Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................2
A.
Latar Belakang..................................................................................2
B.
Tujuan................................................................................................2
BAB II AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN......................................................3
C.
Definisi..............................................................................................3
D.
Klasifikasi..........................................................................................3
E.
Pihak-Pihak Terkait............................................................................4
F.
Dokumen Yang Digunakan................................................................4
G.
Jurnal Standar Dan Ilustrasi...............................................................4
BAB III PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI................................................14
A.
Perubahan Kebijakan Akuntansi......................................................14
B.
Hal-Hal Yang Bukan Termasuk Perubahan Kebijakan Akuntansi......14
C.
Pengungkapan................................................................................14
BAB IV PERISTIWA LUAR BIASA...................................................................17
A.
Definisi............................................................................................17
B.
Syarat..............................................................................................17
C.
Pengungkapan................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Dalam

penyusunan

dan

pelaporan

keuangan

adakalahnya

terjadi

kesalahan dalam pencatatan transaksi keuangan yang secara signifikan akan


berpengaruh terhadap kondisi kinerja suatu entitas. Kesalahan yang terjadi dalam
pencatatan akuntansi mengakibatkan informasi yang disajikan dalam bentuk
laporan keuangan menjadi bias. Oleh karena itu, penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang relefan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan entitas pelaporan. Untuk
menjaga informasi laporan keuangan tidak menyesatkan maka laporan keuangan
harus bebas dari kesalahan.
Tujuan Akuntansi Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi dan
Peristiwa Luar Biasa adalah untuk mengatasi permasalahan terkait kejadian
seperti yang telah disebutkan diatas agar laporan keuangan bisa menyediakan
informasi yang lebih relevan.
b. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Pemerintah dan juga menambah wawasan dalam bidang akuntansi
pemerintah khususnya akuntansi pendapatan.

BAB II
AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN

c. Definisi
Koreksi merupakan tindakan pembetulan secara akuntansi agar akun/pos yang tersaji
dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya. Kesalahan
merupakan penyajian akun/pos yang secara signifikan tidak sesuai dengan yang seharusnya
yang mempengaruhi laporan keuangan periode berjalan atau periode sebelumnya. Sehingga
koreksi kesalahan merupakan tindakan untuk membetulkan kesalahan penyajian dalam suatu
akun/pos. Koreksi kesalahan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
Ada beberapa penyebab bisa terjadinya kesalahan. Antara lain disebabkan karena
keterlambatan penyampaian bukti transaksi oleh pengguna anggaran, kesalahan hitung,
kesalahan penerapan standar dan akuntansi, kelalaian, dan lain-lain. Kesalahan juga bisa
ditemukan di periode yang sama saat kesalahan itu dibuat, namun bisa pula ditemukan pada
periode di masa depan. Itulah sebabnya akan ada perbedaan perlakuan terhadap beberapa
kesalahan tersebut.
d. Klasifikasi
Ditinjau dari sifat kejadiannya, kesalahan dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis:
1. Kesalahan tidak berulang
Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi
kembali. Kesalahan ini dikelompokkan kembali menjadi 2 (dua) jenis:

a. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan


b. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya
2. Kesalahan berulang
Kesalahan berulang merupakan kesalahan yang disebabkan sifat alamiah
(normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara
berulang. Misalnya penerimaan pajak dari wajib pajak yang memerlukan koreksi
sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran dari wajib pajak.
Sistem akuntansi koreksi kesalahan yang diatur dalam modul ini adalah sistem
akuntansi koreksi kesalahan yang terjadi di SKPD dan sistem akuntansi koreksi
kesalahan yang terjadi di PPKD. Penyebab terjadinya kesalahan antara lain
disebabkan karena keterlambatan penyampaian bukti transaksi oleh pengguna
anggaran, kesalahan hitung, kesalahan penerapan standar dan akuntansi, kelalaian,
dan lain-lain. Kesalahan juga bisa ditemukan di periode yang sama saat kesalahan itu
dibuat, namun bisa pula ditemukan pada periode di masa depan. Itulah sebabnya
akan ada perbedaan perlakuan terhadap beberapa kesalahan tersebut. Dari sifat

kejadiannya, koreksi kesalahan dapat terjadi berulang dan tidak berulang.


