Priyo Agustono
Asep Rasyidin
dampak negatif yang diduga akan tejadi misalnya pembatasan perdagangan oleh
masyarakat dunia intemasional terhadap produk elasmohranchii asal Indonesia. Terkait
uraian diatas, hasil dari kegiatan penelitian nantinya diharapkan dapat memberi
masukan (solusi) berharga dalam upaya menciptakan ketahanan pangan dan keamanan
pangan secara nasional, khususnya yang bersumber pada protein hewani ikan laut.
2. ldentifikasi species hiu dan pari dilahkan dilapangan secara cepat dan tepat
(rapid ussessment) dengan teknik yang telah dikuasai. Teknik tersebut
mengikuti cara yang digunakan White et al., (2006). Bagi ikan-ikan yang
ternyata memang sangat sukar diidentifikasi dilapangan akan dianatisis atau
diidentifikasi di Laboratorium P20 - LIPI.
Gambar 1 : Lokasi tempat penelitian ( & ) ikan hiu dan pari (Elasmobranchii) di TPI
tahun 2004 s.d 2007.
4
Kcc. Samuda, Kab. Sampit. Di Kalimantan Barat dijumpai 42 jenis (759 indiv), terdiri
dari 18 jenis hiu & 24 jenis pari. Jenis dominan Himantura gerrardi (sparse),
Dasyatis kuhlii, Himanturajenkimzi dan Scoliodon iaticaudus. Di Kalimantan Tmur
dijumpai 26 jenis (554 indiv), terdiri dari 14 jenis hiu & 12 jcnis pari. Jenis dominan
Dasyatis kuhlii, Paragaleus tengi, Carcharhinus brevipinna, dan Carcharhinus
sorrah.
dijumpai 20 jenis (125 indiv), terdiri dari 6 jenis hiu & 14 jenis pari. Jenis yang
menonjol; Himantura gerrardi, Himantura pastinacoides,
dan Pastinachus
solocirosiris.
29 jenis (3.591) terdiii dari 8 jenis hiu & 21 jenis pari. Jenis-jenis yang dominan
adalah; H~manturagerrardi, Dasyatis kuhlii ,Himantura uarnak, Aetoplatea zonura,
dun Himantura jenkinsii. Jenis pari Himantura gerrardi (dorninan) mencapai 64 %
Kalimantan
Glyphis sp. poss. New species
Himanturapastinacoides (Bleeker, 1852) 3 new record
Himantura lobistoma+ new record
Pastinachus solocirostris Last, Manjaji & Yearsley, 2005
record
Paragaleus tengi 3 new record
+ new
(8)
mencapai
465 mm dengan berat 3,8 kg. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa populasi di
daerah penangkapan masih alami. Hasil tersebut mempakan record bam dalam dunia
ilmu pengetahuan.
tertangkap secara intensif, tetapi dari hasil penelitian dibeberapa lokasi seperti di
Prop. Banten dan Kalimantan Timur temyata ikan jenis tersebut masih dijumpai
bemkuran >950 m m dengan berat 29,5 kg. Menurut Last d m Compagno, dalam
Carpenter (1999) ukuran maksimum ikan tersebut adalah 900 mm. Hasil tersebut
me~pctkanrecord baru lagi dalam dunia ilmu pengetahuan.
Beberapa jenis elasmobranchii yang dijumpai dalam ukuran maksimum
melebihi catatan ukuran FA0 dan merupakan temuan penting disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2: Temuan penting tentang ukuran tubuh (size) ikan jenis-jenis tertentu dari
elasmobranchii yang melampaui ukuran tubuh (mm)temuan F A 0 1998,
Ukuran tubuh
maksimum
Hasil penelitian
2004 s.d. 2007
(mm)
SPECIES
Aetobatus guttatus
Ukuran tubuh
maksimum FA0
1998,1999
(mm)
1120
850
Aetomylaeus milvus
510
Kab. Batang
Aetomylaeus nichofii
870
Kal-Sel
910
Kal-Sel
Aetomylaeus maculatus
Aetoplatea zonura
Kab. Batang
Gymnurapoecilura
Dasyatis microps
2320
Kab.Batang
Prop. Babel
Himanrura gerrardi
1040
Himantura granulata
1040
Himanturajenkinsii
Himanturafai
Banten
Himantura irnbricata
Himantura toshi
Himantura uarnacoides
1200
Kal-Sel
Kal-Sel
Kab.Batang
Rhizoprionodon oligoIim
730
Scoliodon laticaudus
770
DKI- Jak
Temuan penting lainnya adalah tentang ikan langka hiu gergaji dari jenis
Pristis microdon Latham, 1851, tertangkap oleh nelayan diperairan Prop. Bangka
Belitung. Ikan jenis tersebut tertangkap di perairan sekitar Toboali (Selatan Pulau
Bangka). Ukuran tubuh ikan tersebut diperkirakan 5 7 meter dengan berat *I ton.
Ukuran moncong yang diperoleh mencapai panjang 1,3 meter.
acutus, secara berurutan jumlah anak (bayi) yang dikandung $2 dan $ adalah 1 & 2, 2
& 1, dan
Rhrzoprronodon cf.
jenis Paragaleus tengi yang dijumpai, hanya terdapat satu ekor saja individu ikan
tengah bunting berarti hanya sebesir 2,l % saja dari total betina yang ada. Pada ha1
dari segi ukuran tubuh (TL) dari data yang diperoleh angka kisaran amat beragam
yakni atara kisaran 350 s.d. 925 mm TL.
