Anda di halaman 1dari 23

Dasar-Dasar Kamera #1: Aperture

Hal pertama yang harus dipertimbangkan apabila mengambil foto dengan kamera
digital yaitu efek aperture pada gambar Anda. Bagaimanakah hasil perubahan pada
foto akhir bergantung pada aperture -nya, apakah dilebarkan atau disempitkan?
Dalam artikel ini, kami mempelajari efek dari beragam aperture mengenai depth -of-
field dengan membandingkan beberapa contoh, dan mempelajari tentang konsep f -
stop. (Dilaporkan oleh Tomoko Suzuki)

Aperture mengontrol jumlah cahaya yang memasuki lensa


Hal yang perlu dicatat
• Semakin besar aperture (yaitu, semakin kecil f -number), semakin besar
bokeh-nya.
• Semakin kecil aperture (yaitu, semakin besar f -number), semakin besar
area dalam fokus (depth-of-field).
• Jumlah cahaya yang memasuki sensor bisa dikontrol dengan melebar kan
menyempitkan aperture.

Aperture memungkinkan kita mengontrol jumlah cahaya yang memasuki lensa.


Apabila aperture dilebarkan, semakin banyak cahaya yang bisa masuk, dan
sebaliknya, apabila aperture disempitkan, semakin kurang cahaya yang bisa masuk
ke lensa. Nilai numerik dalam perbedaan ukuran aperture, dikenal sebagai f -number.
f-number standar yaitu: f/1.4, f/2, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8… dll. Melebarkan aperture
akan mengurangi f-number, sedangkan menyempitkan aperture akan
menambahnya.

Apabila f-number berubah, maka, yang berubah bukan hanya jumlah cahaya yang
memasuki kamera, melainkan juga ukuran area dalam gambar yang tampak dalam
fokus. Semakin kecil f-number, semakin kecil pula area gambar dalam fokus.
Sebaliknya, semakin besar f -number, semakin besar pula area gambar dalam fokus.
f-number besar menghasilkan foto yang tajam seluruhnya hingga ke latar belakang.
Pada f-number terkecil, Anda mendapatkan "aperture maksimum". Hal ini
memungkinkan masuknya sejumlah cahaya yang sebesar -besarnya, dan juga
apabila Anda bisa mencapai bokeh yang paling menonjol ("terbesar").

Memodifikasi kisaran area dalam fokus dengan menyesuaikan aperture


EOS 5D Mark III/ EF50mm f/1.8 STM/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/1.8,
1/800det., EV+0,7)/ ISO 100/ WB: Manual

f/1.8
EOS 5D Mark III/ EF50mm f/1.8 STM/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/5.6,
1/80det., EV+0,7)/ ISO 100/ WB: Manual

f/5.6
EOS 5D Mark III/ EF50mm f/1.8 STM/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/16,
1/40det., EV+0,7)/ ISO 400/ WB: Manual

f/16

Apabila aperture dilebarkan, f -number berkurang. Area dalam fokus pada gambar
berkurang dan bokeh semakin menonjol (atau 'lebih besar"). Sebaliknya, apabila
aperture disempitkan, f -number bertambah besar. Area gambar dalam fokus
meningkat, dan bokeh menjadi kurang kentara.
Konsep 1: Depth of Field
Bokeh pun menjadi lebih menonjol jika jara pemfokusan semakin dekat. Kisaran
fokus (seberapa banyak gambar yang ada dalam fokus) dikenal sebagai "depth of
field" (ketajaman ruang). Apabila kisaran ini kecil, ini dikenal sebagai “shallow depth
of field” (ketajaman ruang dangkal). Demikian pula halnya apabila kisarannya besar,
ini disebut “deep depth of field” (ketajaman ruang dalam).

EOS 5D Mark III/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/1.8, 1/80det., EV+0,7)/ ISO
100/ WB: Auto
Shallow depth of field f/1.8
EOS 5D Mark III/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/16, 1/40det., EV+0,7)/ ISO
4000/ WB: Auto
Deep depth of field f/16
A: Depth of field latar depan
B: Depth of field latar belakang
C: Posisi fokus
Diekspresikan sebagai rasio jarak dari posisi fokus ke depth of field latar depan,
hingga jarak dari posisi fokus ke depth of field latar belakang, katanya rasio fokus
yaitu 1:2 latar depan: latar belakang.

