DERMATITIS SEBOROIK
Oleh:
Benor Amri Mustaqim
0518011037
Sulyaprilawati B. S.
0518011071
Preseptor :
dr. M. Syafei Hamzah, Sp.KK
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
: 31 thn
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Pekerjaan
: Agen Mobil
Suku
: Lampung
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
ANAMNESA
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
: -
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Satus gizi
: Baik
Vital Sign
TD
: 120/90 mmHg
Nadi
: 72x/menit
RR
: 20x/menit
Suhu
: 36,5 C
Berat Badan
: 70 kg
Tinggi Badan
: 166 cm
Bentuk Badan
: gemuk
IV.
Thorax
Abdomen
KGB
Lokasi
Lokasi
Lokasi
Lokasi
Inspeksi
Ukuran Lesi
milier
Konfigurasi
Multiple Unilateral
Ef. Primer
Makula
Ef.
Sekunder
Skuama
erithem,
hiperpigmentasi
V.
Erosi
Eksoriasi
LABORATORIUM
-
VI.
RESUME
Pria 31 tahun, belum menikah, datang ke poli kulit dan kelamin
RSUAM dengan keluhan gatal yang hebat sejak 1 bulan sebelum
datang ke RSAM pada daerah leher, tangan kanan, dan kedua kakinya .
Rasa gatal terasa berkurang bila digaruk dan biasanya mengeluarkan
air dan sedikit berminyak. Os mengaku suka menggaruk secara kasar
pada bagian kulit yang gatal sehingga menyebabkan luka pada bagian
kulit tersebut. Oleh adiknya, Os disarankan memakai salep menthol
(lupa namanya) berwarna biru secara tipis pada semua daerah yang
gatal. Tetapi Os tidak mematuhinya dan mengoleskan salep tersebut
secara tebal. Akibatnya, kulit Os ini berubah menjadi hitam seperti
terbakar. Os mengaku keluhan ini hanya ia yang mengalami di
keluarganya. Os bekerja sebagai agen mobil, tetapi terkadang Os
jarang membawa uang kepada keluarganya. Os mengaku memiliki
penyakit asma. Karena rasa gatal yang sangat hebat dan penyakitnya
tidak semuh-sembuh, Os yang ditemani keluarganya datang ke RSAM.
Berdasarkan status dermatologi, lesi berada di lokasi : regio coli
posterior, regio dorsum pedis dextra et sinistra, regio anterior
antebrachii dextra. Dengan efloresensi makula eritematosa yang
ditutupi oleh papul milier multiple diskrit berbatas tak tegas disertai
skuama halus dan berminyak. Test laboratorium tidak dilakukan.
VII.
DIAGNOSA BANDING
Dermatitis Seboroik
Psoriasis
Tinea Kapitis
Kandidiasis
Neurodermatitis
VIII. DIAGNOSA KERJA
Dermatitis Seboroik
IX.
PENATALAKSANAAN
Umum
1. Antiinflamasi :
-
X.
PROGNOSA
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad funcionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Istilah dermatitis seboroik (D.S.) dipakai untuk segolongan kelainan kulit
yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi ditempat-tempat
seboroik. Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada
daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka, kronik
dan superfisial.
Dermatitis seboroik (D.S.) atau seborrhoic eczema merupakan penyakit
yang umum, kronik, dan merupakan inflamasi superfisial dari kulit, ditandai oleh
pruritus, berminyak, bercak merah dengan berbagai ukuran dan bentuk yang
menutup daerah inflamasi pada kulit kepala, muka, dan telinga. Daerah lain yang
jarang terkena, seperti daerah presternal dada. Beberapa tahun ini telah didapatkan
data bahwa sekurang kurangnya 50% pasien HIV terkena dematitis seboroik.
Ketombe berhubungan juga dermatitis seboroik, tetapi tidak separah dermatitis
seboroik. Ada juga yang menganggap dermatitis seboroik sama dengan ketombe.
Etiologi
Penyebabnya belum diketahui pasti. Hanya didapati aktivitas kelenjar
sebasea berlebihan. Kemungkinan ada pengaruh hormon. Dermatitis seboroik
dijumpai pada bayi dan pada usia pubertas. Pada bayi dijumpai hormon
transplasenta meninggi beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan
membaik bila kadar hormon ini menurun. Penyebab lainnya kemungkinan
disebabkan oleh jamur Pityrosporum ovale. Penelitian lain menunjukan bahwa
pityrosporum ovale (Malassezia ovale), jamur lipofilik, banyak pada penderita
dermatitis seboroik. Sehingga pengobatan ketokonazole 2% akan menurunkan
jumlah jamur ni dan memyembuhkan penyakit.
jumlah
kolesterol,
trigliserida,
parafin
meningkat;
dan
kadar
squelen,asam lemak bebas dan wax ester menurun. Faktor-faktor lain yang
disangka sebagai penyebab penyakit ini seperti iklim, genetik merupakan kelainan
konstitusi berupa stasus seboroik ( seborrhoeic state ) yang rupanya diturunkan,
diperkirakan juga dapat mempengaruhi onset dan derajat penyakit. Sering
berasosiasi dengan meningginya suseptibilitas terhadap infeksi piogenik, tetapi
terbukti
mikroorganisme
dermatitis
seboroik,
Epidemiologi
Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi. Dermatitis seboroik
dapat menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan dan pada dewasa pada
umur 30 hingga 60 tahun. Insiden memuncak pada umur 1840 tahun. DS lebih
sering terjadi pada pria daripada wanita. Berdasarkan pada suatu survey pada
1.116 anakanak, dari perbandingan usia dan jenis kelamin, didapatkan prevalensi
dermatitis seboroik menyerang 10% anak lakilaki dan 9,5% pada anak
perempuan.
Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya dan sedikit
menurun apabila umur lebih dari 4 tahun. Kebanyakan pasien (72%) terserang
minimal atau dermatitis seboroik ringan. Pada penderita AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome), dapat terlihat pada hampir 35% pasien Terdapat
peningkatan insiden pada penyakit Parkinson, paralisis fasial, pityriasis versicolor,
cedera spinal, depresi dan yang menerima terapi psoralen ditambah ultraviolet A
(PUVA). Juga beberapa obatobatan neuroleptik mungkin merupakan faktor,
kejadian ini sering terjadi tetapi masih belum dibuktikan. Kondisi kronik lebih
sering terjadi dan sering lebih parah pada musim dingin yang lembab
dibandingkan pada musim panas.
Patogenesis
Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktifan glandula sebasea.
Glandula tersebut aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif
selama 9-12 tahun akibat stimulasi hormon androgen dari ibu berhenti. Dermatitis
seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada
usia sebelum akil balik dan insidensnya mencapai puncaknya pada umur 18-40
tahun, kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi
pada pria daripada wanita.
Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor
timbulnya D.S., tetapi tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif antara
keaktifan tersebut dangan suseptibilitas untuk memperoleh D.S. pada orang yang
telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya D.S. dapat disebabkan faktor
kelelahan, stress, emosional atau infeksi.
Predileksi
Pada daerah berambut karena banyak kelenjar sebasea, antara lain pada
bayi ada 3 bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan
generalisata (penyakit Leiner) yang terbagi menjadi familial dan non-familial.
Sedangkan pada orang dewasa berdasarkan daerah lesinya DS terjadi pada kulit
kepala (pitiriasis sika dan inflamasi), wajah (blefaritis marginal, konjungtivitis,
pada daerah lipatan/ sulcus nasolabial, area jenggot, dahi, alis), daerah fleksura
(aksilla, infra mamma, umbilicus, intergluteal, paha), badan (petaloid,
pitiriasiform) dan generalisata (eritroderma, eritroderma eksoliatif), retroaurikula,
telinga, dan dibawah buah dada.
10
Distribusi
Distribusinya biasanya bilateral dan simetris berupa bercak ataupun plakat
dengan batas yang tidak tegas, eritem ringan dan sedang, skuama berminyak dan
kekuningan. Ruamnya berbeda-beda, sering ditemukan pada kulit yang
berminyak. Ruamnya berupa skuama yang berminyak,berwarna kekuningan,
dengan batas yang tak jelas dan dasar berwarna merah (eritem).
Gejala klinik
Menurut usia dibagi 2 yaitu pada orang remaja dan dewasa kelainan kulit
terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan, batas agak
kurang tegas. D.S. yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa skuamaskuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh
kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar. Pitiriasis sika
(ketombe, dandruff). Bentuk yang berminyak, pitiriasis steatoides yang dapat
disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal.
Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai
dari bangian verteks dan frontal. Gejala klinik khas pada D.S. ialah skuama yang
berminyak dan kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat seboroik. Pada
dermatitis seboroik ringan, hanya didapati skuama pada kulit kepala. Skuama
berwarna putih dan merata tanpa eritema.
Dermatitis seboroik berat dapat mengenai alis mata, kening, pangkal
hidung, sulkus nasolabialis, belakang telinga, daerah prestenal, dan daerah di
antara skapula. Blefaritis ringan sering terjadi. Bentuk yang berat ditandai dengan
adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan krusta
tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga posaurikular dan leher. Pada daerah
dahi tersebut, batasnya sering cembung. Pada daerah supraorbital skuama-skuama
halus dapat terlihat dialis mata, kulit dibawahnya eritematosa dan gatal, disertai
bercak-bercak skuama kekuningan, dapat terjadi pula blefaritis, yakni pinggir
11
kelopak mata merah disertai skuama-skuama halus. Pada daerah pipi, hidung, dan
dahi kelainan dapat berupa papul-papul.
Bila lebih berkembang lagi, lesinya dapat mengenai daerah ketiak, infra
mamma, sekitar pusar (umbilikus), daerah anogenital, lipatan gluteus, dan daerah
inguinal. Pada bentuk yang lebih berat lagi seluruh kepala tertutup oleh krustakrusta yang kotor, dan berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama- skuama yang
kekuningan dan kumpulan debris-debris epitel yang leket pada kulit kepala
disebut cradie cap. D.S dapat bersama-sama dengan akne yang berat. Jika meluas
dapat menjadi eritroderma, pada bayi disebut penyakit Leiner.
Pada bayi ada tiga bentuk khas yang terjadi, yaitu secara klinis, cradle cap
muncul pada minggu ketiga sampai minggu keempat dua gambarannya berupa
eritema dengan skuama seperti lilin pada kulit kepala. Bagian frontal dan parietal
berminyak dan sering menjadi krusta yang menebal tanpa eritema. Skuama
dengan mudah dapat dihilangkan dengan sering menggunakan sampo yang
mengandung sulfur, asam salisil, atau keduanya (misalnya sampo Sebulex atau
sampo T-gel).
Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik dibagi tiga :
1. Seboroik kepala
Pada daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan warna
kekuningan sehingga rambut saling melengket; kadang-kadang dijumpai
krusta yang disebut Pityriasis Oleasa (pityriasis steatoides). Kadangkadang skuamanya kering dan berlapis-lapis dan sering lepas sendiri
disebut pitiriasis sika (ketombe).
Bisa juga jenis seboroik ini menyebabkan rambut rontok sehingga terjadi
alopesia dan rasa gatal. Perluasan bisa sampai ke belakang telinga (retro
aurikularis). Bila meluas, lesinya dapat sampai ke dahi, disebut korona
seboroik. Dermatitis seboroik yang dijumpai pada kepala bayi disebut topi
buaian (Cradle Cap).
12
2. Seboroik Muka
Pada daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabial, dagu ,dll. Terdapat makula
eritem, yang diatasnya dijumpai skuama berminyak kekuning-kuningan.
Bila sampai ke palpebra, bisa terjadi blefaritis. Sering pada wanita. Bila
didapati didaerah berambut, seperti dagu dan atas bibir, dapat terjadi
folikulitis. Hal ini sering dijumpai pada laki-laki yang sering mencukur
janggut dan kumisnya. Seboroik muka didaerah jenggot disebut sikosis
barbe.