Berikut disajikan tabel atas koreksi kesalahan :
Sifat

Kelompok

Jenis

Batasan

Kesalahan Terjadi pada


Tidak

periode

Berulang

berjalan
Terjadi pada
periode

Laporan

Keuangan

Belum diterbitkan

sebelumnya
Laporan

Keuangan

Sudah Diterbitkan

Sudah ditetapkan dalam Perda


(PSAP Nomor 10 Paragraf 29)

Kesalahan
berulang

a.
e. Pihak-Pihak Terkait
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi koreksi kesalahan di SKPD terdiri atas :

1. PPK-SKPD dan
2. PA/KPA.
Sedangkan pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi koreksi kesalahan di PPKD
terdiri atas :

1. Fungsi Akuntansi PPKD dan


2. PPKD.
f.

Dokumen Yang Digunakan


Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi kewajiban antara lain :

1. Peraturan Kepala Daerah tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah;


2. Bukti Memorial/Dokumen lain yang dipersamakan;
3. SP2D.
g. Jurnal Standar Dan Ilustrasi

1. Kesalahan tidak berulang


a. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan
Kesalahan jenis ini, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak,
dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam periode berjalan.

Baik pada akun pendapatan LRA, belanja, pendapatan LO, maupun beban.

Ilustrasi :
Pengembalian

pendapatan

hibah

yang

diterima

pada

tahun

yang

bersangkutan kepada pemerintah pusat karena terjadi kesalahan pengiriman oleh


pemerintah pusat.

Jurnal Semula:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
XXX

Nomor Kode
Bukti
XXX

Uraian

1.1.1.01. Kas di Kas Daerah


01
8.3.1.01.
Pendapatan Hibah dari
01

Debit

Kredit

XXX
XXX

Pemerintah - LO

Jurnal LRA
Tanggal
XXX

Nomor Kode
Bukti
XXX

0.0.0.00.
00
4.3.1.01.
01

Uraian
Perubahan SAL
Pendapatan Hibah dari

Debit

Kredit

XXX
XXX

Pemerintah -LRA

Jurnal Koreksi :

Jurnal LO dan Neraca


Tanggal
XXX

Nomor Kode
Bukti
XXX

Uraian

8.3.1.01. Pendapatan Hibah dari


01
Pemerintah - LO
1.1.1.01.

Debit

Kredit

XXX

Kas di Kas Daerah

XXX

01
Jurnal LRA
Tanggal
XXX

Nomor Kode
Bukti
XXX

Uraian

4.3.1.01. Pendapatan Hibah dari


01
Pemerintah -LRA
0.0.0.00.
00

Debit

Kredit

XXX

Perubahan SAL

XXX

b. Kesalahan Tidak Berulang yang Terjadi Pada Periode Sebelumnya

Kesalahan jenis ini bisa terjadi pada saat yang berbeda, yakni yang terjadi dalam
periode sebelumnya namun laporan keuangan periode tersebut belum diterbitkan dan
yang terjadi dalam periode sebelumnya dan laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan. Keduanya memiliki perlakuan yang berbeda.
1) Koreksi - Laporan Keuangan Belum Diterbitkan
Apabila laporan keuangan belum diterbitkan, maka dilakukan dengan pembetulan
pada akun yang bersangkutan, baik pada akun pendapatan-LRA atau akun
belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun beban.
Ilustrasi :
Terjadi pengembalian belanja pegawai tahun lalu karena salah penghitungan
jumlah gaji.
Jurnal semula :
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri
Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal

Nomor Kode
Bukti

XXX

XXX

9.1.1.XX.
XX
3.1.3.01.
01

Uraian
Beban Pegawai - LO

Debit

Kredit

XXX

RK PPKD

XXX

Jurnal LRA
Tanggal

Nomor Kode
Bukti

XXX

XXX

5.1.1.XX.
XX
0.0.0.00.

Uraian
Belanja Pegawai - LRA

Debit

Kredit

XXX

Perubahan SAL

XXX

00

Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri


Nomor 13 Tahun 2006)
Jurnal LRA
Tanggal
XXX

Nomor Kode
Bukti
XXX

5.1.1.XX.
XX
0.0.0.00.

Uraian
Belanja Pegawai
Perubahan SAL

Debit

Kredit

XXX
XXX

00

Jurnal Koreksi:

Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri


Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal

Nomor Kode
Bukti

XXX

XXX

Uraian

1.1.1.01. Kas di Kas Daerah


01
8.3.3.01.
Pendapatan Lainnya - LO

Debit

Kredit

XXX
XXX

02

Tanggal

Nomor Kode
Uraian
Bukti
0.0.0.00.0 Perubahan SAL
XXX
0
4.3.X.XX.
Lain-lain Pendapatan
XX
Daerah yang Sah - LRA

XXX

Debit

Kredit

XXX
XXX

Jurnal LRA
Tanggal

Nomor Kode
Uraian
Bukti
0.0.0.00.
XXX
XXX
Perubahan SAL
00
4.3.3.01.
Pendapatan Lainnya - LRA
02
2) Koreksi - Laporan Keuangan sudah Diterbitkan

Debit

Kredit

XXX
XXX

Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga mengakibatkan


penerimaan kembali belanja) yang tidak berulang yang terjadi pada periodeperiode sebelumnya dan menambah posisi kas, apabila laporan keuangan periode
tersebut

sudah

diterbitkan

(Peraturan

Daerah/Peraturan

Kepala

Daerah

Pertanggungjawaban), dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lainlain-LRA. Dalam hal mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan
pembetulan pada akun Saldo Anggaran Lebih.

Ilustrasi :
Terjadi pengembalian belanja pegawai tahun lalu karena salah penghitungan
jumlah gaji.
Jurnal semula:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri
Nomor 64 Tahun 2013)

Jurnal LO dan Neraca


Tanggal

Nomor Kode
Bukti

XXX

XXX

Uraian

Debit

9.1.1.01. Beban Gaji Pokok PNS - LO


1.1.1.03.
Kas di Bendahara
01
01

Kredit

XXX
XXX

Pengeluaran

Jurnal LRA
Tanggal

Nomor Kode
Bukti

XXX

XXX

Uraian

Debit

5.1.1.010
Belanja Gaji Pokok PNS- LRA
1
0.0.0.00.
Perubahan SAL

Kredit

XXX
XXX

00

Jurnal LRA
Tanggal
XXX

Nomor Kode
Uraian
Bukti
5.1.1.01. Belanja Gaji Pokok PNS - LRA
XXX
0.0.0.00.
01
Perubahan SAL
00

Debit

Kredit

XXX
XXX

Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri


Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
XXX

Nomor Kode
Uraian
Bukti
1.1.1.01. Kas di Kas Daerah
XXX
3.1.1.01.
Ekuitas
01

Debit

Kredit

XXX
XXX

01

Jurnal LRA
Tanggal
XXX

Asumsi

Nomor Kode
Uraian
Bukti
XXX
0.0.0.00.0 Perubahan SAL
0.2.1.00.0
Surplus/Defisit LRA

pelaksanaan

anggaran

mengikuti

kode

Debit
XXX

rekening

Kredit
XXX

anggaran

(Permendagri Nomor 13 Tahun 2006)

Jurnal LRA
Tanggal
XXX

Nomor Kode
Uraian
Bukti
XXX
0.0.0.00.0 Perubahan SAL
Surplus / Defisit

Debit
XXX

Kredit
XXX

Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan yang tidak berulang yang


terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi
posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan,
dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun ekuitas.

