NOMOR : 29/PRT/M/2006
TENTANG
PEDOMAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
Menimbang
Mengingat
1.
2.
3.
4.
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1.
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
2.
Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan
budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai pemenuhan persyaratan
administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung.
3.
4.
5.
6.
Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang, atau
perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik gedung.
7.
8.
Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan lembaga
atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung, termasuk masyarakat
hukum adat dan masyarakat ahli, yang berkepentingan dengan penyelenggaraan
bangunan gedung.
9.
Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta perangkat
daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah, kecuali untuk Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian Kedua
Maksud, Tujuan dan Lingkup
Pasal 2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan persyaratan
teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan gedung yang berkualitas
sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung yang
selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi penghuni dan/atau
pengguna bangunan gedung, serta efisien, serasi, dan selaras dengan
lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini meliputi fungsi, klasifikasi dan persyaratan teknis
bangunan gedung.
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN TEKNIS
BANGUNAN GEDUNG
Bagian Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung
Pasal 3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah, dalam
penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur dalam Peraturan ini.
Bagian Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi:
a.
b.
2)
3)
4)
5)
2)
3)
4)
(2) Rincian persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum pada lampiran peraturan ini merupakan satu kesatuan pengaturan yang
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Bagian Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Pasal 5
(1) Pelaksanaan persyaratan teknis bangunan gedung di daerah diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada Peraturan ini.
(2) Dalam hal daerah belum mempunyai Peraturan Daerah sebagaimana pada ayat (1)
maka pelaksanaan persyaratan teknis bangunan gedung berpedoman pada
Peraturan ini.
(3) Dalam hal daerah telah mempunyai Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sebelum Peraturan ini diberlakukan, maka Peraturan Daerah tersebut harus
menyesuaikan dengan Peraturan ini.
Pasal 6
(1) Dalam melaksanakan pembinaan bangunan gedung, Pemerintah melakukan
peningkatan kemampuan aparat Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota
maupun masyarakat dalam memenuhi ketentuan teknis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 dan Pasal 4 untuk terwujudnya penataan bangunan gedung dan
lingkungan, serta terwujudnya keandalan bangunan gedung.
(2) Dalam melaksanakan pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota wajib mengikuti Pedoman Teknis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2.
(3) Terhadap aparat Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan/atau Kabupaten/Kota yang
bertugas dalam penentuan dan pengendalian bangunan gedung yang melakukan
pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3 dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Terhadap penyedia jasa konstruksi yang terlibat dalam penyelenggaraan bangunan
gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3 dan Pasal 4
dikenakan sanksi dan atau ketentuan pidana sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
BAB III
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 7
Semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan persyaratan teknis bangunan
gedung sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan ini, dinyatakan tetap berlaku.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
(1) Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
(2) Dengan berlakunya Peraturan ini, Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
(3) Peraturan ini disebarluaskan
diketahui dan dilaksanakan.
kepada
pihak-pihak
yang bersangkutan
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
DJOKO KIRMANTO
untuk
daftar isi
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR /PRT/2006
TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG
BAGIAN I PENGANTAR
I.1
Maksud
I-1
I.1.2
Tujuan
I-1
II.2
Umum
II-1
II.1.2
II-1
II.1.3
II-3
II-4
II.2.1
Umum
II-4
II.2.2
II-5
II.2.3
Tingkat Kompleksitas
II-8
II.2.4
Tingkat Permanensi
II-10
II.2.5
II-10
II.2.6
Zonasi Gempa
II-10
II.2.7
Lokasi
II-10
II.2.8
II-11
II.2.9
II-11
II.3
II-11
GEDUNG
II.3.1
Umum
II-11
II.3.2
II-12
UMUM
III-1
III.2
III-1
III.2.1
III-1
III.2.2
1. Peruntukan Lokasi
III-1
III-4
III-14
III-14
2. Tata Ruang-dalam
III-19
III-24
III-31
1. Dampak penting
III-31
III-32
III-32
III-32
(RTBL)
1. Tindak Lanjut RTRW dan/atau Rencana Teknik
Ruang Kabupaten/Kota
III-33
III-33
3. Penyusunan RTBL
III-34
ii
III.2.5
III-35
III-37
III.3.1
III-37
III-36
III-37
III-37
III-39
III-39
III-43
III-45
III-46
III-46
b. Persyaratan Aktif
III-47
III-52
III-53
III-53
Gedung
f. Persyaratan Instalasi Bahan Bakar Gas
III-56
III-58
iii
III-58
III.3.2
III-58
III-59
III-60
1. Umum
III-60
III-60
a. Persyaratan Ventilasi
3. Persyaratan Sistem Pencahayaan
a. Persyaratan Pencahayaan
4. Persyaratan Sanitasi
III-60
III-61
III-61
III-62
a. Persyaratan Plambing
III-62
III-64
III-67
III-68
III-70
Gedung
III.3.3
III-71
GEDUNG
1. Umum
III-71
III-71
Hubungan Antarruang
a. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak
III-71
iv
III-71
Ruang
a. Persyaratan Kenyamanan Termal Dalam
III-71
Ruang
4. Persyaratan Kenyamanan Pandangan
a. Persyaratan Kenyamanan Pandangan (Visual)
5. Persyaratan Kenyamanan Tingkat Getaran dan
III-72
III-72
III-73
Tingkat Kebisingan
III.3.4
a. Persyaratan Getaran
III-74
b. Persyaratan Kebisingan
III-75
III-77
1. Umum
III-77
III-77
Bangunan Gedung
a. Persyaratan Kemudahan Hubungan
III-77
III-78
III-79
III-79
dan Manula
3. Persyaratan Kelengkapan Prasarana dan Sarana
III-80
III-80
BAGIAN I
PENGANTAR
I.1.