3. Seboroik Badan dan Sela-sela
Jenis ini mengenai daerah presternal, interskapula, ketiak, inframamma,
umbilikus, krural (lipatan paha,perineum,nates). Dijumpai ruam berbentuk
makula eritema yang pada permukaanya ada skuama berminyak kekuningkuningan. Pada daerah badan, lesinya bisa berbentuk seperti lingkaran
dengan penyembuhan sentral. Didaerah intertrigo, kadang-kadang bisa
timbul fisura sehingga menyebabkan infeksi sekunder.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah
pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga ditemukan pada
penyakit lain, seperti pada dermatitis atopik atau psoriasis. Gambaran
histopatologi tergantung dari stadium penyakit. Pada bagian epidermis. Dijumpai
parakeratosis dan akantosis. Pada korium, dijumpai pembuluh darah melebar dan
sebukan perivaskuler. Pada DS akut dan subakut, epidermisnya ekonthoik,
terdapat infiltrat limfosit dan histiosit dalam jumlah sedikit pada perivaskuler
superfisial, spongiosis ringan hingga sedang, hiperplasia psoriasiform ringan,
ortokeratosis dan parakeratosis yang menyumbat folikuler, serta adanya skuama
13
dan krusta yang mengandung netrofil pada ostium folikuler. Gambaran ini
merupakan gambaran yang khas. Pada dermis bagian atas, dijumpai sebukan
ringan limfohistiosit perivaskular. Pada DS kronik, terjadi dilatasi kapiler dan
vena pada pleksus superfisial selain dari gambaran yang telah disebutkan di atas
yang hampir sama dengan gambaran psoriasis. Pemeriksaan KOH 10-20 %:
negatif, tidak ada hifa atau blastokonidia. pemeriksaan lampu wood: fluoresen
negatif (warna violet).
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Pada berbagai gejala dari gambaran klinis yang ditemukan pada dermatitis
seboroik juga dapat dijumpai pada dermatitis atopik atau psoriasis, sehingga
diagnosis sangat sulit untuk ditegakkan oleh karena baik gambaran klinis maupun
gambaran histologi dapat serupa. Oleh sebab itu, perlu ketelitian untuk
membedakan DS dengan penyakit lain sebagai diferensial diagnosis. Psoriasis
misalnya yang juga dapat ditemukan pada kulit kepala, kadang disamakan dengan
DS, yang membedakan ialah adanya plak yang mengalami penebalan pada liken
simpleks.
Dignosis banding
14
Penanganan
Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi sukar disembuhkan,
meskipun penyakitnya dapat dikontrol. Secara umum, terapi bertujuan untuk
menghilangkan sisik dengan keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan
jamur dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi sekunder dan
mengurangi eritema dan gatal dengan steroid topikal.
15
Tindakan Umum
Penderita harus diberi tahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan
sering kambuh. Harus hindari faktor pencetus seperti stres emosional, makanan
berlemak dan sebagainya.
Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik yaitu obat anti inflamasi
(immunomodulatory), keratolitik, anti jamur dan pengobatan alternatif.
1. Obat anti inflamasi (immunomodulatory)
Terapi konvensional untuk dermatitis seboroik dewasa pada kulit kepala dengan
steroid topikal atau inhibitor calcineuron. Terapi tersebut pemberiannya dapat
berupa shampo seperti fluocinolon (Synalar), solusio steroid topikal, losio yang
dioleskan pada kulit kepala atau krim pada kulit. Kortikosteroid merupakan
hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal yang pembuatan bahan
sintetik analognya telah berkembang dengan pesat. Efek utama penggunaan
kortikosteroid secara topikal pada epidermis dan dermis ialah efek vasokonstriksi,
efek anti inflamasi, dan efek antimitosis. Adanya efek vasokonstriksi akan
mengakibatkan berkurangnya eritema. Adanya efek anti inflamasi yang terutama
terhadap leukosit akan efektif terhadap berbagai dermatoses yang didasari oleh
proses inflamasi seperti dermatitis. Sedangkan adanya efek antimitosis terjadi
karena kortikosteroid bersifat menghambat sintesis DNA berbagai jenis sel.
Terapi dermatitis seboroik pada dewasa umumnya menggunakan steroid topikal
satu atau dua kali sehari, sering diberikan sebagai tambahan ke shampo. Steroid
topikal potensi rendah efektif untuk terapi dermatitis seboroik pada bayi terletak
di daerah lipatan atau dewasa pada persisten recalcitrant seborrheic dermatitis.
Topikal azole dapat dikombinasikan dengan regimen desonide (dosis tunggal
perhari selama dua minggu). Akan tetapi penggunaan kortikosteroid topikal ini
memiliki efek samping pada kulit dimana dapat terjadi atrofi, teleangiectasi dan
dermatitis perioral. Topikal inhibitor calcineurin (misalnya oinment tacrolimus
(Protopix), krim pimecrolimus (Elidel) memiliki efek fungisidal dan anti inflamasi
tanpa resiko atropi kutaneus. Inhibittor calcineurin juga baik untuk terapi dimana
16
wajah dan telinga terlibat, tetapi efeknya baru bisa dilihat setelah pemberian tiap
hari selama seminggu.