Ilustrasi :
Pengembalian pendapatan dana alokasi umum karena kelebihan transfer oleh
Pemerintah Pusat
Jurnal semula :
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri
Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
XXX

Nomor Kode
Uraian
Bukti
1.1.1.01. Kas di Kas Daerah
XXX
01
8.2.1.03.
Dana Alokasi Umum - LO

Debit

Kredit

XXX
XXX

01

Jurnal LRA
Tanggal

Nomor Kode
Bukti

XXX

XXX

Uraian

Debit

0.0.0.00. Perubahan SAL


4.2.1.03.
Dana Alokasi Umum - LRA
00

Kredit

XXX
XXX

01

Asumsi

pelaksanaan

anggaran

mengikuti

kode

rekening

anggaran

(Permendagri Nomor 13 Tahun 2006)


Jurnal LRA

Tanggal
XXX

Nomor Kode
Uraian
Bukti
XXX
0.0.0.00.0 Perubahan SAL
4.2.2.01.0
Dana Alokasi Umum

Debit
XXX

Kredit
XXX

Jurnal Koreksi
Asumsi Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri
Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
XXX

Nomor Kode
Uraian
Bukti
XXX
3.1.1.01.0 Ekuitas
1.1.1.01.0
Kas di Kas Daerah...
1

Debit

Kredit

XXX
XXX

Jurnal LRA
Tanggal
XXX

Asumsi

Nomor Kode
Uraian
Bukti
XXX
0.2.1.00.0 Surplus / Defisit LRA
0.0.0.00.0
Perubahan SAL

Pelaksanaan

anggaran

mengikuti

kode

Debit
XXX

rekening

Kredit
XXX

anggaran

(Permendagri Nomor 13 Tahun 2006)


Jurnal LRA
Tanggal
XXX

Nomor Kode
Uraian
Bukti
XXX
0.2.1.00.0 Surplus / Defisit
0.0.0.00.0
Perubahan SAL

Debit
XXX

Kredit
XXX

2. Kesalahan Berulang
Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan sifat alamiah
(normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara
berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang memerlukan
koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran dari wajib
pajak.
Kesalahan berulang tidak memerlukan koreksi melainkan dicatat pada saat terjadi
pengeluaran kas untuk mengembalikan kelebihan pendapatan dengan mengurangi
pendapatan-LRA maupun pendapatan-LO yang bersangkutan.

10

Ilustrasi:
Pada tanggal 15 April 2015, DPPKAD menerima pendapatan pajak hotel bulan maret
dari Hotel Maleo sebesar Rp.25.000.000,Asumsi Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri Nomor
64 Tahun 2013)
Jurnal - LO Dan Neraca
Tanggal

Nomor
Bukti

15-04-2015

Kode

Uraian
Rekening
1.1.1.02.01Kas di Kas Daerah
8.1.1.06.01

Debit

Kredit

25.000.000

Pajak Hotel - LO

25.000.000

Jurnal - LRA
Nomor
Tanggal

Bukti

15-04-2015

Kode
Rekening

Uraian

0.0.0.00.00 Perubahan SAL


4.1.1.06.01 Pajak Hotel - LRA

Debit

Kredit

25.000.000
25.000.000

Asumsi Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri


Nomor 13 Tahun 2006)

Jurnal - LRA
Nomor
Tanggal

Bukti

15-04-2015

Kode
Rekening

Uraian

0.0.0.00.00 Perubahan SAL


4.1.1.06.01
Pajak Hotel

Debit

Kredit

25.000.000
25.000.000

Ilustrasi:
Pada tanggal 25 April 2015, atas pajak hotel yang diterima dari Hotel Maleo dan
terjadi kelebihan pembayaran sebesar Rp7.000.000,00.
Asumsi Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri Nomor
64 Tahun 2013)
Jurnal - LO Dan Neraca

