DAFTAR ISI....................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................2
A.
Latar Belakang..................................................................................2
B.
Tujuan................................................................................................2
BAB II AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN......................................................3
C.
Definisi..............................................................................................3
D.
Klasifikasi..........................................................................................3
E.
Pihak-Pihak Terkait............................................................................4
F.
Dokumen Yang Digunakan................................................................4
G.
Jurnal Standar Dan Ilustrasi...............................................................4
BAB III PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI................................................14
A.
Perubahan Kebijakan Akuntansi......................................................14
B.
Hal-Hal Yang Bukan Termasuk Perubahan Kebijakan Akuntansi......14
C.
Pengungkapan................................................................................14
BAB IV PERISTIWA LUAR BIASA...................................................................17
A.
Definisi............................................................................................17
B.
Syarat..............................................................................................17
C.
Pengungkapan................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Dalam
penyusunan
dan
pelaporan
keuangan
adakalahnya
terjadi
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Pemerintah dan juga menambah wawasan dalam bidang akuntansi
pemerintah khususnya akuntansi pendapatan.
BAB II
AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN
c. Definisi
Koreksi merupakan tindakan pembetulan secara akuntansi agar akun/pos yang tersaji
dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya. Kesalahan
merupakan penyajian akun/pos yang secara signifikan tidak sesuai dengan yang seharusnya
yang mempengaruhi laporan keuangan periode berjalan atau periode sebelumnya. Sehingga
koreksi kesalahan merupakan tindakan untuk membetulkan kesalahan penyajian dalam suatu
akun/pos. Koreksi kesalahan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
Ada beberapa penyebab bisa terjadinya kesalahan. Antara lain disebabkan karena
keterlambatan penyampaian bukti transaksi oleh pengguna anggaran, kesalahan hitung,
kesalahan penerapan standar dan akuntansi, kelalaian, dan lain-lain. Kesalahan juga bisa
ditemukan di periode yang sama saat kesalahan itu dibuat, namun bisa pula ditemukan pada
periode di masa depan. Itulah sebabnya akan ada perbedaan perlakuan terhadap beberapa
kesalahan tersebut.
d. Klasifikasi
Ditinjau dari sifat kejadiannya, kesalahan dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis:
1. Kesalahan tidak berulang
Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi
kembali. Kesalahan ini dikelompokkan kembali menjadi 2 (dua) jenis:
Kelompok
Jenis
Batasan
periode
Berulang
berjalan
Terjadi pada
periode
Laporan
Keuangan
Belum diterbitkan
sebelumnya
Laporan
Keuangan
Sudah Diterbitkan
Kesalahan
berulang
a.
e. Pihak-Pihak Terkait
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi koreksi kesalahan di SKPD terdiri atas :
1. PPK-SKPD dan
2. PA/KPA.
Sedangkan pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi koreksi kesalahan di PPKD
terdiri atas :
Baik pada akun pendapatan LRA, belanja, pendapatan LO, maupun beban.
Ilustrasi :
Pengembalian
pendapatan
hibah
yang
diterima
pada
tahun
yang
Jurnal Semula:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
XXX
Nomor Kode
Bukti
XXX
Uraian
Debit
Kredit
XXX
XXX
Pemerintah - LO
Jurnal LRA
Tanggal
XXX
Nomor Kode
Bukti
XXX
0.0.0.00.
00
4.3.1.01.
01
Uraian
Perubahan SAL
Pendapatan Hibah dari
Debit
Kredit
XXX
XXX
Pemerintah -LRA
Jurnal Koreksi :
Nomor Kode
Bukti
XXX
Uraian
Debit
Kredit
XXX
XXX
01
Jurnal LRA
Tanggal
XXX
Nomor Kode
Bukti
XXX
Uraian
Debit
Kredit
XXX
Perubahan SAL
XXX
Kesalahan jenis ini bisa terjadi pada saat yang berbeda, yakni yang terjadi dalam
periode sebelumnya namun laporan keuangan periode tersebut belum diterbitkan dan
yang terjadi dalam periode sebelumnya dan laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan. Keduanya memiliki perlakuan yang berbeda.
