Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Gerak merupakan salah satu ciri dari mahluk hidup. Pada manusia terdapat otot yang
berfungsi untuk menyelenggarakan pergerakan.Seperti halnya pada semua organ, untuk
memahami bagaimana otot berkerja kita perlu mengetahui terlebih dahulu struktur otot baik
secara makroskopis maupun mikroskopisnya. Struktur mikroskopisnya penting dalam
menjelaskan otot sebagai sumber energi yang dapat menggerakkan tubuh dan menghasilkan gaya
yang berkerja pada sumbu tertentu menurut kedudukannya dalam persendian.
Struktur mikroskopis otot juga penting dalam memahami proses pembentukan energi
mekanik dalam sel serta berbagai faktor yang mempengaruhinya.Jaringan otot pada tubuh kita
terdiri dari tiga jenis, yaitu otot rangka, otot jantung dan otot polos. Pada artikel ini akan lebih
banyak membahas tentang otot rangka terkait dengan materi yang diajarkan dalam mata kuliah
system muskuloskeletal.

b. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui system fisiologi musculoskeletal
tenttang dasar molekuler kontraksi otot rangka.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui kontraksi jenis-jenis otot rangka.
b. Untuk mengetahui factor-faktor kontraksi otot.
c. Untuk mengetahui system otot rangka.
d. Untuk mengetahui susunan otot rangka.
e. Untuk mengetahui pembagian otot rangka.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Menurut Purnomo (2001) Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi seperti
untuk alat gerak, menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot
jantung dan otot rangka. Otot merupakan alat gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang,
kulit dan rambut setelah mendapat rangsangan.
Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu :
1.
2.

Kontraktibilitas : kemampuan untuk berkontraksi / memendek


Ekstensibilitas : kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang

3.

ditimbulkan saat kontraksi


Elastisitas : kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi. Saat
kembali pada ukuran semula otot disebut dalam keadaan relaksasi.
2.1 Jenis otot
Menurut Trijoko (1990) jenis-jenis otot dibedakan menjadi :
1. Otot lurik

Nama lain : otot rangka, otot serat lintang (musculus striated) atau otot involunter
Struktur : serabut panjang, berwarna/lurik dengan garis terang dan gelap, memiliki inti dalam

jumlah banyak dan terletak dipinggir


Kontraksi : menurut kehendak kita (dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan cepat, kuat,
mudah lelah dan tidak beraturan
2. Otot Polos

Nama lain : otot alat-alat dalam / visceral / musculus nonstriated / otot involunter
Struktur : bentuk serabut panjang seperti kumparan, dengan ujung runcing, dengan inti

berjumlah satu terletak dibagiann tengah.


Kontraksi : tidak menurut kehendak atau diluar kendali sistem saraf pusat, gerakan lambat,
ritmis dan tidak mudah lelah.

3. Otot jantung

Nama lain: Myocardium atau musculus cardiata atau otot involunter

struktur : Bentuk serabutnya memanjang, silindris, bercabang. Tampak adanya garis terang dan
gelap. memiliki satu inti yang terletak di tengah
Kontraksi: tidak menurut kehendak, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.
2.2 Jaringan Otot
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot. Jaringan ini berfungsi melakukan pergerakan pada
berbagai bagian tubuh. Jaringan otot dapat berkontraksi karena di dalamnya terdapat serabut
kontraktil yang disebut miofibril. Miofibril tersusun atas miofilamen atau protein aktin dan
protein miosin. Kurang lebih 40% berat tubuh mamalia merupakan jaringan otot. Jaringan otot
dapat dibagi menjadi jaringan otot polos, otot lurik (seran lintang), dan otot jantung (Moekti A,
1997).
a. Jaringan Otot Polos
Otot polos mempunyai serabut kontraktil yang tidak memantulkan cahaya berselangseling, sehingga sarkoplasmanya tampak polos dan homogen. Otot polos mempunyai bentuk sel
seperti gelendong, bagian tengah besar, dan ujungnya meruncing. Dalam setiap sel otot polos
terdapat satu inti sel yang terletak di tengah dan bentuknya pipih (Purnomo, 2001).
Aktivitas otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak kita (otot tidak sadar) sehingga
disebut otot involunter dan selnya dilengkapi dengan serabut saraf dari sistem saraf otonom.
Kontraksi otot polos sangat lambat dan lama, tetapi tidak mudah lelah. Otot polos terdapat pada
alat-alat tubuh bagian dalam sehingga disebut juga otot visera. Misalnya pada pembuluh darah,
pembuluh limfa, saluran pencernaan, kandung kemih, dan saluran pernapasan. Otot polos
berfungsi memberi gerakan di luar kehendak, misalnya gerakan zat sepanjang saluran
pencernaan. Selain itu, berguna pula untuk mengontrol diameter pembuluh darah dan gerakan
pupil mata (Suwarni, 1990).
b. Jaringan Otot Lurik atau Jaringan Otot Rangka

Otot lurik mempunyai serabut kontraktil yang memantulkan cahaya berselang-seling


gelap (anisotrop) dan terang (isotrop). Sel atau serabut otot lurik berbentuk silindris atau serabut
panjang. Setiap sel mempunyai banyak inti dan terletak di bagian tepi sarkoplasma. Otot lurik
bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga disebut otot volunter dan selnya dilengkapi
serabut saraf dari sistem saraf pusat. Kontraksi otot lurik cepat tetapi tidak teratur dan mudah
lelah. Otot lurik disebut juga otot rangka karena biasanya melekat pada rangka tubuh, misalnya
pada bisep dan trisep. Selain itu juga terdapat di lidah, bibir, kelopak mata, dan diafragma. Otot
lurik berfungsi sebagai alat gerak aktif karena dapat berkontraksi secara cepat dan kuat sehingga
dapat menggerakkan tulang dan tubuh (Sudjino, 2003).
Gambar 2. Otot lurik
c. Jaringan Otot Jantung
Otot jantung berbentuk silindris atau serabut pendek. Otot ini tersusun atas serabut lurik
yang bercabang-cabang dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Setiap sel otot jantung
mempunyai satu atau dua inti yang terletak di tengah sarkoplasma. Otot jantung bekerja di luar
kehendak (otot tidak sadar) atau disebut juga otot involunter dan selnya dilengkapi serabut saraf
dari saraf otonom. Kontraksi otot jantung berlangsung secara otomatis, teratur, tidak pernah
lelah, dan bereaksi lambat. Dinamakan otot jantung karena hanya terdapat di jantung. Kontraksi
dan relaksasi otot jantung menyebabkan jantung menguncup dan mengembang untuk
mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri khas otot jantung adalah mempunyai diskus
interkalaris, yaitu pertemuan dua sel yang tampak gelap jika dilihat dengan mikroskop (Suwarni,
1990).
2.3 Kelainan otot
Menurut Sudjino (2003) Kelainan otot dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :

1. Atrofi otot, merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau karena kehilangan
kemampuan berkontraksi, misalnya lumpuh.
2. Distorsi otot, penyakit ini diperkirakan merupakan penyakit genetis dan bersifat kronis pada otot
anak-anak.
3. Hipertrofi otot, merupakan kelainan otot yang menyebabkan otot menjadi lebih besar dan lebih
kuat karena sering digunakan, misalnya pada binaragawan.
4. Hernia abdominal, kelainan ini terjadi apabila dinding otot abdominal sobek dan menyebabkan
usus melorot masuk ke rongga perut.
5. Kelelahan otot, karena kontraksi secara terus-menerus menyebabkan kram atau kejang.
6. Tetanus, merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi kejang karena bakteri tetanus.

BAB III
PEMBAHASAN
A. FISIOLOGI MUSKULOSKELETAL
a. DASAR MOLEKULER KONTRAKSI OTOT RANGKA
Otot kerangka merupakan salah satu dari empat kelompok jaringan pokok.
Otot rangka ada kalanya dinamai menurut bentuknya,seperti deltoid;menurut
jurusan serabut, seperti rektus abdominis, menurut kedudukan otot, seperti
pektoralis mayor ; menurut funsinya seperti flexsor,extensor, dan sebagainya. Otot
ranka biasanya dikaitkan pada dua tempat tertentu, tempat yang terkuat disebut
origo(asal) dan yang lebih dapat bergerak disebut insersio.
Origo dianggap sebagai tempat darimana otot timbul,dan insersio adalah
tempat kearah mana otot berjalan. Tempat terakhir ini adalah struktur yang

menyediakan kaitan yang harus digerakkan oleh otot itu. Kecuali pada sebagian
otot dapat menggerakkan baik origo maupun insersionya. Maka dikatakan bahwa
origo dan insersio dapat berbalik fungsi. Misalnya bisep timbul dari scapula dan
berjalan turun kelengan dan berinsersio diradius. Maka scapula merupakan tempat
yang lebih terpancang, sedangkan radius adalah tempat yang digerakkan oleh
bisep.
Tetapi bila kedua tangan berpegangan pada sebuah batang horizontal dan
badan diangkat keatass setinggi lengan maka bisep akan membantu gerakan ini.
Dan dengan demikian dia bekerja dengan origo dan insersio yang terbalik. Dalam
hal ini radius menjadi tempat yang lebih kuat mengait dan skapula tempat yang
harus bergerak.
Otot rangka tidak bekerja sendiri-sendiri tetapi dalam kelompok-kelompok
untuk melaksanakan gerakan dari berbagai bagian kerangka.setiap kelompok
berlawanan dengan yang lain dinamakan otot antagonis. Flexor adalah antagonis
dari extensor, dan abductor dari adductor. Beberapa kelompok bekerja untuk
menstabilkan bagian-bagian anggota sewaktu bagian lain bergerak: ini disebut
otot fixaxi. Lain lagi menguatkan sendi sementara yang lain bergerak, sebagaiman
flexor dari otot pergelangan tangan menguatkan sewaktu jari diluruskan. Ini
disebut sinergis.
Proses yang mendasari pemendekan elemen-elemen kontraktil diotot adalah
pergeseran filament-filamen tipis pada filament-filamen tebal. Selama kontraksi
otot, pergeseran terjadi bila kepala myosin berikatan erat dengan aktin, melekuk
pada tempat hubungan kepala myosin dengan lehernya, dan kemudian terlepas
kembali. Ayunan tenaga ini bergantung kepada hidrolisis ATP secara silmutan.
Proses terpicunya kontraksi oleh depolarisasi serat otot dinamakan proses
pasangan eksitasi-kontraksi. Depolarisai membrane tubulus T mengikat reticulum
sarkoplamik melalui reseptor di hidropiridim, yang merupakan saluran Ca 2+
bergerbang foltase dimembran tubulus T.
Otot berkontraksi apabila dirangsang oleh impuls-impuls saraf. Rangsangan dapat berasal dari
otak atau sumsum tulang belakang. Selanjutnya, impuls-impuls saraf mengalir melalui saraf
motorik menuju serat-serat otot. Bagian serat otot yang langsung berhubungan dengan saraf di
sebut neuromuskular.
Pada hakikatnya, setiap serat otot adalah berupa sebuah sel dengan komponen-komponen
selularnya. Hanya saja nama dari komponen-komponen tersebut yang sedikit berbeda. Misalnya,

membran plasma di sebut sarkolema; sitoplasma disebut sarkoplasma dan retikulum endoplasma
disebut retikulum sarkoplasmik.
Otot terdiri atas ratusan hingga ribuan miofibril. Di dalam miofibril terdapat unit-unit kecil yang
disebut sarkomer. Setiap sarkomer mengandung filamen aktin yang tipis dan filamen miosin
yang tebal. Kedua macam filamen tersusun secara tumpang tindih sehingga membentuk pola
terang dan gelap pada otot rangka.
Tabel Anatomi Mikroskopis Serat Otot.
Nama
Fungsi
Sarkolema
Sarkoplasma
Glikogen
Mioglobin
Pembuluh T
Retikulum
sarkoplasmik
Miofibril
Miofilamen

Membran plasma dari sebuah serat otot yang membentuk


pembuluh T (tranverse)
Sitoplasma dari sebuah serat otot yang berisi organel-organel sel,
termasuk miofibril
Cadangan energi untuk kontraksi otot
Sebuah pigmen merah yang menyimpan oksigen untuk kontraksi
otot
Bagian luar dari sarkolema yang menjulur ke dalam serabut otot
dan membawa impuls-impuls yang menyebabkan Ca2+ masuk ke
dalam retikulum sarkoplasmik
Suatu tipe RE halus dari sebuah serat otot yang menyimpan Ca2+
Satu berkas dari mikrofilamen
Berupa filamen aktin dan filamen miosin yang susunannya
menyebabkan pola gelap-terang pada otot; kontraksi otot

Setiap sarkomer dibatasi oleh dua garis hitam yang di sebut garis Z. ujung sarkomer yang
berbatasan dengan garis Z dan tampak terang di sebut pita I. pita I tampak terang karena hanya
mengandung filamen aktin. Sementara itu, bagian sarkomer berupa filamen aktin dan miosin
yang tersusun secara tumpang tindih disebut pita A. pada pita A terdapat Zona H, yaitu suatu
daerah yang hanya mengandung filamen miosin.
Menurut teori pergeseran filamen, suatu kontraksi dapat terjadi karena adanya pergeseran
filamen aktin dan miosin. Pergeseran kedua macam filamen tersebut menyebabkan sarkomer
menjadi pendek sehingga jarak antara garis-garis atau pita menjadi lebih rapat. Karena sarkomer
memendek, dengan sendirinya miofibril dari serat-serat otot menjadi pendek. Dalam keadaan
demikian dikatakan otot sedang berkontraksi. Sekali otot melakukan relaksasi, filamen aktin dan
miosin kembali bergeser ke posisi semula.
Tabel Komponen yang ikut serta dalam kontaksi otot
Nama
Filamen Aktin
Ca+2
Filamen Miosin
ATP

Fungsi
Meluncur melewati filamen miosin; menyebabkan
kontaksi
Diperlukan oleh filamen miosin untuk mengikat filamen
aktin
Menarik filamen aktin; bersifat enzim dan mengandung
ATP
Penyedia energi untuk kontraksi otot

Sumber energi untuk Kontraksi otot


Otot berkontraksi memerlukan energi. Energi dapat diperoleh dengan tiga cara, yaitu melalui
penguraian kreatin fosfat, fermentasi dan respirasi selular. Dua cara pertama di lakukan secara
anaerob, sedangkan cara ketiga di lakukan secara aerob.
Kreatin fosfat merupakan senyawa kaya energi yang di bangun ketika otot dalam keadaan
istirahat. Namun, energi tersebut tidak dapat di gunakan secara langsung melainkan harus diubah
terlebih dahulu
Reaksi penguraian kreatin fosfat ini biasa berlangsung pada pertengahan proses pergeseran
filamen. Dalam hal ini kebutuhan energi untuk berkontraksi otot paling cepat terpenuhi.
Fermentasi secara anaerob juga mampu menghasilkan sejumlah ATP. Selama fermentasi anaerob,
terjadi penguraian glukosa menjadi asam laktat.
Penumpukan asam laktat di dalam serat-serat otot dapat membuat sitoplasma bersifat asam
sehingga mengganggu fungsi enzim. Jika fermentasi terus berlangsung lebih dari dua atau tiga
menit, makan dapat menyebabkan otot mengalami kejang (kram) dan kelelahan.
Respirasi selular biasa terjadi di dalam mitokondria. Kelebihan respirasi selular adalaha mampu
menyediakan ATP untuk kontraksi otot dalam jumlah paling banyak. Sumber energi tersebut
berasal dari glikogen dan lemak yang di simpan di dalam sel-sel otot. Melalui cara ini sebuah sel
otot dapat menggunakan glukosa dari glikogen dan asam lemak sebagai bahan bakar untuk
menghasilkan ATP.

b. JENIS KONTRAKSI OTOT RANGKA


Kontraksi otot lurik dapat dikelompokkan menjadi konstraksi isometric dan
isotonic. Kontraksi isometric adalah jenis kontraksi yang tidak terjadi pemendekan otot selama
kontraksi, karena tidak memerlukan slidding myofibril, tetapi terjadi secara paksa. Misalnya saat
kita mengangkat barang sangat berat, mendorong meja dengan tangan lurus sehingga terjadi
tegangan.
Kontraksi isotonis adalah jenis kontraksi dimana terjadi pemendekan otot tetapi tegangan
pada otot tetap konstan. Kontraksi ini memerlukan energi yang besar. Misalnya, saat mengangkat
beban yang berat menggunakan otot bisep, brachii, kegiatan makan, menyisir dan sebagainya.
Pada aktivitas sehari-hari lebih banyak terjadi kombinasi dua jenis kontraksi isotonic dan
isometric. Misalnya aktivitas saat berlari, otot kaki dapat memanjang, memendek, dan hanya
terjadi penegangan.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontraksi Otot Rangka


Selain perangsangan saraf, berbagai factor lain yang mempengaruhi kinerja kontraksi otot
rangka. Panjang awal otot, yang berkaitan dengan jumlah jembatan silang yang dapat
dihasilkan oleh tumpang tindih (overlapping) filament aktin dan myosin merupakan factor
yang mempengaruhi kekuatan kontraksi otot rangka. Sehubungan dengan hal ini, perlu di
ingat bahwa otot rangka melekat pada tulang sehingga kekuatan kontraksi yang dihasilkan
akan sangat bergantung pada kedudukan sendi serta arah serat otot terhadap aksis kebebasan
gerak sendinya. Faktor lain yang yang juga dapat mempengaruhi kinerja kontraksi yang
merupakan bahan dasar otot maupun enzim yang berperan dalam kontraksi otot rangka.
Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa faktor sentral (sistem saraf pusat), cadangan
glikogen otot juga dapat mempengaruhi kinerja otot pada kondisi tertentu, antara lain berupa
timbulnya kelelahan otot.
d. MEKANISME MOLEKULAR DARI KONTRAKSI OTOT RANGKA
Selama kontraksi yang kuat, filament aktin dapat ditarik bersama-sama
begitu eratnya sehingga ujung-ujung filament myosin melekuk.jadi kontraksi otot
terjadi karena mekanisme pergeseran filamen. Filament-filamin aktin bergeser
kedalam diantara filament-filamen myosin disebabkan oleh kekuatan mekanis
yang dibentuk oleh interaksi jembatan penyeberangan dari filament myosin
dengan filament aktin dalam keadaan istirahat kekuatan ini dihambat, tetapi
sebuah potensial aksi berjalan keseluruh membrane serat otot, hal ini akan
menyebabkan reticulum sarkoplasmik melepaskan ion kalsium dalam jumlah
besar yang dengan cepat menembus myofibril.
Ion-ion kalsium ini kemudian mengaktifkan kekuatan diantara filament
aktin dan myosin, dan mulai terjadi kontraksi. Tetapi energi juga diperlukan untuk
berlangsungnya proses kontraksi. Energy ini berasal dari ikatan ATP berenergi
tinggi yang diuraikan menjadi adenosine di Posfat (ADP) untuk membebaskan
energy yang dibutuhkan.

e. SISTEM OTOT RANGKA


Setiap otot rangka dikelilingi oleh jaringan ikat pembungkus otot yang disebut
perinisium eksternus.serabut otot akan bergabung dengan yang lainnya diantara
jaringan ikat yang disebut perimisium internum berfungsi untuk menguatkan otot
pembuluh darah dan saraf. Otot-otot ini melekat pada tulang dengan perantaraan
jaringan ikat khusus yang dinamakan tendon. Susunannya seperti otot berwarna

putih,ujung-ujung otot mengecil, dan berhubungan dengan tendon. Tiap-tiap


serabut otot mengandung beribu-ribu myofibril yang terletak berdampingan
sehingga terlihat seperti garis-garis melintang. Dibawah mikroskop, myofibril
terlihat seperti gabungan benang-benang yang lebih halus dinamakan miofilamen
(miofilamen tebal dan miofilamen halus). Diantara kedua miofilamen terdapat
hubungan yang disebut crossoride.
Pada pelaksanaan fungsi, otot dibantu oleh :
1. Fasia: lapisan otot yang membantu otot dari pengaruh luar
2. Bursa ( kandung lender ) : memudahkan peergerakan otot terhadap tulang dan
alat lainnya terdiri dari bursa mukosa subkutan dan bursa mukosa muskularis,
3. Vagina tendinis : variasi bursa mukosa yang mengelilingi tendon

d. PEMBAGIAN OTOT RANGKA


1. Berdasarkan arah serabut otot (pembagian otot kerangka)
a. Otot serabut
b. Otot berbentuk kipas
c. Otot berbentuk lingkaran
d. Otot bersirip
2. Berdasarkan kepala dan ekor otot
a. Otot berkepala dua
b. Otot berkepela tiga
c. Otot brkepala empat
d. Otot berventer atau berbadan dua
e. Otot berkauda atau berekor banyak
3. Berdasarkan faal nya
a. Otot-otot fleksor
b. Otot-otot ekstensor

e. SUSUNAN OTOT RANGKA


1.
2.
3.
4.
5.

Otot kepala
Otot leher
Otot bahu
Otot ekstremitas atas
Otot punggung

6. Otot dada
7. Dinding rongga perut
8. Otot pelvis
9. Otot ekstremitas bawah
10.
BAB IV
PENUTUP

a) KESIMPULAN
Otot kerangka merupakan salah satu dari empat kelompok jaringan
pokok.

Otot

rangka

ada

kalanya

dinamai

menurut

bentuknya,seperti

deltoid;menurut jurusan serabut, seperti rektus abdominis, menurut kedudukan


otot, seperti pektoralis mayor ; menurut funsinya seperti flexsor,extensor, dan
sebagainya. Otot ranka biasanya dikaitkan pada dua tempat tertentu, tempat yang
terkuat disebut origo(asal) dan yang lebih dapat bergerak disebut insersio.
Otot berkontraksi memerlukan energi. Energi dapat diperoleh dengan tiga cara, yaitu
melalui penguraian kreatin fosfat, fermentasi dan respirasi selular. Dua cara pertama di lakukan
secara anaerob, sedangkan cara ketiga di lakukan secara aerob.
Kreatin fosfat merupakan senyawa kaya energi yang di bangun ketika otot dalam keadaan
istirahat. Namun, energi tersebut tidak dapat di gunakan secara langsung melainkan harus diubah
terlebih dahulu
Reaksi penguraian kreatin fosfat ini biasa berlangsung pada pertengahan proses
pergeseran filamen. Dalam hal ini kebutuhan energi untuk berkontraksi otot paling cepat
terpenuhi.
Fermentasi secara anaerob juga mampu menghasilkan sejumlah ATP. Selama fermentasi
anaerob, terjadi penguraian glukosa menjadi asam laktat.
Penumpukan asam laktat di dalam serat-serat otot dapat membuat sitoplasma bersifat asam
sehingga mengganggu fungsi enzim. Jika fermentasi terus berlangsung lebih dari dua atau tiga
menit, makan dapat menyebabkan otot mengalami kejang (kram) dan kelelahan.

b) SARAN
Adapun saran yang sebenarnya saran yang ingin di sampaikan adalah sebagai berikut:

Sebagai seorang calon perawat, hendaknya lebih mengetahui bagaimana mekanisme dari
kontraksi otot, susunan otot, pembagian otot, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kontarksi
otot sehingga mempermudah didalam penyampaian informasi atau pengetahuan kepada
mahasiswa tentang materi otot atau yang berhubungan dengan system gerak pada otot.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin .(2011). Anatomi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan.Edisi

Kedua.

Jakarta: Salemba medika.


Ganong. F William. (2002). Buku ajar fisiologi kedokteran.Edisi 20. Jakarta : EGC.
Evelyn c. Pearce.(2002)Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta : Gramedia Pustaka
utama.
http://www.blogberbagi.com/2012/05/mekanisme-kontraksi-otot-rangka.html

Kata Pengantar
Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
Nya kami bisa menyelesaikan makalah Sejarah Keperawatan.Makalah ini di
ajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Blok 1.3 tentang fisiologi dasar
molekuler otot rangka.
Kami mengucapkan terima kasih kepada yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.Makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi yang bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Pekanbaru, Desember
2012

LAPORAN MAKALAH
DASAR MOLEKULER KONTRAKSI OTOT
RANGKA

Nama kelompok
1. Elda Lisa
(12031013)
2. Inayati ulfa
(12031021)
3. Dedy siswono R
(12031008)
4. Nora komala dewi
(12031035)
5. Efrira damaina
(12031011)
6. Trisna
(12031045)
7. Dona andriani
(12031010)
8. Riny musliawati
(12031041)
9. Wella herliyanti
(12031050)
10.
Oky nurvianda desvin
(12031037)
11.
Vivi novita juniaty P
(12031048)

Program studi ilmu Keperawatan


STIKes Hang tuah pekanbaru
2012

Anda mungkin juga menyukai