Hal pertama yang harus dipertimbangkan apabila mengambil foto dengan kamera
digital yaitu efek aperture pada gambar Anda. Bagaimanakah hasil perubahan pada
foto akhir bergantung pada aperture -nya, apakah dilebarkan atau disempitkan?
Dalam artikel ini, kami mempelajari efek dari beragam aperture mengenai depth -of-
field dengan membandingkan beberapa contoh, dan mempelajari tentang konsep f -
stop. (Dilaporkan oleh Tomoko Suzuki)
Apabila f-number berubah, maka, yang berubah bukan hanya jumlah cahaya yang
memasuki kamera, melainkan juga ukuran area dalam gambar yang tampak dalam
fokus. Semakin kecil f-number, semakin kecil pula area gambar dalam fokus.
Sebaliknya, semakin besar f -number, semakin besar pula area gambar dalam fokus.
f-number besar menghasilkan foto yang tajam seluruhnya hingga ke latar belakang.
Pada f-number terkecil, Anda mendapatkan "aperture maksimum". Hal ini
memungkinkan masuknya sejumlah cahaya yang sebesar -besarnya, dan juga
apabila Anda bisa mencapai bokeh yang paling menonjol ("terbesar").
f/1.8
EOS 5D Mark III/ EF50mm f/1.8 STM/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/5.6,
1/80det., EV+0,7)/ ISO 100/ WB: Manual
f/5.6
EOS 5D Mark III/ EF50mm f/1.8 STM/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/16,
1/40det., EV+0,7)/ ISO 400/ WB: Manual
f/16
Apabila aperture dilebarkan, f -number berkurang. Area dalam fokus pada gambar
berkurang dan bokeh semakin menonjol (atau 'lebih besar"). Sebaliknya, apabila
aperture disempitkan, f -number bertambah besar. Area gambar dalam fokus
meningkat, dan bokeh menjadi kurang kentara.
Konsep 1: Depth of Field
Bokeh pun menjadi lebih menonjol jika jara pemfokusan semakin dekat. Kisaran
fokus (seberapa banyak gambar yang ada dalam fokus) dikenal sebagai "depth of
field" (ketajaman ruang). Apabila kisaran ini kecil, ini dikenal sebagai “shallow depth
of field” (ketajaman ruang dangkal). Demikian pula halnya apabila kisarannya besar,
ini disebut “deep depth of field” (ketajaman ruang dalam).
EOS 5D Mark III/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/1.8, 1/80det., EV+0,7)/ ISO
100/ WB: Auto
Shallow depth of field f/1.8
EOS 5D Mark III/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/16, 1/40det., EV+0,7)/ ISO
4000/ WB: Auto
Deep depth of field f/16
A: Depth of field latar depan
B: Depth of field latar belakang
C: Posisi fokus
Diekspresikan sebagai rasio jarak dari posisi fokus ke depth of field latar depan,
hingga jarak dari posisi fokus ke depth of field latar belakang, katanya rasio fokus
yaitu 1:2 latar depan: latar belakang.
Kecepatan rana tidak hanya memungkinkan Anda mengubah jumlah cahaya, tapi
juga bisa mengubah cara pergerakan subjek yang ditangkap. Pada kecepatan rana
yang lebih pesat, Anda bisa membekukan sepenuhnya gerakan subjek yang sedang
bergerak. Sebaliknya, apabila menggunakan kecepatan rana yang lebih lambat,
Anda bisa memburamkan subjek pada arah gerakan, dan menangkap gerakan
subjek, seperti air yang mengalir. Dengan kata lain, kecepatan rana memungkinkan
Anda mengontrol cara pergerakan subjek fotografis yang diambil.
EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 105mm/ Shutter -priority AE (f/14,
1/10 det., EV+1,3)/ ISO 100
1/10 det.
EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 105mm/ Shutter -priority AE (f/8,
1/160 det., EV+1,3)/ ISO 100
1/160 det.
EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 105mm/ Shutter -priority AE (f/4,
1/2500 det., EV+1,3)/ ISO 400
1/2500 det.
EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 105mm/ Aperture -priority AE
(f/22, 1/2 det., EV+0,7)/ ISO 100
Buram gerakan: Hanya subjek di tengah yang buram.
EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 105mm/ Aperture -priority AE
(f/11, 1/6 det., EV+1,0)/ ISO 100
Goyangan kamera: Seluruh foto buram.
Pada umumnya, kecepatan rana kamera DSLR bisa disesuaikan pada interval 1/2
dan 1/3 stop selain 1 stop. Misalnya, dengan mengguna kan 1/2 stop, 1 stop bisa
dibagi menjadi dua interval untuk kecepatan rana 1/30 det., 1/45 det., dan 1/60
det., dengan kecepatan tambahan di antaranya. Jumlah cahaya yang memasuki
kamera bisa disesuaikan lebih halus dengan menggunakan interval yang lebih
singkat seperti separuh stop (1/2 stop) ini.
Kecepatan ISO memiliki peran yang sama penting seperti kecepatan aperture dan
shutter mengenai efeknya pada pencahayaan. Sekarang, mari kita belajar lebih
lanjut mengenai keuntungan dan kerugian meningkatkan kecepatan ISO.
(Dilaporkan oleh: Tomoko Suzuki)
Jika aperture adalah lebar sinar cahaya yang melintas dan kecepatan shutter adalah
waktu yang diperlukan sinar cahaya untuk melintas, maka kecepatan ISO
menjelaskan kemampuan sensor gambar dalam meraba cahaya. Semakin tinggi
nilainya, semakin sensitif kame ra terhadap cahaya. Bahkan, dalam lingkungan gelap
atau ketika mengambil gambar pemandangan malam, kita masih bisa mengambil
gambar yang bagus dan cerah. Dengan kata lain, dengan berasumsi bahwa kita tidak
memerlukan gambar yang lebih cerah, maka, kecepata n ISO yang lebih tinggi
memungkinkan shutter speed yang lebih cepat. Hanya dengan menyesuaikan
kecepatan ISO, kita meningkatkan shutter speed (kecepatan rana). Dengan
melakukan hal itu, kita bisa mencegah keburaman yang disebabkan oleh goyangan
kamera atau buram gerakan subjek.
Kecepatan ISO yang lebih tinggi, juga memungkinkan kita untuk mencapai aperture
yang lebih sempit tanpa mengorbankan kecerahan gambar, selama kita
menggunakan shutter speed tetap (misalnya, dengan menggunakan mode Shutter -
priority AD).
Meskipun saya banyak sekali mengatakan bahwa kecepatan ISO merupakan fungsi
yang berguna, namun juga memiliki kerugian. Semakin tinggi kecepatan ISO,
semakin banyak noise (butiran) yang dihasilkan. Keseluruhan gambar terlihat penuh
butiran. Ya, memang ada kamera dengan fitur pengurangan noise, tetapi sebagian
besar fotografer akan tetap mencoba sebaik -baiknya untuk menjaga kecepatan ISO
pada pengaturan yang tidak cukup mencegah keburaman akibat goyangan kamera.
Biasanya, hal ini sebanyak mungkin mendekat i kecepatan ISO dasar (kecepatan ISO
Normal terendah), tetapi bisa lebih tinggi, tergantung tujuan fotografis dan kondisi
pemotretan.
Misalnya, Anda mungkin bisa berhasil dengan kecepatan ISO dasar
apabila memotret jejak cahaya dan bangunan di malam hari. Namun demikian, Anda
akan memerlukan kecepatan ISO yang lebih tinggi untuk mencegah goyangan
kamera apabila melakukan pemotretan genggam di malam hari. Dan, jika Anda
ingin menangkap bintang gemintang dalam bidikan Anda, bahkan jika Anda
menggunakan tripod, Anda pasti akan memerlukan keduanya, kecepatan rana
rendah dan kecepatan ISO yang sangat tinggi.
Dari kiri:
EOS 5D Mark III/ EF50mm f/1.4 USM/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/5.6, 2,5
det., EV-0,7)/ ISO 100/ WB: Auto
EOS 5D Mark III/ EF50mm f/1.4 USM/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/5.6, 1/6
det., EV-0,7)/ ISO 1600/ WB: Auto
EOS 5D Mark III/ EF50mm f/1.4 USM/ FL: 50mm/ Aperture -priority AE (f/5.6, 1/50
det., EV-0,7)/ ISO 12800/ WB: Auto
Perhatikan, bagaimana noise dalam gambar meningkat saat menggunakan
kecepatan ISO yang lebih tinggi. Tergantung pada situasinya, berbagai hal mungkin
terlihat sangat menyolok. Pastikan Anda tidak meningkatkan kecepatan ISO terlalu
tinggi.