1) Koreksi - Laporan Keuangan Belum Diterbitkan
Apabila laporan keuangan belum diterbitkan, maka dilakukan dengan pembetulan
pada akun yang bersangkutan, baik pada akun pendapatan-LRA atau akun
belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun beban.
Ilustrasi :
Terjadi pengembalian belanja pegawai tahun lalu karena salah penghitungan
jumlah gaji.
Jurnal semula :
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri
Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
Nomor Kode
Bukti
XXX
XXX
9.1.1.XX.
XX
3.1.3.01.
01
Uraian
Beban Pegawai - LO
Debit
Kredit
XXX
RK PPKD
XXX
Jurnal LRA
Tanggal
Nomor Kode
Bukti
XXX
XXX
5.1.1.XX.
XX
0.0.0.00.
Uraian
Belanja Pegawai - LRA
Debit
Kredit
XXX
Perubahan SAL
XXX
00
Nomor Kode
Bukti
XXX
5.1.1.XX.
XX
0.0.0.00.
Uraian
Belanja Pegawai
Perubahan SAL
Debit
Kredit
XXX
XXX
00
Jurnal Koreksi:
Nomor Kode
Bukti
XXX
XXX
Uraian
Debit
Kredit
XXX
XXX
02
Tanggal
Nomor Kode
Uraian
Bukti
0.0.0.00.0 Perubahan SAL
XXX
0
4.3.X.XX.
Lain-lain Pendapatan
XX
Daerah yang Sah - LRA
XXX
Debit
Kredit
XXX
XXX
Jurnal LRA
Tanggal
Nomor Kode
Uraian
Bukti
0.0.0.00.
XXX
XXX
Perubahan SAL
00
4.3.3.01.
Pendapatan Lainnya - LRA
02
2) Koreksi - Laporan Keuangan sudah Diterbitkan
Debit
Kredit
XXX
XXX
sudah
diterbitkan
(Peraturan
Daerah/Peraturan
Kepala
Daerah
Pertanggungjawaban), dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lainlain-LRA. Dalam hal mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan
pembetulan pada akun Saldo Anggaran Lebih.
Ilustrasi :
Terjadi pengembalian belanja pegawai tahun lalu karena salah penghitungan
jumlah gaji.
Jurnal semula:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri
Nomor 64 Tahun 2013)
Nomor Kode
Bukti
XXX
XXX
Uraian
Debit
Kredit
XXX
XXX
Pengeluaran
Jurnal LRA
Tanggal
Nomor Kode
Bukti
XXX
XXX
Uraian
Debit
5.1.1.010
Belanja Gaji Pokok PNS- LRA
1
0.0.0.00.
Perubahan SAL
Kredit
XXX
XXX
00
Jurnal LRA
Tanggal
XXX
Nomor Kode
Uraian
Bukti
5.1.1.01. Belanja Gaji Pokok PNS - LRA
XXX
0.0.0.00.
01
Perubahan SAL
00
Debit
Kredit
XXX
XXX
Nomor Kode
Uraian
Bukti
1.1.1.01. Kas di Kas Daerah
XXX
3.1.1.01.
Ekuitas
01
Debit
Kredit
XXX
XXX
01
Jurnal LRA
Tanggal
XXX
Asumsi
Nomor Kode
Uraian
Bukti
XXX
0.0.0.00.0 Perubahan SAL
0.2.1.00.0
Surplus/Defisit LRA
pelaksanaan
anggaran
mengikuti
kode
Debit
XXX
rekening
Kredit
XXX
anggaran
Jurnal LRA
Tanggal
XXX
Nomor Kode
Uraian
Bukti
XXX
0.0.0.00.0 Perubahan SAL
Surplus / Defisit
Debit
XXX
Kredit
XXX
Ilustrasi :
Pengembalian pendapatan dana alokasi umum karena kelebihan transfer oleh
Pemerintah Pusat
Jurnal semula :
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri
Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
XXX
Nomor Kode
Uraian
Bukti
1.1.1.01. Kas di Kas Daerah
XXX
01
8.2.1.03.
