Limbah Teh
Limbah Teh
ISI
1. Limbah Industri Teh
Proses produksi teh meliputi pelayuan, penggilingan, oksidasi (fermentasi), pengeringan
dan pengemasan. Di dalam setiap proses produksi teh menghasilkan limbah yang terdiri dari
limbah padat, limbah cair dan emisi. Limbah teh secara garis besar dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.
Limbah Gas
Limbah gas merupakan limbah yang dihasilkan dari hasil pembakaran atau pengeringan
yang menghasilkan gas gas tertentu. Limbah gas juga dapat berupa asap, asap
dihasilkan dari heat exchanger baik untuk pelayuan maupun pengeringan
langsung
dibuang ke udara sekitar melalui cerobong asap. Dalam industri pengolahan teh limbah
gas dihasilkan dari proses pemanasan saat penyeduhan teh untuk produksi teh dalam
kemasan siap minum. Limbah gas pada industri olahan minuman teh berupa gas yang
dihasilkan saat pemanasan saat proses sterilisasi botol dan perebusan teh untuk minuman
teh dalam kemasan.
Limbah Padat
Limbah padat dari industri teh berasal dari ampas teh yang merupakan sisa dari tiap
tahapan proses produksi. Fluff merupakan hasil sortasi dari pembuatan teh hitam yang
terdiri atas bahan padatan (serat) yang jumlahnya cukup besar, sekitar 1-3% dari produksi
teh yang dihasilkan. Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik teh jumlahnya besar
sekitar 400 kg/hari sehingga dalam sebulan diperoleh 12 ton.
Tabel 1. Komposisi Kimia Ampas Teh
Zat Gizi
Bahan Kering
Abu
Lemak Kasar
Protein Kasar
Serat Kasar
Tanin
Hemiselulosa
Selulosa
Lignin
Silikia
Kandungan %
90,24
5,00
0,42
18,40
21,73
2,98
8,70
33,54
8,41
1,61
cair industri tekstil juga mengandung biru metilen dimana dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan mual, muntah, nyeri pada mulut dan dada, sakit kepala, keringat
berlebihan, dan hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan ampas teh dapat digunakan
sebagai adsorben larutan amaran dan biru metilen untuk mengganti karbon aktif yang
cenderung memakan biaya lebih besar.
3. Pakan Ternak
Peternak dapat memanfaatkan limbah teh hitam sebagai campuran pakan
ternakdalam rangka untuk mengurangi produksi gas metan, kususnya pada ternak
golongan ruminansia. Gas metana dihasilkan dari rumen sebesar 80 95 % dan 5 20 %
dihasilkan dari usus besar. Gas ini dikeluarkan melalui mulut ke atmosfir . Kandungan
protein ampas teh yang cukup tinggi membuat ampas teh dapat digunakan sebagai
campuran untuk pakan ternak.
campuran dari pakan sapi yakni rumput raja dan dedak halus. Disamping dapat
meningkatkan produktivitas ternak, pakan sapi tersebut juga mampu menciptakan
peternakan ramah lingkungan.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa limbah teh hitam dapat menurunkan
produksi gas metan hasil fermentasi ternak sapi perah atau sapi potong. Limbah teh
tersebut digunakan sebagai bahan campuran makanan ternak. Senyawa tanin di dalam
ampas teh hitam mampu menghambat metabolisme dan menurunkan jumlah protozoa
diikuti penurunan produksi gas metan namun tidak berpengaruh pada kadar protein
mikrobia, sehingga dapat meningkatkan produktivitas peternakan.
baku kayu. Disamping itu beberapa penelitian membuktikan bahwa ampas daun teh dapat
berkombinasi dan bersinergi dengan baik dengan bahan partikel kayu lain saat ampas teh
dimanfaatkan sebagai bahan subtitusi pembuatan partikel. Papan partikel berbahan baku
ampas daun teh ini mempunyai sifat fisik dan mekanik yang memenuhi persyaratan
standar papan partikel SNI yaitu kerapatan, kadar air, MOE (modulus of elasticity),
pengembangan tebal dan internal bond.
2. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan berupa soda api sisa pembersihan alat - alat yang
digunakan selama pengolahan seperti baki. Soda api sisa pembersihan tersebut tidaklah
dialirkan ke dalam sungai, tetapi dialirkan ke dalam bak berbentuk kotak ditanam di
dalam tanah dengan dasar tidak disemen, sehingga soda api tersebut terserap ke dalam
tanah. Dengan demikian secara tidak langsung terjadi pencemaran terhadap sungai.
3. Limbah Gas
Asap dari heat exchanger baik untuk pelayuan maupun pengeringan langsung
dibuang ke udara sekitar melalui cerobong asap. Tinggi cerobong pengeluaran asap hasil
pembakaran di ruang pengeringan lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi bangunan
pabrik tempat proses pengolahan berlangsung. Ini dimaksudkan agar asap/gas hasil
pembakaran tersebut tidak masuk ke ruang pengolahan sehingga tidak mengganggu
jalannya proses pengolahan. Penanaman pohon disekitar pabrik juga akan mengurangi
limbah gas yang ada di udara.
Sumber:
Rahayu,M. dan Nurhayati. 2005. Penggunaan EM 4 dalam Pengomposan Limbah Teh Padat.
Fakultas Pertanian, UISU Medan
Retnowati. 2005. Efektivitas Ampas Teh Sebagai Adsorben Alternatif Limbah Cair Industri
Tekstil. Fakutas MIPA, Institut Pertanian Bogor
Kuntadi, Y. 1992. Pemanfaatan Ampas Teh dari Industri Teh Botol Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Papan Partikel. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor