Mudharabah
Mudharabah
A. Pengertian
Kata mudharabah berasal dari kata dharb ( ) yang berarti
memukul
atau
berjalan.
Pengertian
memukul
atau
berjalan
ini
(orang)
menyerahkan
saling
menanggung,
hartanya
kepada
salah
pihak
satu
lain
pihak
untuk
yang
lain
untuk
diperdagangkan
dengan
pemilik
harta
menyerahakan
hartanya
dengan
yang
lain
untuk
ditijarhakan
dan
keuntungan
bersama-sama.
g) Al-Bakri
Ibn
berpendapat
al-Arif
Billah
bahwa
al-Sayyid
Mudharabah
Muhammad
ialah:
Syata
Seseorang
uang
untuk
diperdagangkan
dengan
syarat
Imam
Taqiyuddin,
mudharabah
ialah
Akad
dengan
bahwa
hasil
pengelola modal
keuntungan
yang
Skema Mudharabah
Modal 100%
Dalil Quran
Sesungguhnya
Tuhanmu
mengetahui
bahwasanya
kamu
berdiri
waktu-waktu
itu,
Maka
Dia
memberi
keringanan
kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi
Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Muzzammil [73]: 20)
Kata yang menjadi wajhud-dilalah atau argument dari ayat di atas
adalah yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah yang
berarti melakukan suatu perjalanan usaha.
berdzikirlah
(dengan
menyebut)
Allah
sebagaimana
yang
Dalil Hadist
() .
Adalah Abbas bin Abdul Muththalib, apabila ia menyerahkan
sejumlah harta dalam investasi mudharabah, maka ia membuat syarat
kepada mudharib, agar harta itu tidak dibawa melewati lautan, tidak
menuruni lembah dan tidak dibelikan kepada binatang, Jika mudharib
melanggar syarat2 tersebut, maka ia bertanggung jawab menanggung
risiko. Syarat-syarat yang diajukan Abbas tersebut sampai kepada
Rasulullah Saw, lalu Rasul membenarkannya.(HR ath_Thabrani).
Hadist ini menjelaskan praktek mudharabah muqayyadah.
:
()
Tiga macam mendapat barakah: muqaradhah/ mudharabah,
jual beli secara tangguh, mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah bukan untuk dijual. (HR.Ibnu Majah).
( )
Dari Abdullah dan Ubaidullah, keduanya anak Umar, bahwa
keduanya bertemu dengan Abu Musa Al-Asyary di Basrah, setelah
pulang dari perang Nahawand. Keduanya menerima harta dari Abu
itu
binasa,
bukankah
kami
yang
bertanggung
jawab
1. Adanya dua pelaku atau lebih, yaitu investor (pemilik modal) dan
pengelola (mudharib). Kedua belah pihak yang melakukan akad
disyaratkan mampu melakukan tasharruf atau cakap hukum, maka
dibatalkan akad anak-anak yang masih kecil, orang gila, dan
orang-orang yang berada di bawah pengampuan.
2. Modal atau harta pokok (mal), syarat-syaratnya yakni:
A. Berbentuk uang
Mayoritas ulama berpendapat bahwa modal harus berupa uang
dan tidak boleh barang. Mudharabah dengan barang dapat
menimbulkan kesamaran, karena barang pada umumnya bersifat
fluktuatif. Apabila barang itu bersifat tidak fluktuatif seperti
berbentuk emas atau perak batangan (tabar), para ulama
berbeda pendapat. Imam malik dalam hal ini tidak tegas
melarang atau membolehkan. Namun para ulama mazhab Hanafi
membolehkannya dan nilai barang yang dijadikan setoran modal
harus disepakati pada saat akad oleh mudharib dan shahibul
mal.
Contohnya,
seorang
memiliki
sebuah
mobil
yang
akan
modal
harus
diketahui
dengan
jelas
agar
dapat
keuntungan
dari
perdagangan
tersebut
yang
akan
C. Tunai
Hutang tidak dapat dijadikan modal mudharabah. Tanpa adanya
setoran modal, berarti shahibul mal tidak memberikan kontribusi
apapun padahal mudharib telah bekerja. Para ulama syafii dan
Maliki melarang hal itu karena merusak sahnya akad. Selain itu
hal ini bisa membuka pintu perbuatan riba, yaitu memberi
tangguh kepada si berhutang yang belum mampu membayar
hutangnya dengan kompensasi si berpiutang mendapatkan
imbalan tertentu. Dalam hal ini para ulama fiqih tidak berbeda
pendapat.
