Anda di halaman 1dari 5

BAB II

ISI
1. Limbah Industri Teh
Proses produksi teh meliputi pelayuan, penggilingan, oksidasi (fermentasi), pengeringan
dan pengemasan. Di dalam setiap proses produksi teh menghasilkan limbah yang terdiri dari
limbah padat, limbah cair dan emisi. Limbah teh secara garis besar dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.

Limbah Gas
Limbah gas merupakan limbah yang dihasilkan dari hasil pembakaran atau pengeringan
yang menghasilkan gas gas tertentu. Limbah gas juga dapat berupa asap, asap
dihasilkan dari heat exchanger baik untuk pelayuan maupun pengeringan

langsung

dibuang ke udara sekitar melalui cerobong asap. Dalam industri pengolahan teh limbah
gas dihasilkan dari proses pemanasan saat penyeduhan teh untuk produksi teh dalam
kemasan siap minum. Limbah gas pada industri olahan minuman teh berupa gas yang
dihasilkan saat pemanasan saat proses sterilisasi botol dan perebusan teh untuk minuman
teh dalam kemasan.

Limbah Padat
Limbah padat dari industri teh berasal dari ampas teh yang merupakan sisa dari tiap
tahapan proses produksi. Fluff merupakan hasil sortasi dari pembuatan teh hitam yang
terdiri atas bahan padatan (serat) yang jumlahnya cukup besar, sekitar 1-3% dari produksi
teh yang dihasilkan. Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik teh jumlahnya besar
sekitar 400 kg/hari sehingga dalam sebulan diperoleh 12 ton.
Tabel 1. Komposisi Kimia Ampas Teh
Zat Gizi
Bahan Kering
Abu
Lemak Kasar
Protein Kasar
Serat Kasar
Tanin
Hemiselulosa
Selulosa
Lignin
Silikia

Kandungan %
90,24
5,00
0,42
18,40
21,73
2,98
8,70
33,54
8,41
1,61

Sumber: Nurcahyani et al., 2006


Limbah Cair
Limbah cair industri teh berasal dari penggunaan air dalam sistem prosesnya. Limbah
cair berasal dari sisa-sisa pencucian alat-alat yang digunakan selama proses pencucian
yang biasanya menggunakan soda api. Sedangkan pada industri minuman teh botol,
Limbah cair industri minuman teh adalah air bekas dari pencucian botol-botol maupun
lantai dan juga ceceran dari minuman yang tumpah pada saat proses pengolahan teh.
1.2. Pengolahan Limbah Teh
1. Limbah Padat
1. Sebagai Pupuk Organik
Limbah padat industri teh ternyata dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
antara lain menjadi pupuk organik. Ampas teh yang akan dijadikan pupuk tanaman,
diproses melalui pengolahan secara termofil. Caranya, ampas teh dari sisa penyeduhan di
letakkan pada bak atau tempat khusus yang telah disediakan, kemudian dan didinginkan
selama satu hari. Mikroorganisme ditambahkan untuk mempercepat proses penguraian
dan dilanjutkan dengan proses pembalikan dalam seminggu sekali. Kompos siap
digunakan setelah proses fermentasi berlangsung selama kurang lebih satu bulan.
Kompos fluff seperti pupuk organik pada umumnya mengandung unsur hara baik
makro maupun mikro. Kandungan hara yang terdapat dalam limbah padat adalah Corganik 5,23%, N-total 0,11%, P-tersedia 125 ppm, bahan organik 8,99% dan K-dd 13,85
ppm dan Mg 1,19 ppm (Rahayu dan Nurhayati, 2005).
2. Sebagai Bahan Alternatif Adsorben
Ampas teh juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif adsorben pada
limbah cair industri tekstil. Adsorpsi merupakan peristiwa penjerapann suatu zat pada
permukaan zat lain yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan gaya Tarik pada
permukaan zat tersebut (Siaka, 2002). Adsorben adalah zat yang menjerap dan zat yang
terjerap disebut adsorbat. Bebe rapa kegunaan adsorben diantaranya adalah untuk
memurnikan udara dan gas, memurnikan pelarut, penghilangan bau dalam pemurnian
minyak nabati dan gula, penghilangan warna produk - produk alam, serta untuk penjerap
zat warna dalam pengolahan limbah industri tekstil.
Menurut Retnowati (2005), zat warna dalam limbah cair industri tekstil
mengandung logam berat, seperti zat warna amaran yang mengandung merkuri, arsenat,
timah, serta kadmium dengan konsentrasi satu sampai sepuluh ppm. Selain itu limbah

