PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kesehatan sangatlah fleksibel dengan mengikuti perkembangan zaman. Hal itu
dapat dilihat dengan perkembangan penyakit dan cara mengatasinya. Penyakit
sangatlah berbahaya bagi tubuh manusia, apalagi yang dapat mengganggu jiwa
manusia. Karena itu ketika penyakit dapat membahayakan maka secepat mungkin harus
dicari cara mengatasinya atau pengobatan terhadap penyakit yang diderita, demikian
pula penyakit struma yang menyebabkan pembengkakan pada leher.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) mencatat sekitar 20 persen pasien
endokrin menderita gangguan fungsi tiroid. "Gangguan tiroid menempati urutan kedua
daftar penyakit endokrin setelah diabetes," kata Ketua Perkeni Prof Dr Achmad
Rudijanto di sela-sela Asia And Ocenia Thyroid Association Congress (AOTA) di Kuta,
Bali, Minggu (21/10).
Tingginya jumlah penderita gangguan hormon yang mengatur metabolisme tubuh
disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat akan gejala dan kelainan tiroid.
Gangguan fungsi tiroid ada dua yaitu kekurangan hormon tiroid (hipotiroid) dan
kelebihan (hipertiroid). Gejala umum dari keduanya secara umum adalah pembesaran
kelenjarnya atau dikenal gondok atau struma. Kelainan hipotiroid pada perempuan
risikonya lebih besar dibandingkan dengan pria. Diperkirakan sekitar 2,5 persen ibu
hamil mengalami gangguan hormon tersebut.
Maka dari itu pada kesempatan ini penulis akan memaparkan sebuahmakalah
mengenai struma nodosa serta hal-hal yang menyangkut penyakit ini.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis membatasi masalah agar tidak membahas yang meluas,
batasan makalah ini adalah :
1. Anatomi dan fisiologis kelenjar thyroid
2. Pengertian penyakit struma, hipertiroid, dan hipotirid
3. Etiologi dan patofisiologi penyakit struma, hipertiroid, dan hipotirid
4. Manifestasi klinik, komplikasi dan penatalaksanaan penyakit struma, hipertiroid, dan
hipotirid
5. Diagnosa yang mungkin muncul pada penyakit struma, hipertiroid, dan hipotirid
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan teori dan konsep penyakit struma, hipertiroid, dan hipotirid.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologis kelenjar thyroid
manifestasi
klinik,
komplikasi
dan
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Sistem Limfatik
Pembuluh limfe tiroid terhubung dengan plexus tracheal dan menjalar sampai
nodus prelaringeal di atas isthmus tiroid dan ke nodus pretracheal serta
paratracheal. Beberapa bahkan juga mengalir ke nodus brachiocephal yang
hormon
Meningkatkan
tiroid
dalam
jumlah
dan
meningkatkan
aktivitas
sintesis
mitokondria
protein
serta
adalah
meningkatkan
akan
menaikkan
kecepatan
transpor
aktif
dan
tiroid
dapat
6)
Efek Pada berat badan. Bila hormone tiroid meningkat, maka hampir selalu
menurunkan berat badan, dan bila produksinya sangat berkurang, maka
hampir selalu menaikkan berat badan. Efek ini terjadi karena hormone tiroid
meningkatkan nafsu makan.
pada
Respirasi.
Meningkatnya
kecepatan
metabolism
akan
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang
dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior
medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke
dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi
kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan
pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka
akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai
kesulitan bernapas dan disfagia.
2. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor
penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:
a. Defisiensi iodium. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di
daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium,
misalnya daerah pegunungan.
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
c. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol,
lobak, kacang kedelai).
d. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya: thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium).
3. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk
ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam
kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid
Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada
fase sel koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4)
dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik
negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada
tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui
rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar
hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
4. Klasifikasi
a. Berdasarkan Fisiologisnya
1) Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang
disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan
kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter
atau struma semacm ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali
pembesaran pada leher yang jika terjadi secara berlebihan dapat
mengakibatkan kompresi trakea.
2) Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid
sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari
kelenjar untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon.
Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi
atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi radioisotop
atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi.
Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif terhadap
udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit
kasar, rambut rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu dan
penurunan kemampuan bicara.
3) Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan
sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon
tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis
antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya
produksi hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar.
Gejala hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan meningkat,
keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak napas. Selain
itu juga terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian
atas, mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok,
dan atrofi otot.
b. Berdasarkan Klinisnya
1) Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan
struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada
perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas
ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan
memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan
(struma multinoduler toksik).
Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena
jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophthalmic
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan, maka tanda dan gejala pasien
struma adalah :
a. Status Generalis (umum)
1) Tekanan darah meningkat (systole)
2) Nadi meningkat
3) Mata : Exophtalamus
a) Stellwag sign : jarang berkedip
b) Von Graefe sign : palpebra mengikuti bulbus okuli waktu melihat ke
bawah.
c) Morbius sign : sukar konvergensi
d) Jeffroy sign : tak dapat mengerutkan dahi.
e) Rossenbach sign : tremor palpebra jika mata ditutup.
4) Hipertoni simpatis : kulit basah dan dingin, tremor
5) Jantung : takikardi
b. Status Lokalis : Regio Colli Anterior
1) Inspeksi : benjolan, warna, permukaan, bergerak waktu menelan
2) Palpasi : permukaan, suhu
a) Batas atas kartilago tiroid
b) Batas bawah incisura jugularis
c) Batas medial garis tengah leher
d) Batas lateral m.sternokleidomastoid
c. Gejala Khusus
1) Struma kistik
a) Mengenai 1 lobus
b) Bulat, batas tegas, permukaan licin, sebesar kepalan
c) Kadang multilobularis
d) Fluktuasi (+)
2) Struma Nodusa
a) Batas jelas
b) Konsistensi : kenyal sampai keras
c) Bila keras curiga neoplasma, umumnya berupa adenocarsinoma tiroidea
3) Struma Difusa
a) Batas tidak jelas
b) Konsistensi biasanya kenyal, lebih kearah lembek.
4) Struma vaskulosa
a) Tampak pembuluh darah (biasanya arteri), berdenyut
b) Auskultasi : Bruit pada neoplasma dan struma vaskulosa
c) Kelenjar getah bening : Paratracheal Jugular Vein.
6. Komplikasi Struma
a. Penyakit jantung hipertiroid
Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan pada
jantung oleh hormon tiroid dan menyebabkan kontraktilitas jantung meningkat
dan terjadi takikardi sampai dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pada pasien
yang berumur di atas 50 tahun, akan lebih cenderung mendapat komplikasi
payah jantung.
b. Oftalmopati Graves
Oftalmopati Graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopia, aliran
air mata yang berlebihan, dan peningkatan fotofobia dapat mengganggu kualitas
hidup pasien sehinggakan aktivitas rutin pasien terganggu.
c. Dermopati Graves
Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit di bagian atas tibia
bagian
bawah
(miksedema
pretibia),
yang
disebabkan
penumpukan
l)
impotensi.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
a) Struma toksik : kurus meski banyak makan, irritable, keringat banyak,
nervous, palpitasi, tidak tahan udara panas, hipertoni simpatikus (kulit
basah, dingin dan tremor halus).
b) Struma non toksik : gemuk, malas dan banyak tidur, ganggun
pertumbuhan.
c) Pernafasan ; frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema
paru (pada krisis tirotoksikosis).
