Anda di halaman 1dari 4

74

Jumaeda Jatmika / Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Struktur dan Sifat Magnetik Material Mn-Zn Ferit

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Struktur dan Sifat Magnetik


Material Mn-Zn Ferit
Jumaeda Jatmika, Wahyu Widanarto, Mukhtar Effendi
Program Studi Fisika, Universitas Jenderal Soedirman
Jl. Dr. Soeparno 61 Purwokerto 53123, Indonesia
wahyu.widanarto@unsoed.ac.id

Abstrak Mn-Zn Ferit dibuat menggunakan metode reaksi padatan pada suhu 900, 1000, dan 1100 oC. Fe2O3
dihasilkan dari oksidasi Fe3O4, komersial ZnO (99% Aldrich) dan MnO2 (99% Across Organics) yang digunakan
sebagai bahan baku. Perbandingan komposisi menggunakan metode weight percent yaitu 70 wt.% Fe2O3, 15 wt.% ZnO
dan 15 wt.% MnO2. Uji XRD dan Permagraf digunakan untuk mengkarakterisasi struktur dan sifat magnetiknya.
Temperatur sintering berpengaruh pada perubahan fasa dan ukuran kristalit Mn-Zn Ferit. Fasa kristal pada temperatur
1100 oC mendekati fasa tunggal. Nilai intensitas, ukuran kristalit dan nilai induksi remanen (Br) semakin besar saat
temperatur meningkat. Sebaliknya nilai koersivitas (Hc) dan (BH)maks semakin menurun. Nilai induksi remanen
meningkat akibat pengaruh dari semakin seragamnya daerah domain. Nilai koersivitas yang turun disebabkan
menurunnya fasa hematit dan meningkatnya ukuran kristalit pada material.
Kata kunci: Mn-Zn Ferit, Fe2O3, Sintering, XRD, Permagraf.
Abstract Mn-Zn Ferrite has been made using solid state reaction at a gradually temperature sintering of 900, 1000,
1100 oC. Fe2O3 is obtained from Fe3O4, commercial ZnO (99% Aldrich) and MnO2 (99% Across Organics) which are
used as raw materials. Mixture of raw materials uses a weight percent method that is 70 wt. % Fe2O3 , 15 wt.% ZnO, and
15 wt.% MnO2. XRD and Permagraph are use for characterization of structure and magnetic properties. Sintering
temperature affect phase changes and crystallite of Mn-Zn ferrite. Crystal structure at temperature 1100 oC almost
perfectly forms a single phase. The intensity, crystallite, and remanence induction (Br) increase, but coersivity ( Hc ) and
(BH)max decrease with increasing temperature. The increase of Br value is caused by the uniform domain increase and
Hc decrease because the phase of hematite decrease and higher crystallite on material.
Key words: Mn-Zn Ferit, Fe2O3, Sintering, XRD, Permagraf.
I. PENDAHULUAN
Sebaran mineral pasir besi di Indonesia sangatlah luas,
tersebar di sepanjang tepian Samudra Hindia, dari
Provinsi Aceh sampai ke pulau Lombok [1]. Saat ini pasir
besi hanya dimanfaatkan sebagai bahan campuran semen.
Pemanfaatan pasir besi seperti ini kurang optimal, pada
kenyataannya pasir besi mengandung oksida besi yang
berpotensi untuk diolah menjadi berbagai produk dengan
nilai jual tinggi. Salah satu tempat endapan pasir besi di
Jawa Tengah adalah Kecamatan Binangun Kabupaten
Cilacap. Cadangan yang tersisa di Kecamatan Binangun
seluas 500 hektar, kandungan Fe >53% [2]. Kandungan
dari pasir besi Kecamatan Binangun memiliki mineral
magnetik, yaitu magnetit (Fe3O4) [3]. Beberapa aplikasi
dari pasir besi adalah toner pada laser printer dan magnet
ferit [4]. Magnet ferit yang populer digunakan adalah
Mn-Zn ferit karena material ini memiliki sifat yang lebih
baik dari jenis ferit lainnya.
Mn-Zn ferit termasuk ke dalam material
ferromagnetik dengan sifat magnetik yang sangat baik,
seperti permeabilitas yang tinggi, rugi-rugi magnetik
yang rendah, saturasi magnetik yang tinggi dan
resistivitas yang tinggi [5]. Pada penelitian sebelumnya,
bahwa substitusi Zinc ion dengan menggunakan metode
sol-gel dapat meningkatkan saturasi magnetik,
magnetisasi remanen dan menurunkan koersivitas [6].
Penambahan Mn dapat meningkatkan nilai indeks bias,

