http://fotograferjurnal.blogspot.com/2009/11/lighting-fotografi.html
Pertanyaan pertamanya, kapan pake AV, kapan pake TV. waduh. bingung
lagi jawabnya. Karena menurut saya, ga ada aturan baku. kapan aja
dua-duanya bisa dipake. Jadinya sih saya kasih aja ringkasan tentang
mode-mode di Canon EOS
Av= Aperture Value Priority Pada mode ini aperture dapat diatur
sesuai dengan kehendak, namun shutter speed akan mengimbangi secara
otomatis akan kebutuhan cahaya sesuai dengan besar aperture.
Tv=Time Value Priority Pada mode ini shutter speed dapat diatur
sesuai dengan kehendak, namun aperture akan mengimbangi secara
otomatis kebutuhan cahaya yang sesuai dengan shutter speed.
P= Program Pada mode ini baik aperture maupun shutter speed akan
mengkalkulasi secara otomatis sesuai dengan kebutuhan cahaya, hanya
saja pada mode ini tingkat exposure dapat diatur sesuai dengan
kehendak.
Auto
Mode auto merupakan mode dimana kamera secara penuh mengatur akan
segala kebutuhan pengaturan, dengan kata lain pada modeini
fotografer tinggal "jepret" saja.
Portrait
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih
disesuaikan dengan kebutuhan portrait ( foto manusia ), seperti
penggunaan tonal warna untuk skin tone, dsb.
Landscape
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih
disesuaikan dengan kebutuhan foto pemandangan ( landscape), seperti
tone warna yang lebih vivid atau lain sebagainya.
Macro
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih
-2-
Moving Object
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih
disesuaikan dengan kebutuhan pemotretan objek yang bergerak,
sehingga fokus lensa akan lebih cepat bergerak menyesuaikan dengan
pergerakan objek.
Night Scene
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih
disesuaikan dengan kebutuhan foto pada malam hari.
No Flash
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun apabila pada
mode auto lainnya built in flash akan otomatis pop up apabila cahaya
dirasa kurang, pada mode ini built in flash tidak akan menyala sama
sekali, sehingga shutter speed dan aperture akan lebih berperan
untuk mengimbangi kebutuhan cahaya.
Dari bukaan paling besar ( f/1.4 ) sampai bukaan paling kecil ( f/16
) atas mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam lensa .
Perhatikan bukaan lensa di tengah-tengah ! makin besar nilai f-nya ,
makin kecil diameter / diafragmanya dan sebaliknya . Notasi pembagi
“/” pada nilai f , mgkn untuk mempermudah pemahaman user bahwa
semakin besar nilai pembagi (1.4 , 2.8 , … dst ) semakin kecil
hasilnya / bukaan lensa . Meski pada Nikon , notasi yang umum
digunakan adalah menggunakan F besar dan tanpa pembagi “/” misalnya
F1.4 , F2.8 , … dst . Ga usah bingung , cukup ingat-ingat saja
angka-angkanya dan ingat ketentuan diatas (tebal) . Di fotografi ,
memang banyak notasi / istilah yang berbeda antar satu vendor dengan
vendor lain . Biasalah .. mgkn urusan marketing .
Bagaimana mendapatkan angka-angka seperti itu ? masih ingat rumus
matematika untuk menghitung luas sebuah lingkaran ? untuk membagi
-3-
luas menjadi setengah dari sebelumnya maka harus dibagi dengan akar
pangkat 2 ( 1.41421356 ) .
misal ( dibulatkan ) :
Bukaan maksimal = 1
Bukaan 1/2 maksimal = 1 * 1/1.4 = 1/1.4
Bukaan 1/4 maksimal = 1/1.4 * 1/1.4 = 1/2.8
Bukaan 1/8 maksimal = 1/2.8 * 1/1.4 = 1/4.0
Bukaan 1/16 maksimal = 1/4.0 * 1/1.4 = 1/5.6
dst ..
Lalu kita bisa menghitung nilai aperture selanjutnya : f/1.4 , f/2.8
, f/4.0 , f/5.6 , f/8 , f/11 , f/16 , f/22 , f32 … Pengaturan
aperture dari f/1.4 ke f/2.8 akan membuat cahaya berkurang setengah
dari sebelumnya karena memang diameternya mengecil menjadi
setengah .
Pengurangan banyaknya cahaya masuk menjadi setengahnya dikenal juga
sebagai turun 1 stop . Misal perubahan dari f/5.6 ke f/8 adalah
turun 1 stop dan f/5.6 ke f/11 adalah turun 2 stop . Pada arah
sebaliknya justru akan menambah banyaknya cahaya yang masuk ,
dikenal juga sebagai menaikan stop . Istilah stop ini lebih sering
digunakan dalam fotografi ketimbang bicara angka-angka diatas .
“Eh .. ini imagenya aga underexpose , coba naikkan 2 stop !!” , ya
kira-kira gitu deh
Biasanya pada kamera , pengurangan cahaya menjadi setengah
sebelumnya masih dianggap terlalu besar , karena itu untuk kontrol
yang lebih presisi ada konfigurasi untuk membagi-bagi nilai aperture
menjadi lebih kecil ke 2 atau 3 bagian . Misal untuk setting 3
bagian dimulai dari f/2.8 , maka urutannya menjadi f/2.8 , f/3.2 ,
f/3.5 , f/5.6 , f/6.3 , f/7.1 , f/8 … dst . Sama halnya diatas ,
perubahan dari f/3.2 ke f/6.3 adalah turun 1 stop .
Kegunaan , kaitannya dengan exposure
Seperti yang saya bilang diatas , untuk mengatur banyaknya cahaya
yang masuk melalui lensa ke sensor kamera . Cahaya adalah unsur
penting dalam fotografi . Terlalu banyak cahaya yang lewat akan
membuat foto menjadi terlalu terang (overexposure) dan sebaliknya
jika terlalu sedikit akan membuat foto menjadi gelap (underexposure)
. Konsep mengatur cahaya ini dikenal juga sebagai Exposure .
Aperture hanya SALAH SATU dari tiga elemen penting lainya dalam
pengaturan exposure yaitu Shutter Speed dan ISO/ASA . Shutter
Speed , mengatur durasi waktu untuk merekam cahaya . Semakin lama
durasinya semakin banyak cahaya yang direkam dan sebaliknya . ISO /
ASA adalah tingkat sensitivitas pada sensor / film dalam merekam
cahaya . Semakin tinggi nilai ISO , semakin banyak cahaya yang dapat
-4-
yaitu ISO 1600. Dapat anda lihat pada bagian bawah foto , dibagian
aga gelap tampak butiran-butiran noisenya . Tapi saya harus
mengambil foto ini karena momennya bagus . Cahaya seadanya didapat
dari cahaya matahari sore yang menerobos masuk. Untuk mendapatkan
shutter speed yang cukup agar tidak blur/goyang , dengan DOF yang
cukup lebar ( F5.0 ) , saya harus meningkatkan ISO sampai 1600 .
Khusyuk
Noise == Jelek ??
Ga jugaa .. malah saya pernah melihat foto Audi (penyanyi) di sebuah
majalah foto (lupa lagi) yang disajikan satu halaman penuh dengan
ISO tinggi alias banyak noise. Menurut fotografernya noise tersebut
untuk memunculkan moodnya Audi yangg … murung? :p
Saya pribadi sih , asal tidak di print dalam ukuran besar ga takut-
takut amatlah menggunakan ISO tinggi sampai 1600-pun . Lha wong
paling gunanya buat ditaruh di blog ini :p .. ukuran web standar ,
ga bakal kentara banget noise-nya. Kalau di print juga ga gede-gede
amat alias ukuran postcard. Yang penting maksud fotonya udah bisa
dicerna oleh pembaca sekalian. Lain ceritanya kalau gara-gara noise
obyeknya jadi ga jelas seperti yg pernah saya alami ketika memaksa
menggunakan ISO tinggi pada kamera Prosumer Fz7. Makanya beli DSLR
aja deh .. benar-benar beda di kekuatan ISO-nya . Foto malam , foto
indoor ga akan jadi masalah lagi ..
Auto ISO
Adalah sebuah fitur di kamera Nikon D50 yang saya sukai . Belum tahu
apakah ada di merk kamera lain . Yang jelas fungsinya adalah
automatisasi seleksi nilai ISO oleh kamera untuk mendapatkan
shutter-speed minimum yang telah kita tentukan. Pada kamera saya ,
ada bbrp nilai minimum yang bisa dipilih yaitu 1, 1/15 , 1/30 , 1/60
dan 1/125sec. Misal kita pilih nilai 1/125 sec . Kamera akan meng-
adjust nilai ISO semaksimal mungkin sehingga dengan pilihan nilai
aperture yang ada kita bisa memperoleh nilai 1/125 sec. Pada lensa
normal (mis : 50mm) 1/125 sec adalah nilai yang cukup tinggi utk
mencegah kemungkinan terjadinya blur/goyang. Nilai ISO-pun akan
lebih spesifik , tidak terbatas pada nilai ISO yang saya sebutkan
diatas tadi ( 200,400,800 dst ) . Bisa jadi misal kamera men-set
nilai ISO ke 350 dsb dsb.
Total pixel antara sensor 2/3 dengan 4/3 bisa saja sama, contoh: 4
Megapixel (4 juta pixel). Yang membedakan keduanya adalah ukuran
pixel. Semakin luas suatu sensor maka makin besar pula pixelnya.
Pixel yang lebih besar akan menguntungkan pada penggunaan ISO yang
tinggi.
Agar lebih jelasnya, silahkan lihat di foto dibawah ini. Full frame
adalah hasil dari lensa 100mm yang dipasang pada Canon 1Ds atau
kamera SLR. Kotak kecil didalamnya, adalah hasil yang anda dapatkan
bila kita memasang lensa yang sama pada Canon 10D atau 300D.
-8-
Conclusion
Kelihatannya dari awal yang kita baca cuman sisi negatif melulu dari
kamera digital. Sebenarnya kalau mau lihat sisi positif, maka sisi
negatif itu bisa dilupakan. Bayangkan anda tidak perlu membeli film
lagi, tidak perlu capek-capek scan film/slide, tidak perlu pusing
soal ISO dan masih banyak lagi.
Setiap nilai ISO dinaikkan satu tingkat (satu stop) maka kemampuan
sensor mengangkap cahaya juga akan naik satu tingkat. Sehingga
semakin tinggi nilai ISO yang digunakan, maka semakin sensitif
sensor dalam menangkap cahaya. Sensor yang sensitif terhadap cahaya
memungkinkan kamera untuk dipakai memotret di tempat yang kurang
cahaya (low light). Saat low light, kamera pada prinsipnya akan
mencoba menangkap eksposur yang tepat dengan menurunkan kecepatan
shutter, sehingga sensor mendapat cukup waktu untuk mengumpulkan
cahaya sebelum foto diambil. Memotret dengan shutter yang terlalu
lambat punya konsekuensi tersendiri yaitu apapun yang bergerak akan
terekam blur, entah objek yang bergerak atau kamera yang bergerak
karena getaran tangan (handshake).
Perlu dicatat bahwa dengan nilai ISO yang lebih tinggi juga
memungkinkan pemotretan dengan kecepatan shutter yang lebih cepat.
Hal ini dikarenakan ISO tinggi memberikan sensitivitas tinggi
sehingga kamera tidak memerlukan banyak cahaya untuk mendapat
exposure yang tepat. Shutter cepat ini bermanfaat untuk membuat
objek yang bergerak jadi nampak diam. Istilahnya, membekukan objek
(lihat gambar perbandingan di samping). Penggunaan ISO rendah
(misalnya ISO 100) akan membuat shutter kurang cepat (misal 1/20
detik) untuk mampu menangkap gerakan si anak. Dengan menaikkan ISO
(misal ISO 800), didapat nilai shutter yang lebih cepat (misal 1/200
detik) sehingga si anak jadi nampak diam. Terkadang pada kamera yang
tidak dilengkapi stabilizer, pemakaian ISO tinggi juga dapat
dimanfaatkan untuk mencegah gambar menjadi blur. Dengan ISO tinggi
diharapkan getaran tangan yang biasanya rawan membuat gambar blur
bisa dihindari karena shutter yang lebih cepat.
Sayangnya peningkatan ISO juga akan membawa efek negatif yang tidak
diinginkan. Meningkatkan ISO berarti meningkatkan sensitivitas
sensor, sehingga sinyal yang lemah pun dapat menjadi kuat.
Masalahnya, pada proses kerja sensor juga menghasilkan noise yang
mengiringi sinyal aslinya. Bila ISO dinaikkan, noise yang awalnya
kecil pun akan ikut menjadi tinggi. Noise yang tinggi akan tampak
mengganggu pada hasil foto dan muncul berupa titik-titik warna yang
tidak enak untuk dilihat. Masalah noise ini akan lebih parah apabila
-10-
Tiap kamera mempunyai kadar noise yang berbeda, hal ini dipengaruhi
dari type sensornya, umumnya kamera yang menggunakan Sensor CMOS
mempunyai noise yang lebih sedikit dari kamera yang menggunakan
Sensor CCD. Kedua jenis sensor ini adalah jenis sensor yang umum
digunakan pada kamera digital sekarang ini.
Merek kamera sejenis yang menggunakan sensor sama namun berbeda type
juga mempunyai kadar noise yang berbeda. Sekali lagi, walaupun
menggunakan sensor yang sama, kadar noisenya bisa berbeda. Untuk itu
kenali kamera anda dan cari tau pada ketinggian ISO berapa kadar
noisenya bisa dimaklumi.
Maka dari itu, sekali lagi berhati hatilah dalam menggunakan ISO.
kenali kamera anda dan cari tau pada ketinggian ISO berapa kadar
noisenya bisa dimaklumi
Sensor merupakan bagian penting dari kamera.Sensor berfungsi menangkap gambar secara digital dengan
cara mengubah cahaya menjadi elektron gambar.Prinsip kerja hampir sama dengan sel surya.Anggap saja
sensor yang digunakan di kamera seperti memiliki ribuan bahkan jutaan sel surya yang kecil dalam bentuk
matrik dua dimensi. Masing-masing sell akan mentransform (mengubah) cahaya dari sebagian kecil gambar
yang ditangkap menjadi elektron.
Dua kategori umum yang paling sering dipergunakan pada kamera CCTV adalah teknologi CCD dan
CMOS.Kedua sensor tersebut melakukan pekerjaan tersebut dengan berbagai macam teknologi yang ada.
Pembidik
Jendela Bidik
Lensa
Macam-macam lensa
Lensa Fish Eye. Lensa fish eye adalah lensa wide angle dengan
diameter 14 mm, 15 mm, dan 16 mm. Lensa ini memberikan
pandangan 180 derajat. Gambar yang dihasilkan melengkung.
Lensa Tele. Lensa tele merupakan kebalikan lensa wide angle.
Fungsi lensa ini adalah untuk mendekatkan subjek, namun
mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele adalah
lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena sudut pandangannya
sempit, lensa tele akan mengaburkan lapangan sekitarnya. Namun
hal ini tidak menjadi masalah karena lensa tele memang
digunakan untuk mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada
subjek tertentu.
Lensa Zoom. Merupakan gabungan antara lensa standar, lensa wide
angle, dan lesa tele. Ukuran lensa tidak fixed, misalnya 80-200
mm. Lensa ini cukup fleksibel dan memiliki range lensa yang
cukup lebar. Oleh karena itu lensa zoom banyak digunakan, sebab
pemakai tinggal memutar ukuran lensa sesuai dengan yang
dibutuhkan.
Lensa Makro. Lensa makro biasa digunakan untuk memotret benda
yang kecil.
Fokus
Kecepatan rana
Speed cepat
Speed cepat kita gunakan untuk memotret benda yang bergerak. Semakin
cepat pergerakan benda tersebut, maka semakin besar angka speed
shutter yang kita butuhkan.
Speed lambat
Jika benda yang bergerak cepat dipotret dengan speed shutter rendah,
maka hasilnya ialah gambar akan tampak kabur, seakan-akan disapu,
namun latar belakangnya jelas. Efek ini kadang-kadang bagus dan
menimbulkan sense of motion dari benda yang dipotret.
Diafragma
Bukaan besar
Bukaan kecil
Depth of Field
Depth of field adalah jumlah jarak antara subjek yang paling dekat
dan yang paling jauh yang dapat muncul di fokus tajam sebuah foto.
Misalnya, jika kita memotret pohon-pohon yang berdiri bersaf-saf,
-16-
maka yang akan tampak pada foto yang telah dicetak adalah beberapa
pohon di depan tampak jelas kemudian makin ke belakang makin kabur.
Pencahayaan
Overexposure
Underexposure
Pada tahun 2004 ketika pertama kali saya membeli kamera digital SLR,
secara rutin saya menyempatkan diri melakukan perawatan setelah
kamera selesai dipergunakan. Hal ini berlangsung hanya beberapa
minggu sebelum akhirnya saya disibukkan oleh kegiatan hunting yang
-17-
Berikut beberapa tips untuk merawat kamera digital SLR dan peralatan
fotografi lainnya:
1. Merawat lensa.
Lensa merupakan jendela bagi mata untuk melihat dunia luar. Lensa
merupakan elemen terpenting untuk dapat menghasilkan gambar yang
baik. Beberapa langkah perawatan lensa adalah sebagai berikut:
a. Jangan menyentuh lensa secara langsung dengan jari. Untuk
mengurangi kemungkinan ini terjadi, usahakan lens hood selalu
terpasang. Lens hood juga akan melindungi bagian depan lensa dari
benturan sekaligus mencegah munculnya flare pada cahaya frontal
menuju lensa.
b. Pasang lens cap ketika lensa sedang tidak dipergunakan, hal ini
bertujuan mengurangi kemungkinan terpapar dan menempelnya debu pada
permukaan lensa.
c. Jika kegiatan membersihkan lensa diperlukan, maka mempergunakan
peralatan pembersih yang baik sangat dianjurkan. Selalu pergunakan
lens brush, lens blower , lens paper dan lens cloth yang baik.
Berikut beberapa langkah membersihkan lensa:
> Bersihkan bagian depan dan belakang lensa dengan lens blower
terlebih dahulu. Tujuannya untuk menghilangkan partikel debu yang
menempel. Jangan langsung membersihkan lensa dengan lens cloth atau
lens paper sebab partikel debu yang ikut tergosok akan menyebabkan
permukaan coating lensa akan tergores. Hal ini dapat berakibat
munculnya gangguan permanen pada hasil foto.
> Beberapa partikel debu yang masih tetap menempel dapat juga
dihilangkan dengan bantuan lens brush.
> Selanjutnya usap lensa secara lembut dan perlahan dengan lens
cloth/ lens paper kering dengan gerakan memutar dari bagian dalam
lensa menuju keluar.
> Jika dibutuhkan, cairan pembersih lensa/ lens cleaning fluid
khusus dapat dipergunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran lensa
yang agak membandel. Jangan meneteskannya langsung pada lensa,
teteskan pada lens paper terlebih dahulu, lalu usap perlahan pada
bagian lensa.
-18-
2. Merawat kamera.
Kamera merupakan peralatan fotografi kedua yang terpenting,
disinilah tempat sensor kamera yang sangat sensitif.
Berikut beberapa langkah merawat kamera digital:
a. Merawat bagian luar kamera/ casing merupakan bagian yang biasa
dilakukan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan masuknya kotoran ketika akan membersihkan bagian
dalamnya. Debu dari luar akan mudah masuk kedalam, apalagi kalau
kita sering berganti-ganti lensa.
> Bersihkan bagian luar kamera dengan blower terlebih dahulu, untuk
beberapa debu yang masih menempel dapat dipergunakan brush.
> Selanjutnya pergunakan lens cloth atau dry cloth yang lembut untuk
membersihkan beberapa bagian khusus kamera seperti LCD panel,
viewfinder, dan flash hotshoe.
b. Setelah langkah diatas, dilanjutkan dengan merawat bagian dalam
kamera. Bagian dalam kamera merupakan letak sensor kamera.
> Sebelum membersihkan bagian dalam kamera, pastikan bahwa perawatan
ini dilakukan pada ruang yang bersih dengan penerangan yang cukup.
Sebaiknya anda juga dalam kondisi yang bersih.
> Langkah pertama yaitu membersihkan mirror dengan blower atau
blower brush. Kamera dipegang menghadap kebawah dan blower dipompa
keatas, tujuannya agar partikel debu yang tertiup dapat turun
kebawah mengikuti gravitasi.
> Selanjutnya membersihkan sensor. Untuk dapat melakukannya maka
mirror harus di lock up terlebih dahulu. Pada beberapa kamera fitur
ini disediakan dengan memilihnya dari menu kamera. Yakinkan baterai
dalam kondisi cukup penuh ketika akan melakukan mirror lock up.
Dimulai dengan menekan shutter release, maka mirror akan terangkat
dan shutter terbuka., Dengan kamera yang dipegang menghadap kebawah
(sensor menghadap kebawah), pompa blower (blower tanpa brush)
beberapa kali untuk meniup partikel debu yang mungkin menempel di
sensor. Setelah selesai, matikan kamera untuk menyudahi fungsi
mirror lock up.
> Jika sensor sangat kotor, anda dapat membersihkannya dengan
cleaning kits yang memiliki swab sensor khusus. Dengan alat ini,
kita membersihkan sensor secara fisik dengan melakukan swab/ smear
pada kotoran yang menempel di sensor. Tindakan ini harus dilakukan
dengan lembut dan hati-hati, jika tidak yakin sebaiknya serahkan
kegiatan membersihkan sensor pada mereka yang profesional.
> NB. Jika tidak merasa yakin untuk melakukan kegiatan membersihkan
bagian dalam kamera terutama sensor, sebaiknya serahkan kegiatan
perawatan ini pada mereka yang professional. Dibandingkan dengan
resiko yang mungkin timbul seperti kerusakan mirror, shutter,
atapun sensor maka mencari bantuan mereka yang professional
merupakan pilihan yang bijak.
3. Merawat baterai.
-19-
5. Penyimpanan.
a. Kamera sebaiknya dihindarkan dari temperatur ekstrim yang sangat
panas maupun sangat dingin. Hindarkan kamera dari kontak matahari
langsung dalam jangka waktu yang lama. Jangan pernah menyimpanya
dalam kondisi panas seperti didalam mobil atau dalam kondisi yang
sangat dingin.
b. Ketika menyimpan kamera, jauhkan peralatan tersebut dari benda-
benda yang memiliki medan magnet kuat. Medan magnet dapat
mempengaruhi sirkuit elektronik yang terdapat pada kamera digital.
c. Simpan kamera, lensa dan accessories lain dalam dry box yang
memiliki alat pengatur kelembapan jika sedang tidak dpergunakan
dalam jangka waktu yang lama. Atau simpan alat-alat tersebut pada
suatu wadah khusus dengan disertakan silica gel untuk mengatur
kelembapannya.
Unusual photo angle atau sudut pengambilan foto yang tidak biasa
sering dilakukan atau memang seharusnya dilakukan oleh para
fotomania agar obyek-obyek foto yang mereka ambil tidak terasa
seperti foto dokumentasi biasa. Hal ini setidaknya bisa memberikan
efek yang positif bagi fotomania agar dapat melakukan pendekatan
yang kreatif jika menghadapi sebuah masalah dan mencari solusinya di
dalam kehidupan sehari-hari.
Gunakan pemikiran yang tidak biasa atau 'out of the box', untuk
menemukan sudut-sudut atau angle-angle pengambilan gambar yang tidak
biasa, dengan begitu hasil foto kita memiliki nilai lebih dibanding
dengan foto yang biasa kita ambil.
Silahkan mencoba tips berikut ini agar hasil foto sunset anda mudah-
mudahan bisa lebih baik :
1 . Observasi.
Melakukan persiapan yang matang adalah hal yang memang harus
dilakukan untuk mendapatkan foto sunset yang optimal. Tentukan
lokasinya, pilih dari angle atau sudut mana anda akan memotret
sesuai kondisi lokasi, jam berapa sunset akan terjadi di lokasi yang
anda pilih sebab beda lokasi beda pula waktu sunsetnya. Minimal anda
sudah mengalami satu sore di lokasi sebelum kembali keesokan harinya
untuk memotret.
3 . Mengukur cahaya.
Arahkan titik fokus kamera anda dan ukur eksposur yang tepat ke
tempat di sekitar matahari dan jangan langsung di mataharinya. Kunci
dieksposur tersebut, atur komposisi, lalu jepret. Kalau menurut
-22-
4 . Gunakan tripod.
Kita tidak ingin hasil foto yang sudah kita persiapkan dengan matang
jadi buram atau kabur hasilnya hanya karena kita malas membawa
membawa tripod,bukan?
5 . Membuat siluet.
Jangan hanya terpaku pada pemandangan langit sunset saja, manfaatkan
elemen-elemen yang ada di sekitar lokasi untuk membuat siluet, agar
foto anda dapat lebih bercerita. Ranting kering dari sebuah pohon,
perahu nelayan, monumen, orang-orang yang beraktifitas dan lain-
lain.
3 . Cahaya samping.
Cahaya dari samping atau sidelighting adalah cara yang paling
efektif untuk mengangkat tekstur pada obyek dan menciptakan variasi
yang dinamis antara sisi terang dan sisi gelapnya. Efeknya sangat
bagus bila diterapkan pada foto hitam putih. Sumber cahaya samping
yang alami adalah matahari pagi dan sore.
1 . Kontras.
Apapun sumber cahayanya, baik itu matahari, lampu studio ataupun
cahaya pantulan, usahakan agar cahaya utama lebih kuat daripada
cahaya pengisi agar tercipta efek tiga dimensi pada obyek.
-24-
2 . Arah cahaya.
Cahaya dari samping atau sidelighting adalah cara yang paling
efektif untuk mengangkat tekstur dan menciptakan variasi yang
dinamis antara sisi terang dan sisi gelap dari obyek. Cahaya samping
dapat memberi efek dimensi serta kedalaman pada obyek foto anda.
Posisi datangnya cahaya dan sudut pandang kamera akan memberi 'rasa'
pada sebuah foto. Jangan takut untuk bereksperimen.
4 . Tiga dimensi.
Sebuah karya foto yang berhasil adalah yang bisa mengajak pemirsanya
untuk merasakan tekstur, bentuk dan rasa dari sebuah obyek. Semua
ini bisa dicapai jika kita menguasai trik pencahayaan.
Saat ini memotret bukanlah sesuatu yang mewah lagi. Hampir semua
orang sudah mengantongi atau membawa kameranya masing-masing
walaupun sebatas kamera handphone. Apalagi resolusi kameranya sudah
memungkinkan untuk dicetak ukuran postcard dengan hasil yang
lumayan. Tidak seperti jaman saya dulu yang harus pontang-panting
cari pinjaman kamera kalau akan ada acara seperti ulang tahun, karya
wisata, hajatan di rumah atau sekedar acara 17-an tingkat RT.
1 . Cahaya.
Perhatikan arah datangnya cahaya terhadap obyek foto kita. Usahakan
agar obyek menerima cahaya yang cukup untuk dipotret. Gunakan lampu
-25-
kilat jika kita memotret di bawah keteduhan atau ada bayangan yang
jatuh tepat di obyek foto kita.
2 . Komposisi.
Bagaimana cara kita menempatkan obyek foto terhadap lingkungannya
dalam satu bingkai foto sehingga enak dipandang. Sebenarnya tidak
ada patokan yang baku di dalam definisi komposisi. Tiap orang
mempunyai taste atau selera yang berbeda-beda ketika menempatkan
obyeknya dalam viewfinder. Ketika berbicara soal rasa, kita
berbicara mengenai subyek yang sulit diperdebatkan.
3. Sudut pandang.
Usahakan tidak memotret sebuah obyek dengan sudut pandang 'biasa'.
Anda bisa memotret dengan angle dari atas atau vertikal, agak dari
bawah, dari sudut kiri atau agak ke kanan. Setiap sudut pandang atau
angle kamera dapat menghasilkan 'rasa' yang berbeda-beda terhadap
sebuah obyek. Kreatiflah!
4 . Latar belakang.
Pilihlah latar belakang yang tidak lebih menarik perhatian ketimbang
obyek utamanya. Pilih juga latar belakang yang tidak mengganggu
komposisi keseluruhan dari sebuah foto. Atau sekalian saja latar
belakangnya dibuat kabur atau buram dengan pemilihan ruang tajam.
5 . Mengarahkan.
Apabila anda merasa sang obyek tidak berada atau berpose seperti apa
yang ada dibenak anda, arahkanlah sesuai keinginan, baik itu untuk
obyek benda mati atau model manusia. Anda berhak untuk mengarahkan
agar hasil akhirnya bisa sebagus yang diharapkan, lagipula anda
adalah sutradara didalam sesi pemotretan.
Pada tips fotografi kali ini saya akan sedikit membahas bagaimana
cara pendekatan yang baik untuk memotret manusia. Jika pada artikel-
artikel yang lalu sudah di jelaskan berbagai aspek dalam memotret
manusia maka kali ini saya akan membahas khusus mengenai memotret
bagian wajah.
2. Sudut pandang.
Cahaya yang lembut akan sangat baik untuk mengangkat skin tone
pada wajah sehingga bisa tampil lebih alami.
5. Pilihan lensa.
6. Ekspresi model.
-27-
Tips perawatan kamera di bawah ini tidak hanya berlaku pada kamera
DSLR, tapi dapat diaplikasikan pada semua jenis kamera
2. Merawat lensa.
3. Merawat batere.
-28-
5. Penyimpanan kamera.
Hobi fotografi adalah salah satu hobi yang paling saya nikmati
dari sekian hobi yang saya miliki. Fotografi telah menjadi bagian
dari keseharian saya sejak belasan tahun ini, juga telah menjadi
sarana untuk memenuhi periuk nasi keluarga saya. Berarti selain
menjadi hobi, fotografi juga bisa kita jadikan sandaran hidup jika
kita memang ingin menekuninya.
Bermula dari jaman SMA dulu, di mana saya hanya bisa melongo
melihat teman-teman yang mengambil ekstrakurikuler fotografi sambil
membayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk itu. Tapi
ketika harus memiliki kamera SLR sendiri karena memang mengambil
pelajaran desain grafis, fotografi menjadi media yang benar-benar
saya nikmati untuk menyalurkan minat saya pada bidang visual.
Berikut ada hal-hal yang bisa kita persiapkan jika ingin menjadikan
fotografi sebagai sebuah hobi, menurut pengalaman saya :
SLR :
Single Lens Reflex, Kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin dan
prisma
TLR :
Twin Lens Reflex, kamera yang menggunakan dua lensa satu untuk melihat,
lainnya untuk meneruskan cahaya ke film.
Lens Mount :
Dudukan lensa
MF :
Manual Fokus.
AF :Auto Fokus
AF Range :
Tingkat terang cahaya dimana sistem autofocus masih dapat bekerja, dalam
satuan EV.
EV :
Exposure Value ; kekuatan cahaya. Sample, EV= 0 kekuatan cahaya pada
diafragma f/1,0 kecepatan 1 detik.
Exposure Mode :
Modus pencahayaan, pada umumnya ada 4 Tipe : Manual, Aperture Priority,
Shutter Priority dan Programed (Auto).
Aperture:
Diafragma
Aperture Priority :
Prioritas pengaturan pada diafragma, kecepatan rana otomatis.
Shutter :
Rana
Shutter Priority :
Prioritas pengaturan pada kecepatan rana, diafragma automatis.
Exposure Compensation :
Konpensasi pencahayaan, membuat alternatif pencahayaan dari normal menjadi
lebih atau berkurang.
Metering :
Pola pengaturan cahaya, biasanya terbagi dalam 3 kategori, centerweighted,
evaluative/matrix, dan spot.
Centerweigthed :
Pengukuran pencahayaan pada 60 % daerah tengah gambar.
Evaluative/Matrix :
Pengukuran pencahayaan berdasarkan segment-segment dan presentase
tertentu.
Spot :
Pengukuran pencahayaan hanya pada titik tertentu.
View finder :
Jendela bidik
Built in Dioptri :
Dilengkapi dengan pengatur dioptri (lensa + atau – bagi mereka yang
berkacamata).
Focusing screen :
Layar focus
Bracketing :
Pengambilan gambar yang sama menggunakan beberapa pengukuran pencahayaan
yang berbeda.
Flash Sync :
Sinkron kilat, kecepatan maksimum agar body dan flash masih bekerja
harmonis.
DOF :
Dept of Field ; Ruang tajam, merupakan jarak, dimana gambar masih terlihat
tajam/focus, bergantung kepada : diafragma, panjang lensa dan jarak objek.
Popup Flash :
Blitz kecil, terbuat menyatu dengan body
-34-
GN :
Guide Number ; kekuatan cahaya blitz merupakan perkalian antara jarak
(dalam meter atau feet) dan diafragma.
Stop :
Satuan pencahayaan, 1 stop sama dengan 1 EV
PC Terminal :
Terminal untuk blitz di luar hot shoe.
Hot Shoe :
Kaki blitz
fps :
Frame per second, satuan kecepatan pengambilan gambar dalam gambar
perdetik
Mirror Lock up :
Pengunci cermin, agar getaran dapat dikurangi pada saat rana bergerak.
Shiftable program :
Pada mode program, exposure setting dapat diubah secara automatis dalam EV
yang sama, misalnya dari 1/125 detik f/8 menjadi 1/250 detik f/5,6 detik
f/11.
Vertical Grip :
Alat pelepas rana untuk pengambilan secara vertical tanpa harus memutar
tangan.
Data Imprint :
Fasilitas pencetakan data tanggal pada film
Fill in flash :
Blizt pengisi, dalam kondisi tidak memerlukan blitz, blitz tetap
-35-
AFS :
Auto Focus Silent Wave Motor
AFD :
Auto Focus Distance Information
Intervalometer :
Fasilitas pemotretan otomatis dalam jarak waktu yang tertentu
LED :
Light Emitting Diode, Lampu
Multi Spot :
Pengukuran pencahayaan dari beberapa titik
Back :
Sisi belakang kamera, berfungsi pula sebagai penutup film
SPD :
Silicon Photo Diode
LCD :
Liquid Crystal Display
Bayonet :
Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat
untuk pergantian lensa
Bulk film :
Film kapasitas 250 Exposure
NiMH :
Nikel Metal Hydride
NiCd :
Nikel Cadmium
DRAM :
Data Random Acces Memory
RISC :
Reduce Intruction Set Computer
CCD :
-36-
ISO/ASA :
Derajat sensifitas film
Main Light :
Cahaya pengisi / tambahan
Kipas angin yang digunakan pada pemotretan model untuk menghasilkan efek
angin
Reverse Ring : Digunakan untuk memasang lensa yang dibalik, untuk membuat
lensa makro alternatif agar cahaya yang masuk tidak bocor.
LS:
Singkatan dari longshot. Dengan lebih mendekatkan objeknya, shot ini tetap
masih memberikan sudut pandang lebar tetapi sudah mulai mengarahkan
perhatian pada objeknya dengan memisahkannya dari latar belakang yang
mungkin mengganggu.
MACRO:
Makro. Pengertiannya dalam fotografi adalah sarana untuk pemotretan dari
jarak dekat. Fotografi makro akan menghasilkan rekaman (pada film) yang
sama besar dengan benda aslinya (1:1), atau paling kurang separuh dari
benda aslinya (1:2), namun demikian pada lensa-lensa jenis zoom yang
mempunyai fasilitas untuk menghasilkan rekaman seperempat dari benda
aslinya (1:4) juga sudah bisa dikatakan makro.
MACRO LENS:
Lensa makro. Lensa yang digunakan untuk pemotretan dengan objek yang
berukuran atau pemotretan berjarak dekat (mendekatkan pemotret ke objek),
umumnya dipakai untuk keperluan reproduksi karena dapat memberikan
kualitas prima dan distorsi minimal. Misalnya: untuk memotret bunga,
serangga, dll.
MACRO PHOTO:
Dibuat dari jarak dekat, bisanya tentang benda atau binatang kecil.
Perlngkapan kerjanya biasanya menggunakan lensa makro untuk mendekatkan
pemotret ke objek fotonya.
MAGNETIK:
Berdaya magnet.
MAGNIFICATION:
Pembesaran. Dikukur dari gambar film dibandingkan dengan ukuran aslinya.
MANIPULASI FOTOGRAFI:
Teknik mengubah hasil cetak yang ditangkap oleh kamera untuk menciptakan
-37-
MANUAL:
Dikerjakan dengan menggunakan tangan dengan mengesampingkan tenaga
otomatik.
MEDIUM FILM:
Film dengan kecepatan sedang (ISO 100, 200). Kelompok film yang paling
popular dan banyak diminati pemotret. Ideal untuk pemotretan dalam cuaca
yang terang/cerah.
MEGALIGHT:
Adalah sebutan untuk sebuah lampu flood yang mempunyai kapasitas atau
kemampuan cahaya yang amat besar hingga 7 meteran.
MESNICUS LENS:
Adalah lensa tipis yang berbentuk bulan sabit.
METERING:
Pola pengukuran cahaya yang biasanya terbagi dalam 3 kategori.
Centerweight, evaluative/matrix dan spot.
METERING MATRIX:
Pola pengukuran pencahayaan berdasarkan segmen-segmen dan prosentase
tertentu.
METERING SPOT:
Pola pengukuran cahaya yang menggunakan satu titik tertentu yang terpusat.