Dana Alokasi Umum - LO
Debit
Kredit
XXX
XXX
01
Jurnal LRA
Tanggal
Nomor Kode
Bukti
XXX
XXX
Uraian
Debit
Kredit
XXX
XXX
01
Asumsi
pelaksanaan
anggaran
mengikuti
kode
rekening
anggaran
Tanggal
XXX
Nomor Kode
Uraian
Bukti
XXX
0.0.0.00.0 Perubahan SAL
4.2.2.01.0
Dana Alokasi Umum
Debit
XXX
Kredit
XXX
Jurnal Koreksi
Asumsi Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri
Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
XXX
Nomor Kode
Uraian
Bukti
XXX
3.1.1.01.0 Ekuitas
1.1.1.01.0
Kas di Kas Daerah...
1
Debit
Kredit
XXX
XXX
Jurnal LRA
Tanggal
XXX
Asumsi
Nomor Kode
Uraian
Bukti
XXX
0.2.1.00.0 Surplus / Defisit LRA
0.0.0.00.0
Perubahan SAL
Pelaksanaan
anggaran
mengikuti
kode
Debit
XXX
rekening
Kredit
XXX
anggaran
Nomor Kode
Uraian
Bukti
XXX
0.2.1.00.0 Surplus / Defisit
0.0.0.00.0
Perubahan SAL
Debit
XXX
Kredit
XXX
2. Kesalahan Berulang
Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan sifat alamiah
(normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara
berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang memerlukan
koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran dari wajib
pajak.
Kesalahan berulang tidak memerlukan koreksi melainkan dicatat pada saat terjadi
pengeluaran kas untuk mengembalikan kelebihan pendapatan dengan mengurangi
pendapatan-LRA maupun pendapatan-LO yang bersangkutan.
10
Ilustrasi:
Pada tanggal 15 April 2015, DPPKAD menerima pendapatan pajak hotel bulan maret
dari Hotel Maleo sebesar Rp.25.000.000,Asumsi Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri Nomor
64 Tahun 2013)
Jurnal - LO Dan Neraca
Tanggal
Nomor
Bukti
15-04-2015
Kode
Uraian
Rekening
1.1.1.02.01Kas di Kas Daerah
8.1.1.06.01
Debit
Kredit
25.000.000
Pajak Hotel - LO
25.000.000
Jurnal - LRA
Nomor
Tanggal
Bukti
15-04-2015
Kode
Rekening
Uraian
Debit
Kredit
25.000.000
25.000.000
Jurnal - LRA
Nomor
Tanggal
Bukti
15-04-2015
Kode
Rekening
Uraian
Debit
Kredit
25.000.000
25.000.000
Ilustrasi:
Pada tanggal 25 April 2015, atas pajak hotel yang diterima dari Hotel Maleo dan
terjadi kelebihan pembayaran sebesar Rp7.000.000,00.
Asumsi Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri Nomor
64 Tahun 2013)
Jurnal - LO Dan Neraca
11
Nomor
Tanggal
Bukti
25-04-15
Kode
Uraian
Rekening
BM
Debit
Kredit
7.000.000
7.000.000
Jurnal - LRA
Tanggal
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
25-04-15 BM
Uraian
Debit
Kredit
7.000.000
Perubahan SAL
7.000.000
Kode
Bukti
Rekening
Tanggal
25-04-15 BM
4.1.1.06.01
0.0.0.00.00
Uraian
Pajak Hotel
Perubahan SAL
Debit
Kredit
7.000.000
7.000.000
Ilustrasi:
Pada tanggal 20 Mei 2015, ditemukan kesalahan pencatatan belanja cetak sebesar
Rp 5.400.000,00 (transaksi 19 April 2015),- yang seharusnya belanja ATK sebesar Rp
4.500.000,00 dengan menggunakan UP/GU.