Ratio kelamin pada ikan hiu jenis Paragaleus tengr adalah 9 : $
1 : 0,6.
Q dibandingkan dengan populasi $ tercennin dari embryo yang ada yakni 2 dan 1.
Untuk hiu pisang dari jenis Rhizoprionodon cf. acufus rasio populasi betina
dan jantan adalah Q : 8 = 1 : 7,7. Angka perbandingan tersebut t e r i n d i i dari
jumlah anak atau embryo (9 & $ ; 3 & 2) yang dijumpai pada induk dewasa pada
ukuran 910 mm. dengan berat 3,6 kg, bahwa populasi betina lebih besar dari populasi
jantan. Kondisi seperti itu secara alami tingkat reproduksi dari jenis tersebut lebii
tejamin, namun penelitian lanjutan amat diperlukan terutama guna pembuktian
iimiah yang lebih akurat tentang reproduksinya.
Ikan pari jenis Dasyatis kuhlii dan Himantura gerrardz adalah jenis dominan,
dan umum dijumpai. Oleh sebab itu dapat diusulkan untuk dijadiian parameter dalam
kajian terhadap pengelolaan elasmobranchii, terutama di Laut Jawa dan sekitarnya.
Ikan pari jenis Dasyatis kuhlii; Ikan jenis ini dijumpai 5 319 individu (ikan
yang dapat diamati). Namun dari estimasi diperkirakan sekitar 2.515 individu yang
tidak terpantau secara tepat. Dengan demikian total ikan pari dari jenis D. kuhlii yang
didaratkan di TPI
antara 0,l
- 345 mm @W).
- 0,3 kg. Untuk ikan jantan, ukuran klasper dewasa berkisar antara 35 - 46
mm (FC). Ukuran tubuh ikan tersebut ketika mulai dewasa adalah mencapai 2190 mm
(DW), dengan ukuran klasper 16,5 mm (FC). Dari seluruh ikan jantan yang dijumpai
tersebut, hanya separuh (50%) yang telah dewasa (FC), selebihnya pradewasa (NFC),
sedangkan juvenil (NC) tidak dijumpai.
Ikan pari jenis Himantura gerrardi: Selama penelitian ikan jenis tersebut
dijumpai sebanyak & 2.319 individu. Perbandingan ikan 3 : 9 adalah 1 : 1,17. Ukuran
tubuh berkisar antara 180 - 899 mm. Kisaran berat 0,l - 16,0 kg. Tubuh ikan betina
berkisar antara 180 - 889 mm @W). than betina memiliki kisaran ukuran tubuh
antara 103 - 705 mm (DW). Untuk ikan 3 yang telah matang klasper (FC) dijumpai
pada ukuran 2 490 mm (WD). Ukuran klasper dewasa berkisar antara 32,4 - 84,O
mm (FC). Untuk ukuran individu yang tergolong pradewasa (MC) panjang klasper
berkisar antara 24,3 - 84,0, dengan kisaran 420 - 470 mm @W). Ukuran klasper
jantan belum dewasa (juvenile) berkisar antara 7,2 - 23,s mm (NC) deugan ukuran
tubuh < 490 (DW). Untuk ikan betina yang tengah mengandung bayi (bunting) dapat
terdeteksi sebanyak 18 individu pada ukuran 2540 mm (DW).
Makanan (Stomach content):
Analisis dari sampel isi perut dilakukan pada kelompok ikan pari dari
beberapa jenis yakni; Himantura uarnak. Dari pengamatan isi peNt ikan tersebut
dijumpai komponen makanan, antara lain ikan, krustase, cumi, ekhinodermata, dan
lain-lain. Komponen makanan yang diperoleh &pat menberikan indikasi tentang
habitat dimana ikan pari tersebut hidup. Ikan pari dari jenis Himantum uarnak,
temyata memiliki komponen makanan yang beragam. Jika dilihat dari berat basah
(biomas) maka bagian utama makanannya adalah ikan, setelah itu krustase yang
terdiri dari Paneid, Stomatopoda, Crab, Squid, dl1 Tabel 3.
Hasil dari dua jenis ikan pari Himantura uamak dan Himantura fai dapat
diduga bahwa kedua hewan tersebut hidup di dasar perairan pada daerah berlumpur.
Komponen biota hasil analisis lambung yang di jumpai
(Parupeneus spp), mata belo (Primanthus sp), layur (Trichiurus spp.),' serak
Udang pletowpengko
Udang p1elotdpengko
ODONTODACTYLIDM2
OdontodacryIus cultriJer (White, 1850)
NANNOSQUILLIDAE Manning, 1980
Acanthosquilla multifarciala
1
12
BRACHYURA
1
DADTI
".\I
mmn A c
"IYI"?.ti
13 ( Charybdis variegata
14 _] Porfums sp.
CALAPPIDAE
Cdappa lophos (Herbst, 1785)
15
( Rajungan
Rajungan
Kepiting
MACRURA
PFNAFlnAF.
1 LEUCOSIIUAE
19
1 Leucosia sp.
1
)?
penangkapan
elasmobranchii
sesungguhnya
amat
terkait
antara 20 hingga 22 hari melaut termasuk lamanya waktu diperjalanan pulang pergi.
Waktu tersebut termasuk pejalanan pulang pergi. Sedikitnya lama wakht
penangkapan berlangsung kurang lebih 15 hari. Lokasi daerah penangkapan (fishing
ground) nelayan catrang memang tergolong jauh. Lokasi penangkapan mereka akan
berubah-ubah setiap melaut tergantung cuaca dan kebiasaan mereka dalarn melaut.
Apabila suatu lokasi sudah dikunjungi untuksatu kali "fishing ground', berikutnya
mereka akan memilih lokasi barn yang kemungkinannya banyak ikan, biasanya
pemilihan lokasi baru tersebut bedasarkan kebiasaan ketika telah sekian lama satu
lokasi tertentu tidak didatangi. Beberapa diantara lokasi penangkapan yang umumnya
mereka datangi antara lain; Serutu, Ketapang, Karimata (Kaliantan Barat), Lambao
(Kalmantan Selatan), Keramean, Karimun (Laut Jawa sebelah T i u r ) . Selain itu juga
meliputi daerah Matasiri, Marabatua (Kalsel), P.Kambing (Perairan Timur Madura).
Tarikan jaring (haul) dilakukan 6 s.d. 10 bahkan kadang-kadang hinggal2 kali satu
hari. Rata-rata tiap kapal dapat melakukan 8 kali tawur per hari. Satu kali tarikan
jaring memakan waktu satu jam. Dengan demikian kegiatan penangkapan hanya
berlangsung selama siang hari, dan pada malam hari ABK dapat beristirahat. Untuk
aktivitas jam kerja para ABK dalam pemasangan jaring biasanya
hari yang dimulai sejak jam 6.00 pagi hingga jam 18.00 sore atau jam 5.00 hingga jam
17.00 sore. Jaring di operasikan pada kedalaman laut 30 s.d 60 m. Biasanya armada
akan mencari lokasi yang memiliki dasar berlumpur untuk mengoperasikan jaring
dasar tersebut. Untuk menduga dasar perairan berlumpur atau tidak digunakan peta
pelayaran oseanografi, dan unit GPS untuk mencari posisi. Berdasarkan pengalaman
bertahun-tabun bagi nelayan catrang tidak sulit untuk menjumpai lokasi dengan dasar
perairan berlumpur yang mereka butuhkan. Daerah yang tersapu jaring diperkirakan
sejauh 6 s.d 9 detik atau rata-rata 8 detik dipeta (Map) navigasi pelayaran.
Selain armada besar diatas, nelayan tradisional melakukan aktivitas
penangkapan menggunakan pancing rawai (rawai dasar). Contoh kasus di Perairan
Mahakam. Nelayan disana mengguuakan mesin perahu berukuran 24 pk merk
Dompeng buatan Cina. Ukuran panjang 10 m. Lebar 1,5 m. Jaring yang digunakan
sebanyak 15 piece. Pancing rawai tersebut dibuat sendiri sedemikian rupa; sebanyak 3
mata pancing dipasang tiap 1 m panjang tali Utama. Panjang tali gantungan tiap mata
pancing 30 cm. Setiap satu teteng memiliki 250 mata pacing. Pelampung kecil
dipasang tiap 14 mata pancing. Setiap perahu penangkap memiliki antara 15 s.d 17
tenteng I piece. Teknik penangkapan diadopsi dari nelayan madura yang datang
kesana untuk kerja sama. Mata pancing sekali gus didatangkan dari madura. Alat
ditebar pada kedalarnan maksimum 3 m di mulut sungai Mahakam. Jenis-jenis
umum yang tertangkap H. gerrardi, H. UamacoidesP. sephen.
Nelayan tradisional pada umumnya melakukan penangkapan tidak jauh dari
tempat tinggal mereka. Secam alami nelayan mewarisi ilmu melaut dari kebiasaan
atau pengalaman turun temurun dari leluhur. Hasil studi kasus dari Muara Mahakam.
Lokasi penangkapan nelayan Sei. Kape adalah di Muara Berau, Tj. MiringlKedutan.
Pada saat bulan Oktober (Musim angin Selatan) daerah ini terlindung, sangat strategis
untuk tempat melepas rawai. Penangkapan otomatis tidak dilakukan di Laut terbuka.
Hanya beroperasi tidak jauh dari pantai dan malah disenangi dekat hutan
mangrovehakau. Daerah musim berikutnya adalah Lapangan Tengah, Pantuan, Tj.
Ajuh, Bayur, Supatin (Tj. Sekian), daerah tersebut dikunjungi pada waktu musim
Utara (praktis terlindung). Daerah penangkapan lainnya terdapat di Selatan disebut Tj.
Burung (Bakapai), Muara Hulu Besar, Ma. Hulu Kecil, Ma. Pengah. Muara Pegah
adalah alur pelayaran bagi kapal yang melintas keluar masuk pelabuhan Samarinda.
Lokasi tersebut menurut mereka adalah paling aman untuk kegiatan penangkapan
ketika muncul Musim angin dari amh Utara Musim Utara).
Hasil studi kasus lainnya di Perairan Mempawah juga salah satu diantara
kondisi nelayan tradisional di Indonesia. Nelalan Mempawah paling jauh mereka
beroperasi di sekitar P. Temajo, P. Pedamaran, P. Setinjam. Beberapa nelayan ada
yang berani lebih jauh hingga P. Datuk atau P. Pengekek dengan lama waktu
beroperasi mencapai 2 hari. Alat tangkap khusus yang digunakan untuk mendapatkan
ikan pari di daerah ini yakni pancing rawai umpan. Spesifikasi alat tersebut mtara
lain, total jumlah mata pancing berkisar antara 500 s.d. 1000 buah. Biasanya hanya
1000 buah, dengan ukuran pancingnya No. 8 (1,5 inch). Panjang tali utama mencapai
satu kilometer. Jarak antara satu mata pancing ke mata pancing lainnya yakni 1 meter.
Tinggi tali pancing dari tali utama adalah 70 cm. Jaring di operasikan pada
kedalaman 10 s.d 20 meter.
Elasmobranchii sebagai h a d ikutan (by cacth):
Dari hasil tangkapan pukat cantrang
Perikanan hiu dan ikan pari di Bangka Belitung memberikan kontribusi yang
cukup signifkan terhadap perkembangan kinej a perikanan tangkap di daerah tersebut
secara mum. Bersama pelaksanaan kegiatan perikanan tangkap lainnya, perikanan
ini diharapkan dapat mendongkrak perekonomian. Dari total tangkapan yang telah
berlangsung saat ini, perikanan hiu dan pan menyumbang secara signifikan nilai
penerimaan hasil perikanan. Angka tersebut tentu akan bertambah besar apabila
seluruh bagian ikan hiu dan pari hasil tangkapan telah termanfaatkan. Sejauh ini, nilai
tersebut hanya memperhitungkan pemanfaatan sebagian (70%) tubuh ikan hasil
tangkapan di perairan taut Bangka, yang didaratkan di lokasi-lokasi utama seperti Sungai Liat, Riau
Silip dan Belinyu.
Sebagai garnbaran besarnya kontribusi perikanan hiu dan
memperbandingkan besarnya nilai penerimaan yang diperaleh dari perikanan hiu dan pan dengan
rarnan kotor yang diperoleh TPI terpenting di propinsi tersebut. Dari hasil pendapatan daerah terlihat
bahwa total jurnlah penerirnaan dari perikanan hiu dan ikan pari yang didaratkan di Pangkalpinangdari
tahun ke tahun berkisar antara 4 hingga 5 rnilyar rupiah, jurnlah yang sangat dekat dengan angka
rarnan yang tercatat pada TPI Pasir Putih, Pangkalpinang.
Pemanfaatanelasrnobranchii;
Salab satu butir penting dalam IPOA adalah perlunya pencantuman klausul
mengenai optimalisasi manfaat hiu yang tertangkap. Limbah h a m diupayakan
ditekan semaksimal mungkin sedangkan nilai tambah dari produk hams diupayaican
setinggi mungkin. Pada kenyataannya, sejauh ini pengolahan produk hiu di Prop.
Bangka Belitung dan diperkirakan juga terjadi di berbagai tempat lain di Indonesia,
hanya dapat tennanfaatkan sebagian tubuh tertentu belum dapat mencapai maksimum,
dengan demikian nilai tambahnya pun masih sangat terbatas. Di banyak lokasi,
penangkapan hiu bahkan dilakukan hanya untuk memdaratkan bagian tertentu dari
tubuhnya yang paling bernilai ekonomis, seperti sirip, minyak squalen; sementara itu,
bagian lain yang dianggap tidak bernilai ekonomi terbuang menjadi l i b a h , bahkan
ada laporan mengemukakan bahwa material sisa seringkali dibuang di laut. Di Bangka
Belitung, bagian tubuh yang dimanfaatkan tidak lebih dari 70 %, itu pun hanya untuk
keperluan usaha yang tidak mendatangkan nilai tambah terlalu tinggi.
yang
memiliki
hubungadiatan
hutang
piutang
antara
1. Kegiatan pemasaran ikan pari mengalami perkembangan sejak awal Tahun 2005
seiring dengan kehadiran jaring dasar sebagai alat tangkap khusus penangkapan
pari dan tingginya perrnintaan dari pasar luar negeri
2. Kegiatan pengolahan masih sangat tradisional dan keterampilan pengolah sangat
terbatas akibatnya ikan pari wnumnya dipasarkan masih dalam bentuk utuh
(primary product) dan dalam bentuk segar (untuk kulit). Nelayan belum dapat
menikmati nilai tambah (added value) dari produk olahan karena keterbatasan
pengetahuan dm keterampilan pengolahan.
3. Pelaku pasar yang terlibat dalam distribusi ikan pari di Kota Pangkalpinang dan
Kabupaten sungai Liat terdiii dari nelayan, pedagang pengumpul besar (agen),
pedagang pengumpul kecil (bakul), pedagang pengecer, dan eksportir. Di tingkat
nelayan ada kebebasan dalam menjual ikan pari tangkapannya sehingga struktur
pasar yang terbentuk mengarah pada persaingan sempum.
4. Pengawasan mutu masih sangat terbatas hanya berupa uji organoleptik,
elasmobarnchii nantinya.
Hasil studi kasus selama penelitian telah dapat diidentifikasi sebanyak 2.013
individu H gerrardi, dengan ratio kelamin ikan
Untuk perbandingan ratio kelamin tersebut ikan betina lebih banyak. Dengan
demikian secara teoritis angka ratio tersebut tidak menguntungkan bagi populasi ikan
jenis tersebut dimana perbandingan jumlah jantan dan betina tidak seimbang.