2) Palpasi :
a) Pada palpasi teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih,
konsistensinya kenyal.
b) Rasa nyeri/kenyamanan ; nyeri orbital, foto fobia
c) Derajat 0 : Tidak teraba pada pemeriksaan
(1) Derajat 0a
: Tidak terlihat atau teraba tidak besar dari normal
(2) Derajat 0b
: Jelas teraba lebih besar dari normal, tetapi tidak
terlihat bila kepala ditegakkan
d) Derajat I :Teraba pada pemeriksaan, terlihat hanya kalau kepala
ditegakkan
e) Derajat II : Mudah terlihat pada posisi kepala normal
f) Derajat III : Terlihat pada jarak jauh
c. Pemeriksaan Penunjang dan Radiologis
1) Pemeriksaan penunjang
a) Human thyrologlobulin (untuk keganasan thyroid)
b) Kadar T3, T4
Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
(1) Darah rutin
(2) Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR) nilai normal
antara 10s/d +15
(3) Kadar calsitoxin (hanya pada penderita yang dicurigai carsinoma
meduler).
2) Pemeriksaan radiologis
a) Dilakukan foto thorak posterior anterior
b) Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu
technig.
c) Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.
d. Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan
Adapun diagnosa yang sering muncul adalah :
1) Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder
terhadap perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan sesak nafas,
pernafasan cuping hidung sampai dengan sianosis.
Tujuan : Jalan nafas klien efektif
Kriteria : Tidak ada sumbatan pada trachea
Intervensi
a) Monitor
Rasional
pernafasan
dan Mengetahui
perkembangan
dari
memelihara
f)
bersihan
jalan
dan mulut
g) Perhatikan
Sekresi
klien
dalam
hal
yang
menumpuk
Intervensi
a) Kaji pembicaraan klien secara Suara
periodik.
Rasional
parau dan sakit
tenggorokan
merupakan
pada
faktor
komunikasi
dengan Mengurangi
respon
bicara
yang
Rasional
Mencegah hyperekstensi leher dan
melindungi integritas pada jahitan
pada luka.
pada
menggunakan
klien
agar
tangan
untuk
seperti es krim.
e) Lakukan
kolaborasi
dokter
untuk
dengan klien
yang
menjalani
kesulitan
pemberian menelan.
analgesik.
Rasional
tentang Mempertahankan daya tahan tubuh
keseimbangan nutrisi.
klien.
b) Hindari makanan yang banyak
Kontraindikasi pembedahan kelenjar
mengandung
zat
goitrogenik
thyroid.
misalnya makanan laut, kedelai,
Lobak cina dll.
c) Konsumsikan makanan
calsium dan vitamin D.
tinggi
Memaksimalkan suplai dan absorbsi
kalsium.
oleh
kekurangan
hormone
tiroid.
Hipotiroidisme
kognital
dapat
mengakibatkan kretinisme.
Hipotyroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat
kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan
jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999)
Hipotiroid dibagi menjadi 3 tipe :
a. Hipotyroid primer : kerusakan pada kelenjar tiroid
b. Hipotyroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis
c. Hipotyroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus
2. Etiologi
Hipotiroidisme biasanya terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidisme yang
mengalami terapi radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid. Kejadian ini
paling sering ditemukan pada wanita lanjut usia. Terapi radiasi untuk penanganan
kanker kepala dan leher kini semakin sering menjadi penyebab hipotiroidime pada
lansia laki-laki.
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :
a. Hipotiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus
b. Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid
c. Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium,
dan resistensi perifer.
3. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk
ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam
kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid
Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada
fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk
tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan
umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung
pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak
aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui
rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar
hypofisis.
Keadaan
ini
menyebabkan
pembesaran
kelenjar
tyroid.(
Hotma
Rumahorbo,1999)
Patofisiologi hipotiroidisme brdasarkan atas masing-masing penyebab yang dapat
menyebabkan hipotiroidisme, yaitu :
a. Hipotiroidisme sentral (HS)
Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena adanya kegagalan hipofisis, maka
disebut hipotiroidisme sekunder, sedangkan apabila kegagalan terletak di
hipothalamus disebut hipotiroidisme tertier. 50% HS terjadi karena tumor
hipofisis. Keluhan klinis tidak hanya karena desakan tumor, gangguan visus, sakit
kepala, tetapi juga karena produksi hormon yang berlebih (ACTH penyakit
Cushing, hormon pertumbuhan akromegali, prolaktin galaktorea pada wanita dan
impotensi pada pria). Urutan kegagalan hormon akibat desakan tumor hipofisis
lobus anterior adalah gonadotropin, ACTH, hormon hipofisis lain, dan TSH.
b. Hipotiroidisme Primer (HP)
Hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid. Hormon berkurang akibat anatomi
kelenjar.
Jarang
ditemukan,
tetapi
merupakan
etiologi
terbanyak
dari
jaringan,
hormon
merembes
masuk
sirkulasi
dan
terjadi
g. Penurunan CO
h. Kebutuhan oksigen menurun
i.
Hiperlipidemia
j.
Hiperkolestrolemia
k. Anemia
l.
m. Penurunan peristaltik
n. Anoreksia
o. Peningkatan BB
p. Konstipasi
q. absorbsi glukosa lambat
r.
s. Apatis
t.
Berbicara lambat
u. Sering berkeringat
v. Udema
w. Dispnea
5. Komplikasi
Komplikasi koma miksedema adalah komplikasi yang bisa mengancam nyawa
pasien dengan hipotiroidisme. Selain itu, gagal pernafasan juga dikaitkan dengan
hipotiroidisme biasanya dengan koma miksedema. Hipotiroidisme kronik dapat
mengakibatkan gangguan kardiovaskuler. Tanda dan gejaala seperti nyeri dada dan
dispnea.
6. Penatalaksanaan
Tujuan primer penatalaksaan hipotioidisme adalah memulihkan metabolisme
pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon
yang hilang. Levotiroksin sintetik (Synthroid atau Levothroid) merupakan preparat
terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik.
Yang perlu diperhatikan adalah dosis awal dan cara menaikan dosis tiroksin.
Tujuan pengobatannya :
a. Meringankan keluhan dan gejala
b. Menormalkan metabolisme
c. Menormalkan TSH
d. Membuat T3 dan T4 normal
e. Menghindari komplikasi dan resiko
Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksakanan subsitusi :
a. Makin berat hipotiroidisme, makin rendah dosisi awal dan makin landai
meningkatan dosis.
b. Geriatri dengan angina pektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati.
Tiroksin dianjurkan minum pagi hari dalam keadaan peru kosong dan tidak
bersama bahan lain yang menggangu serapan usus. Contohnya pada penyakit
pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini
adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.
7. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas klien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan,
penghasilan dan alamat.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yaitu kurang energi, manifestasinya sebagai lesu, lamban
bicara,
mudah
lupa,
obstipasi.
Metabolisme
rendah
menyebabkan
bradikardia, tidak tahan dingin, berat badan naik dan anoreksia. Kelainan
psikologis meliputi depresi, meskipun nervositas dan agitasi dapat terjadi.
Kelainan reproduksi yaitu oligomenorea, infertil, aterosklerosis meningkat.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada orang dewasa, paling sering mengenai wanita dan ditandai oleh
peningkatan laju metabolik basal, kelelahan dan letargi, kepekaan terhadap
dingin, dan gangguan menstruasi. Bila tidak diobati, akan berkembang
menjadi miksedema nyata. Pada bayi, hipotiroidisme hebat menimbulkan
kretinisme. Sedangkan Pada remaja hingga dewasa, manifestasinya
merupakan peralihan dengan retardasi perkembangan dan mental yang
relatif kurang hebat serta miksedema disebut demikian karena adanya
edematus, penebalan merata dari kulit yang timbul akibat penimbunan
mukopolisakarida hidrofilik pada jaringan ikat di seluruh tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi perlahan selama berbulanbulan, sehingga pada awalnya pasien atau keluarganya tidak menyadari,
bahkan menganggapnya sebagai efek penuaan. Pasien mungkin kedokter
ketika mengalami keluhan yang tidak khas seperti lelah dan penambahan
berat badan. Dokter akan meminta pemeriksaan laboratorium yang tepat,
yaitu kadar T4 rendah dan TSH yang tinggi, sehingga diagnosis hipotirodisme
dapat diketahui pada tahap awal ketika gejalanya masih ringan.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Status Mental : Perhatian pendek, emosi labil, tremor, hyperkinesia
2) Perubahan Kardiovaskular : Tekanan darah sistolik meningkat, tekanan
diastolik menurun, takikardi walaupun waktu istirahat, disritmia dan murmur.