turunnya kecepatan infrared serta konstanta dielektrik


bahan [7].
Saat temperatur sintering meningkat, densitas dari
sampel meningkat dan ukuran partikel menjadi kasar.
Perubahan ini membuat sifat magnet menjadi lebih
baik[5]. Selain itu kenaikkan temperatur sintering
menyebabkan saturasi magnetik semakin meningkat. Saat
meningkatnya saturasi magnetik, material magnet tidak
cepat jenuh [8]. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih lanjut
untuk mencari temperatur sintering yang optimum agar
mencapai material magnet dengan induksi remanen yang
besar dan gaya koersivitas yang rendah supaya tercipta
sifat soft magnetic yang baik. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, pada penelitian ini sampel akan diuji untuk
mengetahui struktur dan sifat magnet yang terjadi pada
Mn-Zn ferit
II. METODE PENELITIAN
Pembuatan Mn-Zn ferit pada penelitian ini
menggunakan
metode
reaksi
padatan
dengan
perbandingan weight Percent yaitu ZnO 15 wt.%, MnO2
15 wt.% dan 70 wt.%. Langkah pertama adalah
pemisahan pasir besi dari bahan non-magnetik
menggunakan magnet permanen 6000 Gauss. Dilanjutkan
proses milling menggunakan HEM (High Energy Milling)
E3D dengan berat pasir besi 30 gram. Proses Annealing
pada suhu 800 oC ditahan selama 1 jam. Pencampuran

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN: 0853-0823

Jumaeda Jattmika / Pengaruh Temperatur Sintering


S
Terhad
dap Struktur dan
n Sifat Magnetik
k Material Mn-Z
Zn Ferit

75

L DAN PEM
MBAHASAN
III. HASIL
Pada tem
mperatur 9000 oC garis vaariasi tinggi puncak
p
(peak) terddiri dari mannganese zinc iron oxide (Mn-Zn
(
Fe2O4) padda posisi suddut 2: (19,433o, 30,098o, 35,416o,
o
56,884o, 62,378
6
), dann hematit (F
Fe2O3) pada posisi
sudut(2): (33,263o). pada
p
temperattur ini Mn-Z
Zn ferit
sudah terbbentuk walauupun Fe2O3 yang
y
tidak bereaksi
b
masih terliihat. Ukuran kristalit
k
pada temperatur siintering
900 oC adaalah 36,5 nm.
Pada tem
mperatur 10000 oC variasi tinggi
t
puncak (peak)
terdiri dari Manganese zinc iron oxxide (Mn-Zn Fe2O4)
o
pada posisi sudut 2: (300,002o , 35,3552o, 56,82 o, 62,31
6
).
Hematit (F
Fe2O3) mulai menghilang
m
pada suhu ini, terlihat
dari peak yang
y
semakinn turun. Reakssi Mn-Zn Fe2O4 pada
suhu ini seemakin meninngkat terlihat dari intensitaas tiaptiap puncaak semakin tinggi. Hal inii menunjukann reaksi
Mn-Zn Fee2O4 semakin mendekati faase tunggal. Ukuran
U
kristalit paada temperatuur sintering 1000 oC adalaah 36,6
nm.

Perbedaan fasa kristal ppada temperattur 900 oC, 1000


C, 1100 oC adalah punncak-puncak intensitas tiidak
bergeser
b
tetappi semakin meeningkat padaa saat temperaatur
meningkat,
m
selain itu hematit (F
Fe2O3) semaakin
menghilang
m
p
pada
temperaatur 1100 oC.
C Hal terseebut
menunjukkan
m
reaksi pembbentukan fasaa tunggal kriistal
Mn-Zn
M
ferit semakin baanyak dan hampir
h
sempuuna.
Ukuran
U
kristallit pada masinng-masing tem
mperatur semaakin
bertambah
b
seiiring kenaikkkan suhu, suh
hu yang tertinnggi
menghasilkan
m
ukuran kristtalit yang terrbesar yaitu 36,9
3
nm.
n
Membessarnya kristallit pada peneelitian ini saama
dengan
d
teori, bahwa pem
manasan samp
pel dengan suhu
tinggi
t
akan menciptakan
m
prroses peningk
katan butir karrena
kristalit
k
akan mengalami
m
proses necking.
Distribusi ukuran
u
masinng-masing kristalit dihasillkan
dari
d
hasil perrhitungan maanual. Berdasaarkan Gambaar 2
pada
p
sampel A dengan ttemperatur 90
00 oC distribbusi
terkecil
t
Mn-Z
Zn Fe2O4 berada di ukuran 36,54 nm haanya
sekitar
s
15,63 % sedangkan distribusi palling banyak pada
p
ukuran
u
36,50 nm sebanyaak 37,42 %. Pada sampel B
dengan
d
tempeeratur 1000 oC distribusi terkecil Mnn-Zn
Fe
F 2O4 terdapaat pada ukurann 34,96 nm haanya sekitar 255,38
% sedangkan distribusi paaling banyak ada pada ukuuran
36,62
3
nm sebbanyak 49,455 %. Pada saampel C denngan
temperatur
t
11100 oC Distrribusi terkeciil Mn-Zn Fee2O4
terdapat
t
pada ukuran 33,448 nm hanya sekitar 16,411 %
sedangkan
s
disstribusi palingg banyak pad
da ukuran 366,95
nm
n sebanyak 42,57
4
%.

