Anda di halaman 1dari 75

-1-

http://fotograferjurnal.blogspot.com/2009/11/lighting-fotografi.html

Pertanyaan pertamanya, kapan pake AV, kapan pake TV. waduh. bingung
lagi jawabnya. Karena menurut saya, ga ada aturan baku. kapan aja
dua-duanya bisa dipake. Jadinya sih saya kasih aja ringkasan tentang
mode-mode di Canon EOS

A-DEP=Automatic Dep thof Field Pada mode ini, pengaturan fokus


foreground dan background diatur secara otomatis oleh kamera
sehingga lebih memungkinkan untuk menghasilkan foto yang tajam baik
pada foreground maupun background.

M= Full Manual Pada mode ini pengaturan kamera sepenuhnya manual,


baik shutter speed, aperture, ISO, dsb.

Av= Aperture Value Priority Pada mode ini aperture dapat diatur
sesuai dengan kehendak, namun shutter speed akan mengimbangi secara
otomatis akan kebutuhan cahaya sesuai dengan besar aperture.

Tv=Time Value Priority Pada mode ini shutter speed dapat diatur
sesuai dengan kehendak, namun aperture akan mengimbangi secara
otomatis kebutuhan cahaya yang sesuai dengan shutter speed.

P= Program Pada mode ini baik aperture maupun shutter speed akan
mengkalkulasi secara otomatis sesuai dengan kebutuhan cahaya, hanya
saja pada mode ini tingkat exposure dapat diatur sesuai dengan
kehendak.

Auto
Mode auto merupakan mode dimana kamera secara penuh mengatur akan
segala kebutuhan pengaturan, dengan kata lain pada modeini
fotografer tinggal "jepret" saja.

Portrait
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih
disesuaikan dengan kebutuhan portrait ( foto manusia ), seperti
penggunaan tonal warna untuk skin tone, dsb.

Landscape
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih
disesuaikan dengan kebutuhan foto pemandangan ( landscape), seperti
tone warna yang lebih vivid atau lain sebagainya.

Macro
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih
-2-

disesuaikan dengan kebutuhan foto macro ( jarak dekat sehingga objek


tampak lebih besar ), seperti fokus lensa yang lebih disesuaikan.

Moving Object
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih
disesuaikan dengan kebutuhan pemotretan objek yang bergerak,
sehingga fokus lensa akan lebih cepat bergerak menyesuaikan dengan
pergerakan objek.

Night Scene
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih
disesuaikan dengan kebutuhan foto pada malam hari.

No Flash
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun apabila pada
mode auto lainnya built in flash akan otomatis pop up apabila cahaya
dirasa kurang, pada mode ini built in flash tidak akan menyala sama
sekali, sehingga shutter speed dan aperture akan lebih berperan
untuk mengimbangi kebutuhan cahaya.

taken from kaskus

Aperture mendefinisikan besarnya bukaan diafragma sebuah lensa .


Gunanya untuk mengontrol cahaya yang masuk ke sensor pada kamera
lewat bukaan pada lensa . Perhatikan ilustrasi lensa berikut :

Dari bukaan paling besar ( f/1.4 ) sampai bukaan paling kecil ( f/16
) atas mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam lensa .
Perhatikan bukaan lensa di tengah-tengah ! makin besar nilai f-nya ,
makin kecil diameter / diafragmanya dan sebaliknya . Notasi pembagi
“/” pada nilai f , mgkn untuk mempermudah pemahaman user bahwa
semakin besar nilai pembagi (1.4 , 2.8 , … dst ) semakin kecil
hasilnya / bukaan lensa . Meski pada Nikon , notasi yang umum
digunakan adalah menggunakan F besar dan tanpa pembagi “/” misalnya
F1.4 , F2.8 , … dst . Ga usah bingung , cukup ingat-ingat saja
angka-angkanya dan ingat ketentuan diatas (tebal) . Di fotografi ,
memang banyak notasi / istilah yang berbeda antar satu vendor dengan
vendor lain . Biasalah .. mgkn urusan marketing .
Bagaimana mendapatkan angka-angka seperti itu ? masih ingat rumus
matematika untuk menghitung luas sebuah lingkaran ? untuk membagi
-3-

luas menjadi setengah dari sebelumnya maka harus dibagi dengan akar
pangkat 2 ( 1.41421356 ) .
misal ( dibulatkan ) :
Bukaan maksimal = 1
Bukaan 1/2 maksimal = 1 * 1/1.4 = 1/1.4
Bukaan 1/4 maksimal = 1/1.4 * 1/1.4 = 1/2.8
Bukaan 1/8 maksimal = 1/2.8 * 1/1.4 = 1/4.0
Bukaan 1/16 maksimal = 1/4.0 * 1/1.4 = 1/5.6
dst ..
Lalu kita bisa menghitung nilai aperture selanjutnya : f/1.4 , f/2.8
, f/4.0 , f/5.6 , f/8 , f/11 , f/16 , f/22 , f32 … Pengaturan
aperture dari f/1.4 ke f/2.8 akan membuat cahaya berkurang setengah
dari sebelumnya karena memang diameternya mengecil menjadi
setengah .
Pengurangan banyaknya cahaya masuk menjadi setengahnya dikenal juga
sebagai turun 1 stop . Misal perubahan dari f/5.6 ke f/8 adalah
turun 1 stop dan f/5.6 ke f/11 adalah turun 2 stop . Pada arah
sebaliknya justru akan menambah banyaknya cahaya yang masuk ,
dikenal juga sebagai menaikan stop . Istilah stop ini lebih sering
digunakan dalam fotografi ketimbang bicara angka-angka diatas .
“Eh .. ini imagenya aga underexpose , coba naikkan 2 stop !!” , ya
kira-kira gitu deh
Biasanya pada kamera , pengurangan cahaya menjadi setengah
sebelumnya masih dianggap terlalu besar , karena itu untuk kontrol
yang lebih presisi ada konfigurasi untuk membagi-bagi nilai aperture
menjadi lebih kecil ke 2 atau 3 bagian . Misal untuk setting 3
bagian dimulai dari f/2.8 , maka urutannya menjadi f/2.8 , f/3.2 ,
f/3.5 , f/5.6 , f/6.3 , f/7.1 , f/8 … dst . Sama halnya diatas ,
perubahan dari f/3.2 ke f/6.3 adalah turun 1 stop .
Kegunaan , kaitannya dengan exposure
Seperti yang saya bilang diatas , untuk mengatur banyaknya cahaya
yang masuk melalui lensa ke sensor kamera . Cahaya adalah unsur
penting dalam fotografi . Terlalu banyak cahaya yang lewat akan
membuat foto menjadi terlalu terang (overexposure) dan sebaliknya
jika terlalu sedikit akan membuat foto menjadi gelap (underexposure)
. Konsep mengatur cahaya ini dikenal juga sebagai Exposure .
Aperture hanya SALAH SATU dari tiga elemen penting lainya dalam
pengaturan exposure yaitu Shutter Speed dan ISO/ASA . Shutter
Speed , mengatur durasi waktu untuk merekam cahaya . Semakin lama
durasinya semakin banyak cahaya yang direkam dan sebaliknya . ISO /
ASA adalah tingkat sensitivitas pada sensor / film dalam merekam
cahaya . Semakin tinggi nilai ISO , semakin banyak cahaya yang dapat
-4-

terekam oleh sensor .


Saya akan coba membahas dua elemen lainya pada kesempatan berikutnya
. Stay Tuned !!!
Atau udah ga sabar ?? ya udah cek link ini aja .. analogi exposure
dalam fotografi dengan urusan memasak . Layak disimak
http://photospot2004.blogspot.com/2004/07/cooking-and-
photography.html

ISO pada fotografi digital , bagi saya , lebih dipahami sebagai


kemampuan teknologi sensor untuk menangkap cahaya . Semakin tinggi
nilai ISO , semakin besar pula cahaya yang dapat ditangkap oleh
sensor . Namun , kekurangannya adalah timbulnya noise seiring
bertambahnya nilai ISO yang disetting . Noise ini tampak seperti
bintik – bintik butiran kecil yang bersebaran pada foto . Jika foto
di zoom hingga 100% akan terlihat jelas noisenya . Selain
menimbulkan noise , penambahan nilai ISO juga dapat menyebabkan
berkurangnya kualitas foto yg dihasilkan misal : warna jadi tidak
muncul , detail jadi hilang dsb.
Nilai ISO pada kamera pada umumnya adalah
100,200,400,800,1600,3200 . Kamera DSLR profesional , NIKON D3 ,
bahkan mampu mencapai ISO hingga 6400,12800 dan 25600 dengan noise
yang sangat rendah . Seiring perkembangan teknologi jangan heran
kalau beberapa tahun kedepan sensor digital akan lebih baik , mampu
mendukung ISO tinggi tapi dengan noise minimal.
Penggunaan ISO
Umumnya , settingan ISO yang dianjurkan adalah nilai ISO kecil.
Noise yg dihasilkan lebih kecil sehingga hasil foto lebih baik
apalagi jika berenacana untuk di-print pada ukuran besar. Juga cocok
untuk pemotretan landscape / pemandangan dimana noise yg diinginkan
seminimal mungkin. Repotnya kalau memotret landscape biasanya pada
waktu-waktu dimana justru kurang cahaya : sunrise , sunset atau
malam. Mau tidak mau, penggemar jenis foto tersebut harus sedia
tripod atau sejenisnya agar bisa menggunakan shutter speed yang
lama.
Nilai ISO besar biasanya digunakan untuk kondisi-kondisi kurang
cahaya (malam hari atau indoor) dimana setting-an Aperture maupun
Shutter Speed sudah mentog. Pada kondisi tersebut , Nilai ISO bisa
di naikkan sampai kita memperoleh kecepatan shutter yg ideal. Kenapa
tidak menggunakan tripod saja seperti memotret pemandangan ?? well ,
kalau misalnya obyek foto anda mau diam mematung selama bbrp sec sih
bisa saja .. tapi anak saya ga bisa gitu euy . Foto dibawah adalah
sample menggunakan ISO paling tinggi pada kamera Nikon D50 saya
-5-

yaitu ISO 1600. Dapat anda lihat pada bagian bawah foto , dibagian
aga gelap tampak butiran-butiran noisenya . Tapi saya harus
mengambil foto ini karena momennya bagus . Cahaya seadanya didapat
dari cahaya matahari sore yang menerobos masuk. Untuk mendapatkan
shutter speed yang cukup agar tidak blur/goyang , dengan DOF yang
cukup lebar ( F5.0 ) , saya harus meningkatkan ISO sampai 1600 .

Khusyuk
Noise == Jelek ??
Ga jugaa .. malah saya pernah melihat foto Audi (penyanyi) di sebuah
majalah foto (lupa lagi) yang disajikan satu halaman penuh dengan
ISO tinggi alias banyak noise. Menurut fotografernya noise tersebut
untuk memunculkan moodnya Audi yangg … murung? :p
Saya pribadi sih , asal tidak di print dalam ukuran besar ga takut-
takut amatlah menggunakan ISO tinggi sampai 1600-pun . Lha wong
paling gunanya buat ditaruh di blog ini :p .. ukuran web standar ,
ga bakal kentara banget noise-nya. Kalau di print juga ga gede-gede
amat alias ukuran postcard. Yang penting maksud fotonya udah bisa
dicerna oleh pembaca sekalian. Lain ceritanya kalau gara-gara noise
obyeknya jadi ga jelas seperti yg pernah saya alami ketika memaksa
menggunakan ISO tinggi pada kamera Prosumer Fz7. Makanya beli DSLR
aja deh .. benar-benar beda di kekuatan ISO-nya . Foto malam , foto
indoor ga akan jadi masalah lagi ..
Auto ISO
Adalah sebuah fitur di kamera Nikon D50 yang saya sukai . Belum tahu
apakah ada di merk kamera lain . Yang jelas fungsinya adalah
automatisasi seleksi nilai ISO oleh kamera untuk mendapatkan
shutter-speed minimum yang telah kita tentukan. Pada kamera saya ,
ada bbrp nilai minimum yang bisa dipilih yaitu 1, 1/15 , 1/30 , 1/60
dan 1/125sec. Misal kita pilih nilai 1/125 sec . Kamera akan meng-
adjust nilai ISO semaksimal mungkin sehingga dengan pilihan nilai
aperture yang ada kita bisa memperoleh nilai 1/125 sec. Pada lensa
normal (mis : 50mm) 1/125 sec adalah nilai yang cukup tinggi utk
mencegah kemungkinan terjadinya blur/goyang. Nilai ISO-pun akan
lebih spesifik , tidak terbatas pada nilai ISO yang saya sebutkan
diatas tadi ( 200,400,800 dst ) . Bisa jadi misal kamera men-set
nilai ISO ke 350 dsb dsb.

Lanjutan dari artikel saya yang pertama (Pengetahuan Dasar Kamera


Digital). Kali ini saya mencoba untuk menjelaskan lebih jauh
mengenai kamera digital. Untuk artikel kali ini saya akan
membandingkan kamera digital dengan kamera analog. Topik yang akan
-6-

dibahas sebagai berikut:


- Ukuran sensor pada kamera digital dibanding dengan kamera analog
- Penggunaan ISO pada kamera digital
- �Focal Length� antara DSLR dengan SLR

Ukuran sensor pada kamera digital dibanding dengan kamera analog


Seperti yang saya utarakan pada artikel sebelumnya. Kamera digital
kelas prosumer dan consumer mempunyai sensor CCD/CMOS yang sangat
kecil. Sebagai perbandingan silahkan lihat gambar di bawah.

Kamera yang menggunakan 1/1.8 sensor biasanya adalah kamera kelas


consumer, contoh: Olympus C-5060. Kamera yang menggunakan 2/3
sensor, contoh: Sony F717, Nikon 5700. Kelas DSLR menggunakan sensor
yang lebih besar, seperti Canon D60 menggunakan 4/3 format. Sampai
saat ini hanya satu digital kamera yang mempunyai sensor sebesar
35mm, kamera itu adalah Canon 1Ds. Jika anda ingin tahu ukuran
sensor kamera anda, silahkan check �data sheet� kamera anda, bisa
didapat dari www.dpreview.com atau www.imaging-resource.com

Total pixel antara sensor 2/3 dengan 4/3 bisa saja sama, contoh: 4
Megapixel (4 juta pixel). Yang membedakan keduanya adalah ukuran
pixel. Semakin luas suatu sensor maka makin besar pula pixelnya.
Pixel yang lebih besar akan menguntungkan pada penggunaan ISO yang
tinggi.

Penggunaan ISO pada kamera digital


Dengan menggunakan sensor yang lebih besar maka otomatis pixelnya
juga lebih besar. Pixel yang lebih besar memungkinkan kita untuk
menggunakan ISO yang lebih tinggi. Maka dari itu jangan kaget
apabila beberapa DSLR mempunyai ISO setting sampai 3200. Dimana pada
kamera kelas prosumer seperti G3, ISO 400 akan menghasilkan foto
dengan noise yang sangat tinggi. Ini semua disebabkan oleh sensor
size, semakin besar semakin bagus. Tetapi tentu saja sensor itu
-7-

salah satu component yang paling mahal di kamera digital.

Berhubung kamera digital tidak mempunya film maka setting ISO


dilakukan oleh perangkat elektronik di dalam kamera anda. Sewaktu
anda merubah ISO value misal dari ISO100 ke ISO200, kepekaan sensor
didalam kamera anda ditingkatkan. Dan di dalam dunia elektronik,
nothing is perfect. There is always something to trade. Sewaktu ISO
ditingkatkan sensor kamera anda diset supaya lebih sensitif terhadap
cahaya. Misalkan sewaktu menggunakan ISO100 anda harus menggunakan
shutter speed 1/15, apabila anda menaikkan ISO rating menjadi ISO200
maka otomatis shutter speed menjadi 1/30 (1 stop difference). The
down side is, kalau sensor dinaikkan maka sensor akan mudah
menangkap �noise�. �noise� berwujud bercak-bercak di dalam foto
anda, �noise� akan lebih terlihat jelas apabila anda mencoba
mengambil shot pada situasi minim cahaya.

Contoh lain ibarat kalau anda mendengarkan lagu dengan perangkat Hi


Fi, jika volume kecil maka suara yang muncul akan jernih. Tetapi
bila anda mencoba menaikkan volume, maka pada suatu saat suara yang
muncul akan terdengar pecah. Kira-kira seperti inilah noise itu.

�Focal Length� antara DSLR dengan SLR


Penjelasan dibawah ini hanya berguna bagi pemilik SLR dan DSLR,
kamera digital kelas prosumer tidak perlu pusing tentang �focal
length� sebab lensa yang ada di kamera terpasang mati. Apabila anda
membeli lensa tele 100mm dan dipasang ke kamera SLR anda, maka 100mm
itu adalah �focal length� lensa anda. Tetapi bila anda memasang
lensa yang sama pada DSLR contoh Canon 300D, maka �focal length�
yang didapat bukan 100mm, tetapi 160mm (100mm x 1.6). Sebenarnya
�focal length� lensa anda tetap 100mm, tetapi �angle of view� akan
membuat hasil foto anda seolah-olah dihasilkan dari lensa 160mm. Ini
berhubung dengan ukuran sensor kamera anda yang lebih kecil dari
35mm. Hal ini hanya berlaku pada kamera yang mempunyai ukuran sensor
lebih kecil dari 35mm, Canon 1Ds tidak mengalami hal diatas.

Agar lebih jelasnya, silahkan lihat di foto dibawah ini. Full frame
adalah hasil dari lensa 100mm yang dipasang pada Canon 1Ds atau
kamera SLR. Kotak kecil didalamnya, adalah hasil yang anda dapatkan
bila kita memasang lensa yang sama pada Canon 10D atau 300D.
-8-

Sepintas kita berpikir bahwa kita mendapat untung, sebab dengan


membeli 100mm maka dapat menghasilkan 160mm. Memang betul, cuman ini
semua hanya ilusi sebab panjang fokal lensa anda tetap 100mm, hanya
gambar yang dihasilkan seolah-olah berasal dari 160mm lensa. DOF
(Depth of Field) yang dihasilkan juga sesuai dengan perhitungan
lensa 100mm, bukan 160mm. Dan satu lagi hal yang membikin sebagian
orang kesal apabila anda suka memakai lensa lebar (Wide angle lens),
maka anda harus membeli lensa yang lebih lebar untuk mendapatkan
efek yang anda inginkan. Bayangkan suatu shot harus menggunakan
lensa 24mm di kamera SLR, tetapi sewaktu anda memasang 24mm ke DSLR
anda maka �effective focal length� menjadi 38.4 (24mm x 1.6). Jadi
untuk mendapatkan 24mm, anda harus membeli lensa lebih lebar. Tentu
saja semakin lebar suatu lensa maka semakin mahal, maka bagi pecinta
wide angle shot bakal kecewa dengan keterbatasan ini. Kecuali anda
menggunakan Canon 1Ds yang mempunyai sensor sebesar 35mm, so what
you see is what you get.

Conclusion
Kelihatannya dari awal yang kita baca cuman sisi negatif melulu dari
kamera digital. Sebenarnya kalau mau lihat sisi positif, maka sisi
negatif itu bisa dilupakan. Bayangkan anda tidak perlu membeli film
lagi, tidak perlu capek-capek scan film/slide, tidak perlu pusing
soal ISO dan masih banyak lagi.