Hasil yang diperoleh dari tangkapan nelayan Catrang dan hasil tersebut sangat
bewariasi yakni berkisar antara 889 50.159 kg dengan total keseluruhan (22 kapal)
hasilnya adalah 206.465 kg. Untuk hasil rata-rata tiap kapal diperoleh sebesar 9.385 it
10,3358 kg. Dari hasil tersebut juga terlihat bahwa elasmobranchii memberikan
sumbangan sebesar 28.219 kg. Sebagai jenis yang dominan H. gerrardi dari
kelompok pari didaratkan sebanyak 13.888 kg, dengan hasil rata-rata 631
* 1093,751
gewardi.
Jenis pari ini hampir selalu ditemukan dalam hasil tangkapan jaring
* 13,37%
pada tahun 2006 dan 15,68 + 10,8% pada tahun 2007. Kontribusi terendah dari
Himantura gerrardi terhadap total tangkapan kapal cantrang yang disurvei adalah
0,2% di tahun 2006 dan 0,46% (2007). Sedangkan kontribusi tertinggi pada tahun
2006 adalah sebesar 65,62% dari total tangkapan ikan dan 42,32% di tahun 2007.
Adapun sebaran ukuran lebar tubuh H gerrardi yang biasa tertangkap oleh
jaring cantrang adalah pada tahun 2006 dan 2007 adalah antara 400-600 mm. Hasil
uji analisis varians (ANOVA) menunjukkan bahwa rata-rata ukuran tubuh H. gerrardi
pa& tahun 2006 dan tahun 2007 tidak berbeda nyata (F=1,06; B0.05).
Ikan pari jenis Himantura gerrardi diketahui mencapai ukuran dewasa pada
ukuran lebar tubuh 460-480 mm untuk jantan dan di atas 640 mm untuk ikan betina
(White et al., 2006b) sehiigga ukuran umum ikan pari H. gerrardi yang tertangkap
oleh jaring cantmng di Batang m e ~ p a k a nukuran dewasa. Berdasarkan data yang
diperoleh selama penelitian, diketahui ukuran dewasa ikan pan jantan dicapai pada
ukuran antara 430-530 mm, sedangkan betina ukuran sekitar 600 mm. Ukuran pada
saat dewasa untuk ikan jantan diperoleh dari kondisi perkembangan alat kelamin
jantan (klasper) bedasarkan tingkat pengapurannya (kalsiiikasi), dirnana ikan jantan
dinyatakan dewasa apabila kondisi klasper telah membesar, mengeras dan
mengandung sperma.
Hasil analisa makanan ikan pari dari jenis H. gerrardi menunjukkan
bahwa bagian terbesar tenyata dari udang-udangan paneid (60 %), kemudian disusul
oleh kelompok kepiting (20 %), dan udang mantis sebanyak (14 %). Sisanya
*6 %
terdiri dari berbagai jenis hewan dan komponen fragmen material yang sukar di
kenali. Dari hasil analisis makanan tersebut bahwa ikan pari menyenagi hidup di
daerah lumpur yang juga menjadi kesukaan biota krustase pada umumnya.
Selama penelitian juga telah dikumpulkan pula i 70 sampel genetik 1 DNA
dari beberapa jenis pari dan hiu tertentu yang diharapkan dapat memperbanyak
koleksi genetik / DNA untuk keragaman genetik &an pari dan hiu terutama
kemgamanan genetik ikan pari jenis Himmtura gerrardi, d m H u m k dari berbagai
unit populasi di Laut Jawa. Beberapa sampel telah dianalisis dan telah di publiiasi
pada majalah Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (OLDI). Selebihnya dihampkan
dapat dianalisis apabila Laboratorium DNA di P20-LIP1 telah terealisasi.
Koleksi referensi;
Terhimpunnya berbagai material koleksi dari berbagai jenis elasmobranchii di
P20-LIP1 selama aktivitas penelitian berlangsung, secara perlahan telah dapat
melengkapi ruangan koleksi referensi biota laut P20-LIPI. Selama penelitian telah
terkumpul pula
specimen dari jenis Megachasma pelagios, dan jenis-jenis hiu dan pari yang
dikemukakan di atas sebagai "new record" tersimpan untuk bahan rujukan tersebut.
Publikasi ilmiah:
Selama tahap awal kegiatan
Tabel 2. Makalah ilmiah yang sudah terbit dan sedang dalam proses penerbitan untuk
diiuat di majalah ilmiah dan seminar 1 symposium.
Penulis
Judul Artikel
Voi. (No.]
Yegara
Jurnal
White, W. T.,
Fahmi, M.
Adrim & K.
Sumadhiharga
Fahmi
Dharmadi
dan
Apriliani T.,
4.H. Purnomo,
3an M. Adrim
Pumomo, A.H.,
T. Apriliani, dan
M. Adrim
A Juvenile Megamouth
Shark Megachasma
pelagios (Lamniformes:
Megachasmidae) From
Northern Sumahia,
Indonesia
Status perikanan hiu dan
Pengelolaannya
Pola pemasaran ikan pari
(rays) di Kota
Pangkal
Pinang Propimi Bangka
3ingapwa
Oseana.
Da1am;Setyaw
an W.B. dkk.
Vol XXX,
2005. No.1:
1-8
2005
ndonesia
ndonesia
W9;
Prosiding
Pertemuan
[Imiah
Tahunan IS01
2005. Surabaya
5-6 Juli 2005.
lkatan Sarjana
Oseanologi
Indonesia.
Jakarta
Da/am:Setyaw 2005
an W.B. dkk
(e4;
Prosiding
Pertemuan
Indonesia
Adrim,M.
Irma, S. A. dan
M. Adrim
Fahi,
S.J.M.
Blaber,
M.
Adrim, and I. R.
Tibbetts
Fahmi
ndra Effendi
Shita
ulyza, Ahmad
arajallah,
ahmi and M.
drim
ma
Oseanologi
Indonesia.
Jakarta.
Studi pendahuluan Tentang Neptunus
13 (1): 2006
Komposisi jenis dan
Majalah llmiah 71 - 82
Kelimpahan
Kelautan.
Elasmobranchii Hasil
Universitas
Tangkapan Nelayan di Jawa Hang Tuah.
Timur.
Surabaya
Hubungan Xtilogenetik
Oseanologi
VOI XXXIII,
antar tiga karakter motif H
dm
42: 2007
gerrardi
Limnologi di
57-68.
berdasarkan 12s rRNA dan Indonesia.
16s rRNA DNA
Indonesia
lndonesia
Indonesia.
~ i ~
Reseaxh
Journal.
Thesis S2 dari
sdr. di Univ.
Quensland
Australia.
Thesis S1. IPB
Bogor
LIPI-JSPS
Joint Seminar
on
Coastal
Marine cience.
Jokyakarta.
M.
Adrim,
Fahmi,
Siti
Balkis dan Dani.
Poster-poster:
1. Diversitas ikan Pan di TERBlT
Indonesia 2006
2. Diversitas lkan Hiu di
Indonesia 2006
dm revisi 2008
2006
2008
dan
Indonesia
Kerjasama peoelitiao;
Selama penelitian telah dilakukan berbagi kerjasama dengan berbagai
instansi terkait, dan bahkan dengan pihak luar negri. Kerjasama tersebut antara
lain;
Melakukan kerjasama dengan BBRSEK-DKP,
UNPAR-Palangkaraya,
gerrardi Dasyatis kuhlii, dan Dasyatis zugei. Jenis Himantura gerrardi (pari
pasir, pari lurnpur) merupakan jenis yang sangat umum dan melimpah
populasinya terutama di perairan Laut Jawa dan sekitamya. Hasil uji DNA
menunjukkan bahwa ketiga corak warna tubuh yang berbeda (full spot, sparse
spot, dan no spot) dari jenis yang sama (satu jenis/species).Hasil pengamatan
terhadap tangkapan ikan pari jenis H. gerrardi di peroleh petunjuk bahwa ada
indikasi terjadinya trend penurunan.
4. Penangkapan ikan hiu dan pan terkesan sangat tidak selektif. Ukuran tubuh
akan terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A.T. 2002. Elasmobranch Fisheries in Peninsular Malaysia. . In; Fowler,
S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.) Elamobranch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedings of the International Seminar and
Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK.86 - 92.
Alava, M.N. R., , E. R. 2. Dolumbalo, A. A.Yaptinchay and R.B. Trono. 2002.
Fishery
and Trade of Whale Sharks and Manta Rays in the Bohol Sea, Phffippines. In;
Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.) Elamobranch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedings of the International Seminar and
Workshops, Sabah, Malaysin, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 132 - 148.
Ali, A., Hilmi, A. H., Gambang, A. C., Sade, A., and Razak, S. A. (Eds). (2004).
Elasmobranch resources, utilization, trade and management in Malaysia.
Malaysia: Marine Fishery Resources Development and Management
Department Southeast Asian Fisheries Development Center.
Almada-Villela, P.C. 2002. Pilot Fisheries Socio-economic Survey of Two Coastal
Areas in Eastern Sabah. In; Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A.
(eds.) Elamobranch Biodiversity, Conservation and Management:
Proceedings of the International Seminar and Workshops, Sabah, Malaysia,
July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and
Cambridge, LK. 33 - 45.
Anak, N. A. (2002). An overview of sharks in world and regional trade. In S. L.
Fowler, T. M. Reed & F. A. Dipper (Eds), Elasmobranch biodiversity,
conservation and management: Proceeding of the international seminar and
workshop in Sabah, July I997 (pp. 25-32). Gland, Switzerland and
Cambridge, UK: TJm SSC Shark Specialist Group.
Allen, G.R., and Swainston, R. 1988. The Marine Fishes of North- WesternAustralia.
Afield guide for anglers and divers. Western Australian Museum. 1988.
Allen, G. R., and M. Adrim. 2003. Review article; Coral Reef Fishes of Jndonesia.
Zoological Studies. 42 ( 1 ) ; 1-72.
Anak, N.A. 2002. An Overview of Sharks in World and Regional Trade. In;
Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.) Elamobranch Biodiversity,
Conservation andManagement: Proceedings of the International Seminar and
Workhops, Sabah, AhZaysia, JUL) 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 25 - 32.
Anderson, R.C. 2002. Elasmobranch as a Recreational Resource. In; Fowler, S.L.,
Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.) Elamobranch Biodiversity, Conservation
and Management: Proceedings of the International Seminar and Workshops,
Sabah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group. ILTCN,
Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 46 - 5 1.
Anderson, R. C. and A. Hafu. 2002. Elasmobranch Fisheries in the Maldive. In;
Fowler, S.L., Reed T. M.,and Dipper, F.A. (eds.) Elamobranch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedings of the International Seminar and
Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 114 - 121.
Anonymous, 2004.Buku Statistik Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang. Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang, Propinsi Jawa Tengah.
