E.
di Kuadran I untuk bergerak jauh dari keunggulan kompetitif yang dimilikinya saat ini. Ketika
organisasi pada Kuadran I memiliki sumber daya yang berlebih, maka integrasi ke belakang, ke
depan, atau horizontal dapat menjadi strategi yang efektif. Bila perusahaan pada Kuadran I
terlalu berkomitmen pada pada suatu produk, maka diversifikasi konsentrik dapat mengurangi
resiko yang berhubungan dengan lini produk yang sempit.
Perusahaan pada Kuadran II perlu mengevaluasi pendekatan mereka saat ini terhadap pasar
secara serius. Walaupun industri mereka bertumbuh, mereka tidak mampu untuk bersaing secara
efektif, dan mereka perlu menentukan ,mengapa pendekatan perusahaan saat ini tidak efektif
dan bagaimana perusahaan dapat berubah dengan cara terbaik untuk memperbaiki daya saingnya.
Karena perusahaan pada Kuadran II berada pada industri yang pasarnya tumbuh secara cepat,
strategi intensif (bukannya integrative atau diversifikasi) biasanya menjadi pilihan pertama yang
dipikirkan. Tetapi, jika perusahaan tidak memiliki kompetensi yang unik atau keunggulan
kompetitif, maka integrasi horizontal sering menjadi alternatif yang disukai. Sebagai jalan
terakhir Divestasi dan likuidasi merupakan cara yang dapat dipertimbangkan. Divestasi dapat
memberikan dana yang dibutuhkan untuk memmbeli bisnis lain atau membeli kembali saham
perusahaan.
Perusahaan di Kuadran III bersaing dalam industri yang tumbuh dengan lambat dan
memiliki posisi kompetitif yang lemah. Perusahaan-perusahaan ini harus membuat perubahan
drastis untuk menghindari penurunan yang lebih jauh dan kemungkinan likuidasi. Pengurangan
asset dan biaya secara ekstensif (retrenchment) harus dilakukan terlebih dahulu. Alternatif lain
yaitu melakukan diverifikasi untuk mengalihkan sumber daya dari bisnis ke bidang lain, jika gagal
alternatif seperti seperti divestasi atau likuidasi dapat dilakukan.
Untuk Kuadran IV, perusahaan memiliki posisi kompetitif yang kuat dalam industri yang
tumbuh lambat. Perusahaan ini memiliki kekuatan untuk memperkenalkan program yang
terdiverifikasi ke area yang pertumbuhannya menjanjikan. Perusahaan di Kuadran IV memiliki
tingkat arus kas yang tinggi dan kebutuhan untuk tumbuh secara internal yang terbatas dan
sering kali dapat menjalankan strategi diverifikasi dengan sukses. Perusahaan tersebut juga
dapat menjalankan joint venture
Matrik Grand Strategi pada organisasi non profit dapat digunakan. Namun harus
dimodifikasi dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi pemerintahan yang
menggunakan. Pada organisasi profit terdapat dua dimensi evaluative yaitu pertumbuhan pasar
dan posisi kompetitif dengan 4 kuadran yang didalamnya terdapat strategi yang dapat digunakan.
SEKTOR PUBLIK
Bila matrix ini digunakan dalam sektor publik, ada 2 kemungkinan :
1. Variabel tetap : market growth dan competitive position, namun strategi di masing-masing
kuadran berbeda dengan yang diterapkan pada swasta.
2. Variabel berubah namun tetap sesuai dengan karakteristiknya
Contoh penerapan di Departemen Perindustrian :
Sehubungan dengan diterapkannya China-ASEAN Free Trade Agreement pada 1 Januari 2010,
sektor perindustrian di Indonesia cukup terkena imbas yang negative, salah satunya sektor
industri tekstil. Oleh karena itu, Departemen Perindustrian akan merancang suatu strategi untuk
memacu industri tekstil agar dapat bersaing di era pasar bebas saat ini.
Dengan membuat Grand Strategy Matrix diatas, Departemen Perindustrian mengklasifikasikan
variable-variabel didalamnya sebagai berikut :
1.
Market Growth
Dengan melihat pertumbuhan pasar tekstil negara-negara ASEAN dan China. Jika dilihat dari
pertumbuhan pasar, industri tekstil mempunyai pertumbuhan pasar yang tinggi dimana China
merupakan pemain terbesar dibanding negara-negara ASEAN termasuk Indonesia.
2. Competitive Position
Posisi kompetitif adalah posisi Indonesia dalam sektor industri tekstil dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN lainnya dan China. Indonesia saat ini berada di posisi kompetitif yang
lemah.
Kesimpulannya, Indonesia berada di Kuadaran II, dimana posisi kompetitif lemah namun berada di
industri yang pertumbuhannya tinggi. Oleh karena itu Departemen Perindustrian harus mengambil
inisiatif strategi agar posisi kompetitif industri tekstil nasional mengalami peningkatan, seperti
insentif fiskal untuk para pengusaha industri tekstil, memberikan kemudahan kredit perbankan
bagi sektor industri tekstil, dan sebagainya.
Kemungkinan kedua, yaitu : variabel berbeda dengan yang diterapkan pada swasta namun tetap
sesuai dengan karakteristiknya. Karakteristik dari variable grand strategy matrix, yaitu :
1. Market Growth mempunyai karakteristik sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi pemilihan
strategi.
2. Competitive Position mempunyai karakteristik sebagai faktor internal yang mempengaruhi
pemilihan strategi.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
Tahap I TRUST BUILDING (2005 2010). Keberhasilan Polri dalam menjalankan tugas
memerlukan dukungan masyarakat dengan landasan kepercayaan (trust).
Tahap II PARTNERSHIP BUILDING (2011 2015). Merupakan kelanjutan dari tahap pertama, di
mana perlu dibangun kerjasama yang erat dengan berbagai pihak yang terkait dengan pekerjaan
Polri.
Tahap III STRIVE FOR EXCELLENCE (2016 2025). Membangun kemampuan pelayanan publik
yang unggul dan dipercaya masyarakat. Dengan demikian kebutuhan masyarakat akan pelayanan
Polri yang optimal dapat diwujudkan.
1.
Pertanyaan diskusi;
Pada kondisi seperti apa strategi kombinasi diterapkan ?
Perlu diketahui bahwa Glueck, meyakini bahwa strategi perusahaan pada dasarnya
dapat dikategorikan ke dalam empat strategi generik, yaitu: strategi stabilitas (stability),
ekspansi (expansion), penciutan (retrenchment), dan kombinasi (combination) dari ketiganya.
(Umar, 1999).
1. Strategi Stabilitas (stability)
Pada prinsipnya, strategi ini menekankan pada tidak bertambahnya produk, pasar dan
fungsi-fungsi perusahaan karena berusaha untuk meningkatkan efisiensi di segala bidang
dalam rangka meningkatkan kinerja dan keuntungan. Strategi ini relatif rendah resiko dan
biasanya dilakukan untuk produk yang tengah berada pada posisi matang/dewasa (maturity).
2. Strategi Ekspansi (expansion)
Strategi ekspansi menekankan pada penambahan atau perluasan produk, pasar dan fungsi
dalam perusahaan sehingga aktivitas perusahaan meningkat. Tetapi selain keuntungan yang
ingin diraih lebih besar, strategi ini juga mengandung resiko kegagalan yang tidak kecil.
3. Strategi Penciutan (retrenchment)
Strategi penciutan dimaksudkan untuk melakukan pengurangan atas pasar maupun
fungsi-fungsi dalam perusahaan yang memiliki aliran keuangan (cash-flow) negatif. Biasanya
strategi ini diterapkan pada perusahaan yang berada pada tahap menurun (decline).