Akhir kata, as I always said. Digital is the future, sooner or later


film will be phase out. Mungkin film masih bisa survive, tetapi
hanya sebagai pendamping digital.
-9-

Tiga komponen dasar eksposur dalam fotografi adalah kecepatan


shutter, bukaan diafragma dan besaran ISO. Istilah ISO sendiri pada
fotografi digital diartikan sebagai nilai sensitivitas sensor
menangkap cahaya. Istilah ISO ini tak ubahnya seperti ISO pada era
fotografi film dimana nilai ISO mewakili sensitivitas film yang
digunakan. Pada fotografi digital kita dimudahkan dalam menentukan
nilai ISO ini dengan hanya memilih lewat menu yang ada pada kamera.
Nilai ISO pada kamera digital bisa dipilih mulai dari ISO terendah
(ISO dasar) hingga ISO tertinggi dengan kelipatan faktor 2 :
ISO 100 – ISO 200 – ISO 400 – ISO 800 – ISO 1600 – ISO 3200 dst

Setiap nilai ISO dinaikkan satu tingkat (satu stop) maka kemampuan
sensor mengangkap cahaya juga akan naik satu tingkat. Sehingga
semakin tinggi nilai ISO yang digunakan, maka semakin sensitif
sensor dalam menangkap cahaya. Sensor yang sensitif terhadap cahaya
memungkinkan kamera untuk dipakai memotret di tempat yang kurang
cahaya (low light). Saat low light, kamera pada prinsipnya akan
mencoba menangkap eksposur yang tepat dengan menurunkan kecepatan
shutter, sehingga sensor mendapat cukup waktu untuk mengumpulkan
cahaya sebelum foto diambil. Memotret dengan shutter yang terlalu
lambat punya konsekuensi tersendiri yaitu apapun yang bergerak akan
terekam blur, entah objek yang bergerak atau kamera yang bergerak
karena getaran tangan (handshake).

Perlu dicatat bahwa dengan nilai ISO yang lebih tinggi juga
memungkinkan pemotretan dengan kecepatan shutter yang lebih cepat.
Hal ini dikarenakan ISO tinggi memberikan sensitivitas tinggi
sehingga kamera tidak memerlukan banyak cahaya untuk mendapat
exposure yang tepat. Shutter cepat ini bermanfaat untuk membuat
objek yang bergerak jadi nampak diam. Istilahnya, membekukan objek
(lihat gambar perbandingan di samping). Penggunaan ISO rendah
(misalnya ISO 100) akan membuat shutter kurang cepat (misal 1/20
detik) untuk mampu menangkap gerakan si anak. Dengan menaikkan ISO
(misal ISO 800), didapat nilai shutter yang lebih cepat (misal 1/200
detik) sehingga si anak jadi nampak diam. Terkadang pada kamera yang
tidak dilengkapi stabilizer, pemakaian ISO tinggi juga dapat
dimanfaatkan untuk mencegah gambar menjadi blur. Dengan ISO tinggi
diharapkan getaran tangan yang biasanya rawan membuat gambar blur
bisa dihindari karena shutter yang lebih cepat.

Sayangnya peningkatan ISO juga akan membawa efek negatif yang tidak
diinginkan. Meningkatkan ISO berarti meningkatkan sensitivitas
sensor, sehingga sinyal yang lemah pun dapat menjadi kuat.
Masalahnya, pada proses kerja sensor juga menghasilkan noise yang
mengiringi sinyal aslinya. Bila ISO dinaikkan, noise yang awalnya
kecil pun akan ikut menjadi tinggi. Noise yang tinggi akan tampak
mengganggu pada hasil foto dan muncul berupa titik-titik warna yang
tidak enak untuk dilihat. Masalah noise ini akan lebih parah apabila
-10-

jenis sensor yang digunakan adalah sensor berukuran kecil, seperti


yang umum dipakai pada kamera saku. Kenapa? Karena sensor kecil
memiliki ukuran titik/piksel yang kecil juga, dan secara teori
piksel kecil lebih rentan terhadap noise dibandingkan piksel
berukuran lebih besar.

Tiap kamera mempunyai kadar noise yang berbeda, hal ini dipengaruhi
dari type sensornya, umumnya kamera yang menggunakan Sensor CMOS
mempunyai noise yang lebih sedikit dari kamera yang menggunakan
Sensor CCD. Kedua jenis sensor ini adalah jenis sensor yang umum
digunakan pada kamera digital sekarang ini.
Merek kamera sejenis yang menggunakan sensor sama namun berbeda type
juga mempunyai kadar noise yang berbeda. Sekali lagi, walaupun
menggunakan sensor yang sama, kadar noisenya bisa berbeda. Untuk itu
kenali kamera anda dan cari tau pada ketinggian ISO berapa kadar
noisenya bisa dimaklumi.
Maka dari itu, sekali lagi berhati hatilah dalam menggunakan ISO.
kenali kamera anda dan cari tau pada ketinggian ISO berapa kadar
noisenya bisa dimaklumi

Sensor pada DSLR

Sensor merupakan bagian penting dari kamera.Sensor berfungsi menangkap gambar secara digital dengan
cara mengubah cahaya menjadi elektron gambar.Prinsip kerja hampir sama dengan sel surya.Anggap saja
sensor yang digunakan di kamera seperti memiliki ribuan bahkan jutaan sel surya yang kecil dalam bentuk
matrik dua dimensi. Masing-masing sell akan mentransform (mengubah) cahaya dari sebagian kecil gambar
yang ditangkap menjadi elektron.
Dua kategori umum yang paling sering dipergunakan pada kamera CCTV adalah teknologi CCD dan
CMOS.Kedua sensor tersebut melakukan pekerjaan tersebut dengan berbagai macam teknologi yang ada.

Berikut comparison chart teknologi CCD dan CMOS :

Feature CCD CMOS


Signal out of Electron packet Voltage
pixel
Signal out of Voltage (analog) Bits (digital)
chip
Signal out of Bits (digital) Bits (digital)
camera
Fill factor High Moderate
Amplifier N/A Moderate
mismatch
System Noise Low Moderate
System High Low
Complexity
-11-

Sensor Low High


Complexity
Camera Sensor + multiple Sensor + lens possible, but
components support chips + lens additional support chips
common
Relative R&D Lower Higher
cost
Relative system Depends on Depends on Application
cost Application
Performance CCD CMOS
Responsivity Moderate Slightly better
Dynamic Range High Moderate
Uniformity High Low to Moderate
Uniform Fast, common Poor
Shuttering
Uniformity High Low to Moderate
Speed Moderate to High Higher
Windowing Limited Extensive
Antiblooming High to none High
Biasing and Multiple, higher Single, low-voltage
Clocking voltage

Dari perbandingan di atas, bisa ditarik beberapa kesimpulan :


- Sensor CCD seperti yang disebutkan di atas menghasilkan gambar
dengan kualitas lebih tinggi dan low noise, sedangkan CMOS
menghasilkan noise lebih besar
- Sensitivitas CCD lebih tinggi dibanding CMOS karena banyak
perbedaan pada jumlah transistor
- Sensor CMOS menggunakan sumber daya listrik lebih kecil dibanding
dengan CCD dengan perbandingan 1 : 100
- Sensor CMOS bisa didapatkan dengan harga lebih murah dibanding CCD
karena lebih mudah diproduksi
- Sensor CCD telah diproduksi massal dan ditargetkan untuk pemakaian
dalam jangka waktu panjang sehingga lebih produktif,kualitas lebih
tinggi serta lebih baik hasilnya

Berdasarkan fakta tersebut,kita bisa melihat bahwa sensor CCD lebih


banyak digunakan pada kategori produk yang memerlukan hasil gambar
yang baik, pixel yang besar dan sensitivitas yang baik.Sensor CMOS
-12-

menghasilkan gambar dengan resolusi dan sensitivitas yang lebih


rendah meskipun pada saat ini sensor CMOS telah berkembang hampir
menyamai kemampuan sensor CCD.

Pembidik

Salah satu bagian yang penting pada kamera adalah pembidik


(viewfinder). Ada dua sistem bidikan, yaitu:

 jendela bidik yang terpisah dari lensa (Viewfinder type)


 bidikan lewat lensa (Reflex type).

Kamera SLR, sesuai dengan namanya (Single Lens Reflex), menggunakan


sistem bidikan jenis kedua. Mata fotografer melihat subjek melalui
lensa, sehingga tidak terjadi parallax, yaitu keadaan dimana
fotografer tidak melihat secara akurat indikasi keberadaan subjek
melalui lensa sehingga ada bagian yang hilang ketika foto dicetak.
Keadaan parallax ini pada dasarnya terjadi pada pemotretan sangat
close up dengan menggunakan kamera viewfinder.

Jendela Bidik

Jendela bidik merupakan sebuah kaca yang di dalamnya tercantum


banyak informasi dalam pemotretan. Jendela bidik memuat penemu jarak
(range-finder), pilihan diafragma, shutter speed, dan pencahayaan
(exposure).

Lensa

Dalam fotografi, lensa berfungsi untuk memokuskan cahaya hingga


mampu membakar medium penangkap (film). Di bagian luar lensa
biasanya terdapat tiga cincin, yaitu cincin panjang fokus (untuk
lensa jenis variabel), cincin diafragma, dan cincin fokus.

Macam-macam lensa

 Lensa Standar. Lensa ini disebut juga lensa normal. Berukuran


50 mm dan memberikan karakter bidikan natural.
 Lensa Sudut-Lebar (Wide Angle Lens). Lensa jenis ini dapat
digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit.
Karakter lensa ini adalah membuat subjek lebih kecil daripada
ukuran sebenarnya. Dengan menggunakan lensa jenis ini, di dalam
ruangan kita dapat memotret lebih banyak orang yang berjejer
jika dibandingkan dengan lensa standar. Semakin pendek jarak
fokusnya, maka semakin lebar pandangannya. Ukuran lensa ini
beragan mulai dari 17 mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm.
-13-

 Lensa Fish Eye. Lensa fish eye adalah lensa wide angle dengan
diameter 14 mm, 15 mm, dan 16 mm. Lensa ini memberikan
pandangan 180 derajat. Gambar yang dihasilkan melengkung.
 Lensa Tele. Lensa tele merupakan kebalikan lensa wide angle.
Fungsi lensa ini adalah untuk mendekatkan subjek, namun
mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele adalah
lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena sudut pandangannya
sempit, lensa tele akan mengaburkan lapangan sekitarnya. Namun
hal ini tidak menjadi masalah karena lensa tele memang
digunakan untuk mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada
subjek tertentu.
 Lensa Zoom. Merupakan gabungan antara lensa standar, lensa wide
angle, dan lesa tele. Ukuran lensa tidak fixed, misalnya 80-200
mm. Lensa ini cukup fleksibel dan memiliki range lensa yang
cukup lebar. Oleh karena itu lensa zoom banyak digunakan, sebab
pemakai tinggal memutar ukuran lensa sesuai dengan yang
dibutuhkan.
 Lensa Makro. Lensa makro biasa digunakan untuk memotret benda
yang kecil.

Fokus

Fokus adalah bagian yang mengatur jarak ketajaman lensa, sehingga


gambar yang dihasilkan tidak berbayang.

Kecepatan rana

Kecepatan rana (shutter speed) artinya penutup (to shut = menutup).


Pada waktu kita menekan tombol untuk memotret, terjadi pembukaan
lensa sehingga cahaya masuk dan mengenai film. Pekerjaan shutter
adalah membuka dan kemudian menutup lagi.

Kecepatan rana adalah kecepatan shutter membuka dan menutup kembali.


Shutter speed dapat kita atur. Jika kita memilih 1/100, maka ia akan
membuka selama 1/100 detik.

Skala shutter speed bervariasi. Ada yang B, 1, ½, ¼, 1/8, 1/15,


1/30, 1/60, 1/125, 1/250, 1/500, 1/1000, dst. Mulai dari ½ sampai
1/1000 biasanya hanya disebut angka-angka dibawah saja. Artinya 100
= 1/100 dan 2 artinya ½ detik. Namun jika angka 2 itu berwarna, maka
artinya adalah 2 detik.

Sedangkan B artinya bulb, yaitu jika tombol ditekan maka shutter


membuka, dan ketika tombol dilepaskan maka shutter menutup.
-14-

Yang perlu diingat adalah, semakin lama kecepatan shutter, jumlah


cahaya yang masuk akan semakin banyak. Semakin besar angkanya, maka
kecepatan shutter akan semakin tinggi(shutter akan semakin cepat
membuka dan menutup).

 Speed cepat

Speed cepat kita gunakan untuk memotret benda yang bergerak. Semakin
cepat pergerakan benda tersebut, maka semakin besar angka speed
shutter yang kita butuhkan.

 Speed lambat

Jika benda yang bergerak cepat dipotret dengan speed shutter rendah,
maka hasilnya ialah gambar akan tampak kabur, seakan-akan disapu,
namun latar belakangnya jelas. Efek ini kadang-kadang bagus dan
menimbulkan sense of motion dari benda yang dipotret.

Cara lain adalah dengan menggerakkan kamera ke arah gerak objek


(panning) bertepatan dengan melepas tombol. Hasil gambarnya ialah
latar belakang kabur, tetapi gambar subjek jelas. Seberapa jelas
atau kaburnya subjek tergantung pada cepat atau lambatnya gerakan
panning. Jika gerakannya bersama-sama dengan gerakan subjek, maka
gambar yang dihasilkan jelas. Sebaliknya jika kamera lebih cepat
atau lebih lambat dari gerakan subjek, maka hasilnya akan blur
(kabur).

Diafragma

Diafragma atau aperture (atau sering disebut bukaan) berfungsi untuk


mengatur jumlah volume cahaya yang masuk. Alat ini biasanya terdapat
di belakang lensa. Terdiri dari 5-8 lempengan logam yang tersusun
dan dapat membuka lebih lebar atau lebih sempit.
-15-

Penulisan angka diafragma biasanya adalah f/2, f/2.8, f/4, f/5.6,


f/8, f/11, dan f/16, dst. Semakin kecil angka diafragma, maka bukaan
yang dihasilkan akan semakin lebar sehingga cahaya yang masuk
semakin banyak.

 Bukaan besar

Bukaan diafragma yang besar digunakan untuk menghasilkan foto dengan


subjek yang tajam dengan latar belakang blur.

 Bukaan kecil

Bukaan kecil akan menghasilkan gambar yang tajam mulai dari


foreground hingga background. Bukaan kecil biasanya digunakan dalam
pemotertan landscape yang memang membutuhkan detail dan ketajaman di
selurh bagian foto.

Depth of Field

Depth of field adalah jumlah jarak antara subjek yang paling dekat
dan yang paling jauh yang dapat muncul di fokus tajam sebuah foto.
Misalnya, jika kita memotret pohon-pohon yang berdiri bersaf-saf,
-16-

maka yang akan tampak pada foto yang telah dicetak adalah beberapa
pohon di depan tampak jelas kemudian makin ke belakang makin kabur.

Depth of field sangat tergantung pada:

 Diafragma. Semakin kecil bukaan diafragma, semakin besar depth


of field yang dihasilkan. Bukaan penuh akan menghasilkan depth
of field yang sangat dangkal.
 Jarak fokus lensa (focal length). Semakin panjang focal length,
semakin sempit depth of field. Maka dari itu, lensa wide angle
memiliki depth of field yang sangat besar.
 Jarak pemotretan. Semakin dekat jaraknya, semakin sempit depth
of field yang dihasilkan.

Fungsi depth of field adalah untuk mengaburkan latar belakang jika


latar tersebut tidak sesuai dengan subjeknya.

Pencahayaan

Pencahayaan atau exposure adalah kuantitas cahaya yang diperbolehkan


masuk; intensitas (diatur oleh bukaan lensa) dan durasi (diatur oleh
shutter speed) cahaya yang masuk dan mengenai film.

Film dengan ASA tinggi, memerlukan sedikit cahaya untuk menghasilkan


gambar yang jelas. Sebaliknya, film dengan ASA rendah memerlukan
banyak cahaya untuk menghasilkan gambar yang jelas.

Exposure diukur oleh alat yang disebut light-meter. Jika light-meter


menunjukkan kekurangan cahaya, maka kita bisa memperkecil bukaan
diafragma atau memperlambat shutter speed. Sebaliknya, jika light-
meter menunjukkan kelebihan cahaya maka kita bisa memperbesar bukaan
diafragma atau mempercepat shutter speed.

 Overexposure

Merupakan keadaan dimana jumlah cahaya yang masuk terlalu banyak.


Gambar yang dihasilkan akan terlalu terang.

 Underexposure

Merupakan keadaan dimana jumlah cahaya yang masuk terlalu sedikit.


Keadaan ini menghasilkan gambar yang gelap.

Pada tahun 2004 ketika pertama kali saya membeli kamera digital SLR,
secara rutin saya menyempatkan diri melakukan perawatan setelah
kamera selesai dipergunakan. Hal ini berlangsung hanya beberapa
minggu sebelum akhirnya saya disibukkan oleh kegiatan hunting yang
-17-

terus menerus. Beberapa langkah perawatan kamera terlupakan dan


berganti dengan kegiatan mentrasfer foto ke komputer dan proses
seleksi/ editing foto. Akibatnya pada tahun 2007, kamera digital
saya satu-satunya mengalami kerusakan termasuk juga muncul
problem lensa kotor dan berjamur. Biaya perbaikan saat itu terbilang
cukup mahal, walau sedikit terlambat pengalaman ini menyadarkan saya
untuk kembali melakukan kegiatan perawatan kamera secara rutin. Rasa
malas adalah musuh utama dalam melakukan perawatan peralatan
fotografi. Sebenarnya kegiatan ini tidak memakan banyak waktu, tapi
memiliki manfaat jangka panjang yang sangat baik jika terus
dilakukan. Perawatan peralatan fotografi mutlak dilakukan agar
dapat menjaga investasi kita sebagai fotografer kedepannya.

Berikut beberapa tips untuk merawat kamera digital SLR dan peralatan
fotografi lainnya:

1. Merawat lensa.
Lensa merupakan jendela bagi mata untuk melihat dunia luar. Lensa
merupakan elemen terpenting untuk dapat menghasilkan gambar yang
baik. Beberapa langkah perawatan lensa adalah sebagai berikut:
a. Jangan menyentuh lensa secara langsung dengan jari. Untuk
mengurangi kemungkinan ini terjadi, usahakan lens hood selalu
terpasang. Lens hood juga akan melindungi bagian depan lensa dari
benturan sekaligus mencegah munculnya flare pada cahaya frontal
menuju lensa.
b. Pasang lens cap ketika lensa sedang tidak dipergunakan, hal ini
bertujuan mengurangi kemungkinan terpapar dan menempelnya debu pada
permukaan lensa.
c. Jika kegiatan membersihkan lensa diperlukan, maka mempergunakan
peralatan pembersih yang baik sangat dianjurkan. Selalu pergunakan
lens brush, lens blower , lens paper dan lens cloth yang baik.
Berikut beberapa langkah membersihkan lensa:
> Bersihkan bagian depan dan belakang lensa dengan lens blower
terlebih dahulu. Tujuannya untuk menghilangkan partikel debu yang
menempel. Jangan langsung membersihkan lensa dengan lens cloth atau
lens paper sebab partikel debu yang ikut tergosok akan menyebabkan
permukaan coating lensa akan tergores. Hal ini dapat berakibat
munculnya gangguan permanen pada hasil foto.
> Beberapa partikel debu yang masih tetap menempel dapat juga
dihilangkan dengan bantuan lens brush.
> Selanjutnya usap lensa secara lembut dan perlahan dengan lens
cloth/ lens paper kering dengan gerakan memutar dari bagian dalam
lensa menuju keluar.
> Jika dibutuhkan, cairan pembersih lensa/ lens cleaning fluid
khusus dapat dipergunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran lensa
yang agak membandel. Jangan meneteskannya langsung pada lensa,
teteskan pada lens paper terlebih dahulu, lalu usap perlahan pada
bagian lensa.
-18-

2. Merawat kamera.
Kamera merupakan peralatan fotografi kedua yang terpenting,
disinilah tempat sensor kamera yang sangat sensitif.
Berikut beberapa langkah merawat kamera digital:
a. Merawat bagian luar kamera/ casing merupakan bagian yang biasa
dilakukan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan masuknya kotoran ketika akan membersihkan bagian
dalamnya. Debu dari luar akan mudah masuk kedalam, apalagi kalau
kita sering berganti-ganti lensa.
> Bersihkan bagian luar kamera dengan blower terlebih dahulu, untuk
beberapa debu yang masih menempel dapat dipergunakan brush.
> Selanjutnya pergunakan lens cloth atau dry cloth yang lembut untuk
membersihkan beberapa bagian khusus kamera seperti LCD panel,
viewfinder, dan flash hotshoe.
b. Setelah langkah diatas, dilanjutkan dengan merawat bagian dalam
kamera. Bagian dalam kamera merupakan letak sensor kamera.
> Sebelum membersihkan bagian dalam kamera, pastikan bahwa perawatan
ini dilakukan pada ruang yang bersih dengan penerangan yang cukup.
Sebaiknya anda juga dalam kondisi yang bersih.
> Langkah pertama yaitu membersihkan mirror dengan blower atau
blower brush. Kamera dipegang menghadap kebawah dan blower dipompa
keatas, tujuannya agar partikel debu yang tertiup dapat turun
kebawah mengikuti gravitasi.
> Selanjutnya membersihkan sensor. Untuk dapat melakukannya maka
mirror harus di lock up terlebih dahulu. Pada beberapa kamera fitur
ini disediakan dengan memilihnya dari menu kamera. Yakinkan baterai
dalam kondisi cukup penuh ketika akan melakukan mirror lock up.
Dimulai dengan menekan shutter release, maka mirror akan terangkat
dan shutter terbuka., Dengan kamera yang dipegang menghadap kebawah
(sensor menghadap kebawah), pompa blower (blower tanpa brush)
beberapa kali untuk meniup partikel debu yang mungkin menempel di
sensor. Setelah selesai, matikan kamera untuk menyudahi fungsi
mirror lock up.
> Jika sensor sangat kotor, anda dapat membersihkannya dengan
cleaning kits yang memiliki swab sensor khusus. Dengan alat ini,
kita membersihkan sensor secara fisik dengan melakukan swab/ smear
pada kotoran yang menempel di sensor. Tindakan ini harus dilakukan
dengan lembut dan hati-hati, jika tidak yakin sebaiknya serahkan
kegiatan membersihkan sensor pada mereka yang profesional.
> NB. Jika tidak merasa yakin untuk melakukan kegiatan membersihkan
bagian dalam kamera terutama sensor, sebaiknya serahkan kegiatan
perawatan ini pada mereka yang professional. Dibandingkan dengan
resiko yang mungkin timbul seperti kerusakan mirror, shutter,
atapun sensor maka mencari bantuan mereka yang professional
merupakan pilihan yang bijak.