Jurnal Semula :
Asumsi Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri Nomor
64 Tahun 2013)
Jurnal - LO dan Neraca
12
Nomor
Tanggal
Kode
Uraian
Debit
Kredit
Rekening
19-04-15 BKK
5.400.000
Kas di Bendahara
Pengeluaran
5.400.000
Jurnal - LRA
Tanggal
Kode
Nomor
Uraian
Debit
Kredit
Rekening
19-04-15 BKK
5.1.2.06.0
Belanja Cetak -
0.0.0.00.0
1
0
5.400.000
LRA
Perubahan SAL
5.400.000
Nomor
Kode
Uraian
Debit
Kredit
Rekening
19-04-15 BKK
5.400.000
5.400.000
00
Jurnal Koreksi :
Asumsi Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri Nomor
64 Tahun 2013)
Jurnal - LO Dan Neraca
13
Nomor
Tanggal
Bukti
25-05-15 BKK
Kode
Rekening
Uraian
Debit
Kredit
900.000
4.500.000
5.400.000
Jurnal - LRA
Tanggal
Nomor
Kode
Uraian
Debit
Kredit
Rekening
25-04-
BKK
15
4.500.000
900.000
5.400.000
Jurnal LRA
Tanggal
Nomor
Kode
Uraian
Debit
Kredit
Rekening
25-0415
BKK
Belanja Cetak
4.500.000
900.000
5.400.000
14
BAB III
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
1. adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau kejadian yang secara substansi
berbeda dari peristiwa atau kejadian sebelumnya; dan
2. adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk kejadian atau transaksi yang
sebelumnya tidak ada atau yang tidak material.
Timbulnya suatu kebijakan untuk merevaluasi aset merupakan suatu perubahan
kebijakan akuntansi. Namun demikian, perubahan tersebut harus sesuai dengan standar
akuntansi terkait yang telah menerapkan persyaratan-persyaratan sehubungan dengan
revaluasi.
c. Pengungkapan
Perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruhnya harus diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
Perubahan kebijakan akuntansi misalnya antara lain adalah perubahan metode
penyusutan dan metode penilaian persediaan. Penyusutan adalah penyesuaian nilai
sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset sehingga diperoleh
nilai wajar. Jadi penyusutan bukan merupakan metode alokasi biaya untuk memupuk dana
dalam rangka penggantian aset tetap. Dengan demikian, apabila dilakukan
penyusutan
terhadap aset tetap, maka tidak berhubungan dengan beban belanja, dan oleh karena itu
perubahan kebijakan terhadap penyusutan tersebut tidak mempengaruhi laporan ralisasi
anggaran.
Contoh:
13
Pemkot Makassar membeli Komputer dan UPS pada bulan Desember 2010 senilai Rp 200
juta. Pada tahun 2010 Pemkot Makassar menetapkan kebijakan akuntansi dengan
menerapkan penyusutan untuk peralatan dan mesin menggunakan metode garis lurus.
Estimasi masa manfaat komputer tersebut 5 tahun. Dalam perjalanan waktu, pada tahun
2013 Pemkot Makassar memutuskan untuk mengubah Kebijakan Akuntansi Penyusutan
Peralatan dan Mesin (termasuk komputer) dari metode garis lurus (straight line method)
menjadi metode penyusutan saldo menurun (double declining method)
Terhadap perubahan kebijakan akuntansi tersebut, disusun perhitungan penyusutan
sebagai berikut:
Perhitungan menurut metode garis lurus
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Perhitungan
20 % X Rp 400.000.000
20 % X Rp 400.000.000
20 % X Rp 400.000.000
20 % X Rp 400.000.000
20 % X Rp 400.000.000
Nilai Disusutkan
0
80.000.000
80.000.000
80.000.000
80.000.000
80.000.000
Nilai Buku
400.000.000
320.000.000
240.000.000
160.000.000
80.000.000
0
Perhitungan
40 % X Rp 400.000.000
40 % X Rp 240.000.000
40 % X Rp 144.000.000
40 % X Rp 86.400.000
40 % X Rp 51.840.000
Nilai Disusutkan
0
160.000.000
96.000.000
57.600.000
34.560.000
20.736.000
Nilai Buku
400.000.000
240.000.000
144.000.000
86.400.000
51.840.000
31.104.000
Pada akhir tahun 2013, akumulasi penyusutan komputer berdasarkan metode garis
lurus
sebesar
Rp
240.000.000,
(penjumlahan
penyusutan
tahun
2011,2012,2013)
Rp 73.600.000
Rp 72.600.000.
