Anda di halaman 1dari 13

Mengatur diafragma dan kecepatan shutter dalam mode manual (M)

Manual mode (dilambangkan dengan huruf M) pada kamera digital disediakan bagi mereka
yang ingin berkreasi dengan eksposure dalam fotografi. Intinya, kendali akan nilai shutter
dan diafragma yang digunakan, sepenuhnya ditentukan oleh sang juru potret. Tidak seperti
mode lain (P/A/S) yang menjadikan light-meter kamera sebagai penentu referensi eksposure
yang tepat, pada mode M ini light-meter hanya menjadi indikator seberapa banyak eksposure
yang kita tentukan mendekati eksposure yang dianggap tepat oleh kamera.Tantangan yang
dihadapi dengan memakai mode manual ini hanya dua : kalau kita salah menentukan
eksposure, hasil foto bisa menjadi under-exposed (terlalu gelap) atau justru menjadi overexposed (terlalu terang). Tujuan fotografi yang baik tentu menghindari adanya over atau
under pada sebuah foto yang mana perlu adanya kendali akan eksposure yang tepat dan teliti.

Sekedar mengingat tulisan saya terdahulu soal optimalkan fitur manual


pada kamera, bukaan diafragma dan kecepatan shutter memegang peranan utama dalam
menentukan nilai eksposure. Diafragma menentukan seberapa banyak intensitas cahaya yang
dibolehkan untuk masuk ke kamera secara bersamaan, sementara shutter menentukan
seberapa lama cahaya mengenai sensor sebelum foto diambil. Sebagai pedoman dalam
fotografi, dikenal istilah f-stop, yang intinya menyatakan seberapa banyak penambahan atau
pengurangan intensitas cahaya yang memasuki kamera (Exposure value/Ev). Setiap kelipatan
1-stop artinya kita menambah cahaya dua kali lipat dari nilai stop sebelumnya, atau
mengurangi cahaya setengah dari nilai stop sebelumnya.
Pengaturan bukaan diafragma
Untuk dapat mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk melalui lensa, diafragma pada
lensa kamera bisa membuka dengan besaran diameter yang bisa dirubah. Besar kecilnya
bukaan diafragma dinyatakan dalam f-number tertentu, dimana f-number kecil menyatakan
bukaaan besar dan f-number yang besar menyatakan bukaan kecil. Selain itu, secara
karakteristik optik lensa, bukaan besar akan membuat foto yang DOFnya sempit (background
bisa blur), dan bukaan kecil akan membuat DOF lebar (background tajam).

Saat mengatur nilai diafragma (aperture), ingatlah bahwa setiap stop ditandai dengan nilai fnumber tertentu yang digambarkan dalam deret berikut, urut dari yang besar hingga kecil :
f/1 f/1.4 f/2 - f/2.8 f/4 f/5.6 f/8 f/11- f/16 f/22 f/32 dst
Sebagai contoh :

jika kita berpindah 1-stop dari f/2 ke f/2.8, maka kita akan mengurangi setengah
intensitas cahaya yang masuk ke kamera

jika kita berpindah 1-stop dari f/8 ke f/5.6, maka kita akan menambah intensitas
cahaya yang masuk ke kamera dua kali lipat dari sebelumnya

Perhatikan kalau kamera modern umumnya memberi keleluasaan untuk merubah diafragma
di skala yang lebih kecil, dalam hal ini perubahan f-stop dilakukan pada kelipatan 1/2 hingga
1/3 f-stop sehingga bisa didapat banyak sekali variasi eksposure yang bisa didapat dari
mengatur nilai diafragma. Sebagai contoh, diantara f/5.6 hingga f/8 bisa terdapat f/6.3 dan
f/7.1 yang memiliki rentang 1/3 stop.

Percobaan di bawah ini menunjukkan hasil foto yang didapat dari variasi diafrgama, dengan
sebuah foto referensi di f/5.6 (nilai shutter dibuat tetap di 1/125 detik dan ISO 100).
Tujuannya untuk melihat bagaimana efek dari merubah bukaan diafragma terhadap eksposure
foto yang dihasilkan. Terdapat 3 foto yang over dengan kelipatan 1-stop dan 3 foto yang
under dengan kelipatan 1-stop.

Dari contoh di atas tampak pada 3 stops diatas referensi normal, foto tampak amat terang
(over) yang ditandai dengan banyaknya area yang wash-out (highlight-clipping). Demikian
juga pada 3 stops dibawah referensi normal, foto tampak amat gelap (under).
Pengaturan kecepatan shutter
Sama halnya dengan diafragma, setelan kecepatan shutter pun punya pedoman berupa deret
yang mewakili 1-stop. Berikut adalah variasi kecepatan shutter dengan kelipatan 1-stop, urut
dari yang lambat hingga yang cepat ( d menyatakan detik ) :
1d 1/2d - 1/4d 1/8d 1/15d - 1/30d 1/60d 1/125d 1/250d 1/500d 1/1000d

Sebagai contoh :

jika kita berpindah 1-stop dari 1 detik ke 1/2 detik, maka kita akan mengurangi
setengah intensitas cahaya yang masuk ke kamera

jika kita berpindah 1-stop dari 1/60 detik ke 1/30 detik, maka kita akan menambah
intensitas cahaya yang masuk ke kamera dua kali lipat dari sebelumnya

Percobaan di bawah ini menunjukkan hasil foto yang didapat dari variasi kecepatan shutter,
dengan sebuah foto referensi di 1/125 detik (nilai diafragma dibuat tetap di f/5.6 dan ISO
125). Tujuannya untuk melihat bagaimana efek dari merubah kecepatan shutter terhadap

eksposure foto yang dihasilkan. Terdapat 3 foto yang over dengan kelipatan 1-stop dan 3 foto
yang under dengan kelipatan 1-stop.

Dari gambar di atas terlihat bahwa semakin cepat shutter speednya, maka cahaya yang masuk
ke dalam sensor akan semakin kecil sehingga gambar menjadi lebih gelap. Begitu juga
sebaliknya untuk kecepatan yang semakin lambat, cahaya yang masuk akan bertambah
banyak sehingga gambar menjadi lebih terang. Dengan kata lain, kita bisa menyatakan bahwa
di 1/500 detik hasil fotonya under exposed sebanyak 2 stops dan di 1/30 detik fotonya over
exposed sebanyak 2 stops.
Reciprocity
Maka itu dalam memakai mode manual, perubahan nilai diafragma tidak bisa mengabaikan
nilai shutter dan sebaliknya. Artinya untuk mendapat eksposure yang tepat, baik diafragma
dan shutter memegang peranan yang sama. Ada sebuah istilah penting dalam berkreasi
dengan eksposure, yaitu reciprocity, dimana artinya adalah bagaimana setelan shutter dan
diafragma harus saling berlawanan untuk meniadakan efeknya. Jadi bila kita mengekspos
sensor dengan waktu yang lebih lama, maka secara di sisi yang lain kita mengecilkan bukaan
diafragma untuk mengurangi cahaya yang masuk sehingga bisa mendapat eksposure yang
sama. Prinsipnya sebuah eksposure konstan bisa didapat dari berbagai variasi nilai shutter
dan diafragma, selama mempertahankan prinsip reciprocity ini.
Untuk mencobanya, siapkan kamera anda dan gunakan mode manual. Bila kamera sudah
berada di nilai eksposure yang tepat, coba naikkan diafragmanya 1 stop sehingga indikator
light-meter akan menunjukkan eksposure bergeser -1 stop. Selanjutnya kurangi kecepatan
shutternya 1 stop, tampak indikator light-meter akan kembali ke nilai eksposure normal.
Begitulah cara kerja reciprocity, kalau yang satu ditambah, satu lagi dikurangi, sehingga hasil
akhirnya tetap sama.

Contoh diatas menunjukkan beberapa variasi reciprocity yang memberi eksposure konstan.
Dari percobaan ini tampak bahwa untuk menjaga supaya eksposure tetap sama, nilai
diafragma dan shutter harus saling berlawanan. Bila membuka diafragma besar (f/2), maka
shutter harus dibuat cepat (1/1000 detik). Bila mengecilkan diafragma (f/16), konsekuensinya
shutter harus dibuat lebih lama (1/15 detik). Inilah esensi dari prinsip reciprocity. Perhatikan
dengan bukaan diafragma besar (f/2 hingga f/2.8), didapat foto yang punya background blur,
sebaliknya dengan bukaan kecil (f/11 hingga f/16) didapat background dan objek yang samasama tajam.
\