3. Merawat baterai.
-19-

Baterai berfungsi sebagai sumber daya untuk menghidupkan kamera,


perawatan yang baik dapat memperpanjang usia pemakaian baterai
kamera. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Jangan membiarkan baterai terpapar suhu ekstrim diatas 43 C. Hal
ini dapat menimbulkan kerusakan permanen pada baterai. Letakkan
baterai pada tempat yang sejuk dan kering.
b. Jangan mencharge baterai secara berlebihan, jika charger telah
menunjukkan baterai terisi penuh segera cabut.
c. Charge baterai sebelum atau sesudah penyimpanan dalam jangka
waktu lama. Dipakai ataupun tidak dipakai baterai akan mengalami
proses pelemahan, agar tetap awet maka baterai perlu diisi kembali.
d. Lepaskan baterai dari kamera jika tidak sedang mempergunakannya
dalam jangka waktu lama.
f. Jangan mencampur penggunaan baterai lama dan baru, termasuk
mempergunakan baterai dengan merek yang berbeda-beda.

4. Merawat memory card dan accessories.


a. Memory card berfungsi sebagai media penyimpan data. Bisa berupa
SD/ secure digital, CF/ compact flash, dan sebagainya. Perlakukan
benda-benda ini dengan hati-hati, bentuknya yang kecil membuat
mereka mudah sekali rusak. Untuk melindunginya, simpan selalu pada
casing nya masing-masing jika sedang tidak dipergunakan.
b. Accesories kamera seperti lens filter, lens hood, flash dan
lainnya perlu dirawat untuk tetap menjaga kebersihannya. Dudukan
flash dan kontak baterai flash perlu dibersihkan secara berkala
untuk menghindari penumpukkan kotoran.

5. Penyimpanan.
a. Kamera sebaiknya dihindarkan dari temperatur ekstrim yang sangat
panas maupun sangat dingin. Hindarkan kamera dari kontak matahari
langsung dalam jangka waktu yang lama. Jangan pernah menyimpanya
dalam kondisi panas seperti didalam mobil atau dalam kondisi yang
sangat dingin.
b. Ketika menyimpan kamera, jauhkan peralatan tersebut dari benda-
benda yang memiliki medan magnet kuat. Medan magnet dapat
mempengaruhi sirkuit elektronik yang terdapat pada kamera digital.
c. Simpan kamera, lensa dan accessories lain dalam dry box yang
memiliki alat pengatur kelembapan jika sedang tidak dpergunakan
dalam jangka waktu yang lama. Atau simpan alat-alat tersebut pada
suatu wadah khusus dengan disertakan silica gel untuk mengatur
kelembapannya.

6. Merawat tas kamera.


Tas kamera merupakan media penyimpanan peralatan fotografi sewaktu
berpergian. Dengan demikian perawatannya juga mutlak dilakukan agar
mampu melindungi peralatan fotografi yang kita miliki. Tas yang
kotor mengakibatkan peralatan didalamnya menjadi kotor. Berikut
beberapa langkah perawatannya:
-20-

a. Setelah tas dipergunakan, keluarkan isinya lalu bersihkan bagian


dalam dan luarnya. Agar hasilnya maksimal dapat dipergunakan vacum
cleaner. Setelah pemotretan outdoor, partikel debu, kotoran dan
pasir biasanya banyak terakumulasi sehingga perlu dibersihkan.
b. Cuci tas kamera dalam jangka waktu berkala, terutama setelah
tidak dipergunakan untuk jangka waktu yang cukup lama.

Peralatan fotografi digital membutuhkan investasi dana yang tidak


sedikit, sehingga perawatan mutlak harus dilakukan secara rutin.
Perawatan yang baik akan mempertahankan kondisi perlatan fotografi
kita untuk tetap bisa dipergunakan dengan baik, bisa dipergunakan
dalam jangka waktu yang lama, dan tentunya dapat mempertahankan
harga jualnya kembali. (Andi Sucirta)

Unusual photo angle atau sudut pengambilan foto yang tidak biasa
sering dilakukan atau memang seharusnya dilakukan oleh para
fotomania agar obyek-obyek foto yang mereka ambil tidak terasa
seperti foto dokumentasi biasa. Hal ini setidaknya bisa memberikan
efek yang positif bagi fotomania agar dapat melakukan pendekatan
yang kreatif jika menghadapi sebuah masalah dan mencari solusinya di
dalam kehidupan sehari-hari.

Gunakan pemikiran yang tidak biasa atau 'out of the box', untuk
menemukan sudut-sudut atau angle-angle pengambilan gambar yang tidak
biasa, dengan begitu hasil foto kita memiliki nilai lebih dibanding
dengan foto yang biasa kita ambil.

Mudah-mudahan tips dan tuntunan di bawah ini memudahkan anda dalam


menerapkan pemotretan dengan sudut yang tidak biasa :

1 . Jangan gunakan sudut pandang biasa.


Orang biasa memandang sesuatu dengan cara lurus ke depan, 180*. Kita
harus berbeda dari cara seperti itu. Gunakan rumus : agak dari
kanan,agak dari kiri, agak dari atas, dan agak dari bawah.

2 . Memanfaatkan efek distorsi.


Lensa sudut lebar ( wide angle ) sekitar 18mm-35mm akan menimbulkan
efek distorsi yang unik jika kita dekatkan pada obyek foto kita.
Dekatkan pada wajah manusia maka wajah itu akan memanjang, dekatkan
pada obyek berbentuk kotak maka ujung-ujung dari obyek tersebut akan
lebih pipih atau meruncing.

3 . Berikan ruang kosong.


-21-

Sebagai contoh; foto pemandangan pantai yang kosong lalu ditambahkan


obyek manusia yang sedang duduk merenung memandangi kejauhan di
sudut kirinya. Komposisi yang tidak biasa seperti ini akan memberi
nilai lebih karena sudut pandangnya yang tidak biasa. Seperti
memberi ruang bagi imajinasi para pemirsanya masing-masing dengan
pertanyaan '...kok sebelah sini dibiarkan kosong...kenapa ya?'

4 . Sudut pandang ekstrim.


Pemotretan obyek dari sudut pandang yang ekstrim akan selalu memberi
nuansa atau rasa yang berbeda dari pandangan biasa. Misalnya; anak-
anak yang sedang bermain kelereng yang difoto dari sudut pandang
seekor burung atau ' bird eye view '. Atau orang-orang yang sedang
bersepeda di hari Minggu difoto dari sudut pandang seekor kodok.
Bisa terbayang, kan?

Memotret sunset merupakan salah satu 'foto wajib' yang harus


dipelajari dan dilakukan oleh anda yang sedang serius mempelajari
fotografi. Jika anda sudah dapat memotret suasana sunset dengan baik
setidaknya ada kepuasan tersendiri sudah dapat melampaui 'tahapan
wajib' dalam pelajaran fotografi dasar.

Silahkan mencoba tips berikut ini agar hasil foto sunset anda mudah-
mudahan bisa lebih baik :

1 . Observasi.
Melakukan persiapan yang matang adalah hal yang memang harus
dilakukan untuk mendapatkan foto sunset yang optimal. Tentukan
lokasinya, pilih dari angle atau sudut mana anda akan memotret
sesuai kondisi lokasi, jam berapa sunset akan terjadi di lokasi yang
anda pilih sebab beda lokasi beda pula waktu sunsetnya. Minimal anda
sudah mengalami satu sore di lokasi sebelum kembali keesokan harinya
untuk memotret.

2 . Gunakan fokus manual.


Biasanya saya menggunakan ruang tajam yang seluas-luasnya atau fokus
pada obyek yang paling jauh dari kamera agar cakupan fokusnya
menyeluruh pada satu frame foto.

3 . Mengukur cahaya.
Arahkan titik fokus kamera anda dan ukur eksposur yang tepat ke
tempat di sekitar matahari dan jangan langsung di mataharinya. Kunci
dieksposur tersebut, atur komposisi, lalu jepret. Kalau menurut
-22-

pengalaman saya mengukur langsung di matahari, eksposurnya saya buat


under 1 sampai 2 stop.

4 . Gunakan tripod.
Kita tidak ingin hasil foto yang sudah kita persiapkan dengan matang
jadi buram atau kabur hasilnya hanya karena kita malas membawa
membawa tripod,bukan?

5 . Membuat siluet.
Jangan hanya terpaku pada pemandangan langit sunset saja, manfaatkan
elemen-elemen yang ada di sekitar lokasi untuk membuat siluet, agar
foto anda dapat lebih bercerita. Ranting kering dari sebuah pohon,
perahu nelayan, monumen, orang-orang yang beraktifitas dan lain-
lain.

6 . Gunakan lampu kilat.


Lampu kilat ini berguna jika kita ingin menerangi obyek yang kita
foto sebagai foreground yang dilatari dengan langit senja, karena
jika tidak begitu obyek foto kita akan menjadi siluet.

7 . Siapkan diri anda untuk hal terburuk.


Pernah ketika saya memotret pasangan prewedding di pulau Bidadari,
sunset yang kita tunggu tidak muncul karena langit berawan. Padahal
foto prewed dengan latar belakang langit sunset biasanya menjadi
golden momen yang kerap dinantikan. Ada rasa kecewa, tapi mau gimana
lagi tentunya kita tidak bisa mengubah kehendak alam.

Memotret dalam hitam putih atau BW memang memiliki keunikan dan


keasyikan tersendiri. Elemen hitam putih dalam fotografi dapat
memperkuat kesan dramatis, misterius tapi tetap abadi tak lekang
dimakan waktu. Persis seperti ketika saya membolak-balik foto hitam
putih waktu saya kecil dulu, sisi memorinya bisa dengan kuat
tertangkap tapi tidak pernah membosankan.

Berikut ada tips tentang bagaimana menghasilkan foto hitam putih


yang baik :

1 . Fokus pada kontras.


Fotografi hitam putih adalah tentang menangkap obyek hitam, putih
dan nada tone diantaranya. Carilah obyek yang mengandung perbedaan
hitam putihnya nyata, karena obyek yang mengandung kontras yang
tinggi akan menjadi sebuah foto hitam putih yang enak untuk dilihat.
-23-

2 . Fokus pada tekstur.


Unsur hitam putih akan terlihat lebih kuat dan nyata pada obyek yang
bertekstur dan obyek yang memiliki pola berulang-ulang. Misalnya;
keriput pada wajah orang tua, tiang-tiang pada bangunan tua yang
tertimpa cahaya dari samping. Jadi jika anda bertemu dengan obyek
yang memiliki tekstur atau pola yang sekiranya bagus untuk dibuat
foto hitam putih, jangan takut untuk bereksperimen.

3 . Cahaya samping.
Cahaya dari samping atau sidelighting adalah cara yang paling
efektif untuk mengangkat tekstur pada obyek dan menciptakan variasi
yang dinamis antara sisi terang dan sisi gelapnya. Efeknya sangat
bagus bila diterapkan pada foto hitam putih. Sumber cahaya samping
yang alami adalah matahari pagi dan sore.

4 . Potretlah dalam modus warna.


Hal ini khususnya ditujukan bagi para pengguna kamera digital. Modus
warna pada kamera digital akan merekam rentang warna dengan lebih
baik, sehingga memberikan fleksibilitas yang lebih luwes dalam nada
warna ketika akan dikonversikan ke dalam hitam putih lewat software
editing foto.

5 . Melihat dalam hitam putih.


Latihlah mata anda untuk melihat sebuah obyek dalam nada hitam
putih. Dengan banyak berlatih, nantinya mata anda akan terbiasa
untuk melihat mana obyek yang baik untuk dijadikan foto hitam putih
dan mana yang tidak.

Lighting dalam fotografi merupakan salah satu elemen yang


terpenting. Dengan penempatan sumber cahaya yang tepat kita dapat
membangkitkan rasa, suasana, dan detail pada obyek sehingga mampu
membuat sebuah karya foto menjadi istimewa.

Berikut ada tips sederhana tentang lighting fotografi yang dapat


memaksimalkan karya foto anda :

1 . Kontras.
Apapun sumber cahayanya, baik itu matahari, lampu studio ataupun
cahaya pantulan, usahakan agar cahaya utama lebih kuat daripada
cahaya pengisi agar tercipta efek tiga dimensi pada obyek.
-24-

2 . Arah cahaya.
Cahaya dari samping atau sidelighting adalah cara yang paling
efektif untuk mengangkat tekstur dan menciptakan variasi yang
dinamis antara sisi terang dan sisi gelap dari obyek. Cahaya samping
dapat memberi efek dimensi serta kedalaman pada obyek foto anda.

3 . Sudut pandang atau angle.


Ada 2 hal yang harus kita perhatikan dalam pencahayaan :
a . posisi datangnya cahaya ke obyek
b . posisi obyek terhadap kamera

Posisi datangnya cahaya dan sudut pandang kamera akan memberi 'rasa'
pada sebuah foto. Jangan takut untuk bereksperimen.

4 . Tiga dimensi.
Sebuah karya foto yang berhasil adalah yang bisa mengajak pemirsanya
untuk merasakan tekstur, bentuk dan rasa dari sebuah obyek. Semua
ini bisa dicapai jika kita menguasai trik pencahayaan.

Dengan terus mengasah kepekaan kita terhadap pencahayaan, mudah-


mudahan kita dapat memaksimalkan penerapannya dalam berkarya.

Saat ini memotret bukanlah sesuatu yang mewah lagi. Hampir semua
orang sudah mengantongi atau membawa kameranya masing-masing
walaupun sebatas kamera handphone. Apalagi resolusi kameranya sudah
memungkinkan untuk dicetak ukuran postcard dengan hasil yang
lumayan. Tidak seperti jaman saya dulu yang harus pontang-panting
cari pinjaman kamera kalau akan ada acara seperti ulang tahun, karya
wisata, hajatan di rumah atau sekedar acara 17-an tingkat RT.

Dengan kemudahan teknologi seperti ini, saya ingin mengajak teman-


teman untuk bisa menghasilkan foto-foto yang layak untuk dilihat dan
bisa membuat kita tersenyum sambil mengenang.

Berikut tips yang biasa jadi panduan fotografer profesional ketika


sedang bekerja yang bisa diterapkan oleh siapa saja, baik itu
pengguna kamera DSLR, kamera saku, maupun kamera handphone. Hal-hal
yang perlu diperhatikan :

1 . Cahaya.
Perhatikan arah datangnya cahaya terhadap obyek foto kita. Usahakan
agar obyek menerima cahaya yang cukup untuk dipotret. Gunakan lampu
-25-

kilat jika kita memotret di bawah keteduhan atau ada bayangan yang
jatuh tepat di obyek foto kita.

2 . Komposisi.
Bagaimana cara kita menempatkan obyek foto terhadap lingkungannya
dalam satu bingkai foto sehingga enak dipandang. Sebenarnya tidak
ada patokan yang baku di dalam definisi komposisi. Tiap orang
mempunyai taste atau selera yang berbeda-beda ketika menempatkan
obyeknya dalam viewfinder. Ketika berbicara soal rasa, kita
berbicara mengenai subyek yang sulit diperdebatkan.

3. Sudut pandang.
Usahakan tidak memotret sebuah obyek dengan sudut pandang 'biasa'.
Anda bisa memotret dengan angle dari atas atau vertikal, agak dari
bawah, dari sudut kiri atau agak ke kanan. Setiap sudut pandang atau
angle kamera dapat menghasilkan 'rasa' yang berbeda-beda terhadap
sebuah obyek. Kreatiflah!

4 . Latar belakang.
Pilihlah latar belakang yang tidak lebih menarik perhatian ketimbang
obyek utamanya. Pilih juga latar belakang yang tidak mengganggu
komposisi keseluruhan dari sebuah foto. Atau sekalian saja latar
belakangnya dibuat kabur atau buram dengan pemilihan ruang tajam.

5 . Mengarahkan.
Apabila anda merasa sang obyek tidak berada atau berpose seperti apa
yang ada dibenak anda, arahkanlah sesuai keinginan, baik itu untuk
obyek benda mati atau model manusia. Anda berhak untuk mengarahkan
agar hasil akhirnya bisa sebagus yang diharapkan, lagipula anda
adalah sutradara didalam sesi pemotretan.

Sedikit kesabaran dan keinginan untuk belajar dapat membuat anda


bisa menghasilkan foto-foto yang lebih layak dilihat tapi tidak
harus membuat kita menjadi seorang fotografer profesional terlebih
dahulu.
-26-

Tips fotografi : memotret wajah

Pada tips fotografi kali ini saya akan sedikit membahas bagaimana
cara pendekatan yang baik untuk memotret manusia. Jika pada artikel-
artikel yang lalu sudah di jelaskan berbagai aspek dalam memotret
manusia maka kali ini saya akan membahas khusus mengenai memotret
bagian wajah.

Ada hal-hal spesifik yang perlu diperhatikan dalam memotret wajah :

1. Fokus pada mata.

Seperti telah dikatakan bahwa mata adalah jendela jiwa,


jadi sangat penting bagi kita untuk fokus pada mata ketika
memotret wajah manusia. Karena setiap kali orang melihat foto
seseorang bagian yang paling dulu dilihat adalah bagian mata.
Semakin kuat anda bisa menangkap ekspresi lewat tatapan mata
semakin kuat foto anda.

2. Sudut pandang.

Hanya ingin mengingatkan bahwa sudut pandang pengambilan


foto kita pada format close-up akan sangat mempengaruhi emosi
foto secara keseluruhan. Bagian mana dari wajah yang jaraknya
paling dekat ke lensa itu yang menjadi pusat perhatian.

3. Gunakan cahaya yang lembut dan merata.

Cahaya yang lembut akan sangat baik untuk mengangkat skin tone
pada wajah sehingga bisa tampil lebih alami.

4. Tambahkan hair light.

Kita bisa menambahkan hair light ( kilau cahaya pada


rambut ) agar detail foto wajah bisa lebih dinamis. Selain
dapat memberikan volume pada obyek, hair light juga membantu
memberi jarak antara obyek dengan background.

5. Pilihan lensa.

Lensa yang ideal untuk memotret wajah adalah 90 mm ke atas


pada kamera DSLR, dan sekitar 55 mm ke atas pada kamera poket
lalu dibantu pada bagian editing agar dapat lebih close-up.

6. Ekspresi model.
-27-

Bagian yang terpenting pada sesi pemotretan wajah atau


close-up adalah tentunya ekspresi si model. Adalah menjadi
tugas anda sebagai fotografer untuk dapat mengarahkan model
anda agar bisa berekspresi senatural mungkin. Banyak cara bisa
ditempuh antara lain; dengan mengajak ngobrol, melontarkan
lelucon atau candaan atau sekedar menyetel musik untuk
membangkitkan mood.

Tips merawat kamera DSLR

Ketika kamera SLR analog pertama saya tidak dapat bekerja


sebagaimana mestinya, baru saya sadar kalau saya sudah tidak
melakukan perawatan yang seharusnya dilakukan pada sebuah kamera.
Tidak seperti ketika masih baru, setiap hari pasti dilap sampai
mengkilap. Tapi ketika kesibukan dan pekerjaan sehari-hari sudah
menyita waktu, maka perawatan rutinpun terabaikan.

Tips perawatan kamera di bawah ini tidak hanya berlaku pada kamera
DSLR, tapi dapat diaplikasikan pada semua jenis kamera

1. Merawat bodi kamera.

Bersihkan bagian luar bodi kamera dengan kain yang lembut,


gunakan blower untuk menyingkirkan debu yang menempel di sudut-
sudut. Pembersihan bagian dalam dimulai dengan menggunakan
blower, lalu blower brush untuk kotoran yang membandel, me-lock
up mirror ke atas jika ingin memblower bagian sensor. Saya
tidak merekomendasikan anda untuk membersihkan sendiri jika ada
kotoran yang membandel di bagian sensor kamera karena sensor
adalah bagian yang sangat sensitif.

2. Merawat lensa.

Jangan menyentuh bagian optis lensa dengan jari, pasang


selalu filter pelindungnya atau gunakan lens hood. Pasang
selalu tutup lensa jika tidak sedang digunakan untuk mengurangi
resiko debu menempel. Jika ingin membersihkan lensa, gunakan
blower terlebih dahulu, lalu lens brush, baru lens cloth jika
ada bekas jari yang menempel.

3. Merawat batere.
-28-

Jangan mencharge batere secara berlebihan, segera cabut


jika sudah penuh. Lepaskan batere dari dalam kamera jika sedang
tidak digunakan, usahakan agar hanya memakai batere original.

4. Merawat kartu memori

Biasakan untuk menyimpan kartu memori di dalam casingnya


agar terhindar dari debu, terpapar benda bermedan magnet dan
memperpanjang umur kartu memori.

5. Penyimpanan kamera.

Jika memiliki dana lebih dapat dipertimbangkan untuk


memiliki drybox yang menggunakan alat pengatur kelembaban
sebagai tempat penyimpanan kamera atau cara hemat seperti saya,
simpan kamera di dalam plastik ber-clip yang diberi silica gel,
simpan di tempat kering dan jauhi benda-benda bermagnet.

Dengan cara seperti ini mudah-mudahan peralatan fotografi anda


bisa lebih awet dan berumur panjang.
-29-

Fotografi sebagai hobi

Hobi fotografi adalah salah satu hobi yang paling saya nikmati
dari sekian hobi yang saya miliki. Fotografi telah menjadi bagian
dari keseharian saya sejak belasan tahun ini, juga telah menjadi
sarana untuk memenuhi periuk nasi keluarga saya. Berarti selain
menjadi hobi, fotografi juga bisa kita jadikan sandaran hidup jika
kita memang ingin menekuninya.

Bermula dari jaman SMA dulu, di mana saya hanya bisa melongo
melihat teman-teman yang mengambil ekstrakurikuler fotografi sambil
membayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk itu. Tapi
ketika harus memiliki kamera SLR sendiri karena memang mengambil
pelajaran desain grafis, fotografi menjadi media yang benar-benar
saya nikmati untuk menyalurkan minat saya pada bidang visual.

Berikut ada hal-hal yang bisa kita persiapkan jika ingin menjadikan
fotografi sebagai sebuah hobi, menurut pengalaman saya :

1. Investasi kamera DSLR dan aksesorinya.

Bukan ingin mengecilkan arti kamera jenis lain, tapi


sebuah kamera DSLR lebih dapat mengakomodasi semua kebutuhan
yang diperlukan untuk mempelajari fotografi secara lebih
optimal.

2. Baca semua tentang fotografi.

Membaca semua literatur yang ada hubungannya dengan


fotografi akan membuka wawasan tentang hobi yang sedang anda
tekuni ini. Baik itu literatur yang bersifat offline maupun
online, akan sangat berguna.

3. Kursus atau otodidak.

Saya sendiri mempelajari fotografi secara otodidak, sebab


cara belajar ' trial and error ' lebih ' nyangkut ' hasilnya
bagi saya. Bermacam tempat kursus fotografipun sekarang telah
tersedia. Dari tempat kursus yang dimiliki oleh fotografer
terkenal sampai ke forum-forum di internet. Menurut hemat saya
ditempat kursus itu dititikberatkan agar siswanya menguasai
dasar-dasar ilmu fotografi. Baik itu yang tingkat basic maupun
ditingkat advance dan dibantu dengan adanya pembimbing. Tapi
-30-

pada akhirnya, seperti yang dikatakan oleh Indra Leonardi, "


Photography is general but style is personal." Style dari hasil
potretan kitalah yang harus diciptakan.

4. Mengikuti kontes foto.

Ikutilah lomba-lomba foto yang sering diadakan oleh pihak


sponsor. Tidak usah yang bertaraf nasional apalagi
internasional, cukup lomba foto mingguan atau bulanan sebagai
ajang untuk mengasah kreatifitas visual juga sebagai ajang
pengakuan terhadap hasil karya kita jika terpilih. Hal ini akan
memacu semangat kita untuk terus memperdalam ilmu fotografi.

5. Jangan membatasi diri.

Ketika sedang belajar fotografi sebaiknya anda tidak


membatasi diri dengan hanya mempelajari satu jenis foto saja,
misalnya; hanya jenis foto pemandangan saja. Praktekkan
berbagai macam jenis foto yang anda sudah pelajari. Misalnya;
fotografi makro, memotret anak kecil, still life, bermacam
jenis angle dan pencahayaan, foto fashion dan pemotretan cewek-
cewek cantik. Sehingga apresiasi wawasan fotografi anda semakin
luas dan memudahkan ketika anda ingin memilih jenis fotografi
apakah yang ingin kita fokuskan untuk ditekuni.

6. Latihan, latihan dan latihan.

Ilmu fotografi terdiri dari 10% teori dan 90% praktek.


Jadi semakin sering dan semakin tekun anda mempraktekkan teori
fotografi yang telah anda pelajari semakin cepat pula anda
menguasai segala aspek berkenaan dengan fotografi.
-31-

Kesalahpahaman fotografer pemula

Saat pertama kali menekuni bidang fotografi sebagai hobi sampai


akhirnya menjadi ladang pengisi periuk nasi, saya banyak sekali
menemukan hal-hal, mitos-mitos atau kesalahpahaman di bidang
fotografi yang dapat menghambat atau mempengaruhi kemajuan para
fotografer pemula.

Inilah hal-hal yang biasanya menjadi penghambat dan mudah-mudahan


kita yang sedang menekuni fotografi bisa menghindarinya :

1. Hasil foto saya tidak bagus.

Tidak ada keberhasilan yang instan, semua harus dimulai


dari yang kecil. Ada ratusan foto yang kita hasilkan, tapi
hanya beberapa saja yang bagus. Jalan tidak selalu mulus, dan
itu memang alamiah ketika kita sedang mempelajari sesuatu.
Dengan berjalannya waktu, kemampuan dan ketrampilan kita akan
bertambah baik.

2. Kamera saya kurang canggih.

Kamera yang mahal tidak akan menghasilkan foto yang baik


jika kita tidak tau cara menggunakannya. Manfaatkan kamera yang
ada, pelajari kemampuannya secara optimal dan tingkatkan
ketrampilan memotret anda dengan kamera tersebut. Kamera bukan
faktor penentu utama, tapi ketrampilan memotret andalah yang
menentukan.

3. Kamera merk tertentu lebih bagus dari merk yang lain.

Semua merk kamera DSLR saat ini sudah dibuat dengan


standar yang sama untuk menghasilkan gambar yang baik. Faktor
yang membedakan adalah fasilitas, harga serta selera dari
masing-masing pemakai merk kamera.

4. Sekolah lebih baik dari otodidak.

Banyak fotografer terkenal mengenyam pendidikan S1 jurusan


fotografi tapi banyak juga yang mengembangkan ketrampilan
mereka secara otodidak dan bisa sukses. Jadi keberhasilan
seorang fotografer tidak tergantung dari faktor mereka kuliah
atau otodidak tapi komitmen dan keinginan untuk maju dari
masing-masing individulah yang menentukan.
-32-

SLR :
Single Lens Reflex, Kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin dan
prisma

TLR :
Twin Lens Reflex, kamera yang menggunakan dua lensa satu untuk melihat,
lainnya untuk meneruskan cahaya ke film.

Lens Mount :
Dudukan lensa

MF :
Manual Fokus.

AF :Auto Fokus

AF Range :
Tingkat terang cahaya dimana sistem autofocus masih dapat bekerja, dalam
satuan EV.

EV :
Exposure Value ; kekuatan cahaya. Sample, EV= 0 kekuatan cahaya pada
diafragma f/1,0 kecepatan 1 detik.

Exposure Mode :
Modus pencahayaan, pada umumnya ada 4 Tipe : Manual, Aperture Priority,
Shutter Priority dan Programed (Auto).

Aperture:
Diafragma

Aperture Priority :
Prioritas pengaturan pada diafragma, kecepatan rana otomatis.

Shutter :
Rana

Shutter Priority :
Prioritas pengaturan pada kecepatan rana, diafragma automatis.

Exposure Compensation :
Konpensasi pencahayaan, membuat alternatif pencahayaan dari normal menjadi
lebih atau berkurang.

Flash Exposure Compensation :


Konpensasi pencahayaan blitzt.
-33-

Metering :
Pola pengaturan cahaya, biasanya terbagi dalam 3 kategori, centerweighted,
evaluative/matrix, dan spot.

Centerweigthed :
Pengukuran pencahayaan pada 60 % daerah tengah gambar.

Evaluative/Matrix :
Pengukuran pencahayaan berdasarkan segment-segment dan presentase
tertentu.

Spot :
Pengukuran pencahayaan hanya pada titik tertentu.

View finder :
Jendela bidik

Built in Dioptri :
Dilengkapi dengan pengatur dioptri (lensa + atau – bagi mereka yang
berkacamata).

Eye Piece Blind :


Tirai penutup jendela bidik.

Interchangeable Focusing Screen :


Fasilitas untuk dapat mengganti focusing screen.

Focusing screen :
Layar focus

Bracketing :
Pengambilan gambar yang sama menggunakan beberapa pengukuran pencahayaan
yang berbeda.

Flash Sync :
Sinkron kilat, kecepatan maksimum agar body dan flash masih bekerja
harmonis.

DOF :
Dept of Field ; Ruang tajam, merupakan jarak, dimana gambar masih terlihat
tajam/focus, bergantung kepada : diafragma, panjang lensa dan jarak objek.

Popup Flash :
Blitz kecil, terbuat menyatu dengan body
-34-

GN :
Guide Number ; kekuatan cahaya blitz merupakan perkalian antara jarak
(dalam meter atau feet) dan diafragma.

Stop :
Satuan pencahayaan, 1 stop sama dengan 1 EV

Red eye reduction :


Fasilitas untuk mengurangi efek mata merah yang biasa terjadi pada
pemotretan menggunakan blitz pada malam hari.

PC Terminal :
Terminal untuk blitz di luar hot shoe.

Hot Shoe :
Kaki blitz

fps :
Frame per second, satuan kecepatan pengambilan gambar dalam gambar
perdetik

Mirror Lock up :
Pengunci cermin, agar getaran dapat dikurangi pada saat rana bergerak.

Shiftable program :
Pada mode program, exposure setting dapat diubah secara automatis dalam EV
yang sama, misalnya dari 1/125 detik f/8 menjadi 1/250 detik f/5,6 detik
f/11.

Second Curtain Sync :


Fasilitas untuk menyalakan blitz sesaat sebelum rana menutup.

Vertical Grip :
Alat pelepas rana untuk pengambilan secara vertical tanpa harus memutar
tangan.

Data Imprint :
Fasilitas pencetakan data tanggal pada film

Reloadable to last frame :


Fasilitas untuk mengembalikan film yang telah digulung ditengah ke posisi
terakhir yang terpakai

Fill in flash :
Blizt pengisi, dalam kondisi tidak memerlukan blitz, blitz tetap
-35-

dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian yang gelap seperti bayangan.

AFS :
Auto Focus Silent Wave Motor

AFD :
Auto Focus Distance Information

Intervalometer :
Fasilitas pemotretan otomatis dalam jarak waktu yang tertentu

LED :
Light Emitting Diode, Lampu

Multi Spot :
Pengukuran pencahayaan dari beberapa titik

Back :
Sisi belakang kamera, berfungsi pula sebagai penutup film

SPD :
Silicon Photo Diode

LCD :
Liquid Crystal Display

Bayonet :
Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat
untuk pergantian lensa

Bulk film :
Film kapasitas 250 Exposure

NiMH :
Nikel Metal Hydride

NiCd :
Nikel Cadmium

DRAM :
Data Random Acces Memory

RISC :
Reduce Intruction Set Computer

CCD :
-36-

Charge Couple Device (pada kamera digital)

ISO/ASA :
Derajat sensifitas film

Main Light :
Cahaya pengisi / tambahan

Kipas angin yang digunakan pada pemotretan model untuk menghasilkan efek
angin
Reverse Ring : Digunakan untuk memasang lensa yang dibalik, untuk membuat
lensa makro alternatif agar cahaya yang masuk tidak bocor.
LS:
Singkatan dari longshot. Dengan lebih mendekatkan objeknya, shot ini tetap
masih memberikan sudut pandang lebar tetapi sudah mulai mengarahkan
perhatian pada objeknya dengan memisahkannya dari latar belakang yang
mungkin mengganggu.

MACRO:
Makro. Pengertiannya dalam fotografi adalah sarana untuk pemotretan dari
jarak dekat. Fotografi makro akan menghasilkan rekaman (pada film) yang
sama besar dengan benda aslinya (1:1), atau paling kurang separuh dari
benda aslinya (1:2), namun demikian pada lensa-lensa jenis zoom yang
mempunyai fasilitas untuk menghasilkan rekaman seperempat dari benda
aslinya (1:4) juga sudah bisa dikatakan makro.

MACRO LENS:
Lensa makro. Lensa yang digunakan untuk pemotretan dengan objek yang
berukuran atau pemotretan berjarak dekat (mendekatkan pemotret ke objek),
umumnya dipakai untuk keperluan reproduksi karena dapat memberikan
kualitas prima dan distorsi minimal. Misalnya: untuk memotret bunga,
serangga, dll.

MACRO PHOTO:
Dibuat dari jarak dekat, bisanya tentang benda atau binatang kecil.
Perlngkapan kerjanya biasanya menggunakan lensa makro untuk mendekatkan
pemotret ke objek fotonya.

MAGNETIK:
Berdaya magnet.

MAGNIFICATION:
Pembesaran. Dikukur dari gambar film dibandingkan dengan ukuran aslinya.

MANIPULASI FOTOGRAFI:
Teknik mengubah hasil cetak yang ditangkap oleh kamera untuk menciptakan
-37-

suasana tertentu. Foto-foto realitas dikembangkan sedemikian rupa sehingga


menghasilkan gambar yang tidak biasa lagi.

MANUAL:
Dikerjakan dengan menggunakan tangan dengan mengesampingkan tenaga
otomatik.

MEDIUM FILM:
Film dengan kecepatan sedang (ISO 100, 200). Kelompok film yang paling
popular dan banyak diminati pemotret. Ideal untuk pemotretan dalam cuaca
yang terang/cerah.

MEDIUM FORMAT CAMERA:


Kamera format medium. Adalah jenis kamera SLR yang menggunakan jenis film
120 mm. Dibandingkan dengan kamera format kecil, kamera ini mempunyai
keunggulan dalam hal pembesaran cetakannya yang optimal sehingga umumnya
dipergunakan untuk memotret objek orang (potret) yang berkarakter, yang
menampakkan detail kuat seperti misalnya kulit keriput orang tua.

MEGALIGHT:
Adalah sebutan untuk sebuah lampu flood yang mempunyai kapasitas atau
kemampuan cahaya yang amat besar hingga 7 meteran.

MESNICUS LENS:
Adalah lensa tipis yang berbentuk bulan sabit.

METERING:
Pola pengukuran cahaya yang biasanya terbagi dalam 3 kategori.
Centerweight, evaluative/matrix dan spot.

METERING CENTER WEIGHT:


Pola pengukuran cahaya yang menggunakan 60 persen daerah tengah gambar.

METERING MATRIX:
Pola pengukuran pencahayaan berdasarkan segmen-segmen dan prosentase
tertentu.

METERING SPOT:
Pola pengukuran cahaya yang menggunakan satu titik tertentu yang terpusat.

MF:
Manual Focus, adalah cara kerja menemukan fokus atau penajaman gambar yang
dilakukan dengan menggunakan tangan.

MICRO DIAPRISM:
Kumpulan prisma-prisma kecil yang berfungsi untuk mendapatkan ketajaman
-38-

gambar melalui pengamat.

MCROPRISM:
Prisma mikro. Sistem penemu jarak optis yang menggunakan prisma halus atau
kumpulan prisma-prisma kecil yang berfungsi untuk mendapatkan ketajaman
gambar melalui pengamat.

MICROPHOTOGRAPHY:
Fotografi yang menggunakan film berukuran kecil dengan menggunakan bantuan
mikroskop.

MULTICOATEDla FILTER:
Filter anti-flare untuk mencegah refleksi intern dalam lensa oleh pantulan
cahaya. Diciptakan untuk lensa yang belum multicoated.

MULTI EXPOSURE:
Sering disebut dengan singkatan ME. Memberikan pencahayaan lebih dari satu
kali pada satu bingkai film.

MULTIPOINT READING:
Suatu pembacaan atau pengukuran dalam pencahayaan yang dilakukan terhadap
berbagai titik objek foto.

MULTIVISION FILTER:
Filter yang digunakan untuk membuat gambar ganda dalam sekali jepretan.
Filter ini dibuat dengan menggunakan kaca yang sengaja diasah menurut
tujuannya - berkeping prisma 3,5, disusun melingkar, berjajar atau paralel
berulang-ulang.

MULTILAYER COATING:
Penyelaputan berlapis-lapis pada lensa.

MULTIPLE EXPOSURE:
Fasilitas pemotretan berulang pada satu bingkai (frame) yang sama.

MULTIPLE EXPOSURE LEVEL:


Tuas bidikan ganda. Adalah tombol untuk menyiapkan kamera pada posisi siap
bidik tanpa memajukan film ke bingkai berikutnya. Digunakan untuk
melakukan lebih dari satu kali pencahayaan (exposure) pada bingkai yang
sama dalam pemotretan. Alat ini dipakainya bersamaan dengan pengokangan
film.

NANOMETER:
Satuan pengukur panjang gelombang. 1 Nanometer = 1nm adalah
sepermiliarmeter.
-39-

NATURAL AND ENVIRONMENT (NE/NES):


Salah satu kategori yang dilombakan dalam World Press Photo. Foto-foto
atau sekumpulan foto bercerita dari subjek berupa lingkungan dan
alam:flora, fauna, lanskap, ekologi, dsb.

NATURE PHOTOGRAPHY:
Fotografi alam yang berkaitan dengan alam semesta, misalnya darat, laut,
sungai, dll.

ND FILTER:
Filter ND. Filter ini berfungsi untuk menurunkan kekuatan sinar 2 kali
sampai 8 kali. Filter ini bernada abu-abu muda atau sedang dan tidak
mengubah warna gambar.

NEBULA FILTER:
Filter yang menghasilkan gambar dengan efek pancaran sinar radial yang
berpelangi.

NEGATIF:
Kebalikan dari aslinya. Yang menghasilkan gambar negatif.

NEGATIF FILM:
Film negatif atau klise, adalah sebutan untuk citra yang terbentuk pada
film sesudah dipotretkan dan sesudah dikembangkan, di mana bagian yang
terlihat gelap pada gambar, pada objek terlihat terang. Warna yang timbul
berlawanan karena bagian terang dari objek memantulkan banyak cahaya ke
film dan menghasilkan area gelap.

NEUTRAL DENSITY:
Kepadatan netral yang tidak mengandung warna. Sebutan ini biasanya dipakai
untuk lensa penyaring yang berfungsi untuk mengurangi kecerahan sinar.

NEWS FEATURE:
Sering disebut dengan cerita di balik berita, yaitu suatu foto yang
menyajikan sisi lain dari suatu situasi atau aneka peristiwa yang hangat.

NIKON:
Salah satu merek peralatan kamera buatan Jepang.

NIRMANA:
Adalah susunan gambar dalam bingkai, jalannya garis-garis yang dominan
membentuk bidang-bidang utama yang dibatasi oleh suatu format.

NONREFLEX CAMERA:
Kamera nonrefleks yang tidak menggunakan cermin putar. Contohnya seperti
kamera kompak atau kamera langsung jadi Polaroid.
-40-

NORMAL CONTRAS:
Kontras yang wajar. Tidak berlebihan dan tidak kurang sebagai hasil
pengembangan film atau hasil sebuah cetakan.

NORMAL LENS:
Lensa normal, berukuran fokus sepanjang 50 mm atau 55 mm untuk film
berukuran 35 mm. Sudut pandang lensa ini hampir sama dengan sudut pandang
mata manusia.

OBSCURA:
Cikal bakal kamera yang digunakan saat ini. Prinsipnya adalah sebuah kamar
gelap yang tertutup dengan lubang kecil di depannya. Jika kamera obscura
ditempatkan menghadap benda yang diterangi cahaya maka akan terlihat
sebuah gambar proyeksi terbalik dari benda tersebut pada dinding yang
berhadapan dengan lubang.

CAMERA OBSCURA:
Kamera pertama dalam dunia fotografi, di mana bentuknya merupakan sebuah
kamar gelap yang hanya memiliki lubang kecil (pinhole).

OBSERVASI:
Dalam bidang potret memotret adalah pengamatan yang dilakukan untuk
mencari tahu tentang subjek foto terutama mengenai gerak-gerik, suasana
hati maupun ekspresi.

OPAQUE:
Opak, ialah sifat padat atau kedap sinar. Baik pandangan maupun sinar tak
dapat menembusnya. Misalnya lempengan besi, kayu, karton, dll.

OPTIK:
Berkenaan dengan penglihatan (cahaya, lensa, dsb).

ORTHOCHROMATIC FILM:
Film yang sensitif terhadap warna biru dan hijau tapi tidak pada merah.

OVER EXPOSURE:
Pencahayaan lebih. Suatu nilai pencahayaan yang terdapat paa film maupun
foto, di mana gambar yang ada tampak terang atau gelap pada film negatif
karena pencahayaan yang berlebihan.

OVERHEAD LIGHTING:
Sinar dari atas. Lampu atau penyinaran yang dibuat untuk menyinari objek
dari atas.

OVERRIDE:
-41-

Penyimpangan dari pengatur otomatis supaya dapat diatur dengan menggunakan


tangan atau secara manual.

P HI:
Adalah fasilitas pencahayaan terprogram bagi pemotretan dengan sasaran
yang bergerak cepat, balapan motor, mobil, dll.

PANCHROMATIC:
Film hitam-putih, artinya emulsi film tersebut sensitif terhadap macam-
macam warna.

PARALLAX:
Paralaks, yaitu suatu kesalahan atau perbedaan pandangan yang terjadi
karena yang dilihat dan yang terekam dalam film tidak sama. Umum terjadi
saat menggunakan kamera refleks lensa kembar atau kamera kompak.

PASSED:
Berarti telah diteliti oleh pabrik pembuat. Tanda ini biasanya melekat
pada lensa atau kamera yang baru.

PENTAX:
Salah satu merek kamera (Asahi Pentax) dan peralatannya buatan Jepang.

PEOPLE ON THE NEWS:


Salah satu kategori yang dilombakan dalam World Press Photo. Foto-foto
atau sekumpulan foto bercerita/portfolio dari orang atau sekelompok orang
yang ikut terlibat dalam sebuah peristiwa atau kejadian.

PERMAFILM:
Adalah bahan pengawet dan anti static. Bila permafilm digunakan pada
emulsi film, maka akan terjadi ikatan fisik dengan gelatin dan emulsi
film.

PERSPECTIVE:
Perspektif, pandangan ruang, suatu pandangan gambar yang tampil dalam
bentuk dimensi atau ruang tertentu. Dimensi dan perspektif merupakan
kesatuan.

PERSPECTIVE CORRECTION:
Gunanya untuk memperbaiki penyimpangan bentuk.

PHOTO JOURNALISM:
Foto jurnalistik, fotografi dengan spesialisasi khusus untuk menampilkan
foto-foto yang mempunyai nilai berita, baik benda, bahan, situasi
kehidupan manusia yang menarik perhatian umum karena aktualitasnya (news)
sebagai berita yang mampu mengungkap kejadian, menjelaskan dan menimbulkan
-42-

rasa ingin tahu.

PHOTOGRAPHY:
Fotografi, teknik dan pengetahuan tentang foto. Atau, proses dan seni
pembuatan gambar (melukis dengan sinar/cahaya) pada film atau permukaan
yang dipekakan. Gambar yang dihasilkan diharapkan sama persis dengan
aslinya, hanya dalam ukuran yang jauh lebih kecil.

PHOTOGRAPHIC SPECTRUM:
Bagian kecil dari energi dalam elektromagnetik spektrum yang dapat
mencahayai film.

PHOTOGRAM:
Fotogram. Foto yang dibuat tanpa menggunakan kamera dan film, dengan
meletakkan benda-benda di atas kertas (cetak) foto kemudian disinari.

PHOTOGRAPH:
Foto yang dibuat dengan menggunakan kamera dan film.

PHOTOKINA:
Nama pameran atau suatu wadah informasi terbesar dan terlengkap serta yang
paling kompleks dalam bidang fotografi.

PINCHUSION EFFECT:
Penyimpangan bentuk kotak menjadi bentuk seperti bantalan penyimpan jarum.

PINHOLE:
Lubang kecil pada alat kedap cahaya yang dipasang bersama lensa,
menyambung lubang lensa tempat gambar objek direkam dalam lembaran yang
peka cahaya.

PIN-UP PHOTO:
Foto yang bersifat hiburan/menghibur. Disebut gambar pin-up karena sering
ditempelkan di dinding dengan pins atau paku kecil.

PISTOL GRIP:
Gagang pegangan kamera yang bentuknya mirip gagang pistol.

Optimalkan setting manual pada kamera anda


Biasa jadi semenjak pertama seseorang membeli kamera digital, mode
yang senantiasa dipakainya untuk memotret adalah mode AUTO. Alasan
pertama karena mode ini memang menjadi mode yang paling mudah
dipakai dan relatif bisa diandalkan pada berbagai macam situasi
tanpa takut hasil fotonya akan mengecewakan. Alasan kedua mungkin
-43-

karena kebetulan pada kamera digital itu hanya tersedia mode AUTO
saja, sehingga ‘terpaksa’ tidak bisa berkreasi lebih jauh dengan
mode manual. Memang pada umumnya kamera digital berjenis point-and-
shoot dirancang amat simpel dan tidak dilengkapi dengan banyak fitur
manual layaknya kamera prosumer. Namun bagi anda yang memiliki
kamera dengan fitur manual, masihkah anda tetap memakai mode AUTO
setiap saat?

Artikel ini akan mengajak anda untuk mengoptimalkan fitur-fitur


manual yang ada pada kamera digital anda. Sebagai langkah awal,
pertama tentunya adalah kenali dulu fitur manual apa saja yang
tersedia di kamera anda, mengingat tiap kamera memiliki spesifikasi
yang berbeda. Coba kenali dan periksa kembali spesifikasi kamera
anda, akan lebih baik bila semua fitur manual di bawah ini tersedia
pada kamera anda :

 Manual sensitivity/ISO, artinya pada kamera tersedia pilihan


untuk menentukan nilai sensitivitas sensor/ISO mulai dari AUTO,
100, 200, 400 hingga 1600. Ada kamera yang bahkan untuk
menentukan nilai ISO sepenuhnya adalah AUTO, ada kamera yang
nilai ISO terendahnya di 50, dan ada kamera yang sanggup
mencapai ISO amat tinggi (3200, 6400 hingga 10000). Artikel
soal ISO ini pernah saya buat disini.
 Advance Shooting Mode : P (Program), A (Aperture Priority), S
(Shutter Priority), M (Manual). Lebih lanjut akan kita bahas
nanti.
 Exposure Compensation (Ev), digunakan untuk mengkompensasi
eksposure ke arah terang atau gelap. Apabila eksposure yang
ditentukan oleh kamera tidak sesuai dengan keinginan kita,
fitur ini dapat membantu. Naikkan Ev ke arah positif untuk
membuat foto lebih terang dan turunkan untuk mendapat foto yang
lebih gelap. Biasanya tingkatan/step nilai Ev ini dibuat dalam
kelipatan 1/3 atau 1/2 step.
 Manual focus, suatu fitur yang tidak begitu banyak dijumpai di
kamera saku. Berguna apabila auto fokus pada kamera gagal
mencari fokus yang dimaksud, seperti pada objek foto yang tidak
punya cukup kontras untuk kamera mengunci fokus (karena kerja
auto fokus kamera berdasar pada deteksi kontras).
 Manual White Balance, untuk mendapatkan temperatur warna yang
sesuai dengan aslinya. Bermacam sumber cahaya yang berlainan
sumbernya memiliki temperatur warna (dinyatakan dalam Kelvin)
berbeda-beda, sehingga kesalahan dalam mengenal sumber cahaya
akan membuat warna putih menjdi terlalu biru atau terlalu
merah. Umumnya semua kamera digital termasuk kamera ponsel
telah memiliki fitur auto White Balance yang bisa beradaptasi
pada berbagai sumber cahaya. Namun sebaiknya kamera anda
-44-

memiliki keleluasaan untuk mengatur White Balance secara manual


seperti Daylight, Cloudy, Tungsten, Flourescent dan manual
adjust.
 Flash intensity level, berguna untuk mengubah-ubah kekuatan
cahaya dari lampu kilat pada kamera. Hal ini kadang berguna
saat hasil foto yang diambil dengan lampu kilat ternyata
terlalu terang atau justru kurang terang.

Fitur manual manakah yang paling berdampak langsung pada kualitas


hasil foto? Karena fotografi adalah permainan cahaya (exposure)
dimana tiga unsur pada kamera yang menentukan adalah Shutter speed
(kecepatan rana), Aperture (diafragma) dan ISO, maka fitur manual
paling penting menurut saya adalah fitur manual P/A/S/M dan fitur
manual ISO (sejauh yang saya amati, apabila sebuah kamera telah
memiliki fitur P/A/S/M, maka kamera tersebut juga telah memiliki
fitur manual ISO). Pada prinsipnya, kamera (dan fotografer) akan
berupaya untuk menghasilkan sebuah foto yang memiliki eksposure yang
tepat. Artinya, foto yang dihasilkan semestinya tidak boleh terlalu
gelap atau terlalu terang. Gelap terangnya foto yang dibuat oleh
kamera ditentukan dari ketiga faktor tadi, dimana :

 shutter bertugas mengatur berapa lama cahaya akan mengenai


sensor (atau film pada kamera analog), dinyatakan dalam satuan
detik. Semakin singkat kecepatan shutter maka semakin sedikit
cahaya yang masuk, dan demikian pula sebaliknya. Biasanya
kamera memiliki kecepatan shutter mulai dari 30 detik hingga
1/4000 detik.
 aperture memiliki tugas mengatur banyak sedikitnya cahaya yang
masuk ke lensa (dengan memperbesar atau memperkecil ukuran
difragma), dinyatakan dalam f-number berupa skala pecahan mulai
yang terbesar hingga terkecil (contoh : f/2.8, f/3.5, f/8 dsb).
Nilai f-number kecil menandakan bukaan diafragma besar, sedang
nilai f besar menunjukkan bukaan diafragma kecil. Nilai
maksimum dan minimum dari diafragma suatu kamera ditentukan
dari lensanya, dan nilai ini akan berubah seiring dengan
perubahan jarak fokal lensa.
 ISO menentukan tingkat sensitivitas sensor terhadap cahaya
sehingga semakin tinggi nilai ISO maka sensor akan semakin peka
terhadap cahaya meski dengan resiko meningkatnya noise pada
foto. Faktor ISO ini menjadi pelengkap komponen eksposure
selain shutter dan aperture, terutama saat kombinasi shutter
dan aperture belum berhasil mendapatkan nilai eksposure yang
tepat.

Pada kamera terdapat suatu alat ukur cahaya yang fungsinya amat
penting dalam menentukan eksposure yang tepat. Alat ukur ini
dinamakan light-meter, fungsinya adalah untuk mengukur cahaya yang
-45-

memasuki lensa, biasa disebut dengan metering (biasanya terdapat dua


macam pilihan metering pada kamera, yaitu average/multi
segment/matrix dan center weight/spot). Hasil pengukuran ini
dikirimkan ke prosesor di dalam kamera dan digunakan untuk
menentukan berapa nilai eksposure yang tepat. Setidaknya inilah cara
kerja semua kamera yang diopersikan secara otomatis melalui mode
AUTO.

Tidak semua foto yang diambil memakai mode AUTO memberikan hasil
eksposure yang memuaskan. Terkadang nilai shutter dan aperture yang
ditentukan secara otomatis oleh kamera tidak sesuai dengan keinginan
kita. Untuk itu keberadaan fitur manual P/A/S/M dapat membantu
mewujudkan kreatifitas kita dan pada akhirnya bisa membuat foto yang
lebih baik.

Inilah hal-hal yang bisa anda lakukan dengan fitur manual eksposure
P/A/S/M pada kamera anda :

1. Program mode (P). Huruf P disini kadang artinya diplesetkan


sebagai ‘Pemula’ karena sebenarnya di mode ini hampir sama
seperti memakai mode AUTO (oleh karena itu mode P ini relatif
aman untuk dipakai sebagai mode standar sehari-hari). Bila pada
mode AUTO semua parameter ditentukan secara otomatis oleh
kamera, maka pada mode P ini meski kamera masih menentukan
nilai shutter dan aperture secara otomatis, namun kita punya
kebebasan mengatur nilai ISO, white balance, mode lampu kilat
dan Exposure Compensation (Ev). Tampaknya tidak ada yang
istimewa di mode P ini, tapi tunggu dulu, beberapa kamera ada
yang membuat mode P ini lebih fleksibel dengan kemampuan
program-shift. Dengan adanya program-shift ini maka kita bisa
merubah variasi nilai pasangan shutter-aperture yang mungkin
namun tetap memberikan eksposure yang tepat (konsep
reciprocity) . Bila kamera anda memungkinkan program-shift pada
mode P ini, cobalah berkrerasi dengan berbagai variasi pasangan
nilai shutter-aperture yang berbeda dan temukan perbedaannya.
2. Aperture-priority mode (A, atau Av). Mode ini optimal untuk
mengontrol depth-of-field (DOF) dari suatu foto, dengan cara
mengatur nilai bukaan diafragma lensa (sementara kamera akan
menentukan nilai shutter yang sesuai). Aturlah diafragma ke
bukaan maksimal (nilai f kecil) untuk mendapat foto yang DOFnya
sempit (objek tajam sementara latar belakang blur) dan
sebaliknya kecilkan nilai diafragma (nilai f tinggi) untuk
mendapat foto yang tajam baik objek maupun latarnya. Biasanya
pada lensa kamera saku, bukaan diafragma maksimal di f/2.8
(pada saat wide maksimum) dan bukaan terkecil berkisar di f/9
hingga f/11 (tergantung spesifikasi lensanya). Namun dalam
situasi kurang cahaya, memperkecil diafragma akan membuat
-46-

eksposure jadi gelap, untuk itu biarkan nilai diafragma pada


posisi maksimal saat memotret di tempat yang kurang cahaya.

Aperture priority mode pada DSLR

3. Shutter-priority mode (S, atau Tv). Mode ini kebalikan dari


mode A/Av, dimana kita yang menentukan kecepatan shutter
sementara kamera akan mencarikan nilai bukaan diafragma yang
terbaik. Mode ini berguna untuk membuat foto yang beku (freeze)
atau blur dari benda yang bergerak. Dengan memakai shutter amat
cepat, kita bisa menangkap gerakan beku dari suatu momen
olahraga, misalnya. Sebaliknya untuk membuat kesan blur dari
suatu gerakan (seperti jejak lampu kendaraan di malam hari)
bisa dengan memakai shutter lambat. Memakai shutter lambat juga
bermanfaat untuk memotret low-light apabila sumber cahaya yang
ada kurang mencukupi sehingga diperlukan waktu cukup lama untuk
kamera menangkap cahaya. Yang perlu diingat saat memakai
shutter cepat, cahaya harus cukup banyak sehingga hasil foto
tidak gelap. Sebaliknya saat memakai shutter lambat, resiko
foto blur akibat getaran tangan akan semakin tinggi bila
kecepatan shutter diturunkan. Untuk itu gunakan fitur image
stabilizer (bila ada) atau gunakan tripod. Sebagai catatan
saya, nilai kecepatan shutter mulai saya anggap rendah dan
cenderung dapat mengalami blur karena getaran tangan adalah
sekitar 1/30 detik, meski ini juga tergantung dari cara dan
kebiasaan kita memotret serta posisi jarak fokal lensa. Pada
kecepatan shutter sangat rendah di 1/8 detik, pemakaian
stabilizer sudah tidak efektif lagi dan sebaiknya gunakan
tripod.
4. Manual mode (M). Di level mode full-manual ini, fotograferlah
yang bertugas sebagai penentu baik nilai shutter dan aperture.
Light-meter pada kamera tetap berfungsi, namun tidak digunakan
-47-

untuk mengatur nilai eksposure secara otomatik melainkan hanya


sebagai pembanding seberapa jauh eksposure yang kita atur
mendekati eksposure yang diukur oleh kamera. Di mode ini
dibutuhkan pemahaman akan eksposure yang baik, dalam arti
fotografer harus mampu untuk mengenal kondisi cahaya pada saat
itu dan dapat membayangkan berapa nilai shutter dan aperture
yang diperlukan. Bila variasi kedua parameter ini tidak tepat,
niscaya foto yang dihasilkan akan terlalu terang atau terlalu
gelap. Namun bila sukses memakai mode manual ini, kita bisa
mendapat foto yang memiliki eksposure yang baik melebihi foto
yang diambil dengan mode AUTO, Program, Aperture-priority
ataupun Shutter-priority. Contohnya pada saat mengambil foto
sunset di pantai dimana dibutuhkan feeling yang tepat akan
eksposure yang diinginkan.

Dengan memahami fungsi-fungsi dari sitting manual pada kamera,


diharapkan kita mau mencoba-coba berkrea dengan setting tersebut dan
mendapat hasil yang memuaskan. Selamat berkeria

ISO/NOISE/MODE METERING.
Seringkali dalam dunia fotografi digital kita dibuat bingung oleh
istilah ISO dan noise. Adakalanya dalam membeli kamera digital kita
menjumpai sebuah kamera saku yang mengklaim mampu dipakai hingga ISO
3200 atau bahkan lebih. Atau pernahkah anda frustasi karena hasil
foto yang diambil penuh dengan bintik-bintik noise yang mengganggu
saat memakai ISO tinggi? Ada baiknya kita mengenal lebih jauh
mengenai istilah-istilah ini agar nantinya motret makin PeDe.

Sebagai pembuka, bolehlah sekedar mengingat kembali bahwa dasar


fotografi adalah bermain dengan cahaya, dimana banyak sedikitnya
cahaya yang ditangkap oleh kamera dipengaruhi oleh berapa kecepatan
shutter dan besarnya bukaan diafragma. Dalam era fotografi film
dikenal dengan nilai ASA pada film yang menandakan sensitivitas film
tersebut terhadap cahaya. Istilah ISO pada fotografi digital
(mengacu pada standar ISO 12232) pun ekuivalen seperti ASA untuk
film, dimana dalam hal ini ISO menyatakan nilai sensitivitas sensor
pada kamera digital.

Sensor, baik CCD maupun CMOS, adalah komponen utama


dari sebuah kamera digital, yaitu berupa sekeping
cip silikon yang tersusun atas jutaan piksel yang
peka cahaya. Pada saat gambar yang datang dari lensa
mengenai sensor maka tiap-tiap piksel tersebut akan
menangkap energi cahaya yang datang dan merubahnya
menjadi besaran sinyal tegangan. Seberapa sensitif
-48-

sensor mampu menangkap cahaya inilah yang dinyatakan oleh besaran


ISO. Setiap sensor memiliki nilai ISO dasar/ISO normal yaitu nilai
sensitivitas terendah dari sensor yang umumnya ekuivalen dengan
ISO50 hingga ISO200 (tergantung jenis dan merk kamera). Pada nilai
ISO normal ini kepekaan sensor terhadap cahaya berada pada level
terendah sehingga dibutuhkan cukup banyak cahaya untuk mendapatkan
foto dengan exposure yang tepat. Oleh karena itu umumnya ISO normal
hanya dipakai saat pemotretan outdoor di siang hari.

Untuk mengukur cahaya, istilahnya metering, kamera


memiliki sistem pengukur cahaya (light meter) yang
menginformasikan seberapa banyak cahaya yang akan
masuk mengenai sensor. Apabila cahaya yang
diterima sensor terlalu rendah (kadang kamera
memberi warning low light pada layar LCD) maka
pilihan yang ada untuk menjaga exposure adalah
dengan memperbesar diafragma, melambatkan shutter,
dan/atau menaikkan nilai ISO. Pada kamera saku
yang serba otomatis, nilai shutter dan diafragma akan ditentukan
secara otomatis oleh kamera berdasarkan hasil pengukuran cahaya.
Apabila pada kondisi kurang cahaya kombinasi shutter dan diafragma
tidak mampu menghasilkan exposure yang tepat, barulah nilai ISO
perlu dinaikkan. Apabila mode ISO pada kamera diset ke AUTO, maka
kamera akan menaikkan nilai ISO secara otomatis. Pada kamera yang
memungkinkan untuk dapat menentukan nilai ISO secara manual, nilai
ISO yang lebih tinggi dapat kita pilih dalam faktor kelipatan mulai
dari 200, 400, 800, 1600 hingga 3200. Bahkan kini kamera digital
terbaru mulai menawarkan kemampuan ISO 6400 untuk sensitivitas
ekstra tinggi.

Perlu dicatat bahwa dengan nilai ISO yang lebih


tinggi juga memungkinkan pemotretan dengan
kecepatan shutter yang lebih cepat. Hal ini
dikarenakan ISO tinggi memberikan sensitivitas
tinggi sehingga kamera tidak memerlukan banyak
cahaya untuk mendapat exposure yang tepat. Shutter
cepat ini bermanfaat untuk membuat objek yang
bergerak jadi nampak diam. Istilahnya, membekukan
objek (lihat gambar perbandingan di samping).
Penggunaan ISO rendah (misalnya ISO 100) akan
membuat shutter kurang cepat (misal 1/20 detik)
untuk mampu menangkap gerakan si anak. Dengan
menaikkan ISO (misal ISO 800), didapat nilai
shutter yang lebih cepat (misal 1/200 detik)
sehingga si anak jadi nampak diam. Terkadang pada
kamera yang tidak dilengkapi stabilizer, pemakaian
ISO tinggi juga dapat dimanfaatkan untuk mencegah
gambar menjadi blur. Dengan ISO tinggi diharapkan
-49-

getaran tangan yang biasanya rawan membuat gambar blur bisa


dihindari karena shutter yang lebih cepat.

Sayangnya peningkatan ISO juga akan membawa


efek negatif yang tidak diinginkan.
Meningkatkan ISO berarti meningkatkan
sensitivitas sensor, sehingga sinyal yang
lemah pun dapat menjadi kuat. Masalahnya,
pada proses kerja sensor juga menghasilkan
noise yang mengiringi sinyal aslinya. Bila
ISO dinaikkan, noise yang awalnya kecil pun
akan ikut menjadi tinggi. Noise yang tinggi
akan tampak mengganggu pada hasil foto dan
muncul berupa titik-titik warna yang tidak enak untuk dilihat.
Masalah noise ini akan lebih parah apabila jenis sensor yang
digunakan adalah sensor berukuran kecil, seperti yang umum dipakai
pada kamera saku. Kenapa? Karena sensor kecil memiliki ukuran
titik/piksel yang kecil juga, dan secara teori piksel kecil lebih
rentan terhadap noise dibandingkan piksel berukuran lebih besar.
Oleh karena itulah kamera digital SLR lebih baik dalam menghasilkan
foto pada ISO tinggi, karena kamera DSLR memakai sensor yang lebih
besar (dan lebih mahal biaya produksinya).

Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi noise? Pertama tentunya


sebisa mungkin hindari pemakaian ISO terlalu tinggi. Namun apabila
terpaksa mamakai ISO tinggi, kamera digital masa kini telah memiliki
sistem pengurang noise (Noise Reduction/NR) yang secara otomatis
akan mencoba memperhalus hasil foto sebelum disimpan menjadi sebuah
file. Tiap merk kamera punya ‘pendekatan’ tersendiri untuk mengatasi
noise ini. Bisa jadi merk A akan sedikit menerapkan NR sehingga foto
tampak masih agak noise namun memiliki detail lebih baik. Merk B
bisa saja memakai NR terlalu berlebih sehingga foto yang
dihasilkannya bersih dari noise namun detilnya ikut hilang.
Sayangnya sampai saat ini belum ada metoda NR yang mampu
menghilangkan noise namun sekaligus mempertahankan detail foto
dengan sama baiknya. Apabila untuk kebutuhan fotografi ternyata
banyak membuat foto dengan memakai ISO tinggi, sebaiknya memakai
kamera profesional dengan sensor berukuran besar (2/3 inci, APS-C
atau Full Frame 35mm) yang memiliki Signal to Noise ratio yang baik,
sehingga efek dari noise ini dapat dikurangi.

Kesimpulan

 Nilai ISO dalam fotografi digital menyatakan sensitivitas dari


sensor yang dipakai pada kamera digital.
 Untuk hasil foto terbaik gunakan nilai ISO terendah dari kamera
digital.
-50-

 Apabila melalui pengaturan shutter dan diafragma tetap tidak


bisa didapat exposure yang tepat (biasanya pada kondisi cahaya
rendah) maka bisa dicoba menaikkan nilai ISO.
 Selain untuk pemotretan saat cahaya rendah, pemakaian ISO
tinggi juga cocok untuk mencegah blur akibat getaran tangan
(apabila kamera tidak dilengkapi fitur stabilizer) atau untuk
fotografi kecepatan tinggi, karena ISO tinggi memungkinkan
pemakaian shutter lebih cepat dibanding ISO rendah.
 Menaikkan nilai ISO akan membuat efek samping adanya noise pada
hasil foto.
 Membiarkan mode ISO dalam posisi AUTO bisa jadi dapat membuat
kamera otomatis menaikkan nilai ISO terlalu tinggi bila
digunakan pada tempat yang kurang cahaya, alternatifnya aturlah
nilai ISO secara manual dengan disesuaikan kondisi pemotretan.
 Metoda Noise Reduction (NR) dapat digunakan untuk mengurangi
noise yang muncul, namun idealnya proses NR tetap mampu sedapat
mungkin mempertahankan detail foto supaya tetap tajam.
 Sebaiknya kamera yang digunakan memiliki sensor berukuran lebih
besar dibanding kamera pada umumnya sehingga efek dari noise
ini dapat dikurangi.

Tips memilih mode metering yang tepat


2009 Jun 2009

tags: center weight, matrix, metering, spot

Banyak dari kita yang masih belum mantap dalam memilih mode metering
yang digunakannya saat memotret. Padahal mode metering adalah fitur
standar kamera digital, bahkan hingga kamera ponsel modern pun kini
sudah menyediakan fitur ini. Kali ini saya coba membuat tulisan soal
tips memilih mode metering yang tepat, dengan harapan kita bisa
mendapat foto dengan eksposure yang baik di setiap kondisi
pencahayaan.

Fotografi adalah bermain dengan cahaya, dimana kendali akan cahaya


ditentukan dari tiga komponen eksposure yaitu shutter, aperture dan
ISO. Dalam menentukan nilai eksposure ini, kamera mengukur
intensitas cahaya yang masuk melalui lensa dan proses ini dinamakan
dengan istilah metering. Pada prinsipnya kamera akan berupaya
menjaga eksposure yang pas dimana foto yang dihasilkan memiliki area
gelap (shadow), area tengah/grey (midtone) dan area terang
(highlight) yang berimbang. Tidak seperti mata manusia, sensor pada
-51-

kamera digital (atau film pada kamera analog) punya rentang


sensitivitas terhadap cahaya yang tidak terlalu lebar sehingga ada
saja kasus dimana kamera gagal mereproduksi kondisi aktual di
lapangan dalam sebuah foto. Contoh yang paling mudah ditemui adalah
terjadinya highlight clipping atau area terang yang detailnya sudah
hilang dan ini sering dijumpai pada foto dengan kontras tinggi.
Sebaliknya, sebuah foto bisa dikatakan tidak tepat eksposurenya bila
banyak area shadow yang terlalu gelap sehingga bisa dibilang under-
eksposure.

Pilihan mode metering disediakan untuk mengakomodir berbagai kondisi


pemotretan yang pasti punya banyak variasi pencahayaan, mulai dari
siang terik, kontras tinggi hingga tempat yang kurang cahaya.
Pilihan mode yang umum dijumpai pada kebanyakan kamera digital yaitu
:

 multi segment/evaluative/matrix : mengukur cahaya pada keseluruhan


bidang foto
 center weight : mengukur cahaya dengan prioritas utama pada area
tengah foto

 spot : hanya mengukur cahaya di titik kecil tertentu dan mengabaikan


cahaya di area lainnya

Kita kupas satu per satu ya….

Pada mode metering yang pertama, yaitu multi


segment/evaluative/matrix metering, kamera menentukan eksposure
berdasarkan perata-rataan pengukuran cahaya di seluruh bidang foto.
Caranya, sensor pada modul light meter dibagi ke dalam beberapa area
kecil lantas kamera mengukur intensitas cahaya di tiap-tiap area
tadi. Selanjutnya kamera akan mengkalkulasi rata-rata dari
intensitas cahaya dan menentukan eksposure yang sesuai. Inilah mode
yang dianggap paling memberikan eksposure yang paling tepat dan
punya akurasi yang tinggi.
-52-

Pada mode ini, semakin banyak area yang menjadi referensi pengukuran
maka akan semakin presisi hasil perhitungannya, dan semakin kecil
resiko metering kamera meleset. Mode ini jadi mode ‘default’ untuk
kebanyakan situasi pemotretan dan bisa diandalkan untuk dipakai
sehari-hari. Masalahnya, ada situasi dimana mode ini bisa tertipu,
seperti saat ada cahaya yang lebih terang diluar objek foto dan bisa
mengacaukan kalkulasi kamera.

Di mode kedua, yaitu center weight, kamera masih mengandalkan


pengukuran dari banyak area sensor namun lebih memprioritaskan
pengukuran pada bidang tengah foto dan cenderung mengabaikan
intensitas cahaya di luar area tengah itu. Dengan memakai mode
metering ini, area tengah yang umumnya jadi subjek foto, bisa
mendapat eksposure yang lebih tepat. Mode ini cocok untuk potret
wajah atau kebutuhan lain yang memang mementingkan eksposure yang
tepat pada bagian tengah foto. Namun untuk foto landscape, mode ini
kurang cocok karena pada foto landscape tiap bagian pada foto punya
arti yang sama pentingnya.

Di mode ketiga yang bernama spot metering ini kamera hanya mengukur
cahaya pada sebidang titik kecil (sekitar 5% dari bidang foto) dan
akan mengabaikan 95% area selain titik tadi. Mode ini berguna untuk
memotret di tempat yang pencahayaannya amat kompleks dimana bila
tidak memakai mode spot maka tidak akan didapat eksposure yang
sesuai. Pada kamera DSLR, spot meter bisa disinkronkan dengan titik
AF yang ada sehingga kamera akan mengukur spot meter pada titik AF
yang dipilih (tidak selalu harus ditengah).

Kasus yang umum membutuhkan kita untuk memakai spot meter adalah
saat keseluruhan bidang foto lebih terang atau lebih gelap dari
objek yang akan difoto. Namun bila salah memakai mode ini, foto yang
dihasilkan bisa jadi terlalu terang atau gelap, maka itu perlu
banyak berlatih.

Perlu diingat bahwa nilai eksposure tidak ada standar pasti. Kita
hanya mengandalkan mata untuk menilai apakah foto yang dihasilkan
sudah memiliki eksposure yang tepat (kadang foto yang agak gelap
-53-

atau agak terang tidak berarti foto itu gagal). Bila menurut kita
ternyata foto yang dihasilkan oleh kamera belum sesuai dengan
keinginan, bisa dikompensasikan dengan kompensasi eksposure (Ev) ke
arah negatif (lebih gelap) atau positif (lebih terang). Bisa juga
bermain kuncian eksposure (exposure lock), bila kita ingin berkreasi
lebih kreatif lagi..

Jadi, tips yang saya bisa sharing disini :

 mode evaluative/matrix cocok untuk dipakai sehari-hari, apalagi bila


area yang difoto relatif rata pencahayaannya
 bila ingin mendapat akurasi eksposure yang baik di bagian tengah
foto, gunakan center weight

 center weight juga cocok dipakai bila ada backlight di belakang objek
foto

 gunakan spot meter bila kita gagal mendapat eksposure yang tepat pada
objek foto memakai mode lainnya

 bila kamera anda tidak ada mode spot meter, alternatifnya gunakan
partial metering (seperti EOS 1000D)

 bila eksposure yang diberikan kamera masih belum memuaskan, siasati


dengan bermain Ev ke arah plus (terang) atau minus (gelap)

 banyak berlatih dengan berbagai mode metering dan amati perbedaannya

Semoga bermanfaat, diskusikan soal pengalaman anda seputar metering


lewat komentar di bawah ini ya….

TEKNIK MENGAMBIL GAMBAR


Seni Cahaya
I. Fotografi boleh didefinasikan sebagai satu proses rakaman
cahaya.Kualiti sesuatu gambar itu bergantung kepada ketelitian kita
dalam memilih cahaya yang baik.

II. Banyak jenis cahaya yang boleh diperolehi dari matahari,tetapi


kadangkala kita terpaksa menunggu untuk mendapatkan satu cahaya yang
berkualiti untuk gambar kita.

Potret dibawah sinaran matahari

(a) Kekuatan cahaya sebegini akan menghasilkan bayang-bayang yang


jelas kelihatan di bawah hidung dan mata subjek.Bayang bayang ini
amat mengganggu pemerhatian kita.
-54-

(b) Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini ialah dengan menubah
posisi subjek ke tempat yang redup,dimana subjek tidak lagi
diterangi oleh cahaya matahari tetapi subjek akan diterangi oleh
cahaya yang terpantul dari langit.

(c) Cahaya dari langit amat luas dan ia nya tersebar.Cahaya yang
tesebar tidak akan menghasilkan bayang bayang yang jelas.

(d) Katakan kita hendak mengambil gambar subjek dihadapan OBJEK yang
disinari oleh cahaya matahari yang terik,kita tak perlu la mengubah
posisi SUBJEK ini kerana OBJEK yang terkena sinaran matahari tadi
telah memantulkan cahaya yang baik untuk SUBJEK kita.

(e) Kita akan dapat pencahayaan yang baik jika kita rajin
menunggu,lihat perubahan matahari dan kesan sinaranya.Selalunya
waktu awal pagi dan waktu senja adalah waktu yang amat menarik dan
cahaya nya cukup seimbang antara SUBJEK dan BACKGROUND

(f) Bagi fotografer professional yang sentiasa mengejar masa,mereka


akan menggunakan REFLECTOR untuk memantulkan cahaya pada
SUBJEK.Pembantu fotografer yang selalu pegang reflector ini.Mereka
juuga meletakan REFLECTOR bewarna perak,emas atau putih dibawah
SUBJEK untuk membantu lagi pantulan cahaya Ke arah SUBJEK,lantas
mengurangkan bayang bayang.

(g) Ada juga yang dipanggl Cahaya tiruan.Apabila kita menggunakan


FLASH dan dihalakan ke SUBJEK,ianya akan membesarkan lagi kawasan
pencahayaan itu.Cahaya dari FLASH akan mengisi dan mengurangkan
bayang bayang pada SUBJEK.Proses ini dikenali sebagai FILL FLASH.

(h) FLASH elektronik mempunyai sama warna seakan akan matahari


sekitar waktu tengahari.Jika kita menggunakan FLASH pada waktu ala
pagi atau senja,hasilnya seperti tidak asli.Profesional mengatasi
masalah ini dengan memasang GEL bewarna dihadapan FLASH.

Setting & Control


Tidak ada setting dan control yang ditetapkan.Ia berubah mengikut
kreativiti dan keadaan.

Tetapi ini hanya sebagai Panduan

I. Histogram

• Histogram ialah salah satu cara untuk menentukan Imej yang dirakam
mempunyai EXPOSURE(dedahan cahaya) yang cukup atau pun tidak.Kita
tak perlu bergantung pada LCD kamera yang mungkin tidak tepat.
-55-

• Histogram mempamirkan secara digital maklumat dan data Imej yang


dirakam.

• Ianya terdiri dari graf piksel berdasarkan kecerahan

• Jika imej yang dirakam itu gelap,Gambarajah pada graf akan lebih
tertumpu pada sebelah kiri manakala jika imej yang dirakam itu gelap
gambarajah akan lebih tertumpu pada sebelah kanan.

• Imej yang cukup pencahayaanya akam mempunyai graf yang sekata


dimana tiada lebihan tertumpu pada kiri dan kanan graf.Graf akan
menunjukan seakan sebuah bukit yang mempunyai satu puncak sahaja
ditengah.

• Jika imej yang dirakam itu menunjukkan lebihan pada kiri atau kana
graf,eloklah kita membetulkan nilai APERTURE & SHUTTER kita.Bagi
yang tiada fungsi ini,gunakanlah EV seperti yang telah dibincangkan.

• Kebanyakan kamera sekarang sudah mempunyai fungsi histogram yang


akan muncul di LCD anda sebelum anda merakam imej.Ini sangat
membantu.

II. Burst Mode

• Fungsi yang membolehkan kita merakam imej dalam kuantiti yang


banyak hanya dalam sesaat.

• Fungsi ini elok digunakan untuk merakam SUBJEK yang bergerak.


Supaya tidak terlepas saat saat yang beharga,Terutamanya acara
sukan.

• Apabila fungsi ini diaktifkan,kamera akan merakam imej SUBJEK


dalam kelajuan 3 hingga 5 imej per saat.Laju bukan? Kamera dSLR
mempunyai kelajuan yang lebih tinggi sekitar 9 imej sesaat.

III. Fungsi kawalan Manual,Aperture Priority dan Shutter Priority

• Dail kawalan MANUAL, APERTURE PRIORITY dan SHUTTER PRIORITY


terletak diatas kamera. Dail ini tertera A/S/M pada kamera Olympus
dan Nikon. Berlainan pada canon Av/Tv/M. Av untuk fungsi APERTURE
PRIORITY dan Tv untuk fungsi SHUTTER PRIORITY.

• Seperti yang telah dibincangkan sebelum ini, fungsi APERTURE


PRIORITY adalah untuk mengawal bukaan Lensa dan fungsi SHUTTER
PRIORITY adalah untuk mengawal berapa lama SHUTTER dibiarkan
terbuka.Faham tak setakat ini?
-56-

• Fungsi kedua dua ini mempunyai hubungkait untuk menghasilkan imej


yang berkualiti

• Pada fungsi otomatik, Kamera akan menentukur sendiri gabungan


nilai APERTURE dan SHUTTER SPEED dan kadang kadang fungsi otomatik
ini tidak memberikan hasil mengikut apa yang kita inginkan.Disinilah
fungsi APERTURE PRIORITY dan SHUTTER PRIORITY diperlukan.