Gambar 1. Pola XRD untuk


u
Materiall Mn-Zn ferit dengan
variasi tempeeratur 900, 10000 dan 1100 oC.

Gambar
G
2. Hisstogram distribbusi ukuran krisstalit material MnM
Zn Ferit
F
variasi tem
mperatur 900, 1000
1
dan 1100 oC.

ZnO dan MnO


M 2 dilakukaan secara bertahap. ZnO diccampur
dengan Fe2O3 lalu dikom
mpaksi dan diiberi pelakuann panas
Presinterinng pada suhu 850 oC selam
ma 3 jam. Seteelah itu
digerus keembali dan dicampur
d
denngan MnO2. Bahan
dibuat peleet kembali laluu disintering pada
p
suhu 9000, 1000
dan 1100 oC. Uji karakkterisasi mennggunakan XR
RD (XRay Diffraction) dan Perrmagraf.

Pada tem
mperatur 11000 oC variasi tinggi
t
puncak (peak)
terdiri dari manganese zinc iron oxxide (Mn-Zn Fe2O4)
o
pada posissi sudut 2: (330,096o, 35,4220o, 56,77o, 62,36
6
).
Fe2O3 yaang tidak bereaksi
b
massih terlihat dalam
temperaturr 1100 oC wallaupun intensitasnya sangaat kecil.
Reaksi Mnn-Zn Fe2O4 menunjukkan
m
n intensitas tiiap-tiap
puncak semakin
s
menningkat dan puncaknya yang
meruncingg. penyusutan hematit (Fe2O3) pada tem
mperatur
1100 oC menunjukan reaksi Mnn-Zn Fe2O4 hampir
sempurna. Ukuran kristalit pada temperatur
t
siintering
o
mencapai 1100
1
C adalaah 36,9 nm.

Gambar 3 menunjukkan
m
sifat magnetiik sampel A MnM
Zn
Z ferit, padaa temperatur 9900 oC dipero
oleh nilai induuksi
remanen
r
(Br) sebesar 10 G, nilai koersiv
vitas (Hc) sebeesar
4,820
4
kOe dann energi produuk maksimum
m (BH)maks sebeesar
12050
1
Gauss.ooe. Sifat magnnetik pada su
uhu 900 oC maasih
sangat
s
rendahh dibuktikan ddengan kurvaa yang berbenntuk
garis
g
lurus.
Gambar 4 menunjukkan
m
sifat magnetiik sampel C MnM
Zn
Z ferit, pada temperatur 1000 oC dipero
oleh nilai induuksi
remanen
r
(Br) sebesar 20 G, nilai koersiv
vitas (Hc) sebeesar

Prosiding Peertemuan Ilmiah


h XXVIII HFI Ja
ateng & DIY, Yoogyakarta, 26 Ap
pril 2014
ISSN: 0853-0823

76

Jumaeda Jatmika / Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Struktur dan Sifat Magnetik Material Mn-Zn Ferit

0,385 kOe dan energi produk maksimum (BH)maks sebesar


1930 Gauss.oe. Pada suhu 1000 oC mulai menunjukkan
sifat magnetik yang lebih baik dari suhu 900 oC, karena
kurva yang dihasilkan mulai menunjukkan perubahan Br
yang mulai naik walaupun sifatnya magnetiknya masih
rendah.
Gambar 5 menunjukkan sifat magnetik sampel B MnZn ferit, pada temperatur 1100 oC diperoleh nilai induksi
remanen (Br) sebesar 40 G, nilai koersivitas (Hc) sebesar
0,137 kOe dan energi produk maksimum (BH)maks sebesar
137 Goe. Pada suhu 1100 oC menunjukkan sifat magnetik
yang optimum dibanding dengan suhu 900 oC dan suhu
1000 oC, dengan nilai Br yang semakin tinggi dan kurva
histerisis yang lebih sempurna dibandingkan dengan suhu
sebelumnya.

