Katarak
Katarak
PENDAHULUAN
Katarak berasal dari Yunani ( Katarrhakies ) , Inggris ( Cataract ), dan Latin ( Cataracta ) yang berarti
air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa
yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
( penambahan cairan ) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. ( Ilyas, 2005 )
Katarak disebut-sebut sebagai penyebab kebutaan no. 1 di Indonesia. Bahkan
mengacu pada World Health Organization ( WHO ) sebagaimana dipublikasikan pada situs
www.who.int, katarak menyumbang sekitar 48% kasus kebutaan di dunia
( Widyaningtyas, 2009 ).
Penelitian-penelitian mengidentifikasikan adanya katarak pada sekitar 10% orang
Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50% untuk mereka yang
berusia antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari
75 tahun. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya pada
masing-masing mata jarang sama. Katarak traumatik, katarak kongenital, dan jenis-jenis lain
lebih jarang dijumpai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi dapat
disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada
lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena
faktor usia, namun dapat juga terjadi pada anak-anak yang lahir dalam kondisi
tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia diatas 50 tahun ( Ilyas, 2005).
B. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan semua. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris,
lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut
menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul
lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan
epitel lensa. 65% lensa terdiri atas air, sekitar 35% protein ( kandungan protein
tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh ), dan sedikit mineral. Kandungan kalium
lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain.
1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan tersusun
dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini mengandung
isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi. Bagin paling
tebal kapsul berada di bagian anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian
paling tipis berada di bagian tengah kutub posterior.
2. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula
tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior
dari kapsul lensa.
3. Epitel Lensa
Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel
epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti
sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP
untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan
menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.
4. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat
yang baru akan membentuk korteks dari lensa.
C. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour sebagai
penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun hanya sisi
anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada
ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan
membangun low resistance gap junction antar sel.
1. Keseimbangan Elektrolit dan Air di dalam lensa
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak berubah
seiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa berada di ruang
ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah 20M dan pottasium sekitar
120M. Konsentrasi sodium dan pottasium di luar lensa lebih tinggi.
Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa sangat tergantung dari
permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa sodium, Na +, K+ -ATPase. Inhibisi
Natrium Kalium ATPase dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan elektrolit dan
meningkatnya air di dalam lensa.
Keseimbangan Kalsium juga sangat penting bagi lensa. Konsentrasi Kalsium yang normal
di dalam sel adalah 30 M, sedangkan diluar lensa 2 M. Perbedaan konsentrasi Kalsium ini
diatur sepenuhnya oleh Kalsium ATPase. Hilangnya keseimbangan Kalsium ini dapat
menyebabkan depresi metabolisme glukosa, pembentukan protein high molecular weight, dan
aktivasi protease destruktif.
Transpor membran dan permeabilitas sangat penting untuk kebutuhan nutrisi lensa. Asam
amino aktif masuk ke dalam lensa melalui pompa sodium yang berada di sel epitel. Glukosa
memasuki lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung seperti sistem transpor aktif.
2. Akomodasi lensa
Mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk mengubah fokus dari benda jauh ke benda
dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa oleh badan siliar terhadap
serat-serat zonula. Setelah umur 30 tahun, kekakuan yang terjadi di nukleus lensa secara klinis
mengurangi daya akomodasi.
Saat m. cilliaris berkontraksi, serat zonular relaksasi mengakibatkan lensa menjadi lebih
cembung, ketebalan axial lensa meningkat, dan terjadi akomodasi. Saat m cilliaris relaksasi, serat
zonular menegang, lensa lebih pipih, dan kekuatan dioptri menurun.
Tabel 1. Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi
M. cilliaris
Ketegangan serat zonular
Bentuk lensa
Tebal axial lensa
Dioptri lensa
Akomodasi
Kontraksi
Menurun
Lebih cembung
Meningkat
Meningkat
Tanpa akomodasi
Relaksasi
Meningkat
Lebih pipih
Menurun
Menurun
Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang Nervus Occulomotorius. Obatobat parasimpatomimetik ( pilocarpin ) memicu akomodasi, sedangkan obat-obat
parasimpatolitik ( atropin ) memblok akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan relaksasi
otot ciliar disebut cyclopegik.
warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri
di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk
aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier
ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
menderita katarak.
E. Klasifikasi Katarak
Katarak secara umum diklasifikasikan berdasarkan: Morfologi, Maturitas, dan Age of
Onset.
Morfologi
Katarak Nuklear
Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan
menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak
ini lokasinya pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus
cenderung menjadi gelap dan keras ( sklerosis ), berubah menjadi
kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan
bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi
daripada pandangan dekat ( pandangan baca ), bahkan pandangan baca
dapat menjadi lebih baik ( miopisasi ).
