Anda di halaman 1dari 7

Nama : HERAWATI

NIM : 131207267

RESUME
FATWA ULAMA ACEH TENTANG KOMODITI YANG
HARAM DIPERJUAL BELIKAN
Perkataan jual beli dalam bahasa Arab disebut al-Bai ( )yang
merupakan

bentuk masdar dari yang

artinya

menjual.1 Sedangkan kata beli dalam bahasa arab dikenal dengan


yaitu masdar dari

kata - namun

pada

umumnya

kata sudah mencakup keduanya, dengan demikian kata berarti jual


dan sekaligus berarti membeli.
Maksudnya adalah melepaskan harta dengan mendapat harta lain
berdasarkan kerelaan atau memindahkan milik dengan mendapatkan
benda lain sebagai gantinya secara sukarela dan tidak bertentangan
dengan syara.
Sedangkan Hasbi

ash-Shiddeqy mendefinisikan

jual

(menjual

sesuatu) adalah memilikkan pada seseorang sesuatu barang dengan


menerima dari padanya harta (harga) atas dasar kerelaan dari pihak
penjual dan pihak pembeli.
Dari beberapa pengertian di atas, Abdul Mujieb merumuskan
definisi al-Bai sebagai pelaksanaan akad untuk penyerahan kepemilikan
suatu

barang

dengan

menerima

harta

atau

atas

saling ridla,

atau ijab dan qabulatas dua jenis harta yang tidak berarti berderma, atau
menukar harta dengan harta bukan atas dasar tabarru.2
Dengan memahami beberapa arti di atas maka dapat disimpulkan
bahwa jual beli itu dapat terjadi dengan cara:
1.

Pertukaran antar dua pihak atas dasar rela, dan

1 Suhendi, Hendi. 2002, Fiqh Muamalah, Jakarta : Rajawali Pers. Hal. 46

2 Djamil, R. Abdul. Hukum Islam: Asas-asas Hukum Islam, cet. ke-1 (Bandung: Mandar
Maju, 1992), hal. 30

2.

Memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu

berupa alat tukar yang diatur sah dalam lalu lintas perdagangan.
Dalam cara pertama, yaitu pertukaran harta atas dasar rela ini
dapat dikatakan jual beli dalam bentuk barter (dalam pasar tradisional).
Sedangkan dalam cara yang kedua, berarti barang tersebut dipertukarkan
dengan alat ganti yang dapat dibenarkan, yang dimaksud dengan ganti
rugi

yang

dapat

dipertukarkan

dibenarkan

dengan

alat

berarti

milik

pembayaran

atau

yang

harta

sah

dan

tersebut
diakui

keberadaannya, misalnya uang rupiah dan lain sebagainya.


Jual beli disyariatkan berdasarkan konsensus kaum muslimin.
Karena kehidupan umat manusia tidak bisa tegak tanpa adanya jual beli.
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 275:


"Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."
Berikut

adalah

beberapa

komoditi

atau

barang

yang

haram

diperdagangkan atau diperjual belikan:


1. Khomr (minuman keras atau setiap yang memabukkan)
Dari Aisyah radhiyallahu anha, ketika turun ayat-ayat akhir surat Al
Baqarah

(tentang

haramnya

khomr),

Nabi shallallahu

alaihi

wa

sallam keluar lantas bersabda,



Perdagangan khomr telah diharamkan (HR. Bukhari no. 2226).
2. Bangkai
3. Babi
4. Berhala
Dari Jabir bin Abdillah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallambersabda di Mekah saat penaklukan kota Mekah,

.

. .


Sesungguhnya, Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli
khamar, bangkai, babi, dan patung. Ada yang bertanya, Wahai

Rasulullah,

apa

pendapatmu

mengingat

lemak

meminyaki

kulit,

bangkai
dan

mengenai

jual

beli

lemak

bangkai,

itu

dipakai

untuk

menambal

perahu,

dijadikan

minyak

untuk

penerangan?