Metering berhubungan erat dengan fotografi digital. Metering menentukan berapa banyak
cahaya yang perlu dilewatkan ke dalam sensor untuk menghasilkan gambar yang baik.
Namun, dalam kebanyakan kamera saku dan DSLR terdapat beberapa pilihan mode metering.
Penggunaan mode metering yang tepat dapat membedakan hasil akhir dan kecepatan kita
bekerja.
Kebanyakan kamera juga hanya menggunakan simbol untuk membedakan mode metering.
Untuk dapat menggunakan metering dengan tepat, kita perlu lebih dulu mengenali simbolsimbol yang digunakan.
Contoh
Simbol pada kamera Canon

Simbol pada kamera Nikon

Simbol pada kamera Panasonic


Untuk mengubahnya, Anda dapat mencari simbol-simbol tersebut pada kamera Anda.
Posisinya kadang berbeda-beda tergantung tipe kamera, atau bahkan hanya tersedia dalam
menu.
Contoh

DSLR Canon EOS

DSLR Pentax

Canon PowerShot G
Seperti yang terlihat di atas, mode metering yang paling umum adalah Multi-Segment
(Evaluative pada Canon, Matrix pada Nikon), Center Weighted Average, dan Spot. Mode
metering Spot termasuk rumit untuk digunakan dengan benar dan akan dibahas lain kali. Saat
ini, kita akan membahas kedua tipe metering yang lain secara sekilas.
Metering Multi Segment secara pintar mengukur pencahayaan di titik fokus yang
digunakan, dan area-area di sekitarnya. Data pengukuran diolah dengan algoritma untuk
menghasilkan gambar yang baik. Di beberapa kamera, mode ini bahkan dapat mendeteksi
warna, sehingga dapat membedakan warna kulit dan warna daun untuk untuk memberikan
hasil optimal.

Metering Center Weighted adalah mode metering yang terdapat pada banyak kamerakamera film. Mode ini mengukur kecerahan di bagian tengah frame dan sekitar-sekitarnya.

Metering Spot hanya mengukur satu bagian kecil di dalam frame dan mengabaikan bagian
lain. Pengunaannya memerlukan pemahaman yang mendalam sehingga tak dapat dibahas saat
ini.

Perbedaan antara Multi-Segment dan Center Weighted dapat dilihat dalam contoh foto
ini.

Metering Multi-Segment memberikan hasil yang baik saat titik fokus jatuh di muka subjek
contoh. Namun, saat titik fokus dipindah ke area terang dalam frame, metering memberikan
nilai exposure yang berbeda, menyesuaikan dengan kecerahan pada titik fokus. Sebaliknya,
metering Center Weighted tidak terpengaruh dengan posisi titik fokus.
Kapan harus digunakan?

Metering Multi-Segment lebih sesuai untuk portrait atau pemotretan dengan komposisi
ketat seperti dengan lensa tele. Metering ini juga cocok untuk pemotretan dengan kondisi
pencahayaan yang merata dan akan menghasilkan pencahayaan flash yang lebih akurat. Mode
metering ini bisa saja digunakan pada kondisi pencahayaan backlight atau kondisi
pencahayaan sulit asalkan kita memastikan bahwa titik fokus benar-benar pada objek utama.

Metering Center-Weighted lebih sesuai untuk pemotretan dengan lensa lebar/ultralebar,


atau kondisi pencahayaan sulit seperti pemotretan panggung. Dalam kedua penggunaan
tersebut, biasanya banyak area gelap terang dengan kontras yang tinggi dan metering Center
Weighted dapat memberikan pengukuran yang lebih konsisten dari frame ke frame.

Pentingnya Exposure Compensation pada Kamera


13 Okt

Salah satu fitur pada kamera digital yang amat penting dalam menentukan eksposure yang
tepat adalah Exposure Compensation (Ev), yang bisa diatur ke arah negatif hingga positif,
dengan kelipatan 1/3 stop. Fitur ini sedemikian pentingnya hingga bisa ditemui mulai di
sebuah kamera ponsel hingga sebuah kamera DSLR profesional. Bisa jadi masih banyak
orang yang belum memaksimalkan fitur ini dalam kesehariannya memotret, padahal dengan
menggunakan fitur Ev ini dengan tepat, bisa didapat hasil foto yang lebih baik. Berikut cara
mengatur
nilai
Ev
pada
kamera
DSLR.

Seperti yang kita tahu, memotret adalah berkreasi dengan cahaya. Kamera mengukur cahaya
yang masuk melalui lensa (istilahnya metering), dan selanjutnya intensitasnya diukur dan
ditentukanlah nilai pasangan shutter diafragma (dan ISO) yang sesuai. Proses metering ini
umumnya didapat dengan merata-rata besaran cahaya yang diterima oleh sensor (kamera
saku) atau modul light meter (kamera DSLR), yang biasa disebut multi segment atau matrix
atau evaluative. Nyatanya, dalam pelaksanaannya bisa saja hasil pengukuran ini
menghasilkan foto yang eksposurenya tidak sesuai dengan keinginan kita., entah terlalu
terang
(over
eksposure)
atau
justru
terlalu
gelap
(under
eksposure).
Kapan kasus metering pada kamera bisa meleset? Kamera bisa salah menentukan eksposure
yang tepat apabila objek foto adalah dominan terang atau dominan gelap, sehingga cenderung
mengganggu light meter dari kamera. Dalam hal ini istilah yang umum dikenal: metering
kamera telah tertipu. Untuk itu sang fotografer perlu memberi tahu kameranya bahwa
metering yang dilakukannya perlu dikompensasi, yaitu dengan mengatur nilai Ev ini.
Sederhananya, Ev berfungsi membuat foto menjadi lebih gelap atau lebih terang dari
metering normalnya (namun jangan salah menafsirkan seolah-olah dengan Ev bisa didapat
foto yang lebih terang di kondisi gelap, bila lingkungan sekitar gelap gunakan lampu kilat).
Maka itu definisi Exposure compensation lebih tepatnya adalah fasilitas pengaturan /
kompensasi nilai eksposure dari hasil metering light meter kamera. Dengan merubah nilai
eksposure ke arah positif, kita menginformasikan kepada kamera untuk memasukkan lebih
banyak cahaya (sehingga foto akan lebih terang); sementara dengan merubah ke arah negatif,
kita meminta untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera (supaya foto
lebih
gelap).
Catatan : Bila kamera memiliki mode dial manual (M), tentu kendali akan shutter dan
diafragma bisa dilakukan secara manual sehingga banyak kemungkinan variasi eksposure
yang bisa dicoba. Namun bagi kamera saku (dan kamera ponsel) yang serba otomatis, fitur
Ev ini akan banyak berguna utamanya untuk mengatur eksposure kamera yang tidak sesuai
keinginan
kita.
Berikut
contoh
nilai
Ev
dari
arah
minus
sampai
positif.
Ev -2
Ev 0
Ev
+2

Kapan perlu merubah nilai Ev ke arah positif? Utamanya adalah saat terjadi backlight,
dimana objek relatif lebih gelap dibanding background. Metering standar akan tertipu oleh
terangnya background dan membuat objek foto jadi gelap. Bila ada orang yang difoto dengan
background yang terang, gunakan kompensasi ke arah positif sehingga wajah si objek tidak
gelap. Contoh gambar berikut menunjukkan pepohonan yang gelap karena metering kamera
telah tertipu. Dengan menaikkan Ev ke arah +0.7, bisa didapat eksposure yang lebih tepat.
Sebaliknya, kapan perlu merubah nilai Ev ke arah negatif? Utamanya saat cahaya sekitar
kurang dan kamera cenderung memaksa untuk membuka diafragma semaksimal mungkin.
Bisa jadi si objek justru menjadi over eksposure dan kita perlu menurunkan nilai Ev.
Contohnya saat ingin memotret sunset, dengan tujuan kamera menangkap rona jingga
matahari dengan alami. Metering kamera umumnya tertipu sehingga foto mataharinya
menjadi amat terang dan menurunkan Ev ke arah negatif dapat memberi banyak perubahan.
Bila kita tidak yakin akan metering yang dilakukan kamera dan ingin mengambil beberapa
foto dengan nilai eksposure yang berbeda, gunakan fitur Ev bracketing. Dengan menentukan
rentang nilai negatif dan positif eksposure, kamera akan mengambil sekaligus tiga foto yang
berbeda. Kita bisa memilih mana dari ketiganya yang menurut kita paling tepat.
Tidak ada standar baku tentang pemakaian Ev ini. Gunakan sesuai kondisi pencahayaan,
tujuan pemotretan dan tentunya selera kita. Meski demikian, fotografer umumnya
menghindari banyak area foto yang over-exposure, karena akan banyak detil foto akan hilang.
Satu hal, setelah selesai memotret dengan fitur Ev, jangan lupa untuk menormalkan kembali
setting Ev ini ke posisi default supaya foto-foto lainnya terhindar dari kesalahan eksposure.
http://www.nikonusa.com/en_US/o/sW8RomxQReezfbQt6GkHk62paI/Video/Digitutor/index.html

Anda mungkin juga menyukai