ukuran kristalit sebesar 36,50 nm lalu naik pada suhu


1100 oC sebesar 36,95 nm. Perubahan ukuran kristalit
terjadi karena semakin tinggi suhu semakin tinggi pula
eliminasi dari porositasnya
Proses menghilangnya porositas terjadi melalui
peristiwa transport massa. Transport massa yaitu dua
partikel yang bergabung karena perlakuan panas pada
suhu tinggi yang menyebabkan terbentuknya neck.
Pertumbuhan ini meliputi evaporasi, kondensasi, dan
difusi [9]. Perubahan Fasa kristal dan meningkatnya
ukuran kristalit pada penelitian ini berdampak pada sifat
magnetiknya.
Perubahan fasa Mn-Zn ferit yang semakin sempurna
saat terjadi kenaikkan temperatur menyebabkan naiknya
nilai induksi remanen (Br). nilai induksi remanen (Br)
dihasilkan dari kurva histeresis sebagai output dari uji
permagraf. pada suhu 900 oC adalah 10 G lalu naik
menjadi 40 G pada suhu 1100 oC. Peningkatan induksi
remanen (Br) ini dipengaruhi oleh fasa Mn-Zn ferit yang
semakin menuju fasa tunggal walaupun nilainya sangat
kecil. Fasa Mn-Zn ferit yang semakin menuju fasa
tunggal membuat domain-domainnya berukuran seragam,
hal ini membuat momen-momen dipol dalam domain
semakin searah. Oleh karena itu induksi remanen (Br)
semakin besar.
Tabel 1. Tabel hasil uji karakterisasi.

Gambar 3. Kurva histeresis karakteristik magnetik dengan


temperatur 900 oC.

Gambar 4. Kurva histeresis karakteristik magnetik dengan


suhu 1000 oC.

Gambar 5. Kurva histeresis karakteristik magnetik dengan


temperatur 1100 oC.

Manganese Zinc Ferit yang dihasilkan mempunyai


struktur kristal berbentuk kubik Ukuran kristalit semakin
meningkat seiring temperatur naik. Pada suhu 900 oC

Sampel

Suhu

Ukuran
Kristalit
(nm)

Br
(G)

Hc
(kOe)

(BH)Maks
(Gauss.Oe)

900 oC

36,5

10

4,820

12050

1000 oC

36,6

20

0.385

1930

1100 oC

36,9

40

0.137

1370

Selain induksi remanen (Br), output dari uji permagraf


adalah gaya koersivitas (Hc). Pada penelitian ini gaya
koersivitas mengalami penurunan terhadap kenaikkan
temperatur. Pada suhu 900 oC gaya koersivitas (Hc)
bernilai 4,820 kOe lalu turun menjadi 0,137 kOe pada
suhu 1100 oC. penurunan ini disebabkan oleh jumlah
hematit pada pada fasa kristal tiap-tiap temperatur dan
ukuran kristalit yang bertambah besar. Pada suhu 900 oC
jumlah hematit dalam fasa kristalnya masih dalam jumlah
besar lalu menyusut pada suhu 1000 oC dan hampir
hilang pada suhu 1100 oC. hematit umumnya mempunyai
gaya intrinsik koersivitas yang tinggi[10], maka semakin
banyak keberadaan fasa hematit maka semakin tinggi
nilai koersivitasnya. Maka dari itu pada suhu 900 oC gaya
koersivitasnya tinggi lalu semakin rendah pada suhu
1100oC.
Selain induksi remanen dan gaya koersivitas, terdapat
energi produk maksimum (BH)maks. (BH)maks pada
penelitian ini mengalami penurunan, pada suhu 900 oC
(BH)maks sebesar 0,01205 MGOe lalu menurun ke angka
0,00137 MGOe pada suhu 1100 oC. (BH)maks sangat
ditentukan oleh Hc dan Br, karena (BH)maks adalah hasil
penjumlahan dari kedua parameter tersebut. Energi