Nabi

shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak boleh! Jual beli lemak


bangkai itu haram. Kemudian, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, Semoga Allah melaknat Yahudi. Sesungguhnya, tatkala Allah
mengharamkan lemak bangkai, mereka mencairkannya lalu menjual
minyak dari lemak bangkai tersebut, kemudian mereka memakan hasil
penjualannya. (HR. Bukhari no. 2236 dan Muslim, no. 4132).
5. Anjing
Dari Abu Masud Al Anshori radhiyallahu anhu, beliau berkata,
- -
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang hasil penjualan anjing,
penghasilan pelacur dan upah perdukunan (HR. Bukhari no. 2237 dan
Muslim no. 1567).
Dalam hadits Jabir bin Abdillah dikecualikan anjing yang dimanfaatkan
untuk buruan. Dari Jabir, ia berkata,



Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang upah penjualan kucing
dan anjing kecuali anjing buruan (HR. An Nasai no. 4668. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih).
6. Darah
Dari Abu Juhaifah, beliau berkata,


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang hasil penjualan darah,
hasil penjualan anjing dan upah dari budak wanita (yang berzina). Beliau
juga melaknat orang yang mentato dan yang meminta ditato, memakan
riba (rentenir) dan yang menyerahkannya (nasabah), begitu pula tukang
gambar (makhluk yang memiliki ruh) (HR. Bukhari no. 2238). Yang
termasuk di sini adalah darah yang haram dimakan disebut dideh
(dikumpulkan dari hasil penyembelihan hewan lalu diolah) atau darah
untuk transfusi (donor darah).

7. Kucing
Dari Jabir, beliau berkata,
- -
Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang dari hasil penjualan anjing
dan kucing (HR. Abu Daud no. 3479 dan An Nasai no. 4668. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
8. Gambar yang memiliki ruh (manusia dan hewan)
Dari Said bin Abil Hasan, ia berkata,



.



.
.




Aku dahulu pernah berada di sisi Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma-.
Ketika itu ada seseorang yang mendatangi beliau lantas ia berkata,
Wahai Abu Abbas, aku adalah manusia. Penghasilanku berasal dari hasil
karya tanganku. Aku biasa membuat gambar seperti ini. Ibnu Abbas
kemudian berkata, Tidaklah yang kusampaikan berikut ini selain dari
yang pernah kudengar dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Aku
pernah

mendengar

beliau

bersabda,

Barangsiapa

yang

membuat

gambar, Allah akan mengazabnya hingga ia bisa meniupkan ruh pada


gambar yang ia buat. Padahal ia tidak bisa meniupkan ruh tersebut
selamanya. Wajah si pelukis tadi ternyata berubah menjadi kuning. Kata
Ibnu Abbas, Jika engkau masih tetap ingin melukis, maka gambarlah
pohon atau segala sesuatu yang tidak memiliki ruh (HR. Bukhari no.
2225).
9. Segala benda yang haram dan yang dimanfaatkan untuk tujuan haram
Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya jika Allah Taala mengharamkan sesuatu, maka
Allah mengharamkan upah (hasil jual belinya) (HR. Ad Daruquthni 3: 7
dan Ibnu Hibban 11: 312. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa
sanad hadits ini shahih).
Dalam lafazh musnad Imam Ahmad disebutkan,


Sesungguhnya jika Allah azza wa jalla mengharamkan memakan
sesuatu, maka Dia pun melarang upah (hasil penjualannya) (HR. Ahmad
1: 293. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits
ini shahih).

Oleh

karenanya

segala

makanan

atau

minuman

yang

diharamkan, maka diharamkan pula jual belinya semisal jual beli hewan
buas

yang

bertaring,

darah,

anjing,

burung

yang

bercakar,

hewan jalalah (yang mengkonsumsi najis), tikus, ular, semut dan katak.
Contoh yang dimanfaatkan untuk tujuan haram adalah alat musik
dengan berbagai macam jenisnya, bahkan terdapat hadits khusus yang
menyebutkan penjualannya yang haram. Dari Abu Amir atau Abu Malik Al
Asyari

telah

menceritakan

bahwa

dia

tidak

berdusta,

lalu

dia

menyampaikan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,




.

Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok


orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Dan
beberapa kelompok orang akan singgah di lereng gunung dengan
binatang ternak mereka. Seorang yang fakir mendatangi mereka untuk
suatu keperluan, lalu mereka berkata, Kembalilah kepada kami esok
hari. Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan
menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian
mereka menjadi kera dan babi hingga hari kiamat (HR. Bukhari
secara muallaq tanpa sanad- dengan lafazh jazm/ tegas).
Yang termasuk dalam hal ini lagi adalah jual beli rokok, dadu, kartu
judi, buku yang berisi kekufuran, kebidahan, pemikiran sesat atau berisi
akhlak yang rusak seperti buku porno, buku yang berisi gambar
perempuan yang membuka aurat, baju yang terdapat gambar makhluk
yang memiliki ruh seperti pada baju anak atau kaos bola yang terdapat
gambar pemain bola-, baju yang terdapat gambar wanita, pakaian wanita
yang ketat dan seksi, dan baju yang memiliki salib.