• Kita sendiri akan mengawal nilai APERTURE bila kita menggunakan


fungsi APERTURE PRIORITY manakala kamera akan mengubah nilai SHUTTER
SPEED mengikut kesesuaian nilai APERTURE yang kita
tentukan.Begitulah sebaliknya.

• Dalam fungsi APERTURE PRIORITY Apabila kita menggunakan nilai


APERTURE yang tinggi seperti f8 atau f10,ini bermaksud bukaan lensa
adalah kecil. Ini akan menyebabkan kamera memilih nilai SHUTTER
SPEED yang amat rendah. Keadaan ini agak rumit sedikit jika kita
mempunyai tangan yang bergetar atau jika kita tidak menggunakan
tripod imej yang terhasil kemungkinan besar akan kabur.

IV. Kawalan ISO

- Terma ISO ini dibawa dari era kamera filem. Filem yang digunakan
diklasifikasikan mengikut kelajuan filem iaitu nilai kepekaan filem
terhadap cahaya.

- Sekarang, terma ISO masih lagi diguna pakai dan membawa maksud dan
kegunaan yang sama Cuma ianya diaplikasikan ke sensor digital

- Kita kadang kadang menghadapi masalah untuk mengambil gambar dalam


keadaan sekitaran yang gelap,jika gambar yang diambil itu pasti akan
kabur dan gelap.Disinilah peranan ISO berfungsi,Cuma dengan
meningkatkan nilai ISO dan seterusnya kita mampu meningkatkan nilai
APERTURE dan nilai SHUTTER SPEED.

- ISO memberikan kita kebebasan dan kemampuan untuk merakam imej di


dalam keadaan yang gelap dan pencahayaan yang tidak sekata.

- Kekurangan ISO ini terletak pada nilainya. Semakin tinggi nilai


yang kita tetapkan semakin banyak NOISE yang terhasil.

- NOISE adalah biji-bijian yang terhasil pada imej yang dirakam.


Juga dalam bentuk piksel halus yang bewarna yang tidak sepatutnya
berada didalam imej.

- Rakamlah imej dalam beberapa nilai ISO yang berlainan dan


perhatikan yang mana satu boleh diterima.
-57-

Komposisi Asas

Selain EXPOSURE(Pencahayaan) dan FOCUS yang baik,pemilihan komposisi


juga memainkan peranan dalam menghasilkan imej yang
berkualiti.Berikut ialah cara cara yang mudah sebelum kita
menentukan komposisi.

I. FILTERING

- Filtering atau dalam bahasa Malaysia bermaksud penapisan.

- Ramai yang terlepas pandang konsep ini.

- Konsep ini sebenarnya mudah seperti “tolong alihkan pasu di


belakang” atau kekiri sedikit”.

- Apabila kita melihat melalui VIEW FINDER ,tanyakan diri anda


samada imej itu terlalu berserabut atau ada sesuatu yang tak kena.

- Selalunya gambar yang bagus hanya mempunyai satu idea iaitu tiada
gangguan selain subjek.

- Alihkan subjek atau ubah latar belakang dan pastikan tiada unsur
unsur lain yang boleh mengganggu subjek.

- Fotografi semuanya tentang komunikasi,Cuba sematkan dalam ingatan


kita apa tujuan dan mengapa kita merakam imej itu.Sesuatu yang perlu
disampaikan pada para penonton atau untuk diri kita sendiri.Baru
dikatakan komunikasi yang berkesan.

- Ingat! Ketepikan mana yang tak perlu

II. FRAMING

- Mata kita merupakan Kurniaan ALLAH yang amat menakjubkan.Bila kita


lihat pada OBJEK dengan sepenuhnya dan dengan itu hampir setiap
benda di sekeliling kita seakan akan tidak wujud.Hanya OBJEK itu
sahaja didalam Pemerhatian kita.

- Kamera tidak mempunyai ciri ciri sebegini.

- Jurugambar amatur selalunya hanya memberikan tumpuan hanya pada


SUBJEK yang ingin dirakam. Ya,ia memang begitu dan langkah
seterusnya yang patut diikuti ialah dengan memerhatikan keadaan
sekeliling juga.
-58-

- Perhatikan keadaan sekeliling samada ia mempunyai hubungkait


dengan SUBJEK atau tidak. Ini kerana kemungkinan elemen elemen dari
luar akan memberikan impak yang lebih berkesan pada SUBJEK.

- Pernah hadapi situasi begini,setelah gambar yang kita rakam


dicuci.”eh bila masa pulak ada orang lalu kat depan ni?” mesti
pernahkan?. Ini kerana kita tidak begitu berhati hati dalam
memerhatikan keadaan sekeliling. Jangan ulangi kesilapan itu.

III. BALANCE-THE ART OF COMPOSITION

- Kebanyakan kursus seni dan rekacipta mengetengahkan kepentingan


BALANCE(keseimbangan).

- Ini hanyalah sebagai panduan untuk menghasilkan gambar yang


berkualiti

(a) VISUAL WEIGHT

- COMPOSITION keseluruhanya ialah memastikan elemen elemen didalam


imej tampak seimbang

- Untuk mendapatkan keseimbangan ini,Pastikan imej yang akan dirakam


itu mempunyai VISUAL WEIGHT.

- Perhatikan Corak,tekstur atau kecerahan yang mana akan membuatkan


imej itu menjadi tumpuan.

- Seperti contoh; sekuntum bunga merah berlatarbelakangkan pokok


hijau yang gelap.sudah tentu mata kita hanya akan tertumpu pada
bunga itu. contoh ini menunjukan imej ini mempunyai VISUAL WEIGHT
yang terhasil disebabkan warnanya yang kontra.

(b) BALANCING ACT

- Untuk menghasilkan gambar yang seimbang, kita haruslah mengubah


posisi SUBJEK itu berdasarkan VISUAL WEIGHTnya

- Kita ambil contoh keadaan seperti ini ; imej yang kita rakam itu
mempunyai elemen lain yang terang,dan berada di hujung FRAME. Elemen
yang terang ini akan menarik mata kita untuk memandangnya.
pemerhatian kita teralih dan terganggu oleh elemen ini. Dan ini
dikatakan imej yang tidak seimbang

- Jika kita berubah dari kedudukan asal dan merakam semula imej
tersebut dan memastikan elemen yang terang itu berada di
tengah,sudah tentu mata kita akan tertumpu di tengah.Ini dikatakan
imej yang seimbang.
-59-

>(c) TYPES OF BALANCE

1) SYMMETRICAL

- Keseimbangan yang paling asas.

- Dimana elemen yang mempunyai VISUAL WEIGHT tadi berada di tengah


tengah gambar.

- Elemen ini mempunyai keseimbangan yang ketara.

- apabila subjek berada diatas air. Maka akan terhasil imej yang
nyata dan tidak nyata pada permukaan air itu dari tindakan
pembiasan,Ini juga dikenali sebagai SYMMETRICAL BALANCE

2) ASYMMETRICAL

- Elemen yang mempunyai VISUAL WEIGHT tadi berada di luar titik


tengah.

- Elemen ini tidak semestinya mempunyai hubungkait dengan pembiasan


cahaya.

3) RULES OF THIRD

- Panduan yang berguna apabila kita ingin merakam SUBJEK yang berada
di luar kawasan titik tengah.

- RULES OF THIRD ini juga dikenali sebagai RO3.

- Mempunyai 3 garis lintang dan 3 garis menegak,dimana untuk


menghasilkan imej yang seimbang,kita bolehlah memastikan SUBJEK
berada pada mana mana antara titik yang bersentuhan yang terhasil
dari garis garis ini.

4) LEADING LINE

- Deretan pokok, sungai, jalan raya, pagar, bayang bayang, tali dan
bermacam macam lagi yang bersambungan.

- LEADING LINE ini tidak akan terhasil jika kita tidak berhati hati
dalam menghasilkanya.

- Garisan ini seharus nya membawa kita ke SUBJEK atau dari SUBJEK

- Pastikan sudut ketika merakam gambar itu sedikit kreatif dan


bersesuaian.
-60-

- Mulakan LEADING LINE ini dari satu sudut imej akan memberikan
impak yang cantik.

5) GOLDEN SECTION

TEKNIK MENGAMBIL GAMBAR

1. Waktu malam dan cahaya yang samar

- Ingat 3 perkara ini

I. FLASH

a. Jangan nyalakan FLASH,sebaliknya gunakan EXPOSURE yang lama.Jika


mempunyai mode MANUAL,dan ubahlah setting APERTURE pada bukaan kecil
dan SHUTTER SPEED yang panjang.Bagaimana jika tiada fungsi MANUAL?
Jangan risau, kamera kita masih mempunyai fungsi NIGHT MODE.
Walaupun pengawalan keatas fungsi ini terhad,ia tetap membantu.

II. TRIPOD

a. Gunakan tripod. Ini kerana apabila kita menggunakan SHUTTER SPEED


yang panjang atau kita menggunakan NIGHT MODE ia boleh mengakibatkan
gambar yang kita rakam itu kabur.Jadi penggunaan TRIPOD amatlah
digalakkan. Boleh juga bersandar pada dinding atau pokok kalau kita
terlupa nak bawa TRIPOD

III. TIMER

a. Walaupun TRIPOD sudah dipasang pada kamera, jari kita juga mampu
untuk menggoyangkan kamera dan kemungkinan gambar yang dirakam itu
akan kabur. Kita boleh elakkan ini dengan mengaktifkan fungsi
TIMER.atau PEMASA

- Penetapan KAMERA

I. APERTURE

a. Guna nilai APERTURE yang kecil atau bukaan APERTURE yang


besar( ingat nilai dan bukaan adalah satu benda yang berbeza)

b. Apabila kita menggunakan nilai APERTURE yang kecil, ia akan


membenarkan lebih banyak cahaya akan masuk. Ini penting kerana
cahaya amat kurang pada waktu malam.

c. Pilih fungsi Av atau MANUAL pada kamera anda untuk mengubah nilai
APERTURE.Bukaan APERTURE yang paling besar untuk kebanyakan kamera
digital kompak ialah f2.8.
-61-

II. ISO

a. ISO kamera menyukat kepekaan cahaya

b. Nilai ISO yang tinggi akan menyebabkan kamera lebih peka kepada
cahaya dan akan menghasilkan GRAIN(biji-bijian) yang dipanggil
NOISE(kebisingan)

c. Jika kamera kita membenarkan kita untuk mengubah nilai ISO,


ubahlah pada ISO yang paling rendah untuk menambahkan lagi perincian
pada gambar.

III. SHUTTER SPEED

a. Oleh kerana kita tidak menggunakan FLASH, SHUTTER SPEED akan


ditetapkan pada kelajuan yang panjang ini untuk membolehkan lebih
cahaya masuk.

2. Gunakan FLASH anda ketahap maksima

- Kamera kita mempunyai FLASH terbina dalam yang boleh digunakan


dalam pelbagai cara kreatif

- Digunakan untuk membekalkan pencahayaan yang secukupnya apabila


keadaan sekeliling malap.

- Tahap kecerahan ditentukan oleh penetapan pada kamera itu sendiri


apabila nilai APERTURE dan SHUTTER SPEED dipilih. Dan kebanyakan
kamera akan mengaktifkan FLASH apabila difikirkan perlu. Kebiasaanya
apabila SHUTTER SPEED jatuh pada tahap selamat (iaitu keadaan dimana
nilai SHUTTER SPEED yang panjang dan boleh mengakibatkan gambar yang
dirakam kabur) sekitar 1/30 sec.

- Kamera yang canggih juga akan dapat mengesan keadaan dimana


apabila seseorang itu dikelilingi oleh cahaya-cahaya di belakang
seseorang itu contohnya,FLASH akan diaktifkan untuk mencerahkan
bahagian yang gelap itu dan ini dipanggil FILL in FLASH.

- Walaubagaimanapun terpulang pada daya kreatif kita untuk memilih


jenis jenis FLASH yang tersedia ada didalam kamera kita.

Antara jenis jenis FLASH itu ialah

a. FLASH on- Boleh digunakan apabila kita mahu FLASH sentiasa aktif
di setiap gambar yang dirakam.

- Seperti contoh abila kita merakam gambar seseorang yang berada di


bawah cahaya matahari yang terik dan matahari sedikit
-62-

kebelakang,sudah tentu cahaya lebih tertumpu pada bahagian belakang


orang itu dan bahagian hadapan sedikit gelap. apabila kita
menggunakan FLASH ketika ini; kita akan memberikan cahaya pada
hadapan orang itu dan ini akam membuatkan gambar yang dirakam itu
kelihatan lebih elok dan menarik.(masih ingat FILL in FLASH?)

- Ia juga boleh digunakan untuk menghasilkan kilauan pada mata


sesorang.teknik ini dikenali sebagai CATCH LIGHT.

- Mengurangkan bayang bayang pada bahagaian bawah hidung dan mata


seseorang

b. FLASH AUTO

- satu penggunaan FLASH yang ringkas dan mudah.

c. FLASH off

- Diperlukan ketika merakam gambar matahari terbenam atau merakam


gambar bagunan yang bercahaya pada waktu malam

- Dalam kebanyakan keadaan, kamera mentafsirkan bahawa keadaan


cahaya kurang dan ia akan mengaktifkan fungsi FLASH kepada AUTO.
Keadaan ini sesuai jika SUBJEK yang ingin dirakam itu berada 2 atau
3 meter dari kita, tetapi bagaimanapula dengan SUBJEK matahari
tenggelam dan bangunan yang jauh itu? Jadi penggunaan FLASH ketika
ini tidak diperlukan.(sila rujuk kembali teknik mengambil gambar
pada waktu malam)

d. RED eye REDUCTION

- Membantu untuk mengurangkan kesan RED EYE

- Kesan RED EYE ialah disebabkan cahaya FLASH mencerahkan saluran


darah pada mata dan cahaya ini terpantul semula dan menghasilkan
mata seakan akan PONTIANAK.takut tak?

- Sama juga keadaanya kepada kucing yang comel dan anjing tetapi
hasilnya berlainan sedikit dengan mata yang bewarna hijau dan besar.

- Kesan ini juga boleh dikurangkan dengan menjauhkan sedikit jarak


kamera dan SUBJEK. Tetapi jarak liputan FLASH akan berkurangan.

- Walaupun kesan ini tidak boleh dielakan apabila FLASH dinyalakan


tetapi ia boleh dikurangkan dengan mengubah saiz anak mata supaya
kesan kemerahan ini boleh dikurangkan.
-63-

- Caranya ialah dengan membiaskan mata dengan cahaya yang terang


supaya anak mata itu mengecil. Ini dilakukan dengan pelbagai cara
antaranya ialah dengan menggunakan lampu selama beberapa saat
sebelum gambar diambil.

- Ataupun kita boleh meminta SUBJEK untuk melihat cahaya pada


Telefon bimbit atau pemetik api terlebih dahulu.

e. SLOW SYNC

- Jurugambar menggunakan fungsi ini untuk kebebasan berkreatif

- Ia akan memancarkan cahaya dari FLASH dengan menggunakan SHUTTER


SPEED yang panjang

- Bagus untuk merakam gambar matahari tenggelam dan apabila kita


mahu keadaan suasana di hadapan kelihatan cerah juga.

- Sesuai juga untuk merakam gambar kereta atau motorsikal yang


sedang bergerak dan latarbelakang yang kabur

3. Merakam Imej yang bergerak

- Pelbagai situasi yang kita boleh tentukan untuk merakam imej yang
bergerak

- Samada ahli sukan sedang berlari menuruni bukit atau burung yang
sedang menyambar ikan di sungai

- Kita boleh tentukan hasilnya mengikut kretiviti kita sendiri

a. Membekukan pergerakan

- jika kita ingin membekukan imej subjek yang sedang bergerak,kita


perlu menggunakan SHUTTER SPEED yang singkat(laju)

- sekurang kurangya saya akan menggunakan SHUTTER SPEED 1/300 untuk


membekukan imej keseluruhanya

- adakalanya imej subjek yang ingin dirakam itu sangat laju seperti
kereta lumba,dan kita harus menggunakan SHUTTER SPEED yang lebih
tinggi seperti 1/1000

- ini tidak akan menjadi masalah kerana kebanyakkan kamera sekarang


mempunyai SHUTTER SPEED yang laju sehingga 1/8000

b. Pergerakan Kabur untuk keseluruhan pemandangan


-64-

- Jika kita ingin menghasilkan gambar yang kabur yang menunjukkan


kelajuan sebuah kereta itu,haruslah kita menggunakan SHUTTER SPEED
di bawah 1/100.

- Teknik ini amat berhasil apabila kita lakukan ia ketika latar


belakangya mempunyai cahaya dari pelbagai warna

- Ia juga sesuai ketika di mengambil gambar alam semulajadi,pokok


yang sedang ditiup angina dan air sungai yang sedang mengalir deras.

- Kombinasi kabur dan permainan warna akan menghasilkan gambar


seolah olah ianya dilukis.

c. Panning

- Imej yang hanya kabur di bahagian belakang tetapi SUBJEK tidak


kabur

- Teknik ini amat rumit dan memerlukan kesabaran dan kemahiran.

- Menggunakan SHUTTER SPEED yang panjang dan menggerakkan kamera


mengikut pergerakan yang sama seperti SUBJEK

- Apabila dilakukan dengan betul ia akan menghasilkan imej SUBJEK


yang jelas dan imej BACKGROUND yang kabur,ini seolah olah
menonjolkan pergerakan sesuatu SUBJEK itu.

- Latihan perlu untuk menguasai teknik ini

- Gambar yang mengaplikasikan teknik ini selalunyai memenangi


pertandingan fotografi

d. Pergerakkan kabur hanya untuk subjek sahaja

- Selalunya diaplikasikan ketika waktu malam dengan kombinasi cahaya


dari lampu kereta dan sebagainya.

- Kita sudah pastinya selalu melihat gambar yang merakam hanya satu
garisan cahaya di atas jalan.

- Perlu menggunakan TRIPOD ini kerana kita menggunakan SHUTTER SPEED


yang lama

4. Gambar potret yang bagus

- Kita semua boleh merakam imej potret Cuma yang membezakanya ialah
cantik atau tidak.
-65-

- Bagaimanapula nak menghasilkan gambar potret yang berkesan?

a. Apa itu potret?

- Potret menggambarkan fizikal SUBJEK terutamanya pada bahagian


muka.

- potret yang baik tidak hanya menggambarkan keadaan fizikal


sesorang itu malah ia juga mencerminkan sifat dan karakter .

b. Pendedahan Karakter

- Potret yang baik sekurang kurangnya mendedahkan satu elemen


personality SUBJEK.

- Antaranya perangai, tabiat pelik atau keadaan yang membezakan


SUBJEK itu dengan yang lain.

- Mungkin ramai juga antara kita sebelum ini telah mengambil imej
bapa,emak, adik, kekasih kita dan menganggap gambar itu sudah cukup
baik. Benarkah?

- Sebenarnya kita hanya mengambil gambar SUBJEK yang hanya


menunjukkan keadaan fizikal,bagaimana pula dengar sikap dan karakter
SUBJEK itu?

- Bagaimana pula jika kita mengambil gambar SUBJEK yang tidak


dikenali? Ia memang sesuatu yang mencabar.

c. Bagaimana kita ingin mendedahkan Karakter?

- kita semua menonjolkan dan meluahkan perasaan dengan cara yang


berbeza. Dan ada diantaranya meluahkanya dengan cara yang samar
samar.

- Kita perlu memahami SUBJEK dengan memerhati cara SUBJEK


bertindak,sikap,reaksi,ekspresi, pergerakan badan dan sebagainya.
Dari sini kita boleh menentukan bagaimana cara yang terbaik untuk
merakam SUBJEK.