D. Modal
diserahkan
sepenuhnya
kepada
pengelola
secara
langsung
Apabila tidak diserahkan kepada mudharib secara langsung dan
tidak diserahkan sepenuhnya (berangsur-angsur) dikhawatirkan
akan terjadi kerusakan pada modal, yaitu penundaan yang dapat
mengganggu waktu mulai bekerja dan akibat yang lebih jauh
mengurangi kerjanya secara maksimal. Apabila modal itu tetap
dipegang sebagiannya oleh pemilik modal, dalam artian tidak
diserahkan
Malikiyah,
sepenuhnya,
dan
maka
Syafiiyah,
menurut
akad
ulama
mudharabah
Hanafiyah,
tidak
sah.
itu
berada
di
tangan
pemilik
modal,
asal
tidak
revenue
sharing
dengan
profit
sharing
berbeda.
adalah
pembagian
keuntungan
dilakukan
setelah
Batasan-batasan
tersebut
dimaksudkan
untuk
Investor
mensyarakatkan
sasaran
Unrestricted
Investment
Account
(URIA).
Maka
c) Mudharabah
Musytarakah,
adalah
bentuk
mudharabah
Ketentuan Pembiayaan:
1) Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan
oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.
2) Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana)
membiayai 100 % kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan
pengusaha
(nasabah)
bertindak
sebagai
mudharib
atau
pengelola usaha.
3) Jangka
waktu
usaha,
tatacara
pengembalian
dana,
dan
menunjukkan
kehendak
mereka
dalam
mengadakan
a.
Penawaran
dan
menunjukkan
penerimaan
tujuan
harus
secara
kontrak
eksplisit
(akad).
Modal
sebagai
harus
diketahui
berikut:
jumlah
dan
jenisnya.
pada
waktu
akad.
hanya
untuk
satu
pihak.
hal-hal
berikut:
penyedia
dana,
tetapi
melakukan
ia
mempunyai
hak
untuk
pengawasan.
yaitu
keuntungan.
perselisihan
di
antara
kedua
belah
pihak,
maka
Musytarakah
boleh
dilakukan
oleh
Lembaga
terjadi
kerugian
maka
LKS
sebagai
musytarik
Bunga
Penentuan
bunga
Bagi Hasil
dibuat Penentuan besarnya rasio bagi
sebelum
rugi
berpedoman
2.
pada
untung rugi
Besarnya persentase (bunga)
sesuai
dgn
rasio
yang disepakati
3.
tidak
meningkat
bunga Jumlah
pembagian
sekalipun meningkat
sesuai
laba
dengan
4.
ditanggung si
5.
dibayar
si
peminjam
usaha
menjadi
6.
diterima bank
Umumnya Agama
7.
Islam) Mengecamnya
Sistem Bagi Hasil
Berlawanan dgn Surah Luqman Melaksanakan Surah Luqman :
(terutama Tidak
: 34
ada
yang
Meragukan
34
pendanaan.
Pada
sisi
penghimpunan
dana,
al-mudharabah
diterapkan pada :
a) Tabungan mudharabah adalah simpanan pihak ketiga di Bank
Syariah yang penarikannnya dapat dilakukan setiap saat atau
beberapa hari sesuai perjanjian. Dalam hal ini Bank bertindak
sebagai Mudharib ( pengelola modal) dan deposan sebagai
Shahibul Maal (pemilik modal). Bank sebagai mudharib akan
membagi keuntungan kepada shahibul Maal sesuai dengan
nisbah (persentase) yang telah disepakati bersama.