MF:
Manual Focus, adalah cara kerja menemukan fokus atau penajaman gambar yang
dilakukan dengan menggunakan tangan.
MICRO DIAPRISM:
Kumpulan prisma-prisma kecil yang berfungsi untuk mendapatkan ketajaman
-38-
MCROPRISM:
Prisma mikro. Sistem penemu jarak optis yang menggunakan prisma halus atau
kumpulan prisma-prisma kecil yang berfungsi untuk mendapatkan ketajaman
gambar melalui pengamat.
MICROPHOTOGRAPHY:
Fotografi yang menggunakan film berukuran kecil dengan menggunakan bantuan
mikroskop.
MULTICOATEDla FILTER:
Filter anti-flare untuk mencegah refleksi intern dalam lensa oleh pantulan
cahaya. Diciptakan untuk lensa yang belum multicoated.
MULTI EXPOSURE:
Sering disebut dengan singkatan ME. Memberikan pencahayaan lebih dari satu
kali pada satu bingkai film.
MULTIPOINT READING:
Suatu pembacaan atau pengukuran dalam pencahayaan yang dilakukan terhadap
berbagai titik objek foto.
MULTIVISION FILTER:
Filter yang digunakan untuk membuat gambar ganda dalam sekali jepretan.
Filter ini dibuat dengan menggunakan kaca yang sengaja diasah menurut
tujuannya - berkeping prisma 3,5, disusun melingkar, berjajar atau paralel
berulang-ulang.
MULTILAYER COATING:
Penyelaputan berlapis-lapis pada lensa.
MULTIPLE EXPOSURE:
Fasilitas pemotretan berulang pada satu bingkai (frame) yang sama.
NANOMETER:
Satuan pengukur panjang gelombang. 1 Nanometer = 1nm adalah
sepermiliarmeter.
-39-
NATURE PHOTOGRAPHY:
Fotografi alam yang berkaitan dengan alam semesta, misalnya darat, laut,
sungai, dll.
ND FILTER:
Filter ND. Filter ini berfungsi untuk menurunkan kekuatan sinar 2 kali
sampai 8 kali. Filter ini bernada abu-abu muda atau sedang dan tidak
mengubah warna gambar.
NEBULA FILTER:
Filter yang menghasilkan gambar dengan efek pancaran sinar radial yang
berpelangi.
NEGATIF:
Kebalikan dari aslinya. Yang menghasilkan gambar negatif.
NEGATIF FILM:
Film negatif atau klise, adalah sebutan untuk citra yang terbentuk pada
film sesudah dipotretkan dan sesudah dikembangkan, di mana bagian yang
terlihat gelap pada gambar, pada objek terlihat terang. Warna yang timbul
berlawanan karena bagian terang dari objek memantulkan banyak cahaya ke
film dan menghasilkan area gelap.
NEUTRAL DENSITY:
Kepadatan netral yang tidak mengandung warna. Sebutan ini biasanya dipakai
untuk lensa penyaring yang berfungsi untuk mengurangi kecerahan sinar.
NEWS FEATURE:
Sering disebut dengan cerita di balik berita, yaitu suatu foto yang
menyajikan sisi lain dari suatu situasi atau aneka peristiwa yang hangat.
NIKON:
Salah satu merek peralatan kamera buatan Jepang.
NIRMANA:
Adalah susunan gambar dalam bingkai, jalannya garis-garis yang dominan
membentuk bidang-bidang utama yang dibatasi oleh suatu format.
NONREFLEX CAMERA:
Kamera nonrefleks yang tidak menggunakan cermin putar. Contohnya seperti
kamera kompak atau kamera langsung jadi Polaroid.
-40-
NORMAL CONTRAS:
Kontras yang wajar. Tidak berlebihan dan tidak kurang sebagai hasil
pengembangan film atau hasil sebuah cetakan.
NORMAL LENS:
Lensa normal, berukuran fokus sepanjang 50 mm atau 55 mm untuk film
berukuran 35 mm. Sudut pandang lensa ini hampir sama dengan sudut pandang
mata manusia.
OBSCURA:
Cikal bakal kamera yang digunakan saat ini. Prinsipnya adalah sebuah kamar
gelap yang tertutup dengan lubang kecil di depannya. Jika kamera obscura
ditempatkan menghadap benda yang diterangi cahaya maka akan terlihat
sebuah gambar proyeksi terbalik dari benda tersebut pada dinding yang
berhadapan dengan lubang.
CAMERA OBSCURA:
Kamera pertama dalam dunia fotografi, di mana bentuknya merupakan sebuah
kamar gelap yang hanya memiliki lubang kecil (pinhole).
OBSERVASI:
Dalam bidang potret memotret adalah pengamatan yang dilakukan untuk
mencari tahu tentang subjek foto terutama mengenai gerak-gerik, suasana
hati maupun ekspresi.
OPAQUE:
Opak, ialah sifat padat atau kedap sinar. Baik pandangan maupun sinar tak
dapat menembusnya. Misalnya lempengan besi, kayu, karton, dll.
OPTIK:
Berkenaan dengan penglihatan (cahaya, lensa, dsb).
ORTHOCHROMATIC FILM:
Film yang sensitif terhadap warna biru dan hijau tapi tidak pada merah.
OVER EXPOSURE:
Pencahayaan lebih. Suatu nilai pencahayaan yang terdapat paa film maupun
foto, di mana gambar yang ada tampak terang atau gelap pada film negatif
karena pencahayaan yang berlebihan.
OVERHEAD LIGHTING:
Sinar dari atas. Lampu atau penyinaran yang dibuat untuk menyinari objek
dari atas.
OVERRIDE:
-41-
P HI:
Adalah fasilitas pencahayaan terprogram bagi pemotretan dengan sasaran
yang bergerak cepat, balapan motor, mobil, dll.
PANCHROMATIC:
Film hitam-putih, artinya emulsi film tersebut sensitif terhadap macam-
macam warna.
PARALLAX:
Paralaks, yaitu suatu kesalahan atau perbedaan pandangan yang terjadi
karena yang dilihat dan yang terekam dalam film tidak sama. Umum terjadi
saat menggunakan kamera refleks lensa kembar atau kamera kompak.
PASSED:
Berarti telah diteliti oleh pabrik pembuat. Tanda ini biasanya melekat
pada lensa atau kamera yang baru.
PENTAX:
Salah satu merek kamera (Asahi Pentax) dan peralatannya buatan Jepang.
PERMAFILM:
Adalah bahan pengawet dan anti static. Bila permafilm digunakan pada
emulsi film, maka akan terjadi ikatan fisik dengan gelatin dan emulsi
film.
PERSPECTIVE:
Perspektif, pandangan ruang, suatu pandangan gambar yang tampil dalam
bentuk dimensi atau ruang tertentu. Dimensi dan perspektif merupakan
kesatuan.
PERSPECTIVE CORRECTION:
Gunanya untuk memperbaiki penyimpangan bentuk.
PHOTO JOURNALISM:
Foto jurnalistik, fotografi dengan spesialisasi khusus untuk menampilkan
foto-foto yang mempunyai nilai berita, baik benda, bahan, situasi
kehidupan manusia yang menarik perhatian umum karena aktualitasnya (news)
sebagai berita yang mampu mengungkap kejadian, menjelaskan dan menimbulkan
-42-
PHOTOGRAPHY:
Fotografi, teknik dan pengetahuan tentang foto. Atau, proses dan seni
pembuatan gambar (melukis dengan sinar/cahaya) pada film atau permukaan
yang dipekakan. Gambar yang dihasilkan diharapkan sama persis dengan
aslinya, hanya dalam ukuran yang jauh lebih kecil.