3) Perubahan pada Kulit : Hangat, kemerahan dan basah
4) Perubahan pada Rambut : Halus dan menipis
5) Perubahan pada Mata : Lidlag, glovelag, diplopia, dan penglihatan kabur
percakapan
dan
aktifitas
yang
tidak
menimbulkan stress.
Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress
pada pasien.
d) Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas.
Rasional
sebagai
pengecekan
bagi
pasien
untuk
Rasional
Meyakinkan
pasien
dan
keluarga
tentang
penyebab
perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif di mungkinkan jika
di lakukan terapi yang tepat.
C. Asuhan Keperawatan Hyperthyroid
1. Pengertian Hyperthyroid
Hipertiroidisme (tiroid terlalu aktif) adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid
menghasilkan terlalu banyak hormon tiroksin. Hipertiroidisme dapat secara signifikan
mempercepat metabolisme tubuh, menyebabkan penurunan berat badan tiba-tiba,
detak jantung yang cepat atau tidak teratur, berkeringat dan gelisah atau mudah
tersinggung (Anonim, 2010).
Tirotoksikosis merupakan suatu kondisi dimana didapatkan kelebihan hormon
tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang
ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan (Rani., et.al.,
2006).
2. Etiologi
Penyebab Hipertiroidisme adalah adanya Imuoglobulin perangsang tiroid
(Penyakit Grave), sekunder akibat kelebihan sekresi hipotalamus atau hipofisis
anterior, hipersekresi tumor tiroid. Penyebab tersering hipertiroidisme adalah
penyakit Grave, suatu penyakit autoimun, yakni tubuh secara serampangan
membentuk
thyroid-stymulating
immunoglobulin
(TSI),
suatu
antibodi
yang
ini,
toksikosis
(Djokomoeljanto, 2009).
tanpa
hipertiroidisme,
biasanya
self-limiting
disease
4. Klasifikasi
Hipertiroidisme dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid yang
berlebihan. Terdapat dua tipe hipertiroidisme spontan yang paling sering dijumpai
yaitu penyakit Graves dan goiter nodular toksik. Pada penyakit Graves terdapat dua
kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya mungkin
tak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid, dan
hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah,
gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat
badan menurun, sering disertai dengan nafsu makan yang meningkat, palpitasi dan
takikardi, diare, dan kelemahan serta atropi otot. Manifestasi ekstratiroidal
oftalmopati ditandai dengan mata melotot, fisura palpebra melebar, kedipan
berkurang, lig lag, dan kegagalan konvergensi. Goiter nodular toksik, lebih sering
ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi goiter nodular kronik,
manifestasinya lebih ringan dari penyakit Graves (Schteingart, 2006).
5. Manifestasi Klinik
a. Umum
b. Gastrointestinal
c. Muskular
: Rasa lemah
d. Genitourinaria
e. Kulit
onikolisis
f.
Psikis dan saraf : Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis periodik
dyspnea
g. Jantung
Skelet
6. Komplikasi
Aritmia biasa terjadi pada pasien yang mengalami hipertiroid dan merupakan
gejala yang terjadi pada gangguan tersebut. Setiap individu yang mengeluhkan
aritmia harus dievaluasi untuk mengetahui terjadinyagangguan tiroid.
Komplikasi hipertiroid yang mengancam jiwa adalah krisis tirotoksik ( badai
tiroid), yang dapat terjadi secara spontan pada pasien hipertiroid, yang menjalani
terapi atau selama pembedahan kelenjar tiroid, atau dapat terjadi pada pasien
yang tidak terdiagnosis hipertiroid. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah
yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia
( sampai 106oF) dan apabila tidak diobati terjadi kematian.
7. Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang ditujukan untuk menghilangkan gejala penatalaksanaan
bergantung pada etiologi hipertiroidisme.
a. Farmakologi terapi dengan obat antihipertiroid.
b.
Kulit
kering
atau
bersisik,
muntah,
pembesaran
thyroid
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
14) Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
frekuensi pernapasan meningkat
15) Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
16) Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma
positif secara mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol
meningkat.
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan T4 Serum
Ditemukan peningkatan T4 serum pada hipertiroid.T4 serum normal antara
4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5 hingga 150 nmol/L). Kadar T4 serum merupakan
tanda yang akurat untuk menunjukkan adanya hipertiroid.
2) Pemeriksaan T3 Serum
Kadar T3 serum biasanya meningkat. Normal T3 serum adalah 70-220 mg/dl
(1,15 hingga 3,10 nmol/L).
3) Tes T3 Ambilan Resin
Pada hipertiroid, ambilan T3 lebih besar dari 35% (meningkat). Normal
ambilan t3 ialah 25% hingga 35% (fraksi ambilan relative: 0,25 hingga 0,35).
4) Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormon)
Pada hipertiroid ditemukan kenaikan kadar TSH serum.
5) Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon)
Tes TRH akan sangat berguna bila Tes T3 dan T4 tidak dapat dianalisa. Pada
hipertiroidisme akan ditemukan penurunan kadar TRH serum.
6) Tiroslobulin
Pemeriksaan Tiroslobulin melalui pemeriksaan radio immunoassay. Kadar
tiroslobulin meningkat pada hipertiroid.
7) Pemeriksaan Fungsi tiroid
Intervensi :
a) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika
memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat
dari
sirkulasi
b) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan
pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh
otot jantung atau iskemia
berhubungan
dengan
hipermetabolik
dengan
peningkatan
energy
energy
Intervensi :
a) Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat, takikardia
mungkin ditemukan
b) Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat
menimbulkan agitasi, hiperaktif dan insomnia
c) Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolism
d) Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massase
Rasional : Meningkatkan relaksasi
3) Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan
dengan penurunan berat badan)
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
-
Intervensi :
a) Catat adanya anoreksia, mual dan muntah
Rasional
: Peningkatan
gangguan
sekresi
insulin/terjadi
resisten
yang
menyebabkan
mengakibatkan
hiperglikemia
b) Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan
masukan
terapi antitiroid
c) Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan
vitamin
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan
zat-zat
peningkatan
stimulasi
SSP/mempercepat
aktifitas
mental,
menurunan
stimulasi
eksternal
dapat
menurunkan
saraf/agitasi
Meningkatkan
relaksasi,menurunkan
hipersensitifitas
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah kami menyusun makalah yang berjudul Makalah Askep Gangguan Kelenjar
Tiroid kami dapat menyimpulkan diagnosa yang mungkin muncul dari beberapa askep
diatas yaitu:
1. Diagnosa yang mungkin muncul pada Askep Struma adalah sebagai berikut :
a. Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder
terhadap perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan sesak nafas,
pernafasan cuping hidung sampai dengan sianosis
b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri, kerusakan nervus
laringeal yang ditandai dengan klien sulit berbicara dan hilang suara
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak pembedahan,
udema otot, terputusnya jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah tampak
tegang.
d. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang
ditandai dengan sering bertanya tentang penyakitnya.
2. Diagnosa yang mungkin muncul pada Askep Hipothyroid adalah sebagai berikut :
a. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif
b. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi panas.
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
d. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian
tiroid seumur hidup
e. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
f.
3. Diagnosa yang mungkin muncul pada Askep Hiperthyroid adalah sebagai berikut :
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme,peningkatan beban kerja jantung
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energy
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan
peningkatan
metabolisme
(peningkatan
nafsu makan/pemasukan
DAFTAR PUSTAKA