100 =18
5 gram
( 87,2887,26 ) x 5
x 100 =2
Kadar sari larut etanol (10 mL filtrat)
5 gram
Kadar sari larut air (20 mL filtrat)

Penetapan Kadar Sari

VII.

Pembahasan
Pada percobaan kali ini, dilakukan penetapan kadar sari larut air dan larut etanol
dari simplisia herba sidaguri (Sida rhombifolia). Untuk penetapan kadar sari larut air,
digunakan air yang dijenuhkan dengan kloroform. Sedangkan untuk penetapan kadar
sari larut etanol, digunakan etanol 95%. Penetapan ini berdasarkan pada jumlah
kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut, yaitu air dan
etanol.
Simplisia yang digunakan adalah herba sidaguri sebanyak 5 gram. Untuk
penetapan kadar sari larut air, simplisia dimasukkan kedalam 100 mL air yang telah
dijenuhkan dengan 2 tetes kloroform, sesuai dengan yang terdapat pada literatur,
sebanyak 1 liter air dapat dijenuhkan dengan 1 mL kloroform. Penjenuhan tersebut
bertujuan agar pelarut tidak menarik kembali senyawa lain yang semipolar, tetapi sari
dalam simplisia. Simplisia dalam pelarut kemudian dikocok dalam labu tertutup selama
6 jam dan didiamkan selama 18 jam. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat tingkat
kelarutan, sehingga kadar yang tersari dalam pelarut semakin banyak.
Dari hasil penyaringan, diambil sebanyak 10 mL filtrat. 10 mL pertama filtrat
tidak digunakan karena mengandung pengotor yang terdapat pada kertas saring. Jumlah
penggunaan filtrat tersebut mempengaruhi bilangan pengali yang digunakan pada
perhitungan kadar sari.
Filtrat yang didapat kemudian dipanaskan dalam cawan penguap hingga bobot
tetap. Hasil pemanasan dalam cawan kemudian didinginkan, jika perlu dapat digunakan
desikator. Pendinginan dilakukan dengan seksama karena dapat mempengaruhi massa
filtrat yang telah dipanaskan dalam cawan. Setelah cawan dingin, kemudian dilakukan
penimbangan dan perhitungan kadar sari larut air dapat dilakukan.
Pada penetapan kadar sari larut etanol, prosedur yang dilakukan serupa dengan
penetapan kadar sari larut air, tetapi pelarut yang digunakan adalah etanol 95%.
Penjenuhan dengan kloroform tidak diperlukan karena etanol sudah merupakan pelarut
organik universal yang dapat menyari secara baik senyawa dalam simplisia.
Pada proses penyaringan, terdapat perbedaan yang signifikan antara pembentukan
filtrat pada sari larut air dan sari larut etanol. Simplisia lebih cepat terlarut dalam etanol
dan filtrat lebih cepat terbentuk. Untuk proses penguapan selanjutya, dapat digunakan
20 mL sari larut etanol.
Pemanasan filtrat dengan etanol dilakukan menggunakan oven. Disebabkan
perbedaan titik didih pelarut. Setelah didapat ekstrak kering, kemudian dilakukan
prosedur seperti pada penetapan kadar sari larut air.

VIII. Kesimpulan
7

Penetapan Kadar Sari

Pada penetapan kadar sari simplisia herba sidaguri, didapat kadar sari larut air sebanyak
18% dan kadar sari larut etanol sebanyak 2%.

Penetapan Kadar Sari

DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM, DepKes RI. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta, 194-197.
WHO. 1998. Quality control method for medicinal plant material.
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/531/jbptitbpp-gdl-nendensz10-26519-1-laporan-g.pdf

Anda mungkin juga menyukai