Anda di halaman 1dari 7

EKSISTENSI BK DI SEKOLAH

Eksistensi BK (Bimbingan dan Konseling) di Sekolah sangatlah berguna Bimbingan dan konseling
merupakan suatu bagian dari keseluruhan program di sekolah, mempunyai tujuan tertentu sejalan
dengan tujuan pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Secara umum bimbingan bertujuan untuk
membantu individu dalam mencapai tujuan, tujuan tersebut yaitu: (1)Kebahagiaan hidup pribadi, (2)
Kebahagiaan yang efektif, (3) Kebahagiaan kesanggupan hidup bersama dengan orang lain, (4)
Keserasian antara cita-cita anak didik dengan kemampuan yang dimilikinya.

Perlunya Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah bertujuan memudahkan proses
pembelajaran yang efektif. Menurut Winkel yang dikutip oleh Rifa Hidayah ada beberapa tujuan
Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah sebagai berikut Landasan psikologis
merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang
menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi
yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan
lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribad

Uraian di atas dapat diketahui bahwa Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
berguna untuk mengembangkan potensi pada diri individu sesuai dengan kemampuannya agar bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat. Hal inilah yang merupakan tujuan utama pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah,
terutama bagi siswa-siswi sebagai individu yang diberi bantuan.

Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah berarti menentukan pula keberhasilan
dari tujuan pendidikan. Sedangkan berhasil tidaknya tujuan tersebut bergantung pada pelaksanaan
program pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri. Kerjasama yang baik dari semua pihak seperti
kepala sekolah, para guru pengajar sekaligus guru pembimbing, orang tua juga masyarakat akan sangat
menentukan. Dari uraian di atas jelaslah yang hendak dicapai oleh program bimbingan dan konseling
adalah tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan kemampuan, agar dapat
mengenal diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.

BIMBINGAN DAN KONSELING

Bila ditinjau dari segi sejarah perkembangan ilmu Bimbingan dan Konseling di Indonesia, maka
sebenarnya istilah bimbingan dan konseling pada awalnya dikenal dengan istilah bimbingan dan
penyuluhan yang merupakan terjemahan dari istilah guidance and counseling. Penggunaan istilah
bimbingan dan penyuluhan sebagai terjemahan dari kata guidance and counseling ini dicetuskan oleh
Tatang Mahmud, MA, seorang pejabat Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia pada tahun 1953.

Oleh karena usaha Tatang Mahmud untuk mencarikan terjemahan istilah guidance and counseling ini
dengan istilah bimbingan dan penyuluhan itu tidak ada yang membantahnya, maka sejak saat itu
populerlah istilah bimbingan dan penyuluhan sebagai terjemahan dari istilah guidance and counseling.
Kemudian berkembang menjadi istilah bimbingan dan konseling.

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance (Bahasa Inggris). Secara etimologis
bimbingan berasal dari kata “guide” yang artinya mengarahkan (direct), menunjukkan (pilot), mengatur
(manage), menyetir (steer). Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan
sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan
atau tuntunan adalah bimbingan.

Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu, dapat dikemukakan bahwa
bimbingan merupakan: (a) suatu proses yang berkesinambungan, (b) suatu proses membantu individu,
(c) bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan dan
mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan/potensinya, dan (d) kegiatan yang
bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan mampu
menyesuaikan dengan lingkungannya.

Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat
timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa
lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang
layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli
dalam bidang tersebut.

PERLUNYA BIMBINGAN DAN KONSELING

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan
menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya sudah pasti menghadapi persoalan-persoalan
yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat teratasi, persoalan yang lain akan muncul, demikian
seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lainnya, baik dalam sifat maupun kemampuannya.
Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan dengan mudah tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi
tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Untuk
persoalan yang ini, maka bimbingan dan konseling sangat diperlukan guna membantu individu atau
kelompok yang belum atau tidak bisa mengatasi masalahnya.

Dalam proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat
memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering kali kandas dan tidak bisa
terwujud, sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Siswa yang mengalami kesulitan
belajar kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana
mengatasinya, dan ada juga yang tidak mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam
menyelesaikan masalahnya itu. Apabila masalahnya itu tidak kunjung teratasi, maka siswa tersebut
belum bisa belajar dengan baik karena konsentrasinya akan terganggu.

Melihat persoalan yang demikian, maka sangat diperlukan adanya pelayanan bimbingan dan konseling
yang akan membantu siswa dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapinya, baik dalam proses
belajarnya, pribadinya maupun juga sosialnya. Karena selain masalah belajar seperti kesulitan dalam
belajar, tidak adanya motivasi dalam belajar dan sebagainya, tidak sedikit masalah pribadi dan sosial
juga sering dialami oleh siswa. Masalah pribadi dan sosial yang biasa dialami siswa misalnya diputus
pacarnya, kurang bisa bergaul dengan teman-temannya, dan sebagainya. Masalah-masalah itu semua
secara otomatis akan mengganggu konsentrasi dan juga motivasi siswa di dalam proses pendidikannya.

TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Bimbingan dan konseling merupakan suatu bagian dari keseluruhan program di sekolah, mempunyai
tujuan tertentu sejalan dengan tujuan pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Secara umum
bimbingan bertujuan untuk membantu individu dalam mencapai tujuan, tujuan tersebut yaitu:
(1)Kebahagiaan hidup pribadi, (2) Kebahagiaan yang efektif, (3) Kebahagiaan kesanggupan hidup
bersama dengan orang lain, (4) Keserasian antara cita-cita anak didik dengan kemampuan yang
dimilikinya.

Uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk mengembangkan
potensi pada diri individu sesuai dengan kemampuannya agar bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan, baik lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Hal inilah yang
merupakan tujuan utama pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, terutama bagi siswa-siswi
sebagai individu yang diberi bantuan.

Dari tujuan utama tersebut dapat diuraikan bahwa tujuan bimbingan dan konseling bagi siswa adalah
sebagai berikut: (1) Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan pemahaman sesuai dengan
kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar serta kesempatan belajar. (2) Membantu proses sosialisasi dan
sensitifme kepada kebutuhan orang lain. (3) Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif
instrinsik dalam belajar, sehingga tercapai tujuan pengajaran yang berarti dan bertujuan. (4)
Memberikan dorongan dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan
keterlibatan diri dalam proses pendidikan. (5) Membantu dan memahami tingkah laku manusia.

SIFAT-SIFAT BIMBINGAN DAN KONSELING

Istilah sifat bimbingan mengacu pada situasi masa pemberian bantuan yang dilihat dari segi proses
penampakan hal-hal atau kesulitan yang dihadapi murid. Dengan kata lain, pemberian bantuan itu dapat
dilakukan sebelum ada kesulitan, selama ada kesulitan, dan setelah ada kesulitan yang dihadapi murid.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah ditinjau dari maksud memberikan bimbingan menurut
Elfi Mu’awanah dibedakan menjadi empat sifat, yaitu: (1)Bimbingan yang bersifat preventif
(pencegahan). (2) Bimbingan yang bersifat kuratif (penyembuhan). (3) Bimbingan yang bersifat
preservatif (pemeliharaan / penjagaan). (4) Bimbingan yang bersifat developmental (pengembangan).

Bimbingan yang bersifat preventif adalah “usaha bimbingan yang ditujukan kepada siswa atau
sekelompok siswa yang belum bermasalah agar siswa tersebut dapat terhindar dari kesulitan-kesulitan
dalam hidupnya”. Layanan bimbingan ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya kesulitan pada diri
siswa, membantu siswa menjaga dan mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. Jadi pemberian layanan
bimbingan ini tidak sampai menunggu siswa mendapatkan masalah, akan tetapi harus dilakukan setiap
saat dan sebelum siswa menemukan masalah dalam hidupnya.

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING

Menurut Hallen A. ada beberapa fungsi dari bimbingan, yaitu “fungsi pemahaman, fungsi pencegahan,
fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan pengembangan, dan fungsi advokasi”. Adapun penjelasan
dari fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang
sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik Fungsi
pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau
terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat
mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya. Fungsi pengentasan, melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling akan
menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.

Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik
dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan. Fungsi advokasi yaitu
fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta
didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.

KEDUDUKAN BK DI SEKOLAH

1.Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang
perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling,
beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b)
pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadi

2.Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor
tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap
perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana
ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku
sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan
sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang
melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam
proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam
sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun
eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku
individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.

Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang
mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam
Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi
sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c)
stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang
digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-
verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang.
Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan
prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain
disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi
negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-
unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya
dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan
harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis,
maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.

Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006) mengetengahkan
tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan
pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan
dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas
keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya
bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.

3.Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan,
baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling
disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan,
wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam
bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.

Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan konseling telah menekankan
pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungan secara ilmiah (McDaniel dalam
Prayitno, 2003).

Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat “multireferensial”. Beberapa disiplin ilmu lain
telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktek bimbingan dan konseling, seperti :
psikologi, ilmu pendidikan, statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi,
manajemen, ilmu hukum dan agama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telah diadopsi untuk
kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik dalam pengembangan teori maupun
prakteknya. Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling selain dihasilkan melalui
pemikiran kritis para ahli, juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.

Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun
1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Menurut
Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier
dan bimbingan dan konseling pendidikan. Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan
perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien)
tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan
secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa
perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam
penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.

Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor didalamnya mencakup pula
sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (Prayitno, 2003) bahwa konselor adalah
seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan dan teori
tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai
bentuk kegiatan penelitian.
Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, Prayitno (2003)
memperluas landasan bimbingan dan konseling dengan menambahkan landasan paedagogis, landasan
religius dan landasan yuridis-formal.

Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a)
pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk
kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling; dan (c) pendidikan
lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.

Anda mungkin juga menyukai