11

Nomor
Tanggal

Bukti

25-04-15

Kode
Uraian

Rekening

BM

8.1.1.06.01 Pajak Hotel - LO


1.1.1.02.01

Debit

Kredit

7.000.000

Kas di Kas Daerah

7.000.000

Jurnal - LRA
Tanggal

Nomor

Kode

Bukti

Rekening

25-04-15 BM

Uraian

4.1.1.06.01 Pajak Hotel - LRA


0.0.0.00.00

Debit

Kredit

7.000.000

Perubahan SAL

7.000.000

Asumsi Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri


Nomor 13 Tahun 2006)
Jurnal - LRA
Nomor

Kode

Bukti

Rekening

Tanggal
25-04-15 BM

4.1.1.06.01
0.0.0.00.00

Uraian
Pajak Hotel
Perubahan SAL

Debit

Kredit

7.000.000
7.000.000

Ilustrasi:
Pada tanggal 20 Mei 2015, ditemukan kesalahan pencatatan belanja cetak sebesar
Rp 5.400.000,00 (transaksi 19 April 2015),- yang seharusnya belanja ATK sebesar Rp
4.500.000,00 dengan menggunakan UP/GU.
Jurnal Semula :
Asumsi Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri Nomor
64 Tahun 2013)
Jurnal - LO dan Neraca

12

Nomor

Tanggal

Kode

Uraian

Debit

Kredit

Rekening
19-04-15 BKK

9.1.2.06.01 Beban Cetak - LO


1.1.1.03.01

5.400.000

Kas di Bendahara
Pengeluaran

5.400.000

Jurnal - LRA
Tanggal

Kode

Nomor

Uraian

Debit

Kredit

Rekening
19-04-15 BKK

5.1.2.06.0

Belanja Cetak -

0.0.0.00.0
1
0

5.400.000

LRA
Perubahan SAL

5.400.000

Asumsi Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri


Nomor 13 Tahun 2006)
Jurnal - LRA
Tanggal

Nomor

Kode

Uraian

Debit

Kredit

Rekening
19-04-15 BKK

5.2.2.06. Belanja Cetak


0.0.0.00.
Perubahan SAL
01

5.400.000
5.400.000

00

Jurnal Koreksi :
Asumsi Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri Nomor
64 Tahun 2013)
Jurnal - LO Dan Neraca

13

Nomor
Tanggal

Bukti

25-05-15 BKK

Kode
Rekening

Uraian

1.1.1.03.01 Kas di Bendahara


9.1.2.01.01 Beban
Persediaan ATK - LO
Pengeluaran
9.1.2.06.01
Beban Cetak - LO

Debit

Kredit

900.000
4.500.000
5.400.000

Jurnal - LRA
Tanggal

Nomor

Kode

Uraian

Debit

Kredit

Rekening
25-04-

BKK

15

5.1.2.01.0 Belanja ATK - LRA


0.0.0.00.0 Perubahan SAL
1
5.1.2.06.0
0
1

4.500.000
900.000

Belanja Cetak - LRA

5.400.000

Jurnal LRA
Tanggal

Nomor

Kode

Uraian

Debit

Kredit

Rekening
25-0415

BKK

5.1.2.01.0 Belanja ATK


0.0.0.00.0
Perubahan SAL
1
5.2.2.06.0
0
1

Belanja Cetak

4.500.000
900.000
5.400.000

14

BAB III
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

A. Perubahan Kebijakan Akuntansi


Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila penerapan
suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau
standar akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa perubahan
tersebut akan menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, atau
arus kas yang lebih relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan keuangan entitas.
b. Hal-Hal Yang Bukan Termasuk Perubahan Kebijakan Akuntansi
Perubahan kebijakan akuntansi tidak mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau kejadian yang secara substansi
berbeda dari peristiwa atau kejadian sebelumnya; dan

2. adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk kejadian atau transaksi yang
sebelumnya tidak ada atau yang tidak material.
Timbulnya suatu kebijakan untuk merevaluasi aset merupakan suatu perubahan
kebijakan akuntansi. Namun demikian, perubahan tersebut harus sesuai dengan standar
akuntansi terkait yang telah menerapkan persyaratan-persyaratan sehubungan dengan
revaluasi.
c. Pengungkapan
Perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruhnya harus diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
Perubahan kebijakan akuntansi misalnya antara lain adalah perubahan metode
penyusutan dan metode penilaian persediaan. Penyusutan adalah penyesuaian nilai
sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset sehingga diperoleh
nilai wajar. Jadi penyusutan bukan merupakan metode alokasi biaya untuk memupuk dana
dalam rangka penggantian aset tetap. Dengan demikian, apabila dilakukan

penyusutan

terhadap aset tetap, maka tidak berhubungan dengan beban belanja, dan oleh karena itu
perubahan kebijakan terhadap penyusutan tersebut tidak mempengaruhi laporan ralisasi
anggaran.
Contoh:

13

Pemkot Makassar membeli Komputer dan UPS pada bulan Desember 2010 senilai Rp 200
juta. Pada tahun 2010 Pemkot Makassar menetapkan kebijakan akuntansi dengan
menerapkan penyusutan untuk peralatan dan mesin menggunakan metode garis lurus.
Estimasi masa manfaat komputer tersebut 5 tahun. Dalam perjalanan waktu, pada tahun
2013 Pemkot Makassar memutuskan untuk mengubah Kebijakan Akuntansi Penyusutan
Peralatan dan Mesin (termasuk komputer) dari metode garis lurus (straight line method)
menjadi metode penyusutan saldo menurun (double declining method)
Terhadap perubahan kebijakan akuntansi tersebut, disusun perhitungan penyusutan
sebagai berikut:
Perhitungan menurut metode garis lurus
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015

Perhitungan
20 % X Rp 400.000.000
20 % X Rp 400.000.000
20 % X Rp 400.000.000
20 % X Rp 400.000.000
20 % X Rp 400.000.000

Nilai Disusutkan
0
80.000.000
80.000.000
80.000.000
80.000.000
80.000.000

Nilai Buku
400.000.000
320.000.000
240.000.000
160.000.000
80.000.000
0

Perhitungan menurut metode saldo menurun :


Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015

Perhitungan
40 % X Rp 400.000.000
40 % X Rp 240.000.000
40 % X Rp 144.000.000
40 % X Rp 86.400.000
40 % X Rp 51.840.000

Nilai Disusutkan
0
160.000.000
96.000.000
57.600.000
34.560.000
20.736.000

Nilai Buku
400.000.000
240.000.000
144.000.000
86.400.000
51.840.000
31.104.000

Pada akhir tahun 2013, akumulasi penyusutan komputer berdasarkan metode garis
lurus

sebesar

Rp

240.000.000,

(penjumlahan

penyusutan

tahun

2011,2012,2013)

berdasarkan metode saldo menurun sebesar Rp 313.600.000 (penjumlahan penyusutan


tahun 2011,2012,2013), terdapat selisih sebesar Rp 73.600.000,.
Dengan perhitungan tersebut di atas, pada akhir tahun 2013 terdapat perbedaan
jumlah akumulasi penyusutan sebesar Rp 73.600.000, sehingga nilai wajar aset tetap dengan
metode garis lurus terlalu tinggi sebesar nilai tersebut, sehingga harus dibuat jurnal
penyesuaian sebagai berikut:
Diinvestasikan dalam Aset tetap
Akumulasi Penyusutan-Peralatan dan

Rp 73.600.000
Rp 72.600.000.

Mesin
.
Contoh pengungkapan berdasarkan

ilustrasi perubahan kebijakan akuntansi

penyusutan seperti tersebut diatas, dari metode garis lurus, menjadi metode saldo menurun,
adalah sebagai berikut :

14

Pada tahun anggaran 2013, pemerintah Kota Makassar, telah menetapkan perubahan
kebijakan akuntansi khusus mengenai metode penyusutan Aset Tetap- Peralatan dan Mesin,
dari metode garis lurus menajdi metode saldo menurun, dengan alasan agar diperoleh nilai
wajar yang mendekati sebenarnya, karena komputer dan UPS lebih cepat obsolet. Adapun
pengaruh perubahan kebijakan akuntansi metode penyusutan tersebut, terdapat perbedaan
nilai wajar sebagai berikut :