Mesin
.
Contoh pengungkapan berdasarkan
penyusutan seperti tersebut diatas, dari metode garis lurus, menjadi metode saldo menurun,
adalah sebagai berikut :
14
Pada tahun anggaran 2013, pemerintah Kota Makassar, telah menetapkan perubahan
kebijakan akuntansi khusus mengenai metode penyusutan Aset Tetap- Peralatan dan Mesin,
dari metode garis lurus menajdi metode saldo menurun, dengan alasan agar diperoleh nilai
wajar yang mendekati sebenarnya, karena komputer dan UPS lebih cepat obsolet. Adapun
pengaruh perubahan kebijakan akuntansi metode penyusutan tersebut, terdapat perbedaan
nilai wajar sebagai berikut :
URAIAN
Nilai perolehan awal
Akumulasi penyusutan sd Desember
2013
Nilai wajar pada 31 Des. 2013
METODE GARIS
METODE SALDO
LURUS
400.000.000,00
MENURUN
400.000.000,00
240.000.000,00
160.000.000,00
313.600.000,00
86.400.000,00
Jadi nilai wajar Aset Tetap berupa komputer dan pheriperalnya pada 31 Desember 2013
adalah sebesar Rp 86.400.000,00. Perbedaan tersebut telah dikoreksikan pada akun yang
bersangkutan.
15
BAB IV
PERISTIWA LUAR BIASA
A. Definisi
Peristiwa Luar Biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari
aktivitas biasa atau normal suatu entitas dan karenanya tidak diharapkan terjadi dan berada
di luar kendali atau pengaruh entitas sehingga memiliki dampak yang signifikan terhadap
realisasi anggaran atau posisi aset/kewajiban.
Di lingkungan entitas pemerintahan, penanggulangan bencana alam dan sosial
termasuk aktivitas biasa.
Peristiwa yang berada di luar kendali atau pengaruh entitas adalah kejadian yang
sukar diantisipasi dan oleh karena itu tidak dicerminkan di dalam anggaran.
Dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran karena peristiwa luar biasa
terpenuhi apabila kejadian dimaksud secara tunggal menyebabkan penyerapan sebagian
besar belanja tak tersangka atau dana darurat sehingga memerlukan perubahan/pergeseran
anggaran secara mendasar.
b. Syarat
Peristiwa luar biasa harus memenuhi seluruh persyaratan berikut:
(a)
(b)
(c)
(d)
Memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau posisi aset/kewajiban
c. Pengungkapan
Hakikat, jumlah dan pengaruh yang diakibatkan oleh peristiwa luar biasa harus
diungkapkan secara terpisah dalam Catatan atas laporan keuangan.
Contoh :
Pada bulan Mei 2006 telah terjadi gempa dengan skala 5,9 Richter di wilayah propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan propinsi Jawa Tengah, dimana wilayah Kabupaten Bantul
mengalami kerusakan yang paling parah, yang mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan
infra struktur dan sentra-sentra industri dan perekonomian masyarakat. Kondisi tersebut
mengakibatkan kerugian yang sangat besar pada infra struktur pemerintah (jalan, jembatan,
irigasi, perumahan, gedung kantor dsb). Oleh karena itu
akan menimbulkan
disatu sisi
menurunnya potensi Pendapatan Asli daerah (PAD) dan dilain sisi meningkatnya kebutuhan
dana untuk bantuan sosial kepada masyarakat dan dana untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.
16
PENUTUP
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19