Hambatan Egosentrisme
Hambatan Konsentrasi
Hambatan Reversibilitas
Hambatan Tranformasi
h.
i.
j.
k.
khusus
dibentuk
untuk
kebijaksanaan
dan
pengaturan
yang
menghasilkan
kondisi
yang
memungkinkan berjalannya layanan itu secara optimal, sehingga segenap fungsifungsi dan jenis layanan serata kegiatan bimbingan dan konseling dapat terlaksana
dengan lancer dan mencapai sasaran.
2.1.2 Tanggung Jawab Konselor Sekolah
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya itu konselor menjadi
pelayan bagi pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh, khususnya bagi
terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan-tujuan perkembangan masing-masing peserta
didik. Dalam kaitannya dengan tujuan yang luas itu, konselor tidak hanya behubungan
dengan peserta didik atau siwa saja (sebagai sasaran utama layanan), melainkan juga dengan
berbagai pihak yang dapat secara bersama-bersama menunjang pencapaian tujuan tersebut,
yaitu sejawat (sesame konselor, guru, dan personal sekolah lainnya), orangtua,dan
masayarakat pada umumnya.
Berikut merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh konselor:
1. Tanggung jawab konselor terhadap siswa
2. Tanggung jawab kepada orang tua
3. Tanggung jawab terhadap sejawat
4. Tanggung jawab kepada sekolah dan masyarakat
5. Tanggung jawab terhadap diri sendiri
6. Tanggung jawab terhadap profesi
2.2 Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Luar Sekolah
2.2.1 Bimbingan dan Konseling Keluaraga
Resiko terhadap permasalahan dapat menimpa anggota keluarga. Palmo, Lowry,
Weldon, dan Scioscia (1984) mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi secara
signfikan mempenaruhi struktur dan kondisi keluarga, yaitu meningkatnya tinkat perceraian,
kedua orangtua bekerja, pengangkatan anak, emansipasi pria-wanita, dan kebebasan
hubungan seksual.
Selain itu meningkatnya kesadaran tentang anak cacat, keadaan depresi dan bunuh
diri, kesulitan mencari pekerjaan dan ketidakmampuan ekonomi pada umumnya menambah
unsure-unsur
yang
mempengaruhi
kehidupan
keluarga.
Unsur-unsur
yang
tidak
menguntungkan tersebut secara tidak langsung ataupun langsung membawa pengaruh kepada
anggota keluarga, baik mereka yang sudah dewasa maupun yang masih muda, mereka yang
masih bersekolah maupun mereka yang sudah tidak bersekolah lagi. Permasalahan yang
ditimbulkan oleh pengaruh yang tidak menguntungkan itu mengundang berperannya
bimbingan dan konseling ke dalam keluarga.
2.2.2 Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan yang Lebih Luas
Permasalahan yang dialami oleh warga masyarakat tidak hanya terjadi di lingkungan
sekolah dan keluarga saja, melainkan juga di luar keduanya. Warga
masayarakat di
professional yang
multidimensional itu akan lbih banyak berperan sebagai pelatih dan supervisor, disamping
penyelenggaraan layanan dan kegiatan tradisional bimbingan dan konseling, bagi kaum
muda dan angota masyarakat lainnya (Goldman, 1976).
Konselor profeional yang multidimensional benar-benar menjadi ahli yang
memberikan jasa berupa bantuan kepada orang-orang yang memfungsikan dirinya pada tahap
perkembangan tertentu, membantu mereka mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari
kondisidan apa yang sudah mereka miliki, membantu mereka menangani hal-hal tertentu agar
lebih efektif, merencanakan tindak lanjut atas langkah-langkah yang telah diambil, serta
membantu lembaga ataupun organisasi melakukan perubahan agar lebih efektif. Dalam
melaksanakan perananya yang lebih luas itu konselor berada di mana-mana, di lembaga
formal dan non-formal, di desa-desa, dan di kota-kota, konselor bekerja sama dengan
keluarga dan tokoh-tokoh masyarakat, kepala desa dan camat, dengan para pemimpin formal
dan non-formal. Konselor di masa depan bekerja di semua bidang kehidupan, mengabdikan
peranan dan jasanya untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan sumber daya manusia,
membantu individu warga masyarakat dari bergai umur, mencegah timbulnya masalah dan
mengentaskan berbagai masalah yang dihadapi warga masyarakat, dan menjadikan tahap
perkembangan yang mereka jalani menjadi optimal (Prayitno, 1990).
Konselor yang bekerja di luar sekolah dapat mengikatkan diri pada lembaga tertentu
(misalnya perusahaan, kantor, dan lain-lain), dapat bekerja sama dengan sejawat dalam satu
tim pelayanan bimbingan dan konseling, dapat bekerja mandiri, dan dapat pula
menciptakan bentuk-bentuk baru konselor bekerja dan apa pun tugas-tugas khusus yang
diselenggarakan konselor namun fungsi, prinsip, asas, jenis layananan kegiatan kegiatan
bimbingan dan konseling pada dasarnya tetap sama. Modifikasi dan penyesuaian diperlukan
berdasarkna kekhususan yang ada pada sasaran layanan, lembaga tempat bekerja, tujuan dan
kondisi yang menyertai diperlukannya pelayanan bimbingan dan konseling itu.