4. Strategi Kombinasi (combination)
Oleh karena berbagai perubahan eksternal seringkali hadir secara tidak seragam (dan
bahkan terkadang sulit diduga) terhadap berbagai lini produk (product line) yang dihasilkan
suatu perusahaan seperti daur hidup produk (product life cycle) yang tidak seragam, maka
perusahaan tersebut dapat saja melakukan kombinasi atas ketiga jenis strategi di atas secara
bersama.
2.
Kapan digunakan matrik SWOT, BCG dan GE dilihat dari tingkatan strategi ?
Matrik SWOT paling umum digunakan pada strategi tingkat korporat sebagai kerangka logis
yang mengarahkan pembahasan dan refleksi mengenai situasi dan alternatif dasar suatu
perusahaan. Analisis ini seringkali dilakukan sebagai rangkaian dari diskusi kelompok
manajerial. SWOT menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis
perusahaan.
Matrik BCG digunakan pada strategi tingkat unit bisnis yang memplot setiap bisnis
perusahaan beserta tingkat pertumbuhan pasar dan posisi kompetitif relatif. Teknik ini
mencoba membantu para manajer menyeimbangkan arus kas di antara bisnis-bisnis yang
beragam sekaligus mengidentifikasikan tujuan mereka. Tingkat pertumbuhan pasar
merupakan proyeksi tingkat pertumbuhan penjualan untuk pasar yang dilayani oleh suatu
bisnis. Biasanya, indicator ini diukur sebagai persentase kenaikan dalam penjualan atau
volume unit selama dua tahun terakhir. Tingkat pertumbuhan ini berfungsi sebagai indicator
daya tarik relatif dari pasar yang dilayani oleh setiap bisnis dalam portofolio bisnis
perusahaan tersebut. Posisi kompetitif relatif dinyatakan sebagai pangsa pasar dari suatu
bisnis dibagi dengan pangsa pasar dari pesaing. Posisi kompetitif relatif menjadi dasar untuk
membandingkan kekuatan relatif dari bisnis-bisnis yang ada dalam portofolio perusahaan.
Oleh karena matrik BCG memiliki kelemahan, yaitu hanya melihat pada satu variabel saja
padahal ada banyak variabel yang bisa mempengaruhi. Satu variabel yang dimaksud adalah
satu variabel internal atau satu variabel eksternal. Matrik GE (internal-eksternal) dicetuskan
oleh General Electric (Matrik GE Stop Light Analysis). Strategi ini menempatkan berbagai
divisi suatu organisasi dalam Sembilan sel. Matrik ini mempertimbangkan faktor eksternal
dan internal lebih banyak. Matrik ini didasarkan pada dua dimensi nilai evaluasi faktor
internal dan eksternal.
REFERENSI
Investasi untuk
Tumbuh
Tumbuh Selektif
(b)
Tumbuh
Selektif (a)
Selektif / Kelola
untuk Laba
Tumbuh
terbatas atau
Panen
Lindungi dan
Alihkan
Pusat
Perhatian
Kelola untuk
Laba
Lepaskan
bisnis yang kuat dengan daya tarik pasar sedang. Maka strategi yang
diperlukan adalah gunakan investasi besar pada segmen yang paling
menarik, bangun kekuatan untuk menghadapi pesaing, dan
tingkatkan laba dengan menaikkan produktifitas.
Lepaskan, di kategori ini perusahaan mengalami kekuatan bisnis
lemah sementara daya tarik pasar tinggi. Maka strategi yang dipakai
adalah menjual usaha tersebut pada saat nilai kas paling tinggi atau
kurangi biaya tetap dan hindari investasi sementara.
Kelola untuk Laba, pada kategori ini perusahaan mempunyai
kekuatan bisnis yang sedang dan daya tarik pasar yang tinggi. Maka
strateginya adalah lindungi posisi pada segmen yang paling
menguntungkan, perbaharui lini produk dan kurangi investasi.
Lindungi dan alihkan pusat perhatian, di posisi ini perusahaan
mempunyai kekuatan bisnis yang kuat dan juga daya tarik pasar
tinggi. Maka strateginya adalah mengelola laba dengan baik,