I.1.2. Tujuan
Pedoman Teknis ini bertujuan untuk dapat terwujudnya bangunan gedung
sesuai fungsi yang ditetapkan dan yang memenuhi persyaratan teknis,
yaitu meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan, arsitektur
dan lingkungan, serta keandalan bangunan.
Adapun tujuan dari pengaturan per-bagian adalah:
1. Peruntukan Lokasi dan Intensitas Bangunan Gedung:
a. menjamin bangunan gedung didirikan berdasarkan ketentuan tata
ruang dan tata bangunan yang ditetapkan di daerah yang
bersangkutan;
b. menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya;
c. menjamin keselamatan pengguna, masyarakat, dan lingkungan.
2. Arsitektur Bangunan Gedung:
a. menjamin
terwujudnya
bangunan
gedung
yang
didirikan
I-1
I-2
e. menjamin
terpasangnya
instalasi
gas
secara
aman
dalam
menjamin
terwujudnya
bangunan
gedung
yang
dibangun
selama
kebakaran, sehingga:
1) cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman;
2) cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki
lokasi untuk memadamkan api;
3) dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya.
j.
k. menjamin
terwujudnya
keamanan
bangunan
gedung
dan
I-3
upaya
beroperasinya
peralatan
dan
perlengkapan
tersedianya
aksesibilitas
bagi
penyandang
cacat,
tersedianya
aksesibilitas
bagi
penyandang
cacat,
I-4
f.
I-5
BAGIAN II
FUNGSI DAN KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG
II-1
kebudayaan:
museum,
gedung
kesenian,
dan
sejenisnya;
d. bangunan laboratorium: laboratorium fisika, laboratorium kimia,
laboratorium biologi, laboratorium kebakaran; dan
e. bangunan pelayanan umum: stadion/hall untuk kepentingan olah
raga, dan sejenisnya.
II-2
bangunan
gedung
merupakan
ketetapan
pemenuhan
rangka
pelaksanaan
(proyek)
pembangunan
kota,
dan
II-3
bangunan
gedung
diklasifikasikan
berdasarkan
tingkat
sederhana,
bangunan
gedung
tidak
sederhana,
dan
berdasarkan
tinggi,
ketinggian
bangunan
meliputi:
gedung
bangunan
bertingkat
gedung
sedang,
dan
II-4
ditentukan
berdasarkan
fungsi
yang
digunakan
dalam
ii. satu atau lebih bangunan hunian gandeng, yang masingmasing bangunannya dipisahkan dengan suatu dinding tahan
api, termasuk rumah deret, rumah taman, villa; atau
b. Klas 1b: rumah asrama/kost, rumah tamu, hostel, atau
sejenisnya dengan luas total lantai kurang dari 300 m2 dan tidak
ditinggali lebih dari 12 orang secara tetap, dan tidak terletak di
atas atau dibawah bangunan hunian lain atau bangunan klas lain
selain tempat garasi pribadi.
2. Klas 2: Bangunan gedung hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit
hunian yang masing-masing merupakan tempat tinggal terpisah.