Chen, C.T., K..M. Liu and S. J. Joung. 2002. Preliminary Report on Taiwan's Whale
Shark Fisherv. In; Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A.
(eds.)Elamobranch Biodiversiq, Conservation and Management: Proceedings
of the International Seminar and Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and
Cambridge, UK. 162 - 167.
Coleman, N. (1996). Australia's Sharks and Rays. NSW Australia: National Book
Distributors and Publishers.
Compagno, L.J.V. 1984. F A 0 species catalogue. Vo1. 4. Sharks of the world. An
annotated and illustrated catalogue shark species known to date. Part 1.
Hexanchiformes to Larnniformes. F A 0 Fish. Synop., (125)Vo1.4, Pt. 1249
Compagno, L.J.V. 1984. FA0 species catalogue. Val. 4. Sharks of the world. An
annotated and illustrated catalogue shark species known to date. Part 2.
Carcharhiniformes. F A 0 Fish. Synop., (125)V01.4,Pt.2:251-655.
Compagno. L.J.V. 1988. Sharks of the order Carcharhinifomes. Princeton, Now
Jersey, Princeton University Press. 572 p.
Compagno, L.J.V. 1998. FA0 species identification guide for fishery purposes.'&
Living Marine Resources of The Western Central Pacific. Vol. 2.
Cephalopods, crustaceans, holothurians and sharks. In; Carpenter, K.E.; Niem,
V.H. (eds). FAO. Rome, 687-1396 p.
Compagno, L.J.V. 1999. FA0 species identification guide for fishery purposes. The
living marine resources of thewestern Central Pacific. Vol. 3. Batoid fishes,
chimaeras and bony fishes part 1 (Elopidae to Linophrynidae). In; Carpenter,
K.E.; Niem, V.H. (eds). FAO. Rome. 1397-2068 p.
Compagno. L.J.V. 1993. Checklist of Living Elasmobranchs. In; Hamlett, W. (eds.)
Sharks, Skates, and Rays. The Biology of .Ha-mobranch Fishes. The Johns
Hopkins University Press. Baltimore and London.
Compagno, L.J.V. 2002. Freshwater and Estuarine Elasmobranch Surveys in
the
Indo-Pacific Region: Threats, Distribution and Speciation. In; Fowler, S.L.,
Reed T. M.,and Dipper, FA. (eds.)Elamobranch Biodiversiry, Comervation
and Management Proceedings of the international Seminar and Workshops,
Sabah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN,
Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 168 - 180.
Compagno, L.J.V. 2002. Review of the Biodiversity of Shark and Chimaeras in the
South China Sea and Adjacent Areas. In; Fowler, S.L., Reed T. M., and
Dipper, F.A. (eds.) EIamobranch Biodiversity, Conservation and
Management: Proceedings of the International Seminar and Workshops,
Sabah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN,
Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 52 - 63.
Last, P.R. 2002. Importance of Biological Collections for Future Taxonomic Research
in the Indo-West Pacific. . In; Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A.
(eds.) Elamobranch Biodiversity, Conservation and Management:
Proceedings of the International Seminar and Workshops, Sabah, Malaysia,
July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and
Cambridge, UK. 78 - 8 1.
Last, P. R. 2002. Freshwater and Estuarine Elasmobranchs of Australia. In; Fowler,
S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.)Elamobranch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedings of the International Seminar and
Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 185 - 193.
Last, P.R. and L.J.V. Compagno. 2002. Review of the Biodiversity of Rays in the
South China Sea and Adjacent Areas. In; Fowler, S.L., Reed T. M., and
Dipper, F.A. (eds.) Elamobranch Biodiversity, Conservation and
Management: Proceedings of the International Seminar and Workshops,
Sabah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN,
Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 64 - 69.
Manjaji, B. M. 2002. Elasmobranchs Recorded from River and Estuaries in Sabah. In;
Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.) Elamobranch Biodiversity,
Consewation and Management: Proceedings of the International Seminar and
Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 194 -198.
Manjaji, B. M. 2002. New Records of Elasmobranch Species from Sabah. In; Fowler,
S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.) Elamobranch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedings of the Internaional Seminar and
Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 70 - 77.
Masuda, H., K. Amaoka, C. Araga, T. Uyano, and T. Yoshino, K. M. Muik (Eds).
1984, TheJishes of the Japan Archipelago. Tokai, Japan, Tokai University
Press, 2 vols., 435 p.
Monkolorasit, S. 1984. The cartilaoinous fishes (Class Elasmobranchil) found in
Thai waters and adjacent areas, Dept. Fish. BioL, Fac. Fish., Kasetsar-I
Univ., Bangkok, 175 p.
Newman, H. E., A. J. Medcraft and J. G. Colman. 2002. Whale Shark Tagging and
Ecotourism. In; Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A.
(eds.)Elamobranch Biodiversity, Conservation and Management: Proceedings
of the International Seminar and Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and
Cambridge, UK.230 - 235.
Payne, J. and P. Andau. 2002. Kinabatangan River Conservation Area. In; Fowler,
S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.)Elamohranch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedings of the International Seminar and
Workshops, Sahah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 241 - 242.
Shin Shii-Chiah, C.T Chen, H.M. Chen, L.W, Chen, W.E. Eschmeyer, S.J. Joung,
5,O. Lee, H,K, Mok, K.l Shao, a C.S. Tzeng. 1995. Fishes of Taiwan, 960 p.