2.Keratolitik.
Terapi lain untuk dermatitis seboroik dengan menggunakan keratolitik. Keratolitik
yang secara luas dipakai untuk dermatitis seboroik adalah tar, asam salisiklik dan
shampo zinc pyrithion. Zinc pyrithion memliki efek keratolitik non spesifik dan
anti fungi, dapat diberikan dua atau tiga kali per minggu. Pasien sebaiknya
membiarkan rambutnya dengan shampo tersebut selama lima menit agar shampo
mencapai kulit kepala. Pasien dapat menggunakannya juga untuk tempat lain yang
terkena seperti wajah.
3. Antifungi
Sebagian besar anti jamur menyerang Malassezia yang berkaitan dengan
dermatitis seboroik. Dosis satu kali sehari gel ketokonazol (Nizoral) dalam dua
minggu, satu kali sehari regimen desonide (Desowan) dapat berguna untuk
dermatitis seboroik pada wajah. Shampo yang mengandung selenium sulfide
(Selsun) atau azole dapat dipakai. Shampo tersebut dapat diberikan dua sampai
tiga kali seminggu. Ketokonazole (krim atau gel foaming) dan terbinfin (Lamisil)
oral dapat berguna. Anti jamur topikal lainnya seperti ciclopirox (Loprox) dan
flukonazole
(Diflucan)
mempunyai
efek
anti
inflamasi
juga.
Anti jamur (selenium sulfide, pytrithion zinc, azola, sodium sulfasetamid dan
topical terbinafin) dapat menurunkan kolonisasi oleh ragi lipopilik.
4. Pengobatan Alternatif
Terapi alami menjadi semakin popular. Tea tree oil (Melaleuca oil) merupakan
minyak essensial dari seak belukar Australia. Terapi ini efektif dan ditoleransi
dengan baik jika digunakan setiap hari sebagai shampo 5%.
17
Prognosis
Dermatitis seboroik dapat sembuh sendiri dan merespon pengobatan
topikal dengan baik. Namun pada sebagian kasus yang mempunyai faktor
konstitusi, penyakit ini agak sukar untuk disembuhkan, meskipun terkontrol.
Kesimpulan
Dermatitis seboroik adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang
bisanya mudah ditemukan. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak maupun
dewasa. Secara garis besar, gejala klinis DS bisa terjadi pada bayi dan orang
dewasa. Pada bayi ada tiga bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan
tengkuk) dan generalisata (penyakit Leiner). Sedangkan pada orang dewasa
berdasarkan daerah lesinya DS terjadi pada kulit kepala, wajah, daerah fleksura,
badan dan generalisata.
Diagnosis sulit ditegakkan karena banyaknya penyakit lain yang
gambaran klinis dan histopatologisnya serupa. Secara umum terapi bertujuan
untuk menghilangkan sisik dengan keratolitik dan sampo, menghambat
pertumbuhan jamur dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi
sekunder dan mengurangi eritema dan gatal dengan steroid topikal. Pasien harus
diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering kambuh, harus
dihindari faktor pencetus, seperti stress emosional, makanan berlemak, dan
sebagainya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
DISKUSI
ANALISIS KASUS
Efloresensi :
20
Penderita harus diberi tahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan
sering kambuh. Harus hindari faktor pencetus seperti stres emosional,
makanan berlemak dan sebagainya.
b. Khusus
1. Antiinflamasi :
-
Psoriasis predileksi didaerah eksentor (lutut, siku dan punggung) dan kulit
kepala. Pada psoriasi dijumpai skuama yang lebih tebal, kasar, berlapislapis, putih seperti mutiara dan tak berminyak disertai tanda tetesan lilin
dan auspitz. Selain itu ada gejala yang khusus untuk psoriasis.
21
Lesi kulit pada neurodermatitis terlihat tebal dan garis kulit tampak lebih
menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu. Lesi awalnya
biasanya tunggal, berupa plak eritematosa, sedikit edematosa yang lambat
laun akan menhilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi
dan eksoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak
jelas. Gambaran klinis ini dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi.
Sedangakan pada dermatitis seboroik tidak terlihat likenifikasi melainkan
skuama yang berlapis-lapis dan berminyak.
22