3. Klas 3: Bangunan gedung hunian diluar bangunan klas 1 atau 2,
yang umum digunakan sebagai tempat tinggal lama atau sementara
oleh sejumlah orang yang tidak berhubungan, termasuk:
a. rumah asrama, rumah tamu, losmen; atau
b. bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel; atau
c. bagian untuk tempat tinggal dari suatu sekolah; atau
d. panti untuk orang berumur, cacat, atau anak-anak; atau
e. bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan perawatan
kesehatan yang menampung karyawan-karyawannya.
II-5
bangunan
gedung
yang
dipergunakan
penyimpanan,
termasuk:
a. tempat parkir umum; atau
b. gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual
atau cuci gudang.
8. Klas 8: Bangunan gedung laboratorium, industri, pabrik, dan/atau
bengkel mobil
Adalah
bangunan
gedung
laboratorium
dan
bangunan
yang
II-6
II-7
klasifikasinya
disamakan
dengan
klasifikasi
bangunan utamanya;
b. Klas-klas 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b adalah klasifikasi yang
terpisah;
c. Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lif, ruang boiler
atau sejenisnya diklasifikasikan sama dengan bagian bangunan
dimana ruang tersebut terletak.
II-8
memerlukan
penyelesaian
dan/atau
teknologi
II-9
j.
II.2.7. Lokasi
Klasifikasi berdasarkan lokasi meliputi:
1. lokasi padat;
2. lokasi sedang; dan
3. lokasi renggang.
II-10
2.
3.
dengan
pemenuhan
persyaratan
administratif
dan
II-11
5.
6.
II-12
BAGIAN III
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
III.1. UMUM
Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan dan
lingkungan meliputi persyaratan peruntukan, intensitas, arsitektur bangunan
gedung,
dan
pengendalian
dampak
lingkungan.
Sedangkan
persyaratan
gedung
harus
diselenggarakan
sesuai
dengan
ii.
iii.
pertimbangan
teknis
dinas
yang
menangani
bangunan gedung.
III-1
yang
diperlukan,
dengan
tetap
mengadakan
Persetujuan
membangun
tersebut
bersifat
sementara
iii.
Apabila
persetujuan
yang
telah
diberikan
terdapat
dengan
resiko
ditanggung
oleh
pemohon/pemilik bangunan;
iv.
dapat
memberikan
persetujuan
membangun
III-2
v.
bersangkutan,
maka
bangunan
tersebut
harus
ii.
iii.
iv.
Tetap
memperhatikan
keserasian
bangunan
terhadap
lingkungannya.
i.
dan
persetujuan
prasarana
Kepala
jaringan
Daerah
kota
dengan
perlu
mendapatkan
pertimbangan
sebagai
berikut:
i.
ii.
iii.
iv.
v.
j.
III-3
i.
ii.
iii.
iv.
v.
ii.
iii.
iv.
Bangunan
gedung
yang
didirikan
harus
memenuhi
iv.
Persyaratan
kinerja
dari
ketentuan
kepadatan
dan
dalam
mencerminkan
keserasian
dalam
menjamin
pengguna
serta
kesehatan
masyarakat
dan
pada
umumnya.
v.
wisata,
pelestarian
dan
lain
lain,
dengan
Daerah,
dapat
diberikan
kelonggaran
atau
memperhatikan
keserasian
dan
kelestarian
lingkungan.
vi.
III-5
ii.
berdasarkan
berbagai
pertimbangan
dan
dengan
kebijaksanaan
pertimbangan
intensitas
perkembangan
pembangunan,
daya
kota,
dukung
dalam
suatu
kawasan/lingkungan
dengan
persyaratan:
(1) Setiap bangunan yang didirikan harus sesuai dengan
rencana perpetakan yang telah diatur di dalam rencana
tata ruang;
(2) Apabila perpetakan tidak ditetapkan, maka KDB dan KLB
diperhitungkan berdasarkan luas tanah di belakang garis
sempadan jalan (GSJ) yang dimiliki;
(3) Untuk persil-persil sudut bilamana sudut persil tersebut
dilengkungkan atau disikukan, untuk memudahkan lalu
lintas, maka lebar dan panjang persil tersebut diukur
dari titik pertemuan garis perpanjangan pada sudut
tersebut dan luas persil diperhitungkan berdasarkan
lebar dan panjangnya;
(4) Penggabungan
atau
pemecahan
perpetakan
adanya
pemberian
dan
penerimaan
vi.
keserasian,
keseimbangan
dan
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
III-7
viii.
ix.
x.
xi.
xii.
ii.
iii.
III-8
v.
vi.
Pada
suatu
kawasan/lingkungan
yang
diperkenankan
viii.
mengganggu
jalan
dan
penataan
bangunan
sekitarnya.
ix.
Ketentuan
besarnya
GSB
dapat
diperbarui
dengan
Kepala
Daerah
dengan
pertimbangan
keselamatan,
samping
kiri
dan
kanan,
serta
belakang
III-9
ii.
yang
ditetapkan,
maka
Kepala
Daerah
Untuk
bangunan
penyimpanan
yang
digunakan
sebagai
bahan-bahan/benda-benda
yang
tempat
mudah
samping
dan
belakang
bangunan
harus
memenuhi persyaratan:
(1) bidang dinding terluar tidak boleh melampaui batas
pekarangan;
(2) struktur dan pondasi bangunan terluar harus berjarak
sekurang-kurangnya 10 cm kearah dalam dari batas
pekarangan, kecuali untuk bangunan rumah tinggal;
(3) untuk perbaikan atau perombakan bangunan yang
semula menggunakan bangunan dinding batas bersama
dengan bangunan di sebelahnya, disyaratkan untuk
membuat dinding batas tersendiri disamping dinding
batas terdahulu;
(4) pada bangunan rumah tinggal rapat tidak terdapat jarak
bebas samping, sedangkan jarak bebas belakang
ditentukan minimal setengah
III-10
f.
bebas
samping
dan
jarak
bebas
belakang
penambahan
lantai/tingkat
bangunan,
jarak
iii.
hal
salah
satu
dinding
yang
berhadapan
III-11
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
lain
terhadap
ketentuan
sebagaimana
ix.
III-12
atau
ditetapkan
mempertimbangkan
lebih
kenyamanan
rendah
dan
setelah
kesehatan
lingkungan.
x.
xi.
xii.
halaman
depan,
samping
maupun
belakang
pertimbangan
hubungan
kepentingan
(aksesibilitas),
kenyamanan,
keserasian
III-13
KURANG BAIK
SEBAIKNYA
pemisahan
struktur
pemisahan
struktur
pemisahan
struktur
III-14
ii.
iii.
yang
berbentuk
memanjang
dalam
III-15
v.
vi.
Pada
lokasi-lokasi
tertentu
Kepala
Daerah
dapat
(profil)
bangunan
untuk
memperoleh
ix.
Bentuk
bangunan
memperhatikan
gedung
bentuk
harus
dan
dirancang
karakteristik
dengan
arsitektur
pedoman
arsitektur
atau
panutan
bagi
lingkungannya.
x.
xi.
xii.
Bentuk
bangunan
gedung
harus
dirancang
dengan
III-16
xiii.
xiv.
xv.
sesuatunya
ditetapkan
berdasarkan
ketentuan-
dan
lingkungan
yang
ditetapkan
untuk
daerah/lokasi tersebut.
b. Tapak Bangunan
i.
ii.
iii.
iv.
dan
sejenisnya
dengan
memperhatikan
III-17
bangunan
memperhatikan
yang harus
keamanan,
diikuti
keselamatan,
ii.
iii.
Ketentuan pada butir ii harus tetap mengacu pada prinsipprinsip konservasi energi.
iv.
v.
Aksesibilitas
bangunan
harus
mempertimbangkan
Suatu
bangunan
gedung
tertentu
berdasarkan
letak,
III-18
2. Tata Ruang-dalam
a. Ketentuan Umum
i.
diusahakan
sedapat
mungkin
simetris
III-19
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
III-20
vii.
Bangunan
atau
bagian
bangunan
yang
mengalami
berubahnya
fungsi/penggunaan
utama,
ix.
Ruang
penunjang
dapat
ditambahkan
dengan
tujuan
pada
setiap
jenis
penggunaan
bangunan
Tata
ruang-dalam
bangunan
untuk
monumental,
bangunan
gedung
tempat
ibadah,
serbaguna,
gedung
ii.
iii.
III-21
iv.
Suatu
bangunan
gudang
sekurang-kurangnya
harus
Suatu
bangunan
pabrik
sekurang-kurangnya
harus
untuk
penggunaan
ruang
lobby,
atau
ruang
viii.
ix.
Ruang
rongga
atap
hanya
dapat
diizinkan
apabila
xi.
xii.
xiii.
III-22
xiv.
xv.
xvi.
xvii. Tinggi
lantai
dasar
suatu
bangunan
diperkenankan
atau
tinggi
rata-rata
jalan,
dengan
III-23
xx.
3. Keseimbangan,
Keserasian
dan
Keselarasan
dengan
bangunan
gedung
yang
menjadi
pertimbangan
ii.
iii.
iv.
III-24
v.
vi.
vii.
viii.
dan
disesuaikan
untuk
bangunan
sungai,
pohon-pohon
menahun,
tanah
dan
permukaan tanah.
x.
xi.
dengan
mempertimbangkan
hal-hal
pencagaran
estetika
bangunan
secara
keseluruhan/
kesatuan
ii.
depan
bangunan,
ruang
sempadan
depan
iv.
Ruang
terbuka
hijau
pekarangan
sebanyak
mungkin
III-26
ii.
di
luar
tapak
bangunan
harus
berkedalaman
menyediakan
RTHP.
Luas
DHB
diperhitungkan
sebagai luas RTHP namun tidak lebih dari 25% luas RTHP.
f.
Tata Tanaman
i.
Pemilihan
dan
memperhitungkan
penggunaan
karakter
tanaman
tanaman
harus
sampai
iii.
III-27
iv.
Sistem
sirkulasi
yang
direncanakan
harus
saling
transportasinya.
Sirkulasi
harus
memberikan
Sistem
sirkulasi
yang
direncanakan
harus
telah
oleh
kendaraan
pemadam
kebakaran,
dan
sirkulasi
(dapat
berupa
elemen
perkerasan
vi.
Penataan ruang jalan dapat sekaligus mencakup ruangruang antar bangunan yang tidak hanya terbatas dalam
Rumija, dan termasuk untuk penataan elemen lingkungan,
penghijauan, dll.
vii.
Pemilihan
bahan
pelapis
jalan
dapat
mendukung
III-28
viii.
ix.
x.
xi.
xii.
Setiap
bangunan
bukan
rumah
hunian
diwajibkan
xiv.
xv.
Jumlah
kebutuhan
parkir
menurut
jenis
bangunan
kaki,
memudahkan
aksesibilitas,
dan
tidak
III-29
h. Pertandaan (Signage)
i.
Penempatan
pertandaan
iklan/reklame, harus
mengganggu
(signage),
membantu
karakter
termasuk
orientasi
lingkungan
papan
tetapi tidak
yang
ingin
tertentu,
Kepala
Daerah
dapat
ii.
pencahayaan
dari
dalam
bangunan
dan
III-30
dan
menimbulkan
dampak
penting
terhadap
ii.
menyebabkan
lingkungan
perubahan
yang
mendasar
melampaui
pada
kriteria
komponen
yang
diakui,
mengakibatkan
endemik,
spesies-spesies
dan/atau
dilindungi
yang
langka
menurut
dan/atau
peraturan
dan
sebagainya)
yang
telah
ditetapkan
vi.
III-31
vii.
mengakibatkan/
menimbulkan
konflik
atau
kontroversi
pengalaman
dan
tingkat
perkembangan
ilmu
yang
wajib
AMDAL,
adalah
sesuai
ketentuan
III-32
kawasan,
dalam
rangka
perwujudan
kesatuan
ii.
iii.
b. RTBL
digunakan
sebagai
panduan
dalam
pengendalian
III-33
memuat
program
investasi
jangka
pendek,
jangka
baik
penataan
pembangunan
baru
bangunan
dan
lama
maupun
pengembangannya
rencana
serta
pola
pendanaannya.
d. Ketentuan Pengendalian Rencana dan Pedoman Pengendalian
Pelaksanaan
Ketentuan pengendalian rencana dan pedoman pengendalian
pelaksanaan merupakan persyaratan-persyaratan tata bangunan
dan
lingkungan
bersangkutan,
yang
ditetapkan
untuk
kawasan
yang
prosedur
perizinan,
dan
lembaga
yang
3. Penyusunan RTBL
dan/atau
masyarakat
sesuai
dengan
tingkat
b. Penyusunan
RTBL
dilakukan
dengan
mempertimbangkan
gedung
dan
lingkungan
yang
ditetapkan
oleh
ii.
iii.
iv.
memperhatikan
keserasian
bangunan
terhadap
lingkungannya.
2. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi
prasarana dan/atau sarana umum harus:
a. sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana
teknik ruang kabupaten/kota, dan/atau RTBL;
b. tidak untuk fungsi hunian atau tempat tinggal;
c. tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada di
bawah tanah;
d. memenuhi persyaratan kesehatan sesuai fungsi bangunan; dan
e. memiliki sarana khusus untuk kepentingan keamanan dan
keselamatan bagi pengguna bangunan.
3. Pembangunan bangunan gedung di bawah dan/atau di atas air harus:
a. sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana
teknik ruang kabupaten/kota, dan/atau RTBL;
III-35
mempertimbangkan
faktor
keselamatan,
kenyamanan,
tegangan
tinggi,
dan/atau
menara
telekomunikasi,
mempertimbangkan
faktor
keselamatan,
kenyamanan,
persetujuan
dari
Bupati/Walikota
setelah
III-36
beban
dan
memenuhi
persyaratan
memikul
beban
diperhitungkan
terhadap
pada
kondisi
pembebanan
maksimum
yang
III-37
gedung,
sehingga
bangunan
gedung
selalu
seperti
halnya
penambahan
struktur
dan/atau
keselamatan
masyarakat
dan
lingkungannya.
x. Pemeriksaan keandalan bangunan gedung dilaksanakan secara
berkala sesuai klasifikasi bangunan, dan harus dilakukan atau
didampingi oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
xi. Untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur yang tidak
diharapkan, pemeriksaan keandalan bangunan harus dilakukan
secara berkala sesuai dengan pedoman/ petunjuk teknis yang
berlaku.
III-38
(2)
Konstruksi beton
Perencanaan konstruksi beton harus mengikuti:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
III-39
(6)
Pengujian
dan
Penentuan
Parameter
Sistem
dan
Material
Konstruksi
Beton
Konstruksi Baja
Perencanaan konstruksi baja harus mengikuti:
(1)
(2)
(3)
(4)
Tata
Cara
Pemeliharaan
Konstruksi
Baja
Selama
Pelaksanaan Konstruksi.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan
standar baku dan/atau pedoman teknis.
III-40
iii.
Konstruksi Kayu
Perencanaan konstruksi kayu harus mengikuti:
(1)
(2)
Tata
Cara
Perencanaan
Konstruksi
Kayu
untuk
Konstruksi Bambu
Perencanaan konstruksi bambu harus memenuhi kaidahkaidah perencanaan konstruksi berdasarkan pedoman dan
standar teknis yang berlaku.
v.
(2)
Perencanaan
konstruksi
dengan
memperhatikan
standar
teknis
lainnya
yang
terkait
dalam
III-41
(2)
(3)
(4)
SNI
032394-1991
Tata
cara
perencanaan
dan
SNI
032395-1991
Tata
cara
perencanaan
dan
(7)
(8)
(9)
III-42
Pondasi Langsung
(1)
Kedalaman
pondasi
langsung
harus
direncanakan
dari
penyelidikan
tanah
dengan
(4)
(2)
dari
penyelidikan
tanah
dengan
III-43
(3)
(4)
(5)
(6)
Pelaksanaan
konstruksi
bangunan
gedung
harus
memperhatikan
pengamanan
baja
terhadap
korosi.
(8)
(9)
III-44
Keselamatan Struktur
(1)
Untuk
menentukan
tingkat
keandalan
struktur
bangunan
gedung,
sehingga
bangunan
pemeriksaan
keandalan
bangunan
harus
(2)
(3)
kekuatan
bahan-bahan
yang
III-45
3. Persyaratan
Kemampuan
Bangunan
Gedung
Terhadap
Bahaya Kebakaran
a. Sistem Proteksi Pasif
Setiap bangunan gedung, kecuali rumah tinggal tunggal dan
rumah deret sederhana, harus mempunyai sistem proteksi pasif
terhadap bahaya kebakaran yang memproteksi harta milik
berbasis pada desain atau pengaturan terhadap komponen
arsitektur dan struktur bangunan gedung sehingga dapat
melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi
kebakaran.
Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi
resiko kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang,
dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam bangunan gedung.
Pada sistem proteksi pasif yang perlu diperhatikan meliputi:
persyaratan kinerja, ketahanan api dan stabilitas, tipe konstruksi
tahan api, tipe konstruksi yang diwajibkan, kompartemenisasi dan
pemisahan, dan perlindungan pada bukaan.
Sistem proteksi pasif tersebut harus mengikuti:
(1) SNI 03-1736-2000 Tata cara perencanaan sistem proteksi
pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung; dan
(2) SNI 03-1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan
sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya
kebakaran pada bangunan gedung.
III-46
sistem
proteksi
aktif
didasarkan
pada
fungsi,
dilengkapi
sarana
alat
pengendali,
panel
kontrol,
(b)
kegiatan
lain
keselamatan
yang
atau
berkaitan
keamanan
dengan
bagi
unsur
penghuni
bangunan.
III-47
(iii)
Konstruksi
Ruang Pusat Pengendali Kebakaran pada bangunan
gedung yang tinggi efektifnya lebih dari 50 meter harus
merupakan ruang terpisah, dimana:
(a)
keruntuhan
akibat
kebakaran
dan
(c)
peralatan
utilitas,
sejenisnya,
pipa,
yang
saluran
tidak
udara
diperlukan
dan
untuk
(iv)
(v)
Pintu Keluar
(a)
Pintu
yang
menuju
ruang
pengendali
harus
dan
ditempatkan
sedemikian
rupa
III-48
menutupi
jalan
masuk
ke
ruang
pengendali
tersebut.
(b)
menuju
ke
tempat
umum
dan
pengamanan
kebakaran
lainnya
sebuah
meja
berukuran
cukup
untuk
III-49
sistem
keamanan
bangunan,
sistem
luar
bangunan
yang
membuka
III-50
b) beroperasi
otomatis
melalui
aktivitas
pengendali
dan
diproteksi
oleh
peralatan
pengendali
seperti
springkler,
motor
pemipaan
bakar,
dan
pompa
sambungan-
Tingkat
suara
berlangsung
tidak
melebihi
65
dbA
bila
III-51
SNI
03-1745-2000
Tata
cara
perencanaan
dan
(3)
SNI
03-3989-2000
Tata
cara
perencanaan
dan
(5)
(1)
III-52
(2)
Dalam
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
belum
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
belum
evacuation, dll.
Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat
dimungkinkan asal memenuhi pedoman dan standar teknis yang
berlaku.
III-53
dampak,
gangguan
seperti
dan
harus
diamankan
interferensi
gelombang
terhadap
elektro
Apabila hasil
III-54
(2)
(3)
(4)
(2)
(3)
III-55
(4)
(5)
III-56
penutup,
meter-gas
atau
regulator
harus
Tabung-tabung
tersebut
dapat
pula
III-57
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
belum
4. Persyaratan
bangunan
gedung
yang
diproteksi,
termasuk
di
III-58
i.
ii.
iii.
Persyaratan sistem proteksi petir harus memenuhi SNI 03-70152004 Sistem proteksi petir pada bangunan gedung.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku
dan/atau pedoman teknis.
b. Persyaratan Sistem Kelistrikan
Persyaratan sistem kelistrikan meliputi sumber daya listrik, panel
hubung bagi, jaringan distribusi
(2)
III-59
(3)
(4)
Dalam
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
belum
ii. Bangunan
gedung
tempat
tinggal,
bangunan
gedung
umum
lainnya
harus
mempunyai
bukaan
(b)
(c)
(d)
ii.
Bangunan
gedung
tempat
tinggal,
pelayanan
kesehatan,
iv.
yang
dipersyaratkan
gedung
dengan
sesuai
fungsi
ruang-dalam
mempertimbangkan
efisiensi,
III-61
vi.
pencahayaan
darurat,
harus
dilengkapi
dengan
(2)
(3)
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
4. Persyaratan Sanitasi
a. Persyaratan Plambing Dalam Bangunan Gedung
i.
ii.
III-62
iv.
Penampungan
air
minum
dalam
bangunan
gedung
(2)
Dalam
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
belum
dalam
pengaliran/pembuangan
bentuk
dan
pemilihan
penggunaan
sistem
peralatan
yang dibutuhkan.
(3) Pertimbangan tingkat bahaya air limbah dan/atau air
kotor diwujudkan dalam bentuk sistem pengolahan dan
pembuangannya.
III-63
(1)
terbaru;
SNI 03-2398-2002 Tata cara perencanaan tangki
(2)
(3)
03-6379-2000
Spesifikasi
dan
pemasangan
(4)
cara
perencanaan,
pemasangan,
dan
Umum
(1)
klinik
bersalin.
dan
fasilitas
pelayanan
kesehatan lainnya.
(2)
III-64
Sistem
yang
memenuhi
sudah
ketentuan
ada
yang
ini
boleh
tidak
tetap
sepenuhnya
digunakan
medik
harus
dipertimbangkan
dalam
(2)
(3)
(4)
III-65
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
gas
ke
dalam
fasilitas
harus
dilarang
(2)
(3)
(4)
III-66
pintu
sekurang-kurangnya
mempunya
tingkat
(6)
(7)
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
belum
Umum
(1) Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan
dipasang
dengan
permukaan
air
mempertimbangkan
tanah,
permeabilitas
ketinggian
tanah,
dan
bangunan
gedung
dan
pekarangannya
harus
sebelum
dialirkan
ke
jaringan
drainase
III-67
(2)
SNI
03-2453-2002
Tata
cara
perencanaan
sumur
(4)
Sistem
pembuangan
sampah
padat
direncanakan
dan
fasilitas
penyediaan
pada
diperhitungkan
penampungan
tempat
penampungan
masing-masing
berdasarkan
diwujudkan
bangunan
fungsi
dalam
kotoran
gedung,
bangunan,
dan
yang
jumlah
III-68
kesehatan
penghuni,
masyarakat
dan
lingkungannya.
iv. Ketentuan pengelolaan sampah padat
(1)
Sumber
sampah
padat
permukiman
berasal
dari:
tidak
mengganggu
kesehatan
dan
Bagi
pengembang
wadah
sampah,
perumahan
alat
pembuangan
sampah
pengangkutan
dan
wajib
pengumpul
menyediakan
dan
sementara,
pembuangan
tempat
sedangkan
akhir
sampah
aluminium,
kaleng,
wadah
plastik
dan
sebagainya.
(5)
(B3)
yang
penelitian,
berasal
atau
dari
rumah
fasilitas
sakit,
pelayanan
III-69
ii.
berbahaya/
beracun
bagi
kesehatan,
aman
bagi
bangunan
dan
lingkungan sekitarnya;
(2)
(3)
(4)
Menggunakan
bahan-bahan
bangunan
yang
ramah
lingkungan.
iv.
Harus
menggunakan
bahan
bangunan
yang
menunjang
pelestarian lingkungan.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
III-70
fungsi
ruang,
jumlah
pengguna,
perabot/peralatan,
(2)
(3)
Dalam
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
belum
harus
mempertimbangkan
temperatur
dan
kelembaban udara.
III-71
ii.
penghematan
energi
dan
ramah
lingkungan
Persyaratan kenyamanan termal dalam ruang harus mengikuti:
(1)
(2)
(3)
(4)
Dalam
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
belum
kenyamanan
pandangan
dari
dalam
(1)
(2)
(2)
(3)
Umum
(1) Persyaratan ini menyangkut paparan manusia terhadap
getaran dan kejut dari seluruh badan pada bangunan
gedung berkenaan dengan kenyamanan dan gangguan
terhadap penghuninya.
(2) Respon
dasar
manusia
terhadap
getaran
dalam
tingkat
getaran
yang
tidak
menimbulkan
III-73
dari
dalam
bangunan
maupun
dari
luar
bangunan.
ii. Sifat getaran
dan
getaran
pada
bangunan
gedung harus
mengikuti
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
belum
Umum
Kenyamanan terhadap kebisingan adalah keadaan dengan
tingkat
kebisingan
yang
tidak
menimbulkan
gangguan
III-74
(2)
(3)
(4)
(5)
III-75
menimbulkan
dampak
kebisingan
terhadap
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
belum
III-76
fasilitas
mempertimbangkan
antarruang-dalam
dan
aksesibilitas
tersedianya
bangunan
hubungan
gedung,
harus
horizontal
akses
evakuasi,
gedung
dan
persyaratan
lingkungan
lokasi
bangunan gedung.
iv. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan
kemudahan hubungan horizontal berupa tersedianya pintu
dan/atau koridor yang memadai untuk terselenggaranya
fungsi bangunan gedung tersebut.
v. Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan
dipertimbangkan berdasarkan besaran ruang, fungsi ruang,
dan jumlah pengguna ruang.
vi. Arah
bukaan
dipertimbangkan
daun
pintu
berdasarkan
dalam
fungsi
suatu
ruang
ruangan
dan
aspek
keselamatan.
III-77
vii. Ukuran
koridor
sebagai
akses
horizontal
antarruang
yang
optimal
untuk
sirkulasi
vertikal
pada
biasa
atau
lif
barang
yang
dapat
diatur
III-78
ii.
iii.
III-79
3. Persyaratan
Kelengkapan
Prasarana
dan
Sarana
Pemanfaatan
Bangunan Gedung
a. Guna memberikan kemudahan bagi pengguna bangunan gedung
untuk beraktivitas di dalamnya, setiap bangunan gedung untuk
kepentingan umum harus menyediakan kelengkapan prasarana
dan sarana pemanfaatan bangunan gedung, meliputi: ruang
ibadah, ruang ganti, ruang bayi, toilet, tempat parkir, tempat
sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi.
b. Penyediaan prasarana dan sarana disesuaikan dengan fungsi dan
luas bangunan gedung, serta jumlah pengguna bangunan gedung
Persyaratan
kelengkapan
prasarana
dan
sarana
pemanfaatan
ii.
iii.
III-80