URAIAN
Nilai perolehan awal
Akumulasi penyusutan sd Desember
2013
Nilai wajar pada 31 Des. 2013

METODE GARIS

METODE SALDO

LURUS
400.000.000,00

MENURUN
400.000.000,00

240.000.000,00
160.000.000,00

313.600.000,00
86.400.000,00

Jadi nilai wajar Aset Tetap berupa komputer dan pheriperalnya pada 31 Desember 2013
adalah sebesar Rp 86.400.000,00. Perbedaan tersebut telah dikoreksikan pada akun yang
bersangkutan.

15

BAB IV
PERISTIWA LUAR BIASA

A. Definisi
Peristiwa Luar Biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari
aktivitas biasa atau normal suatu entitas dan karenanya tidak diharapkan terjadi dan berada
di luar kendali atau pengaruh entitas sehingga memiliki dampak yang signifikan terhadap
realisasi anggaran atau posisi aset/kewajiban.
Di lingkungan entitas pemerintahan, penanggulangan bencana alam dan sosial
termasuk aktivitas biasa.
Peristiwa yang berada di luar kendali atau pengaruh entitas adalah kejadian yang
sukar diantisipasi dan oleh karena itu tidak dicerminkan di dalam anggaran.
Dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran karena peristiwa luar biasa
terpenuhi apabila kejadian dimaksud secara tunggal menyebabkan penyerapan sebagian
besar belanja tak tersangka atau dana darurat sehingga memerlukan perubahan/pergeseran
anggaran secara mendasar.
b. Syarat
Peristiwa luar biasa harus memenuhi seluruh persyaratan berikut:
(a)

Tidak merupakan kegiatan normal dari entitas

(b)

Tidak diharapkan terjadi dan tidak diharapkan terjadi berulang

(c)

Berada di luar kendali atau pengaruh entitas

(d)

Memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau posisi aset/kewajiban

c. Pengungkapan
Hakikat, jumlah dan pengaruh yang diakibatkan oleh peristiwa luar biasa harus
diungkapkan secara terpisah dalam Catatan atas laporan keuangan.
Contoh :
Pada bulan Mei 2006 telah terjadi gempa dengan skala 5,9 Richter di wilayah propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan propinsi Jawa Tengah, dimana wilayah Kabupaten Bantul
mengalami kerusakan yang paling parah, yang mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan
infra struktur dan sentra-sentra industri dan perekonomian masyarakat. Kondisi tersebut
mengakibatkan kerugian yang sangat besar pada infra struktur pemerintah (jalan, jembatan,
irigasi, perumahan, gedung kantor dsb). Oleh karena itu

akan menimbulkan

disatu sisi

menurunnya potensi Pendapatan Asli daerah (PAD) dan dilain sisi meningkatnya kebutuhan
dana untuk bantuan sosial kepada masyarakat dan dana untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.

16

PENUTUP

Suatu kesalahan yang terjadi dalam pencatatan akuntansi mengakibatkan informasi


yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi bias. Oleh karena itu perlu adanya
mekanisme untuk membetulkan kesalahan tersebut. Dengan adanya koreksi kesalahan
membuat laporan keuangan lebih relevan dan andal sehingga tidak menyesatkan.
Apabila ada perubahan kebijakan akuntansi dari periode sebelumnya maka
kemungkinan akan mempengaruhi posisi keuangan secara material. Pengaruh yang material
terhadap laporan keuangan tersebut harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Disamping itu, kemungkinan terjadi peristiwa luar biasa yang mempengaruhi kondisi
kinerja keuangan suatu entitas secara signifikan. Dalam rangka full disclosure maka dalam
laporan keuangan harus diungkapkan dampak peristiwa luar biasa tersebut terhadap kondisi
kinerja keuangan.

17

DAFTAR PUSTAKA

Modul 3- Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah tentang Koreksi Kesalahan


PSAP No 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan dan Peristiwa
Luar Biasa

18

19

Anda mungkin juga menyukai