Fatwa-fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) :


1)

Fatwa tentang penyalahgunaan Narkotika tanggal 10 shafar 1396 H/ 10


Februari

1976

M,

menyatakan

haram

hukumnya

penyalahgunaan

Narkotika, karena membawa kemudaratan yang mengakibatkan mental


dan fisik seseorang serta terancamnya keselamatan masyarakat dan
ketahanan nasional.
2)

Komisi fatwa MUI dalam sidangnya yang berlangsung di Mesjid Istiqlal


jakarta pada hari senin, tanggal 18 Rabiul Tsani 1417 H / 2 september
1996 M, berdasarkan dalil-dalil al-quran dan Al-hadits sebagaimana telah
dikutip diatas, memutuskan : Menyalahgunakan Narkotika (Ecstasy dan
Zat-zat sejenisnya) adalah Hukumnya Haram.3
Pengharaman Khamr (Narkotika)

a.

Menurut Imam Malik, Syafii, Ahmad Ibnu Hanbal bahwa Nabidz


(minuman yang terbuat dari selain perasan anggur) hukumnya haram
selama berpotensi memabuukan, baik diminum sedikit tanpa maupun
banyak, berlandasan pada hadits Rasulullah Saw: Semua yang
memabukkan adalah khamr dan semua khamr adalah haram (H.R.
Muslim).4

b.

Menurut Sufyan ats-Tsauri, Imam Abu Hanifah, dan beberapa ulama


yang lainnya, nabidz adalah halal sepanjang tidak memabukkan. Dan
yang haram dari jenis minuman ini (Nabidz) hanyalah jika dimunum dalam
kadar memabukkan. Pendapat ini berlandasan pada firman Allah Swt : AlQuran Surat An-Nahl Ayat 67. Dan dari buah korma dan anggur, kamu
buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang baik... Dalam ayat
ini dinilai oleh Imam Abu Hanifah dan ulama yang sejalan dengan beliau
dengan uraian tentang aneka nikmat Allah, dan bahwa yang dimaksud

3 M. Quraish Shihab, Fatwa-Fatwa Seputar Ibadah dan Muamalah, (Bandung:


Mizan Anggota IKAPI,1999).p.314-315.

4 Ibid.,p.172-173

dengan sakaran adalah minuman

yang

berpotensi

memabukkan tapi

belum memabukkan dari bahan yang bukan anggur (nabidz).5


Syaikhul Islam (Ibnu Taimiyah) memandang ganja itu lebih buruk
dari khamr. Dan memang seperti itulah adanya, karena ganja dapat
memabukkan lebih buruk dari itu. Karena ia dapat memberikan pengaruh
yang lebih banyak pada otak dibanding khamr.6
Maka sesuatu yang memabukkan itu ialah sesuatu yang jika
dikonsummsi oleh seseorang dapat menutup akalnya yang disertai
dengan kenikmatan dan kegembiraan, dan Hukum mengkonsumsinya
adalah Haram.7
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa sanksi hukum
bagi pelaku tindak pidana penyalahgunaan Narkoba adalah Had yang
telah

ditentukan

oleh

Syariat. Sedangkan

sanksi Tazr merupakan

otoritas hakim untuk menentukan berat atau ringannya hukuman,


walaupun ia harus mempertimbangkan keadaan pelakunya. Qaidah Fiqh :
Hukum Tazir diserahkan pada pemimpin (Pengurus), bergantung pada
besar kecilnya pelanggaran. Qaidah ini dikeluarkan sehubungan dengan
adanya silang pendapat dikalangan Ulama mengenai batas maksimal
Hukuman Tazir.8
Semoga Allah memudahkan para pedagang dan setiap yang terjun
dalam bisnis untuk memperhatikan yang haram untuk dijauhi dan
mencukupkan diri dengan yang halal.

5 Ibid.,p.173.

6 Syaikh Abu Abdillah Adil bin Saad, Halal Haram Dalam Islam,(Jakarta: Pustaka
as-Sunnah,2011),p.571.

7 Ibid.,p.565.

8 Rachmat SyafiI, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007).p.260

Anda mungkin juga menyukai