PHOTOGRAPHIC SPECTRUM:
Bagian kecil dari energi dalam elektromagnetik spektrum yang dapat
mencahayai film.
PHOTOGRAM:
Fotogram. Foto yang dibuat tanpa menggunakan kamera dan film, dengan
meletakkan benda-benda di atas kertas (cetak) foto kemudian disinari.
PHOTOGRAPH:
Foto yang dibuat dengan menggunakan kamera dan film.
PHOTOKINA:
Nama pameran atau suatu wadah informasi terbesar dan terlengkap serta yang
paling kompleks dalam bidang fotografi.
PINCHUSION EFFECT:
Penyimpangan bentuk kotak menjadi bentuk seperti bantalan penyimpan jarum.
PINHOLE:
Lubang kecil pada alat kedap cahaya yang dipasang bersama lensa,
menyambung lubang lensa tempat gambar objek direkam dalam lembaran yang
peka cahaya.
PIN-UP PHOTO:
Foto yang bersifat hiburan/menghibur. Disebut gambar pin-up karena sering
ditempelkan di dinding dengan pins atau paku kecil.
PISTOL GRIP:
Gagang pegangan kamera yang bentuknya mirip gagang pistol.
karena kebetulan pada kamera digital itu hanya tersedia mode AUTO
saja, sehingga ‘terpaksa’ tidak bisa berkreasi lebih jauh dengan
mode manual. Memang pada umumnya kamera digital berjenis point-and-
shoot dirancang amat simpel dan tidak dilengkapi dengan banyak fitur
manual layaknya kamera prosumer. Namun bagi anda yang memiliki
kamera dengan fitur manual, masihkah anda tetap memakai mode AUTO
setiap saat?
Pada kamera terdapat suatu alat ukur cahaya yang fungsinya amat
penting dalam menentukan eksposure yang tepat. Alat ukur ini
dinamakan light-meter, fungsinya adalah untuk mengukur cahaya yang
-45-
Tidak semua foto yang diambil memakai mode AUTO memberikan hasil
eksposure yang memuaskan. Terkadang nilai shutter dan aperture yang
ditentukan secara otomatis oleh kamera tidak sesuai dengan keinginan
kita. Untuk itu keberadaan fitur manual P/A/S/M dapat membantu
mewujudkan kreatifitas kita dan pada akhirnya bisa membuat foto yang
lebih baik.
Inilah hal-hal yang bisa anda lakukan dengan fitur manual eksposure
P/A/S/M pada kamera anda :
ISO/NOISE/MODE METERING.
Seringkali dalam dunia fotografi digital kita dibuat bingung oleh
istilah ISO dan noise. Adakalanya dalam membeli kamera digital kita
menjumpai sebuah kamera saku yang mengklaim mampu dipakai hingga ISO
3200 atau bahkan lebih. Atau pernahkah anda frustasi karena hasil
foto yang diambil penuh dengan bintik-bintik noise yang mengganggu
saat memakai ISO tinggi? Ada baiknya kita mengenal lebih jauh
mengenai istilah-istilah ini agar nantinya motret makin PeDe.
Kesimpulan
Banyak dari kita yang masih belum mantap dalam memilih mode metering
yang digunakannya saat memotret. Padahal mode metering adalah fitur
standar kamera digital, bahkan hingga kamera ponsel modern pun kini
sudah menyediakan fitur ini. Kali ini saya coba membuat tulisan soal
tips memilih mode metering yang tepat, dengan harapan kita bisa
mendapat foto dengan eksposure yang baik di setiap kondisi
pencahayaan.
Pada mode ini, semakin banyak area yang menjadi referensi pengukuran
maka akan semakin presisi hasil perhitungannya, dan semakin kecil
resiko metering kamera meleset. Mode ini jadi mode ‘default’ untuk
kebanyakan situasi pemotretan dan bisa diandalkan untuk dipakai
sehari-hari. Masalahnya, ada situasi dimana mode ini bisa tertipu,
seperti saat ada cahaya yang lebih terang diluar objek foto dan bisa
mengacaukan kalkulasi kamera.
Di mode ketiga yang bernama spot metering ini kamera hanya mengukur
cahaya pada sebidang titik kecil (sekitar 5% dari bidang foto) dan
akan mengabaikan 95% area selain titik tadi. Mode ini berguna untuk
memotret di tempat yang pencahayaannya amat kompleks dimana bila
tidak memakai mode spot maka tidak akan didapat eksposure yang
sesuai. Pada kamera DSLR, spot meter bisa disinkronkan dengan titik
AF yang ada sehingga kamera akan mengukur spot meter pada titik AF
yang dipilih (tidak selalu harus ditengah).
Kasus yang umum membutuhkan kita untuk memakai spot meter adalah
saat keseluruhan bidang foto lebih terang atau lebih gelap dari
objek yang akan difoto. Namun bila salah memakai mode ini, foto yang
dihasilkan bisa jadi terlalu terang atau gelap, maka itu perlu
banyak berlatih.
Perlu diingat bahwa nilai eksposure tidak ada standar pasti. Kita
hanya mengandalkan mata untuk menilai apakah foto yang dihasilkan
sudah memiliki eksposure yang tepat (kadang foto yang agak gelap
-53-
atau agak terang tidak berarti foto itu gagal). Bila menurut kita
ternyata foto yang dihasilkan oleh kamera belum sesuai dengan
keinginan, bisa dikompensasikan dengan kompensasi eksposure (Ev) ke
arah negatif (lebih gelap) atau positif (lebih terang). Bisa juga
bermain kuncian eksposure (exposure lock), bila kita ingin berkreasi
lebih kreatif lagi..
center weight juga cocok dipakai bila ada backlight di belakang objek
foto
gunakan spot meter bila kita gagal mendapat eksposure yang tepat pada
objek foto memakai mode lainnya
bila kamera anda tidak ada mode spot meter, alternatifnya gunakan
partial metering (seperti EOS 1000D)
(b) Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini ialah dengan menubah
posisi subjek ke tempat yang redup,dimana subjek tidak lagi
diterangi oleh cahaya matahari tetapi subjek akan diterangi oleh
cahaya yang terpantul dari langit.
(c) Cahaya dari langit amat luas dan ia nya tersebar.Cahaya yang
tesebar tidak akan menghasilkan bayang bayang yang jelas.
(d) Katakan kita hendak mengambil gambar subjek dihadapan OBJEK yang
disinari oleh cahaya matahari yang terik,kita tak perlu la mengubah
posisi SUBJEK ini kerana OBJEK yang terkena sinaran matahari tadi
telah memantulkan cahaya yang baik untuk SUBJEK kita.
(e) Kita akan dapat pencahayaan yang baik jika kita rajin
menunggu,lihat perubahan matahari dan kesan sinaranya.Selalunya
waktu awal pagi dan waktu senja adalah waktu yang amat menarik dan
cahaya nya cukup seimbang antara SUBJEK dan BACKGROUND
I. Histogram
• Histogram ialah salah satu cara untuk menentukan Imej yang dirakam
mempunyai EXPOSURE(dedahan cahaya) yang cukup atau pun tidak.Kita
tak perlu bergantung pada LCD kamera yang mungkin tidak tepat.
-55-
• Jika imej yang dirakam itu gelap,Gambarajah pada graf akan lebih
tertumpu pada sebelah kiri manakala jika imej yang dirakam itu gelap
gambarajah akan lebih tertumpu pada sebelah kanan.
• Jika imej yang dirakam itu menunjukkan lebihan pada kiri atau kana
graf,eloklah kita membetulkan nilai APERTURE & SHUTTER kita.Bagi
yang tiada fungsi ini,gunakanlah EV seperti yang telah dibincangkan.
- Terma ISO ini dibawa dari era kamera filem. Filem yang digunakan
diklasifikasikan mengikut kelajuan filem iaitu nilai kepekaan filem
terhadap cahaya.
- Sekarang, terma ISO masih lagi diguna pakai dan membawa maksud dan
kegunaan yang sama Cuma ianya diaplikasikan ke sensor digital
Komposisi Asas
I. FILTERING
- Selalunya gambar yang bagus hanya mempunyai satu idea iaitu tiada
gangguan selain subjek.
- Alihkan subjek atau ubah latar belakang dan pastikan tiada unsur
unsur lain yang boleh mengganggu subjek.
II. FRAMING
- Kita ambil contoh keadaan seperti ini ; imej yang kita rakam itu
mempunyai elemen lain yang terang,dan berada di hujung FRAME. Elemen
yang terang ini akan menarik mata kita untuk memandangnya.
pemerhatian kita teralih dan terganggu oleh elemen ini. Dan ini
dikatakan imej yang tidak seimbang
- Jika kita berubah dari kedudukan asal dan merakam semula imej
tersebut dan memastikan elemen yang terang itu berada di
tengah,sudah tentu mata kita akan tertumpu di tengah.Ini dikatakan
imej yang seimbang.
-59-
1) SYMMETRICAL
- apabila subjek berada diatas air. Maka akan terhasil imej yang
nyata dan tidak nyata pada permukaan air itu dari tindakan
pembiasan,Ini juga dikenali sebagai SYMMETRICAL BALANCE
2) ASYMMETRICAL
3) RULES OF THIRD
- Panduan yang berguna apabila kita ingin merakam SUBJEK yang berada
di luar kawasan titik tengah.
4) LEADING LINE
- Deretan pokok, sungai, jalan raya, pagar, bayang bayang, tali dan
bermacam macam lagi yang bersambungan.
- LEADING LINE ini tidak akan terhasil jika kita tidak berhati hati
dalam menghasilkanya.
- Garisan ini seharus nya membawa kita ke SUBJEK atau dari SUBJEK
- Mulakan LEADING LINE ini dari satu sudut imej akan memberikan
impak yang cantik.
5) GOLDEN SECTION
I. FLASH
II. TRIPOD
III. TIMER
a. Walaupun TRIPOD sudah dipasang pada kamera, jari kita juga mampu
untuk menggoyangkan kamera dan kemungkinan gambar yang dirakam itu
akan kabur. Kita boleh elakkan ini dengan mengaktifkan fungsi
TIMER.atau PEMASA
- Penetapan KAMERA
I. APERTURE
c. Pilih fungsi Av atau MANUAL pada kamera anda untuk mengubah nilai
APERTURE.Bukaan APERTURE yang paling besar untuk kebanyakan kamera
digital kompak ialah f2.8.
-61-
II. ISO
b. Nilai ISO yang tinggi akan menyebabkan kamera lebih peka kepada
cahaya dan akan menghasilkan GRAIN(biji-bijian) yang dipanggil
NOISE(kebisingan)
a. FLASH on- Boleh digunakan apabila kita mahu FLASH sentiasa aktif
di setiap gambar yang dirakam.
b. FLASH AUTO
c. FLASH off
- Sama juga keadaanya kepada kucing yang comel dan anjing tetapi
hasilnya berlainan sedikit dengan mata yang bewarna hijau dan besar.
e. SLOW SYNC
- Pelbagai situasi yang kita boleh tentukan untuk merakam imej yang
bergerak
- Samada ahli sukan sedang berlari menuruni bukit atau burung yang
sedang menyambar ikan di sungai
a. Membekukan pergerakan
- adakalanya imej subjek yang ingin dirakam itu sangat laju seperti
kereta lumba,dan kita harus menggunakan SHUTTER SPEED yang lebih
tinggi seperti 1/1000
c. Panning
- Kita sudah pastinya selalu melihat gambar yang merakam hanya satu
garisan cahaya di atas jalan.
- Kita semua boleh merakam imej potret Cuma yang membezakanya ialah
cantik atau tidak.
-65-
b. Pendedahan Karakter
- Mungkin ramai juga antara kita sebelum ini telah mengambil imej
bapa,emak, adik, kekasih kita dan menganggap gambar itu sudah cukup
baik. Benarkah?
- Berbual dengan SUBJEK tentang hobi, berita terkini atau apa apa
pun
-66-
- Ketika SUBJEK berada dalam kedudukan yang selesa dan apabila kita
sudah bersedia untuk merakam.
- Keyakinan dalam sesi dan tenang kerana sikap kita ini akan
mempengaruhi SUBJEK
f. Lokasi
-67-
g. Pencahayaan
- Awal pagi dan lewat petang adalah masa yang sangat sesuai untuk
merakam imej lanskap. Ini kerana pada ketika ini, sudut pencahayaan
matahari adalah rendah dan akan menghasilkan bayang bayang dan
tekstur yang menarik.
- Lain dari yang lain. Hasilkan imej lanskap anda dalam keadaan yang
tidak pernah dilihat sebelumnya. Jurugambar yang cekap boleh
menghasilkan imej yang sama seperti orang lain, tetapi jurugambar
yang hebat menghasilkan imej yang unik. Elakan imej yang sudah basi.
Cuba sudut yang berlainan seperti sudut rendah. sudut pandangan dari
mata haiwan mungkin nampak lebih dramatik
- Hasilkan gambar yang mempunyai cerita. Cari tema, frasa kata, dan
sudut penglihatan yang akan menerangkan segala galanya.
- Kunci bagi imej senibina yang menarik ialah dengan memahami apa
itu imej DISTORTION(herotan) dan pemilihan waktu yang sesuai untuk
merakam.
- Jika kita merakam gambar bangunan yang tinggi, elakan merakam dari
sudut bawah ini kerana bahagian bawah bangunan akan kelihatan lebih
-69-
besar berbanding bahagian atas. Cari lokasi yang tinggi kalau boleh
untuk sudut yang lebih baik.
- Kain baldu hitam akan menyerap cahaya dan ianya boleh digunakan
apabila kita tidak mahu sebarang pantulan cahaya pada SUBJEK.
- Ramai antara kita yang kurang peka dengan kehadiran fungsi ini.
MACRO MODE diwakilkan dengan symbol bunga kecil.
-71-
- Terdapat dua pilihan pada MACRO MODE, samada kita memilih untuk
memfokus SUBJEK pada jarak yang begitu hampir dengan lensa atau pada
keadaan biasa.
2) Gunakan TRIPOD
- TRIPOD amat berguna untuk mengelakkan gambar kita dari kabur dan
membenarkan kita mencuba pelbagai komposisi yang berlainan
3) APERTURE
4) PemFOKUSan
5) Komposisi
- Pastikan imej yang akan terhasil itu nanti mempunyai titik penting
yang mampu menonjolkan SUBJEK. Pastikan juga SUBJEK itu berada pada
-72-
6) FLASH
7) Rakaman Imej
9) SELF TIMER
10. Haiwan
a. Pencahayaan
-73-
- Jangan gunakan FLASH kerana ia akan menghasilkan kesan RED EYE dan
mengherotkan bayang bayang dan perincian haiwan kesayangan kita itu.
Melainkan jika haiwan kesayangan kita itu memakai kot hitam, dan
haruslah kita menggunakan flash.
b. Komposisi
c. Personaliti
11. Abstrak
- Imej bunga yang diambil dengan jarak dekat dan dipenuhkan ruang
gambar juga menghasilkan imej abstak yang baik.
- Kemana dan di mana juga kita berada, pasti ada sesuatu yang boleh
kita jadikan imej abstrak. Warna, corak dan tekstur adalah elemen
utama dalam imej abstrak.