- Komunikasi yang berkesan membantu kita dalam menghasilkan Potret


yang baik

- Berbual dengan SUBJEK tentang hobi, berita terkini atau apa apa
pun
-66-

- Komunikasi akan membuatkan SUBJEK lebih tenang dan rasa tidak


terganggu. Sudah semestinya imej yang bakal dirakam itu nanti nampak
lebih natural.

- Cuba cari jalan untuk memastikan SUBJEK tidak rasa terganggu.

d. Waktu yang sesuai untuk merakam potret

- Ketika SUBJEK berada dalam kedudukan yang selesa dan apabila kita
sudah bersedia untuk merakam.

- Imej potret tidak harus dirakam dalam keadaan kelam kabut

- Jangan juga merakam SUBJEK ketika dalam keadaan keduanya duanya


senyap.

- Jangan sesekali menamatkan komunikasi hanya kerana kita sudah


selesai merakam imej SUBJEK. Jika sesi itu kelihatan seperti baik,
teruskan dan ini akan menambahkan keyakinan SUBJEK dan sudah tentu
imej yang bakal dirakam akan kelihatan lebih menarik.

- Merakam imej SUBJEK ketika mereka bercakap akan menghasilkan


gambar yang menarik dan akan mendedahkan ekspresi.

- SUBJEK tidak perlu tersenyum untuk menjadikan ianya potret yang


baik.

e. Faktor yang lain

- Banyak lagi faktor yang mempengaruhi keberkesanan sesuatu potret


itu. Tetapi yang terutamanya tentulah pengawalan dari jurugambar
yang menjadi asas.

- Kawal keadaan dan bukan SUBJEK yang mengawal kita.

- Persiapan awal harus ada.

- Keyakinan dalam sesi dan tenang kerana sikap kita ini akan
mempengaruhi SUBJEK

- Ingat! Kita merakam potret SUBJEK dan bukan keadaan di


sekelilingya

- Imej yang dirakam haruslah mengetengahkan suasana, personality dan


karakter yang akan memberikan gambaran SUBJEK itu.

f. Lokasi
-67-

- Jika tidak mempunyai studio, tumpukan perhatian pada potret


persekitaran.

- Ketengahkan SUBJEK dan juga keadaan sekelilingya tetapi jangan


sampai menenggelamkan SUBJEK.

- Gunakan nilai APERTURE yang besar untuk memberi tumpuan pada


SUBJEK.

g. Pencahayaan

- Gunakan fungsi SOFT FLASH.

- Cahaya dari tingkap atau lampu di sekeliling.

- Cahaya matahari mampu memberikan pencahayaan yang sempurna

- Waktu redup memberikan pencahayaan yang sekata manakala matahari


yang terik kadangkala memerlukan kita menggunakan REFLECTOR untuk
mengelakkan bayang bayang yang keras. Ini sama seperti konsep FILL
in FLASH.

5. Gambar Lanskap yang bagus

- Tempat yang tinggi selalunya memberikan pengawalan


pemandangan.Jika kamera anda mempunyai fungsi MANUAL, gunakan
APERTURE f11 atau f16 untuk memastikan keseluruhan pemandangan
adalah dalam keadaan fokus.

- Awal pagi dan lewat petang adalah masa yang sangat sesuai untuk
merakam imej lanskap. Ini kerana pada ketika ini, sudut pencahayaan
matahari adalah rendah dan akan menghasilkan bayang bayang dan
tekstur yang menarik.

- Kebiasaanya lanskap yang menarik tidak mudah didapati di tepi


jalan,sebaliknya perancangan awal dengan membuat rujukan di laman
web tentang lokasi yang menarik adalah satu tindakan yang bijak.

- Lensa jarak luas selalunya digunakan untuk Lanskap ini kerana ia


memberikan lebih luas pemandangan dan menghasilkan perspektif.
Terdapat satu alat yang dipanggil “WIDE ANGLE LENS CONVERTER” di
pasaran. Alat ini dipasang pada hadapan lensa untuk menghasilkan
imej luas seakan akan kita menggunakan WIDE ANGLE LENS.

- Imej lanskap akan lebih menarik jika satu elemen di hadirkan


sebagai FOREGROUND untuk menghasilkan satu kesan “jarak” atau
perspektif yang menarik.Pastikan kita guna APERTURE kecil untuk
mengelak imej menjadi kabur.
-68-

- Pastikan kita tidak lupa untuk membawa TRIPOD, ia untuk mengelakan


gambar menjadi kabur. Dapatkan TRIPOD yang ringan kerana kita akan
menggunakan tenaga untuk mencari lokasi yang lebih menarik.

- Cari lokasi yang membolehkan kita abaikan bahagian atas dan


bahagian bawah untuk menghasilkan imej yang lebih dramatic seakan
akan komposisi panorama “LETTERBOX”

- Gunakan POLARIZING FILTER untuk menggelapkan sikit langit dan


meninmbulkan sedikit warna pada lanskap.( FILTER ini boleh dikatakan
harus ada untuk setiap fotografi lanskap)

- Gunakan HYPERFOCAL DISTANCE untuk mendapatkan SHUTTER SPEED yang


singkat dan DEPTH OF FIELD yang hebat. HYPERFOCAL DISTANCE
membolehkan kita merakam lanskap yang jelas dari FOREGROUND sehingga
BACKGROUND. Ia lebih bagus dari menetapkan jarak fokus lensa pada
infiniti.

- Jika kamera kita mempunyai pilihan untuk merakam gambar dalam


format RAW pastikan kita menetapkan dalam format ini selain JPEG.
Format RAW sudah tentu akan menggunakan ruang yang besar dalam
MEMORY CARD tetapi ia tidak akan melakukan perubahan pada resolusi
imej seperti JPEG. Format RAW membolehkan kita mengolah gambar pada
tahap yang lebih selesa dengan menggunakan perisian seperti ADOBE
PHOTOSHOP.

- Lain dari yang lain. Hasilkan imej lanskap anda dalam keadaan yang
tidak pernah dilihat sebelumnya. Jurugambar yang cekap boleh
menghasilkan imej yang sama seperti orang lain, tetapi jurugambar
yang hebat menghasilkan imej yang unik. Elakan imej yang sudah basi.
Cuba sudut yang berlainan seperti sudut rendah. sudut pandangan dari
mata haiwan mungkin nampak lebih dramatik

- Hasilkan gambar yang mempunyai cerita. Cari tema, frasa kata, dan
sudut penglihatan yang akan menerangkan segala galanya.

6. Fotografi Seni bina (architecture)

- Kunci bagi imej senibina yang menarik ialah dengan memahami apa
itu imej DISTORTION(herotan) dan pemilihan waktu yang sesuai untuk
merakam.

- Garisan dinding samada melintang atau menegak kadang kadang nampak


DISTORT(herot) ini disebabkan oleh sudut yang tidak sesuai ketika
merakam dan penggunaan alatan yang tidak betul.

- Jika kita merakam gambar bangunan yang tinggi, elakan merakam dari
sudut bawah ini kerana bahagian bawah bangunan akan kelihatan lebih
-69-

besar berbanding bahagian atas. Cari lokasi yang tinggi kalau boleh
untuk sudut yang lebih baik.

- Pencahayaan yang berbeza juga menghasilkan suasana yang berbeza.


Jika bangunan itu tidak dapat pencahayaan yang secukupnya ketika
waktu siang, mungkin pada waktu malam lebih baik cahayanya. Pastikan
juga imej yang dirakam itu mempunyai cerita yang boleh disampaikan.
Seperti blok pejabat yang hanya mempunyai satu ruang bilik sahaja
yang bercahaya.

- Cahaya tepi akan menghasilkan bayang bayang yang lebih dramatik di


hadapan manakala cahaya dari belakang pula akan menghasilkan imej
siluet.

- Kebanyakan gambar bangunan yang cantik dirakam ketika waktu malam


dan ketika masih ada cahaya sedikit di langit. Kita tidak perlukan
peralatan kamera yang mahal untuk menghasilkan imej yang cantik.
Jangan lupa TRIPOD.

7. Tempat yang menarik dan sekitarnya

- Suasana ketika Matahari terbit dan matahari tenggelam akan


memberikan bayang bayang yang panjang,pencahayaan yang unik dan
bermacam macam warna yang akan timbul.

- Jika kita sudah memilih lokasi,pastikan kita tiba awal ketika


matahari baru hendak terbit sama juga ketika 15 minit sebelum
matahari tenggelam.

- Fotografi banyak mengajar kita erti kesabaran. Pastikan keadaan


sekeliling,lihat sekali lagi dan rakam. Tunggu sehingga orang ramai
dan cahaya yang secukupnya. Pastikan sudut yang berlainan. Kekalkan
imej kita seringkas yang mungkin untuk menarik pandangan pada
SUBJEK.

- Gunakan peraturan komposisi seperti RULES OF THIRD, GOLDEN SECTION


dan sebagainya. Berkemungkinan kita akan menghasilkan gambar yang
lebih dinamik, seimbang dan harmoni.

- Gunakan SHUTTER SPEED yang panjang untuk menghasilkan pergerakan


pada imej jika perlu

- Pastikan gambar yang ingin kita rakam itu menceritakan suasana


tempat dan keadaan sekitarnya.

8. Still Life ( hidupan pegun)


-70-

- Rakaman imej jenis ini selalunya dirakamkan di ruang dalam. Kita


perlukan lampu yang baik. Tingkap selalunya memberikan pencahayaan
yang cukup dari matahari.

- Haruslah berhati hati apabila kita menggunakan FLASH terbina dalam


kamera. Semakin dekat FLASH dengan SUBJEK akan menghasilkan
pencahayaan yang agak terang. Gunakanlah tisu untuk mendapatkan
pencahayaan dari FLASH yang lebih tersebar.

- Jika kita menggunakan cahaya dari matahari, berkemungkinan kita


perlu untu menetapkan SHUTTER SPEED pada waktu panjang. Gunakan
TRIPOD dan TIMER. Jangan lupa untuk mengimbangi cahaya dengan
meletakkan sekeping kertas bewarna putih di bahagian bertentangan
untuk memantulkan cahaya.

- Mulakan merakam gambar hidupan pegun dengan kuantiti yang kecil.


Mulakan dengan satu SUBJEK. Perhatikan bagaimana cahaya mempengaruhi
SUBJEK. Tambahkan elemen yang lain untuk komposisi yang berlainan.
Teruskan dengan cara ini sehingga kita berpuas hati.

- Semasa merakam SUBJEK, selalu fikirkan tentang kontra warna, sifat


sifat cahaya dan tekstur.

- Perhatikan Latarbelakang. Latarbelakang akan menghasilkan kontra


warna. Latarbelakang yang baik juga akan membantu untuk menonjolkan
lagi SUBJEK. Latar belakang yang kurang elok akan menenggelamkan
SUBJEK.

- Kain baldu hitam akan menyerap cahaya dan ianya boleh digunakan
apabila kita tidak mahu sebarang pantulan cahaya pada SUBJEK.

- Rakam gambar yang berinspirasi. Bagaimana? Dengan meneliti jenis


cahaya dan bayang bayang. Fikirkan tentang tajuk lagu dan luahkan ia
dalam bentuk gambar. Judul buku atau pun peribahasa juga membantu.

- Jika kita mempunyai perisian yang membolehkan kita untuk mengolah


gambar, gunakan ia. Olah mengikut konsep yang bertema.

- Praktiskan lebih banyak tentang pemahaman komposisi dan


pencahayaan. Jangan gusar jika imej yang kita rakam tidak menjadi,
sebaliknya belajarlah dari kesilapan.

9. Makro atau jarak dekat

1) Pilih MACRO MODE pada kamera anda

- Ramai antara kita yang kurang peka dengan kehadiran fungsi ini.
MACRO MODE diwakilkan dengan symbol bunga kecil.
-71-

- Terdapat dua pilihan pada MACRO MODE, samada kita memilih untuk
memfokus SUBJEK pada jarak yang begitu hampir dengan lensa atau pada
keadaan biasa.

- MACRO MODE selalunya akan mengingatkan kita bahawa pengunaan


APERTURE yang besar adalah digalakkan supaya BACKGROUND dapat
dipisahkan antara SUBJEK.

2) Gunakan TRIPOD

- TRIPOD amat berguna untuk mengelakkan gambar kita dari kabur dan
membenarkan kita mencuba pelbagai komposisi yang berlainan

3) APERTURE

- Kebanyakan kamera tidak banyak memberikan pilihan untuk mengubah


fungsi yang lain semasa fungsi MACRO dipilih. Tetapi jika kamera
kita membenarkan untuk mengubah nilai APERTURE ia sudah cukup bagus
sebenarnya.

- Dalam topic pembelajaran kita tentang APERTURE, fungsi APERTURE


ialah untuk mendapatkan DEPTH OF FIELD. Dalam konteks ini, sila
pilih APERTURE yang besar(nilai APERTURE kecil) jika kita mahukan
DEPTH OF FIELD yang besar dalam erti kata lain hanya SUBJEK yang
diinginkan sahaja dalam keadaan FOKUS atau pilih APERTURE yang
kecil(nilai APERTURE besar) untuk menghasilkan keseluruhan imej
dalam keadaan FOKUS dari FOREGROUND hingga ke BACKGROUND.

- Dalam MAKRO fotografi selalunya APERTURE yang besar(nilai APERTURE


kecil) digunakan.

4) PemFOKUSan

- MAKRO fotografi memerlukan pemfokusan yang baik. Terutamanya


ketika kita menggunakan APERTURE yang besar dimana hanya SUBJEK
sahaja dalam keadaan FOKUS.

- Jika kamera kita mempunyai fungsi untuk mengubah jarak FOKUS


secara manual, gunakan ia untuk menentukan titik FOKUS yang agak
menarik.

5) Komposisi

- Ingat kembali undang undang dalam Komposisi seperti RULES OF THIRD


dan seterusnya.

- Pastikan imej yang akan terhasil itu nanti mempunyai titik penting
yang mampu menonjolkan SUBJEK. Pastikan juga SUBJEK itu berada pada
-72-

kedudukan yang sesuai. Latarbelakang juga memainkan peranan yang


penting.

6) FLASH

- Dalam MAKRO fotografi, pencahayaan adalah penting. Samada


pencahayaan asli atau tiruan dapat mempengaruhi suasana.

- Jika kamera kita membolehkan kita untuk mengubah nilai kekuatan


cahaya dari FLASH, ubah lah ia mengikut kesesuaian jarak SUBJEK dan
lensa.

- Gunakan tisu dan diletakkan di hadapan FLASH untuk mendapatkan


Cahaya yang lebih tersebar.

- Dapatkan kertas A4 atau seumpamanya untuk bertindak sebagai


REFLECTOR bagi mengimbangi cahaya.

- Cubalah bereksperimen dengan cahaya.

7) Rakaman Imej

- Setelah gambar MAKRO dirakamkan, pastikan kita melihat terlebih


dahulu hasilnya pada monitor LCD di belakang kamera. Pastikan imej
yang dirakam itu berada dalam keadaan jelas dan tidak kabur.

- Cuba bereksperimentasi dengan cahaya yang berlainan, gunakan


APERTURE yang berlainan, komposisi dan titik fokus untuk mendapatkan
imej yang terbaik.

MACRO LENS ATTACHMENT

- Sesetengah kamera digital mempunyai aksesori yang boleh ditambah


dihadapan lensa.

- Ini untuk membantu dalam memudahkan MAKRO fotografi. Aksesori ini


akan membesarkan imej yang akan kita rakam itu dan membolehkan kita
untuk merapatkan lagi jarak SUBJEK dan lensa

9) SELF TIMER

- Penggunaan SELF TIMER dan TRIPOD membantu kita untuk memastikan


imej yang akan dirakam itu berada dalam keadaan yang jlas sekali.
Bebas dari goyangan yang akan menyebabkan imej MAKRO kabur.

10. Haiwan

a. Pencahayaan
-73-

- Pencahayaan yang menarik ialah cahaya semulajadi iaitu matahari.


Jika haiwan itu adalah haiwan perliharaan kita, seelok eloknya
bawalah ia keluar dari rumah atau sebagainya.

- Cahaya dari tingkap juga membantu.

- Posisikan atau ubah kedudukan haiwan itu supaya ia dapat


menggunakan cahaya dengan optimum. Cahaya dari belakang dan sedikit
ke sisi adalah satu pemilihan yang baik.

- Elakkan dari cahaya matahari langsung. Ini kerana ia akan mengubah


warna,kontra dan tekstur semulajadi haiwan itu. Sebaliknya cuaca
mendung yang terang adalah satu pilihan juga.

- Jangan gunakan FLASH kerana ia akan menghasilkan kesan RED EYE dan
mengherotkan bayang bayang dan perincian haiwan kesayangan kita itu.
Melainkan jika haiwan kesayangan kita itu memakai kot hitam, dan
haruslah kita menggunakan flash.

b. Komposisi

- Rakam dari aras yang sama dengan haiwan kita.

- Jangan memaksa ia untuk mendongak melainkan kita berniat untuk


merakam imej sebegini.

- Jangan tunggu sehingga haiwan kesayangan kita datang kepada kita,


sebaliknya kita perlu mendekatinya untuk memastikan haiwan
kesayangan kita itu berada dalam keadaan selesa. Bayangkan kita
berada dalam dunia mereka. Walaupun kita terpaksa berbaring atas
rumput atau lantai sekalipun. Komposisi ini sangat bagus apabila
kita ingin merakam potret penuh.

- Rakam seberapa imej potret yang boleh dengan menggunakan fungsi


ZOOM dan cuba pastikan potret wajah haiwan kesayangan kita memenuhi
setiap ruang gambar.

- Dapatkan bantuan rakan atau ahli keluarga untuk memegang haiwan


kesayangan kita supaya kita dapat mengubah posisi dan sudut
pandangan yang berbeza.

c. Personaliti

- Pastikan haiwan kesayangan kita berada dalam keadaan selesa.


Kehadiran kamera boleh mengganggu ia.

- Dengan bantuan rakan dan ahli keluarga, kita boleh mengubah


perhatian haiwan kesayangan kita dan jadikan ia leka.
-74-

- Rakam ekspresi dan karakter haiwan kesayangan kita. Jika ia


gembira, cuba rakamkan imej yang menunjukan senyuman mereka walaupun
dalam versi mereka sendiri.

- Sediakan alat mainan seperti bola atau tikus dan sebagainya.


Letakan mainan ini betul betul di hadapan kamera dan biarkan mereka
mencuba untuk mendapatkanya. Anda akan merakamkan saat yang paling
baik sekali.

- Cuba untuk menghasilkan bunyi yang akan menarik perhatian mereka.

11. Abstrak

- menggunakan warna dan corak untuk menghasilkan imej yang tidak


mempunyai maksud sebenar. Tiada SUBJEK.

- Mengetengahkan corak dan tekstur tidak seperti jenis fotografi


yang lain yang ada SUBJEK.

- Menghasilkan imej abstrak adalah senang Cuma untuk mendapatkan


imej abstrak yang baik sedikit sukar.

- Cara yang senang untuk menghasilkan imej abstrak ialah dengan


menggunakan air yang mengalir. Gunakan SHUTTER SPEED yang panjang
untuk menghasilkan imej yang seakan bergerak. Tetapi adakah imej
yang akan terhasil ini akan nampak menarik?

- Peranan cahaya amat penting, dengan keadaan matahari sedikit


condong ke bawah akan menghasilkan warna yang menarik. Gunakan
perisian ADOBE PHOTOSHOP dan seumpamanya untuk menghasilkan warna
yang berlainan kemudian.

- Merakam imej bendera yang sedang berkibar ketika ditiup angin


dengan menggunakan SHUTTER SPEED yang panjang juga akan menghasilkan
imej abstrak.

- Penuhkan ruang gambar anda.

- Imej bunga yang diambil dengan jarak dekat dan dipenuhkan ruang
gambar juga menghasilkan imej abstak yang baik.

- Kemana dan di mana juga kita berada, pasti ada sesuatu yang boleh
kita jadikan imej abstrak. Warna, corak dan tekstur adalah elemen
utama dalam imej abstrak.

- Tiada peraturan atau undang undang dalam menghasilkan imej


abstrak. Gunakan daya imiginasi kita bersama keadaan sekeliling
untuk menghasilkan imej abstrak yang baik.
-75-

Anda mungkin juga menyukai