Konsep 2: Hubungan antara aperture dan f -stop


Pengaturan pencahayaan, pada umumnya juga dirujuk oleh para fotografer sebagai
“f-stop,” yang memungkinkan Anda menyesuaikan jumlah cahaya yang memasuki
kamera. Pengaturan ini pun dikenal sebagai “EV”, atau exposure value (nilai
pencahayaan). Meningkatkan aperture 1 stop memangkas separuh jumlah cahaya
yang memasuki kamera. Sebaliknya, menguranginya 1 stop melipatgandakan jumlah
cahaya yang memasuki kamera. Untuk sebagian besar kamera DSLR, selain standar
1 stop, Anda juga bisa menetapkan stop pada 1/2 dan 1/3 interval. Contohnya, jika
Anda menetapkan 1/3 stop, kisaran full stop antara f/2.8 hingga f/4 di bagi menjadi
3 bagian, yaitu f/2.8→f/3.2→f/3.5→f/4. Penggunaan 1/3 stop memungkinkan
penyesuaian yang lebih halus dilakukan pada jumlah cahaya yang memasuk i kamera.

Fakta yang berguna: Aperture maksimum berbeda di antara lensa


Ada lensa zoom dengan kisaran f -number diberikan sebagai f/3.5 -5.6. Semua ini
dikenal sebagai "lensa zoom aperture variabel", di mana aperture berubah dengan
panjang fokus. Pada kasus EF24 -105mm f/3.5-5.6 IS STM, aperture (f-number) pada
ujung sudut lebar (24mm) yaitu f/3.5, dan aperture pada ujung telefoto (105mm)
yaitu f/5.6. Lensa di mana aperture-nya tidak berubah, meskipun panjang fokusnya
berubah, dikenal sebagai "lensa zoom aperture tetap".

A: Aperture maksimum (ujung sudut lebar)


B: Aperture maksimum (ujung telefoto)
Dasar-Dasar Kamera #2: Kecepatan Rana
Ketika memotret, Anda tentu ingin memahami tentang kecepatan rana serta efeknya
yang baik pada foto Anda. Efek semacam apakah yang bisa Anda ciptakan pada
kecepatan rana yang lebih pesat atau lebih lambat? Mari kita cermati efek dari
kecepatan rana yang berbeda -beda dengan bantuan contoh berikut ini. (Dilaporkan
oleh: Tomoko Suzuki)

Kecepatan rana membantu Anda "mengontrol" pergerakan subjek dalam


foto Anda
Hal yang perlu dicatat
• Kecepatan rana yang lebih pesat, membekukan subjek yang sedang
bergerak.
• Kecepatan rana yang lebih lambat menciptakan efek buram gerakan dari
pergerakan subjek.
• Anda bisa menyesuaikan jumlah cahaya, dengan membuka/menutup rana.
Kecepatan rana (juga: waktu pencahayaan) adalah lama waktu ketika rana terbuka
dan cahaya memasuki sensor gambar di dalam kamera. Kecepatan rana
ditunjukkan sebagai 1 det., 1/2 det., 1/4 det. ... 1/125 det. hingga 1/250 det., dll.
Kecepatan rana yang lebih pesat mengurangi lama waktu di mana cahaya bisa
masuk, sedangkan kecepatan rana yang lebih lam bat, menambah panjang waktu ini.
Oleh karena itu, semakin lambat kecepatan rana, semakin besar jumlah cahaya yang
bisa masuk ke kamera.

Kecepatan rana tidak hanya memungkinkan Anda mengubah jumlah cahaya, tapi
juga bisa mengubah cara pergerakan subjek yang ditangkap. Pada kecepatan rana
yang lebih pesat, Anda bisa membekukan sepenuhnya gerakan subjek yang sedang
bergerak. Sebaliknya, apabila menggunakan kecepatan rana yang lebih lambat,
Anda bisa memburamkan subjek pada arah gerakan, dan menangkap gerakan
subjek, seperti air yang mengalir. Dengan kata lain, kecepatan rana memungkinkan
Anda mengontrol cara pergerakan subjek fotografis yang diambil.

Gunakan pengaturan kecepatan rana untuk mengubah cara pergerakan


subjek fotografis ditangkap

EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 105mm/ Shutter -priority AE (f/14,
1/10 det., EV+1,3)/ ISO 100
1/10 det.
EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 105mm/ Shutter -priority AE (f/8,
1/160 det., EV+1,3)/ ISO 100
1/160 det.
EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 105mm/ Shutter -priority AE (f/4,
1/2500 det., EV+1,3)/ ISO 400
1/2500 det.

Tergantung pada pergerakan subjek, menyesuaikan kecepatan rana memungkinkan


Anda mengontrol cara pergerakan subjek ditangkap - entah Anda menggunakan
kecepatan rana yang lebih pesat untuk membekukan aksi subjek, atau memilih untuk
menangkap pergerakannya dengan menggunakan kecepatan rana yang lebih lambat.

Konsep 1: Buram gerakan dan goyangan kamer a


Ada dua jenis buram, 'buram gerakan' dan 'goyangan kamera', yang berasal dari
sumber yang berbeda. Buram gerakan terjadi apabila pergerakan subjek lebih pesat
daripada kecepatan rana. Latar belakang tidak bergerak, jadi hanya subjek yang
diburamkan. Goyangan kamera terjadi apabila tangan yang memegang kamera,
bergoyang saat rana dilepaskan, sehingga menyebabkan seluruh gambar menjadi
buram. Pada keduanya, keburaman bisa dicegah dengan meningkatkan kecepatan
rana.

EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 105mm/ Aperture -priority AE
(f/22, 1/2 det., EV+0,7)/ ISO 100
Buram gerakan: Hanya subjek di tengah yang buram.
EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 105mm/ Aperture -priority AE
(f/11, 1/6 det., EV+1,0)/ ISO 100
Goyangan kamera: Seluruh foto buram.

Konsep 2: Hubungan antara kecepatan rana dan jumlah stop


Apabila meningkatkan kecepatan rana dari 1/30 det. ke 1/60 det., misalnya, ini
memotong separuh panjang waktu ketika rana sedang terbuka, dan hal ini dirujuk
sebagai "membuat kecepatan rana 1 stop lebih pesat". Sebaliknya, apabila
mengurangi kecepatan rana dari 1/60 det. , ke 1/30 det., maka, panjang waktu
digandakan ketika rana sedang terbuka, dan karenanya "memperlambat kecepatan
rana 1 stop".

Pada umumnya, kecepatan rana kamera DSLR bisa disesuaikan pada interval 1/2
dan 1/3 stop selain 1 stop. Misalnya, dengan mengguna kan 1/2 stop, 1 stop bisa
dibagi menjadi dua interval untuk kecepatan rana 1/30 det., 1/45 det., dan 1/60
det., dengan kecepatan tambahan di antaranya. Jumlah cahaya yang memasuki
kamera bisa disesuaikan lebih halus dengan menggunakan interval yang lebih
singkat seperti separuh stop (1/2 stop) ini.

Fakta yang berguna: Kisaran kecepatan rana berbeda -beda di antara


sejumlah kamera
Tiap model kamera memiliki batas kecepatan rana yang lebih tinggi dan lebih rendah
yang sudah ditentukan sebelumnya, dan Anda bisa sec ara bebas menyesuaikan
kecepatan rana dalam kisarn nilai itu. Pada kamera yang memiliki rana berkecepatan
tinggi dengan batas atas sepesat 1/8000 detik, tidak saja Anda dapat membekukan
aksi subjek yang bergerak cepat dalam foto, Anda juga dapat memperleba r aperture
(yaitu, menurunkan f-number), bahkan dalam pengaturan cerah, dan hal ini bisa
Anda manfaatkan sewaktu mengambil bidikan dengan bokeh. Selain itu, dalam auto
exposure (pencahayaan otomatis), banyak kamera yang memiliki batas kecepatan
rana yang lebih rendah, selambat 30 detik. Jika Anda ingin memperlambat kecepatan
rana lebih jauh lagi, gunakan fungsi "BULB".
Dasar-Dasar Kamera #5: Kecepatan ISO

Kecepatan ISO memiliki peran yang sama penting seperti kecepatan aperture dan
shutter mengenai efeknya pada pencahayaan. Sekarang, mari kita belajar lebih
lanjut mengenai keuntungan dan kerugian meningkatkan kecepatan ISO.
(Dilaporkan oleh: Tomoko Suzuki)

Di lingkungan rendah cahaya, kita bisa meningkatkan kecepatan shutter


(rana) dengan meninggikan kecepatan ISO
Hal yang perlu dicatat
• Dalam kisaran kecepatan ISO Normal, semakin rendah kecepatan ISO,
semakin tinggi kualitas gambarnya.
• Meningkatkan kecepatan ISO, memungkinkan kamera menetapkan shutter
speed yang lebih cepat.
• Noise terjadi pada kecepatan ISO yang lebih tinggi.
Sederhananya, kecepatan ISO adalah kemampuan sensor gambar dalam meraba
cahaya, direfleksikan sebagai nilai numerik. Katanya, pencahayaan menentukan
baik-tidaknya sehelai gambar, tetapi kecepatan ISO juga merupakan faktor besar
dalam menentukan pencahayaan.

Jika aperture adalah lebar sinar cahaya yang melintas dan kecepatan shutter adalah
waktu yang diperlukan sinar cahaya untuk melintas, maka kecepatan ISO
menjelaskan kemampuan sensor gambar dalam meraba cahaya. Semakin tinggi
nilainya, semakin sensitif kame ra terhadap cahaya. Bahkan, dalam lingkungan gelap
atau ketika mengambil gambar pemandangan malam, kita masih bisa mengambil
gambar yang bagus dan cerah. Dengan kata lain, dengan berasumsi bahwa kita tidak
memerlukan gambar yang lebih cerah, maka, kecepata n ISO yang lebih tinggi
memungkinkan shutter speed yang lebih cepat. Hanya dengan menyesuaikan
kecepatan ISO, kita meningkatkan shutter speed (kecepatan rana). Dengan
melakukan hal itu, kita bisa mencegah keburaman yang disebabkan oleh goyangan
kamera atau buram gerakan subjek.

Kecepatan ISO yang lebih tinggi, juga memungkinkan kita untuk mencapai aperture
yang lebih sempit tanpa mengorbankan kecerahan gambar, selama kita
menggunakan shutter speed tetap (misalnya, dengan menggunakan mode Shutter -
priority AD).

Meskipun saya banyak sekali mengatakan bahwa kecepatan ISO merupakan fungsi
yang berguna, namun juga memiliki kerugian. Semakin tinggi kecepatan ISO,
semakin banyak noise (butiran) yang dihasilkan. Keseluruhan gambar terlihat penuh
butiran. Ya, memang ada kamera dengan fitur pengurangan noise, tetapi sebagian
besar fotografer akan tetap mencoba sebaik -baiknya untuk menjaga kecepatan ISO
pada pengaturan yang tidak cukup mencegah keburaman akibat goyangan kamera.
Biasanya, hal ini sebanyak mungkin mendekat i kecepatan ISO dasar (kecepatan ISO
Normal terendah), tetapi bisa lebih tinggi, tergantung tujuan fotografis dan kondisi
pemotretan.
Misalnya, Anda mungkin bisa berhasil dengan kecepatan ISO dasar
apabila memotret jejak cahaya dan bangunan di malam hari. Namun demikian, Anda
akan memerlukan kecepatan ISO yang lebih tinggi untuk mencegah goyangan
kamera apabila melakukan pemotretan genggam di malam hari. Dan, jika Anda
ingin menangkap bintang gemintang dalam bidikan Anda, bahkan jika Anda
menggunakan tripod, Anda pasti akan memerlukan keduanya, kecepatan rana
rendah dan kecepatan ISO yang sangat tinggi.

Dari kiri:
EOS 5D Mark III/ EF50mm f/1.4 USM/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/5.6, 2,5
det., EV-0,7)/ ISO 100/ WB: Auto
EOS 5D Mark III/ EF50mm f/1.4 USM/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/5.6, 1/6
det., EV-0,7)/ ISO 1600/ WB: Auto
EOS 5D Mark III/ EF50mm f/1.4 USM/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/5.6, 1/50
det., EV-0,7)/ ISO 12800/ WB: Auto
Perhatikan, bagaimana noise dalam gambar meningkat saat menggunakan
kecepatan ISO yang lebih tinggi. Tergantung pada situasinya, berbagai hal mungkin
terlihat sangat menyolok. Pastikan Anda tidak meningkatkan kecepatan ISO terlalu
tinggi.

Kata kunci: ISO AUTO


Apabila berpindah dari lingkungan yang terang ke yang gelap, ingat untuk
menaikkan kecepatan ISO, kalau tidak, maka terdapat risiko terjadi goyangan
kamera. Jika Anda berpikir bahwa Anda mungkin bisa lupa, Anda dapat membiarkan
kamera dalam mode ISO AUTO. Ini adalah fitur yang nyaman, yang secara otomatis
menyesuaikan kecepatan ISO pada kam era sehingga pengaturan kecepatan rana
akan cukup cepat untuk mencegah goyangan kamera. Ini juga dapat mencegah
kamera menggunakan kecepatan ISO tinggi yang sama untuk mengambil foto,
bahkan setelah Anda berpindah ke lingkungan yang terang dari yang gelap.

Layar ISO AUTO


Apabila menetapkan ISO AUTO, pilih [AUTO] pada layar untuk pengaturannya.
Setelah AUTO dipilih, kamera akan secara otomatis menentukan kecepatan ISO
menurut pemandangan dan mode gambar. Ini adalah fitur yang sangat nyaman,
yang membantu menstabilkan gambar apabila terjadi goyangan kamera dan buram
gerakan subjek.

Menetapkan batas atas untuk ISO AUTO


Apabila menetapkan kecepatan ISO ke AUTO, Anda juga bisa menetapkan batas atas
kecepatan yang bisa dioperasikan kamera. Jika batas atas ditetapkan lebih tinggi,
meskipun bisa mengambil gambar dengan mudah dalam pemandangan yang gelap,
atau pada subjek yang gelap, akan ada noise lebih banyak. Tetapkan kecepatan ISO
ke sesuatu yang tidak akan memengaruhi kualitas gambar terlalu buruk.

Saran berguna: Perbedaan antara kecepatan ISO Normal dan kecepatan


ISO Expanded
Sebagian kamera membedakan, antara kecepatan ISO Normal dan kecepatan ISO
Expanded. “Normal ISO speed” (juga dikenal sebagai "native ISO speed") merujuk
ke kisaran kecepatan ISO yang telah d iuji oleh produsen kamera dan seyogianya
akan memberi Anda kualitas gambar yang optimal. “Expanded ISO speed” merujuk
ke kecepatan yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada kisaran kecepatan ISO
Normal, dan biasanya akan menghasilkan kualitas gambar yan g terkompromikan
apabila Anda menggunakannya. Apabila memutuskan, kapan menggunakan apa,
pertimbangkan pula tujuan dan subjek yang akan dibidik. Jika kualitas gambar
memang penting untuk situasi dimaksud, dianjurkan agar Anda bekerja dalam
kisaran kecepatan ISO Normal.

Untuk sejumlah saran mengenai cara menggunakan kecepatan ISO expanded,


bacalah:
Kamera FAQ #3: Bagaimana saya menggunakan kecepatan ISO yang diperluas pada
kamera saya?

Layar pengaturan Expanded ISO speed


Pada kebanyakan kamera, Expanded ISO spe ed dinonaktifkan secara default.
Sebagian kamera memungkinkan Anda untuk menetapkan kecepatan ISO expanded
yang lebih rendah di samping kecepatan ISO expanded yang lebih tinggi.
Layar pengaturan Noise Reduction
Nosie Reduction (Pengurangan Noise) menurun kan efek noise apabila melakukan
bidikan dengan kecepatan ISO tinggi atau pencahayaan lama. Pilih level yang tepat
menurut pemandangannya.

Anda mungkin juga menyukai