investasi
melalui
simpanan
pihak
ketiga
Pendanaan Mudharabah
Pembiayaan
Mudharabah
Proyek
Usaha,
Bisnis Sektor
Riel,Jasa,dll
Nasabah/
Deposan
Bank Syariah
Bagi Hasil
Bagi Keuntunga
Hasil
n
Dalam
praktik
perbankan
syariah,
kini
dikenal
dua
bentuk
nasabah
investor
dapat
saja
mensyaratkan
usaha
sesuai
dengan
kesepakatan
mereka,
bersifat
"gadai"
dan
mudharib
adalah
orang
yang
fatwa
DSN
MUI
mengenai
pembiayaan
dicairkan
apabila
mudharib
terbukti
melakukan
Asuransi Syariah
1. Takaful keluarga
Premi takaful yang diterima dimasukkan ke dalam Rekening
Tabungan yaitu rekening tabungan peserta dan Rekening Khusus
(Tabarru) yaitu rekening yang khusus disediakan untuk kebaikan
berupa pembayaran klaim (manfaat takaful) kepada ahli waris jika
di antara peserta ada yang meninggal dunia atau mengalami
musibah
kumpulan
lainnya.
Premi
dana
peserta,
takaful
tersebut
kemudian
disatukan
dikembangkan
dalam
melalui
berupa
pembayaran
klaim
kepada
peserta
jika
prinsip
al-mudharabah.
Keuntungan
peserta
akan
beli
dengan
pembayaran
ditangguhkan.
Pembiayaan
ini
2. Pengelola
dengan
sengaja
meninggalkan
tugasnya
sebagai
Bagian antara Amil dan Malik adalah dari satu jenis barang yang
sama, misalnya dari kapas, bila Malik bagiannya padi kemudian Amil
bagiannya singkong, maka hal ini tidak sah.
d. Bagian kedua belah pihak sudah dapat diketahui
e.Tidak disyaratkan bagi salah satunya penambahan yang malum.
4. Hal yang berhubungan dengan tanah yang akan ditanami , yaitu :
a.tanah tersebut dapat ditanami.
b.tanah tersebut dapat diketahui batas-batasnya.
5. Hal yang berkaitan dengan waktu, syarat-syaratnya ialah :
a.waktunya telah ditentukan
b.waktu itu memungkinkan untuk menanam tanaman dimaksud, seperti
menanam padi waktunya kurang lebih 4 bulan (tergantung teknologi yang
dipakainya, termasuk kebiasaan setempat).
c.waktu tersebut memungkinkan dua belah pihak hidup menurut
kebiasaan.
bahwa Rasul menyerahkan tanah Khaibar itu kepada Yahudi, untuk diolah
dan modal dari hartanya, penghasilan separohnya untuk Nabi.
Rukun dan Syarat
Rukun: Ijab dan Qabul
Syarat:
1. Shigat, yang dilakukan kadang-kadang dengan jelas (Sharih) dan dengan
samaran (kinayah), disyaratkan shighat dengan lafazh dan tidak cukup
dengan perbuatan saja.
2. Dua orang atau pihak yang berakad (al-aqidani), disyaratkan bagi orangorang yang berakad dengan ahli (mampu) untuk mengelola akad, seperti
baligh, berakal dan tidak berada dibawah pengampunan.
3. Kebun dan semua pohon yang berbuah, semua pohon yang berbuah
boleh diparohkan (bagi hasil), baik yang berbuah tahunan (satu kali dalam
setahun) maupun yang buahnya hanya satu kali kemudian mati seperti
padi, jagung dan yang lainnya.
4. Masa kerja, hendaklah ditentukan lama waktu yang akan dikerjakan,
seperti satu tahun atau sekurang-kurangnya menurut kebiasaan dalam
waktu tersebut tanaman atau pohon yang diurus sudah berbuah, juga
yang harus ditentukan ialah pekerjaan yang harus dilakukan oleh tukang
kebun, seperti menyiram, memetongi cabang-cabang pohon yang akan
menghambat kesuburan buah atau mengawinkannya.
5. Buah, hendaklah ditentukan bagian masing-masing (yang punya kebun
dan bekerja di kebun), seperti seperdua, sepertiga, seperempat atau
ukuran yang lainnya.
Daftar Pustaka:
Al-Quran dan Terjemahnya.
Agustianto. Slide Matakuliah Fiqih Muamalah. PSTTI-UI: 2008
www.mui.or.id