Stevens J. D. and Church A. G. 1984. Northern tagging project yields interesting
results. Aust. Fish. 43: 6 - 10.
Stevens, J. D. and Wiley, P. D. 1986. Biology of two commercially important
carcharhinid sharks from norther Australia. Aus. J. Mar. Freshwater Res. 37:
671 - 688.
Stevens, J. D. and J. M. Lyle. 1989. Biology of three hammerhead sharks (Eusphyra
hlochii Sphynza mokarm and S. lewini) from northen Aushalia. Aus. J. Mar.
Freshwater Res. 37: 671 - 688.
Stevens, J.D. 1999. Variable Resilience to fishing pressure in two sharks: The
significance of different ecological and parameters. Americanfisheries society
symposium. 23: 11 - 15.
Stevens, J.D., R. Bonfil, N. K. Dulvy, dan P. A. Walker 2000. The affects of fishing
on sharks, rays, and chimaeras (chondroichthyans), and the implications for
marine ecosystems. ICES Journal Marine Science, 57: 476-494.
Stevens, J.D., G.J. West, dan K. J. McLouglin. 2000. Movements, recapture patterns,
and factors affecting the return rate of carcharinid and other sharks tagged off
northern Australia. Mar. Freshwater Res., 5 1: 127 - 141.
Stevens, J. 2002. A Review of Australian Elasmobranch Fisheries. In; Fowler, S.L.,
Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.) Elamohranch Biodiversity, Conservation
and Management: Proceedings of the International Seminar and Workshops,
Sahah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN,
Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 122 - 126.
Stevens, J., 2002. The Role of Protected Areas in Elasmobranch Fisheries
Management and Conservation. In; Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper,
F.A. (eds.)Elamohranch Biodiversity, Conservation and Management:
Proceedings of the International Seminar and Workshops, Sahah, Malaysia,
July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and
Cambridge, UK. 241 - 242.
Suzuki, T. 2002. Development of Shark Fisheries and Shark Fin Export in Indonesia:
Case Study of Karangsong Village,Indramayu, West Java. In; Fowler, S.L.,
Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.)ElamohranchBiodiversity, Conservation
and Management: Proceedings of the International Seminar and Workshops,
Sabah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN,
Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 149 - 157.
Shehe, M.A. and N. S. Jiddawi. 2002. The Status of Shark Fisheries in Zanzibar. In;
Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.)Elamobranch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedings of the International Seminar and
Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 158 - 161.
Taniuchi, T. 2002. Outline of Field Surveys for Freshwater Elasmobranchs Conducted
by a Japanese Research Team. In; Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A.
(eds.)ElamobranchBiodiversity, Conservation and Management: Proceedings
of the International Seminar and Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and
Cambridge, UK. 181 - 184.
TRAFFIC. (2002). A CITES priorities: Sharks and the twelfth meeting of the
conference of the parties to CITES.
Retrieved 6 February, 2004, fiom
http:/l~.traffic.org/news/Sharks~CoP12.pdf.
Pauly, D. 2002. Growth and Mortality of the Basking Shark Cetorhinus maximus and
their Implications for Management of Whale Sharks Rhincodon typus. In;
Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.)Elamobrmch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedings of the International Seminar and
Workshops, S d a h , Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 199 - 208.
Vidthayanon, C. 2002. Elasmobranch Diversity and Status in Thailand. In; Fowler,
S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.) Elamobranch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedhgs of h e international Seminar and
Workhops, Sabah, Malaysia, Ju[y 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 104 - 113.
Visser, T. 2002. FA0 Initiatives for Elasmobranch Fisheries Research and
Monitoring. In; Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A.
(eds.)ElamobranchBiodiversity, Conservation and Management: Proceedings
of the international Seminar and Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997.
lUCN SSC Shark Specialist Group. TUCN, Gland, Switzerland and
Cambridge, UK. 215 - 219.
Walker, T. L. 2002. Review of Fisheries and Processes Impacting Shark Populations
of the World In; Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A.
(eds.)Elamobrmch Biodiversity, Conservation and Management: Proceedings
of the International Seminar and Worhhops, Sabah, Malaysia, July 1997.
KJCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridg
West, G. J., dan J. D. Stevens. 2001. Archival tagging of shark, Galeorchinus galeus,
in Australia: initial results. Environmental Biology of Fishes. 60: 283 - 298.
White, W. T., Last, P. R., Stevens, 5. D., Yearsley, G. K., Fahmi, and Dharmadi.
(2006). Economically important sharks and rays of Indonesia. Canberra:
ACIAR
White, W. T., Fahmi, Dharmadi, & Potter, I. C. (2003). Preliminavy investigation of
artisanal deep-sea chondrichthyan $sheries in Eastern Indonesia. Paper
presented at the Conference on the Governance and Management of Deep-sea
Fisheries, New Zealand.
White, W. T., Giles, J., Dharmadi, & Potter, I. C. (2006a). Data on the bycatch fishery
and reproductive biology of mobulid rays (Myliobatiformes) in Indonesia.
Fisheries Research, 82,65-73.
White, W. T., Last, P. R., Stevens, J. D., Yearsley, G. K., Fahmi, & Dharmadi.
(2006b). Economically important sharks and rays of Indonesia. Canberra:
ACIAR.
Wibowo, S. dan H. Susanto. 1995. Sumberdaya dun Pemanfaatan Hiu. Penebar
Swadaya. Jakarta. 156 pp.