Katarak Kortikal
Posterior Capsular
Maturitas
Katarak Insipiens : Kekeruhan dimulai dari tepi equator menuju
korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat
di dalam korteks. Pada katarak subcapsular posterior, kekeruhan mulai
terlihat di anterior subcapsular posterior, celah terbentuk antara serat
lensa dan korteks yang berisi jaringan degeneratif pada katarak
insipiens. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
Katarak Intumesen: Katarak yang terjadi akibat lensa yang menarik air
sehingga menjadi cembung. Masuknya air ke dalam celah lensa
mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris
sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak
intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat danmengakibatkan
mipopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa
akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan
miopisasi.
Pada
pemeriksaan
slitlamp
terlihat
vakuol
pada
lensa
pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruhlensa yang bila lama
akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.
Katarak hipermatur : Protein-protein di bagian korteks lensa telah
mencair . Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh, meninggalkan
lensa yang mengkerut dengan kapsul yang keriput. Katarak jenis ini
sebenarnya berbahaya karena dapat menyebabkan inflamasi sehingga
menyebabkan uveitis.
Katarak Morgagni : Katarak hipermatur yang nukleus lensanya
mengambang dengan bebas di dalam kantung kapsulnya.
Tabel Perbedaan Stadium Katarak
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
(air masuk)
Iris
Bilik
Normal
(air keluar)
Terdorong
Normal
Tremulans
mata Normal
Dangkal
Normal
Dalam
bilik Normal
Sempit
Normal
Terbuka
depan
Sudut
mata
Shadow test
Pseudops
Penyulit
Glaukoma
Uveitis
Glaukoma
Age of Onset
Katarak Congenital: Beberapa bayi ada juga yang lahir dengan katarak,
tetapi orang tua kurang memperhatikan dan baru terlihat ketika usianya
sudah 3 bulan. Semakin lambat dioperasi prognosis semakin buruk.
H. Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup
dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih
dari bertahuntahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang
kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi
IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi.
Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra
capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE).
Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada
ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsular Cataract Extraction ( ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan
dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya
dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak
akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat
lama populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia
kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.
2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien
katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan
lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
a. Kacamata afakia yang tebal lensanya
b. Lensa kontak
c. Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada
saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat.
Kekuatan implan lensa intraokuler yang akan digunakan dalam operasi
dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara ultrasonik dan
kelengkungan kornea.
Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.
Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah
sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih
cepat dengan metode phacoemulsification. Karena pasien tidak dapat berakomodasi
maka pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak
dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokuler
I. Komplikasi
1. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam
luka serta retinal light toxicity.
2. Komplikasi dini pasca operatif
- COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang
keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma dan
epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea perifer dengan daerah
sentral yang bersih paling sering)
- Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
- Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak adekuat
yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang tidak sempurna,
astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
- Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
BAB III
KESIMPULAN
Katarak senilis adalah semua kekeruhan pada lensa yang terdapat pada usia lanjut
yaitu usia diatas 50 tahun.
Penyebab terjadinya katarak senilis adalah karena proses degeneratif. Selain itu
katarak senilis juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya penyakit metabolik,
trauma, serta paparan sinar ultraviolet.
Katarak senilis secara klinis dibedakan menjadi 4 stadium yaitu stadium insipien,
intumesen, imatur, matur, hipermatur, dan morgagni. Gejala umum gangguan katarak
meliputi penglihatan tidak jelas seperti terdapat kabut yang menghalangi, silau, dapat terjadi
penglihatan ganda pada 1 mata, memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca,
lensa mata berubah menjadi buram.
Pengobatan pada katarak adalah operasi. Untuk menentukan kapan katarak dapat
dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Apabila dibiarkan, katarak akan
menimbulkan gangguan penglihatan dan komplikasi seperti glaukoma, uveitis, dan kerusakan
retina.
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis
disebabkan oleh faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Cataract. Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/Cataract , tanggal
5 Januari 2012.
Ilham.
2006.
Epidemiologi
Katarak.
Diakses
dari
http://www.scribd.com/doc/20283414/EPIDEMIOLOGI-KATARAK , tanggal
5 Januari 2012.
Ilyas, S. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. FKUI: Jakarta.
Ocampo, V.V.D. 2009. Cataract, Senile: Differential Diagnosis and Workup. Diakses
dari http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview , tanggal 5 Januari 2012
Razi.
2011.
Katarak
Senilis.
Diakses
dari
http://razimaulana.wordpress.com/2011/03/24/katarak-senilis/ , tanggal
5 Januari 2012.
Said. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis. Diakses dari
http://alfinzone.files.wordpress.com/2010/12/patologi-pada-katarak1.pdf , tanggal
5 Januari 2012.
Suryasaputra,
Wahyu.
2010.
Katarak
Senilis.
Diakses
dari
http://www.scribd.com/doc/66664997/Referat-Katarak-Senilis-Wahyu-Suryasaputra ,
tanggal 5 Januari 2012.