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN: 0853-0823

Jumaeda Jatmika / Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Struktur dan Sifat Magnetik Material Mn-Zn Ferit

produk maksimum adalah energi yang terkandung dalam


sebuah magnet.
Pada penelitian ini sampel material Mn-Zn ferit
menunjukkan sifat magnetik yang mengarah ke arah soft
magnetic. Material Mn-Zn ferit pada penelitian ini
ditunjukkan dengan nilai Br yang menunjukkan kenaikan
nilai terhadap temperatur dan nilai Hc yang menunjukkan
nilai penurunan dan sangat kecil. Seperti yang kita
ketahui bahwa sifat soft magnetic mempunyai nilai Hc
dan Br yang rendah, karena sifat soft magnetic adalah
bahan magnet yang mudah untuk dimagnetisasi dan
demagnetisasi.
V. KESIMPULAN
Material Manganese Zinc Ferit berbahan baku pasir
besi Pantai Binangun telah dibuat menggunakan metode
reaksi padatan pada variasi suhu 900 oC, 1000 oC dan
1100 oC dengan perbandingan campuran menggunakan
metode weight percent yaitu 70 wt.% Fe2O3, 15 wt.%
ZnO dan 15 wt.% MnO2. Manganese Zinc Ferit yang
dihasilkan mempunyai struktur kristal berbentuk kubik
dengan ukuran kristalit 36,5 nm sampai 36,9 nm dan fasa
kristalnya mendekati single phase. Ukuran kristalit dan
nilai induksi remanen (Br) meningkat sedangkan nilai
gaya koersivitas (Hc) dan energi produk maksimum
(BH)maks mengalami penurunan terhadap temperatur
sintering.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penelitian ini, Nanotech serpong dan LIPI
Bandung.
PUSTAKA
[1]
[2]

[3]

N. Ratman, Peta Geologi Indonesia Lembar Surabaya, :


Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung,
1988, edisi ke-2.
P, K, Cilacap, Cilacap.go.id : Website resmi Pemerintah
Kabupaten
Cilacap,
2013.
Website:
http://www.cilacapkab.go.id/v2/index.ph diakses 27 10
2013.
W. Widanarto, M. R. Sahar, S. K. Ghoshar, R. Arifin,
M. S. Rohani dan K. Hamzah, Effect of natural Fe3O4
Nanoparticles on structural and optical Properties of Er3+

[4]
[5]

[6]
[7]
[8]
[9]
[10]

77

Doped Tellurite glass, Journal of Magnetism and


Magnetics Materials, Vol 326, 2012, PP. 123-128.
A. Yulianto, Synthesis of MnZn Ferrite From Iron Sand,
International Conference on Mathematics and Natural
Sciences (ICMNS), Bandung, 2006.
S. A. El-Badry, Influence of Processing Parameters on
the Magnetic Properties of Mn-Zn Ferrites, Journal of
Minerals and Material Characterization and
Engineering, Volume 10, 2011, pp. 397-407.
S. Singh, Study of Magnetic Properties of
NanoStructured Mn-Zn Ferrite, Scholar Research
Library, Volume 2, 2011, pp. 81-89.
O. M. Hemeda, IR Spectral Studies of CoZnOMnFe204
Ferrites. Journal of Magnetism and Magnetic Materials,
2004.
S. R. Murthy, Development of Low-Power loss MnZn
Ferrites Using Microwave. Bull Material Science,
Volume 26, 2003, pp. 499-503.
D. Sawitri, Pengaruh Variasi Komposisi dan Proses
Pendinginan terhadap Karakteristik Magnet Barium
Ferrite, Institut Teknologi Surabaya, Surabaya.
M, Emad, In-situ Systhesis of manganese Mn-Zn ferrite
Ceramic Object by solid state Reaction. Journal
Australian Ceramic Association, Vol.1, 2008, pp. 57-62.

TANYA JAWAB
? Anonim
1. Kenapa ZnO dan MnO dicampur terpisah?
2. Bahan dasar apa?Pasir besi? (TiO2, SiO, tidak ada?)
3. Target hasil seperti apa?

@ Jumaeda Jatmika, UNSOED


1. Karena menurut MMPA 1996 yaitu meningkatkan
keseragaman campuran dan ingin membuat ZincFerrit
dulu lali didoping Mn.
2. Pasir besi yang dioksidasi menjadi Fe2O3 yang
didoping Mn dan Zn. TiO2 dan SiO2 tidak dicampur
karena saya ingi melihat bagaimana Mn-ZnFerit tidak
dicampur sebelumnya zat aditif TiO2 dan SiO2
digunakan untuk mengurangi penggumpalan.
3. Target yaitu membuat material SDFI magnetik
dengan niali Br yang besar dan Hc yang kecil.

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN: 0853-0823

Anda mungkin juga menyukai