cair industri tekstil juga mengandung biru metilen dimana dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan mual, muntah, nyeri pada mulut dan dada, sakit kepala, keringat
berlebihan, dan hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan ampas teh dapat digunakan
sebagai adsorben larutan amaran dan biru metilen untuk mengganti karbon aktif yang
cenderung memakan biaya lebih besar.
3. Pakan Ternak
Peternak dapat memanfaatkan limbah teh hitam sebagai campuran pakan
ternakdalam rangka untuk mengurangi produksi gas metan, kususnya pada ternak
golongan ruminansia. Gas metana dihasilkan dari rumen sebesar 80 95 % dan 5 20 %
dihasilkan dari usus besar. Gas ini dikeluarkan melalui mulut ke atmosfir . Kandungan
protein ampas teh yang cukup tinggi membuat ampas teh dapat digunakan sebagai
campuran untuk pakan ternak.

Limbah teh hitam tersebut dapat digunakan sebagai

campuran dari pakan sapi yakni rumput raja dan dedak halus. Disamping dapat
meningkatkan produktivitas ternak, pakan sapi tersebut juga mampu menciptakan
peternakan ramah lingkungan.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa limbah teh hitam dapat menurunkan
produksi gas metan hasil fermentasi ternak sapi perah atau sapi potong. Limbah teh
tersebut digunakan sebagai bahan campuran makanan ternak. Senyawa tanin di dalam
ampas teh hitam mampu menghambat metabolisme dan menurunkan jumlah protozoa
diikuti penurunan produksi gas metan namun tidak berpengaruh pada kadar protein
mikrobia, sehingga dapat meningkatkan produktivitas peternakan.

4. Sebagai Bahan dalam Pembuatan Papan Partikel


Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit yang terbuat dari
partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat
resin sintetis dan dipres pada keadaan panas menjadi lembaran-lembaran keras dengan
ketebalan tertentu. Kandungan senyawa lignoselulosa dalam bahan baku papan partikel
sangat berpengaruh terhadap mutu papan partikel yang dihasilkan, terutama terhadap sifat
mekanik keteguhan lentur dan keteguhan patah papan. Umumnya kayu yang digunakan
untuk papan partikel harus memiliki kandungan lignoselulosa sebanyak 71%.
Beberapa hasil penelitian mendapatkan bahwa produk papan partikel berbahan
baku ampas daun teh mempunyai mutu yang tidak kalah dengan papan partikel berbahan

baku kayu. Disamping itu beberapa penelitian membuktikan bahwa ampas daun teh dapat
berkombinasi dan bersinergi dengan baik dengan bahan partikel kayu lain saat ampas teh
dimanfaatkan sebagai bahan subtitusi pembuatan partikel. Papan partikel berbahan baku
ampas daun teh ini mempunyai sifat fisik dan mekanik yang memenuhi persyaratan
standar papan partikel SNI yaitu kerapatan, kadar air, MOE (modulus of elasticity),
pengembangan tebal dan internal bond.

2. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan berupa soda api sisa pembersihan alat - alat yang
digunakan selama pengolahan seperti baki. Soda api sisa pembersihan tersebut tidaklah
dialirkan ke dalam sungai, tetapi dialirkan ke dalam bak berbentuk kotak ditanam di
dalam tanah dengan dasar tidak disemen, sehingga soda api tersebut terserap ke dalam
tanah. Dengan demikian secara tidak langsung terjadi pencemaran terhadap sungai.

3. Limbah Gas
Asap dari heat exchanger baik untuk pelayuan maupun pengeringan langsung
dibuang ke udara sekitar melalui cerobong asap. Tinggi cerobong pengeluaran asap hasil
pembakaran di ruang pengeringan lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi bangunan
pabrik tempat proses pengolahan berlangsung. Ini dimaksudkan agar asap/gas hasil
pembakaran tersebut tidak masuk ke ruang pengolahan sehingga tidak mengganggu
jalannya proses pengolahan. Penanaman pohon disekitar pabrik juga akan mengurangi
limbah gas yang ada di udara.

Sumber:
Rahayu,M. dan Nurhayati. 2005. Penggunaan EM 4 dalam Pengomposan Limbah Teh Padat.
Fakultas Pertanian, UISU Medan
Retnowati. 2005. Efektivitas Ampas Teh Sebagai Adsorben Alternatif Limbah Cair Industri
Tekstil. Fakutas MIPA, Institut Pertanian Bogor

Kuntadi, Y. 1992. Pemanfaatan Ampas Teh dari Industri Teh Botol Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Papan Partikel. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai