Anda di halaman 1dari 19

A.

LATAR BELAKANG
Negara kita, Indonesia, merupakan suatu himpunan masyarakat yang
mutikultural dengan karakter unik yang dimiliki oleh masing-masing etnis.
Dalam kancah multikulturalisme tersebut, lahirlah pula seni tradisional yang
sangat beragam, yang bahwasanya tercipta atau lahir dari nilai rasa yang
beragam sesuai dengan keragaman budaya yang ada. Suatu nilai positif yang
dapat diambil dari fenomena ini adalah masyarakat kita entah bagaimana,
telah memiliki sebuah soft skill yang sangat penting yaitu sensitivitas antar
budaya atau kemampuan dalam mengelola keberagaman yang menghasilkan
suatu harmoni sosial lintas etnis yang menjadi salah satu keunggulan budaya
nasional.
Kebudayaan nasional berakar dari kebudayaan lokal atau seni
tradisional. Seni sendiri merupakan suatu karya yang diciptakan dengan suatu
kecakapan tertentu sehingga menghasilkan sesuatu yang elok atau indah.
Sementara tradisi berarti adat, kepercayaan, kebiasaan atau ajaran yang
diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun. Jadi seni tradisional
artinya suatu kecakapan masyarakat tertentu dalam menghasilkan keindahan
yang berakar dari kepercayaan atau kebiasaan nenek moyang yang diwariskn
secara turun-temurun dan menjadi ciri khas suatu daerah. Jika ditinjau lebih
jauh, seni tidak hanya terbatas pada suatu proses produksi keindahan saja,
tetapi

seni juga berkaitan langsung dengan kesejahteraan, kebijaksanaan,

ketentraman, dan pada puncaknya merupakan proses evolusi manusia untuk


makin dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, semua seni
1

tradisional yang terdapat di negara kita, apapun bentuknya, tidak terlepas dari
kondisi sosial dan religiusitas masyarakatnya, yang akhirnya juga menjadi
cermin atau identitas dari rumpun masyarakat di mana seni itu lahir dan
berkembang. Dengan terpeliharanya kesenian tradisional (kebudayaan lokal)
yang sudah diwariskan dari generasi ke generasi, maka identitas bangsa kita
(kebudayaan nasional) sebagai bangsa yang harmonis dalam kemajemukan
juga akan tetap terpelihara.
Seni tradisional yang hendak dibahas dalam makalah ini adalah
kesenian Lali Namang yang berasal dari Kabupaten Lembata, khususnya
Etnis Kedang. Pada masa lalu, kesenian ini diminati dan dilaksanakan oleh
semua kalangan, baik kaum muda maupun tua, tetapi seiring waktu,
sekarang hanya dilaksanakan oleh orang-orang tua. Banyak juga dari
orang-orang tua tersebut yang sudah melupakan nada lagunya dan hanya
mengingat sebagian pantun yang dipakai dalam kesenian Lali Namang. Hal
inilah yang mendorong penulis untuk membahas kesenian Lali Namang
dalam bentuk makalah.
Kesenian Lali Namang biasanya dilaksanankan dalam

pesta

perkawinan, upacara adat syukuran panen dan acara syukuran lainnya, dan
kesenian ini hadir sebagai sebagai pelengkap acara. Berkaitan dengan
kehidupan social masyarakat Kedang, kesenian ini juga menjadi salah satu
sarana pemersatu. Dalam hal ini, penulis akan menitikberatkan pada
konteks pergaulan kaum muda, yang tidak terlepas dari peran orang tua
sebagai pembimbing, pendoa dan penjaga bagi mereka.
2

Seni Lali Namang juga memiliki keunikan yaitu menyatukan seni


musik, seni tari dan seni sastra dalam satu paket penyajian. Oleh karena itu,
dalam pembahasan makna dan nilainya, penulis akan membahas tentang
gerakan dan formasi, alat pengiring dan makna kata-kata dari pantun yang
dipakai.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa arti dan bagaimana model penyajian kesenian Lali Namang?
2. Apa fungsi dari pelaksanaan kesenian Lali Namang dalam konteks
pergaulan orang muda?
3. Apa makna yang terdapat dalam pola gerak, alat pengiring dan pantun
pada kesenian Lali Namang dalam konteks pergaulan orang muda?
4. Apa nilai yang terdapat dalam pola gerak, alat pengiring dan pantun pada
kesenian Lali Namang dalam konteks pergaulan orang muda?

C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui arti dan model penyajian seni Lali Namang.
2. Untuk mengetahui fungsi dari pelaksanaan kesenian Lali Namang dalam
konteks pergaulan orang muda.

3. Untuk mengetahui makna yang terdapat dalam pola gerak, alat pengiring
dan pantun pada kesenian Lali Namang dalam konteks pergaulan orang
muda.
4. Untuk mengetahui nilai yang terdapat dalam pola gerak, alat pengiring dan
pantun pada kesenian Lali Namang dalam konteks pergaulan orang muda.
D. MANFAAT
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mid semester Mata Kuliah Apresiasi Seni.
2. Untuk melatih penulis dalam penulisan karya ilmiah.
3. Untuk melatih penulis dalam mengapresiasi suatu kesenian, dalam hal ini
seni tradisional.

E. PEMBAHASAN
1. Arti dan Model Penyajian Kesenian Lali Namang
Kesenian Lali Namang adalah seni tradisional yang terdapat di
Kabupaten Lembata, khususnya daerah Kedang. Dalam bahasa setempat,
Lali artinya bernyanyi dan Namang artinya menari. Jadi Lali Namang
berarti bernyanyi sambil menari. Dari arti kata ini maka jelas bahwa model
penyajiannya adalah berupa tarian dan nyanyian.
a. Pola Gerak dan Formasi Tarian
Tarian yang dilakukan adalah tarian masal dalam formasi lingkaran
dengan peserta minimal 6 orang yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 3

orang perempuan yang berdiri selang-seling. Biasanya terdiri dari pasangan


suami istri atau pasangan kekasih. Tetapi ini tidak menjadi suatu batasan
baku bagi peserta tarian ini. Siapapun yang berminat, meskipun bukan
merupakan pasangan, diperbolehkan untuk ikut serta.
Pola gerakannya adalah, siku ditekuk, lengan saling berkait satu sama
lain dan peserta saling berpegangan tangan lalu mereka bergerak berputar
ke arah kanan dengan gerakan kaki yang seragam dalam pola hitungan
sebagai berikut:
Hitungan 1 : Kaki kiri geser ke depan, kaki kanan tetap di

tempat.
Hitungan 2: Kaki kiri disentak 1 kali ke tanah, badan sedikit

membungkuk.
Hitungan 3: Kaki kiri kembali ke tempat semula, badan

kembali tegak.
Hitungan 4: ambil 1 langkah ke sebelah kanan, berat badan

bertumpu ke kanan, siap untuk kembali ke hitungan 1.


b. Alat Pengiring
Dalam sebuah kelompok kecil Lali Namang yang terdiri dari 6 orang,
ada 1 orang yang bertugas memegang sebuah alat pengiring sederhana,
yang disebut Ribi. Ribi terbuat dari pucuk bambu yang daun-daunnya
dibersihkan tetapi ranting-rantingnya tetap dibiarkan, lalu pada rantingranting

bambu

tersebut

diikatkan

giring-giring

(kili

bolo)

yang

menghasilkan bunyi gemerincing.


Sambil ikut bergerak seirama dengan peserta tari lainnya, si pemegang
Ribi mengetukkan pangkal Ribi bagian bawah ke tanah dengan gerakan

seperti sedang menggali lubang untuk ditanami benih sebanyak 4 hitungan,


menghasilkan bunyi gemerincing dari giring-giring yang digantung untuk
mengiringi tarian dan nyanyian.
Dalam kehidupan sehari-hari, Fungsi sebenarnya dari Ribi adalah
sebagai sarana penunjang kegiatan bertani. Ribi artinya pucuk bambu
muda yang ditancapkan di dekat tanaman menjalar yang berfungsi sebagai
penopang.
c. Syair Pantun
Seni Lali Namang juga tidak terlepas dari seni sastra, di mana isi dari
nyanyian-nyanyian adalah pantun-pantun dalam bahasa sastra Kedang.
Kebanyakan pantunnya berkaitan dengan dunia asmara orang muda.
Pantun-pantun tersebut dinyanyikan secara berbalas-balasan antara
kelompok pria dan wanita, begitu juga antara kaum tua dan muda Setelah
pantun selesai dinyanyikan, semua peserta bersama-sama menyanyikan bait
refrain.
*Contoh Syair Pantun
Refrain
:
Bung Ribi O Liko muko kuma

(Menancapkan

Ribi;berteduh

Kuma O Kuma keu ewar

rimbunnya pohon pisang)


(Pisang yang kutanam,

Kapa napa aya telar kapa napa

besar)
(Labu menjalar,

aya
Tau aur lolo timu tau aur lolo

seperti tikar)
(mentimun menjalarlah

luas

di

cepatlah
terbentang
di

atas

bambu muda)

Bait

:
Ebe namo ebe peting witing

(Si

jejaka

sedang

mengikat

odel
Are namo are hoke roda mato

kambing)
(Si gadis dilirik karena cantik

(Refr)
Ebe namo ebe bule ote leu

mempesona)
(Si jejaka menyanggul rambutnya)

lolon
Are namo are apu wela haur

(Si gadis memakai kain sarung

lemen (Refr)

berhiaskan parang)

2. Fungsi kesenian Lali Namang.


a. Fungsi Hiburan
Dalam pelakasanaan seni Lali Namang, arena selalu dipenuhi dengan
orang-orang yang menonton, karena tarian dan nyanyian yang berisi pantun
dalam Lali Namang menjadi suatu hiburan tersendiri di kalangan
masyarakat Kedang.
b. Fungsi Sosial
Jika dilihat dari bentuk formasi tariannya, fungsi pelaksanaan
kesenian Lali Namang adalah sebagai sarana pemersatu, dalam hal ini,
diadakan untuk kepentingan dunia percintaan anak muda, di mana dalam
kesenian ini pemuda dan pemudi bertemu dalam satu lingkaran. Dilihat
dari terjemahan pantunnya, kesenian ini menjadi tempat untuk para kaum
muda dapat saling mengungkapkan isi hati, sebagai tempat mencari jodoh

bagi yang belum memiliki pasangan atau sekedar saling berkelakar satu
sama lain melalui pantun-pantun yang mereka nyanyikan.
c. Fungsi Edukasi
Kaum tua juga turut hadir dalam satu lingkaran dengan anak-anak
muda. kehadiran orang tua dalam satu lingkaran dengan anak-anak muda
sebagai penjaga dan untuk tetap mengayomi mereka. Kaum tua ikut
ambil bagian memberikan pantun-pantun nasehat mengenai pergaulan,
yang umumnya menyerukan supaya anak muda tetap menjaga martabat
dalam menjalin hubungan percintaan.

3. Makna yang Terkandung dalam kesenian Lali Namang


a. Makna dalam Pola Gerak
Formasi tari berbentuk sebuah lingkaran penuh, memiliki makna
satu kesatuan yang utuh. Secara luas, merujuk pada kesatuan yang
utuh dalam masyarakat Kedang. Sementara dalam konteks
pergaulan antara pemuda dan pemudi, formasi lingkaran ini
memiliki makna kesatuan yang utuh dalam menjalani suatu

hubungan percintaan, dan keutuhan ini tetap dijaga ketika sudah


hidup bersama sebagai pasangan yang sah secara adat maupun

agama.
Lengan saling berkait dan berpegangan tangan, memiliki makna
bahwa persatuan dalam masyarakat Kedang tidak hanya utuh, tetapi
juga terjalin dengan sangat kuat. Kualitas dalam kehidupan
masyarakat ini juga dibawa ke dalam cakupan yang lebih kecil, lebih
khusus, yaitu hubungan antara pria dan wanita sebagai pasangan

kekasih atau sebagai suami dan istri dalam keluarga.


Gerakan kaki yang serentak, memiliki makna kebersamaan, serta
kesamaan hak dan kewajiban yang dimiliki setiap anggota masyarakat
Kedang. Kebersamaan dan kesamaan hak dan kewajiban ini juga
dipelihara dalam konteks hubungan antara pasangan kekasih atau

suami dan istri.


Gerakan kaki kiri ke depan, kemudian disentak 1 kali ke tanah, selain
sebagai pemberi semangat, juga merupakan tiruan dari kegiatan
bertani. Dijelaskan sebelumnya bahwa Ribi diketukkan ke tanah
seperti sedang menggali lubang untuk ditanami benih, jadi sentakan
kaki kiri adalah tiruan gerakan menutup lubang yang baru saja
ditanami benih dengan tanah.
Tanah diidentikkan dengan seorang perempuan, dalam hal ini seorang
ibu, dan melambangkan kesuburan. Dalam konteks ini, sentakan kaki
ke tanah adalah suatu bentuk doa untuk muda-mudi yang hendak

berkeluarga supaya dikaruniai keturunan oleh Yang Maha Kuasa


(Tuang Alla). Gerakan ini menyimbolkan kesuburan dalam

kehidupan suami istri.


Gerakan membungkukkan

badan,

memiliki

makna

saling

menghormati dalam masyarakat Kedang. Demikian juga dalam


hubungan percintaan muda-mudi dan suami istri, sikap saling
menghormati tetap dipelihara. Tidak ada yang lebih dari siapapun,

keduanya hidup bersama dalam kesetaraan.


Gerakan berputar ke kanan. Dalam lingkup universal, arah atau posisi
kanan dianggap sebagai arah atau posisi yang baik. Demikian juga
dengan Masyarakat Kedang. Gerakan berputar ke kanan adalah doa
yang meminta segala hal baik dikaruniakan untuk muda-mudi yang
sedang menjalin hubungan dan juga untuk mereka yang sudah

berkeluarga.
b. Makna Alat Pengiring (Ribi)
Telah diketahui bahwa Ribi adalah sarana penunjang kegiatan
bertani. Ribi artinya pucuk bambu muda yang ditancapkan di dekat
tanaman menjalar yang berfungsi sebagai penopang.
Ribi yang digunakan sebagai alat pengiring Lali Namang memiliki
makna simbolis yakni seruan kepada muda-mudi untuk rajin bekerja
(berladang) ketika sudah berkeluarga untuk menopang hidup

keluarganya.
Ribi diketuk ke tanah seperti sedang menggali lubang untuk ditanami
benih, memiliki makna hubungan antara suami dan istri. Kalau tanah

10

diidentikkan dengan perempuan atau ibu, maka Ribi diidentikkan


dengan sosok pria atau ayah.

c. Makna dalam Syair Pantun


1). Refrain:
Syair
Bung

Ribi

Terjemahan
(Menancapkan

Liko

Ribi;berteduh

muko kuma

di

Penjelasan Makna
Bung = menancapkan
Liko = rimbun
Muko = Pisang
Kalimat ini memiliki

makna

rimbunnya
kegiatan bertani dan berladang

pohon pisang)
untuk menghidupi keluarga. Bisa
juga bermakna hubungan suami
istri. Kata rimbun (liko) di sini
mengarah pada permohonan untuk
mendapatkan

keturunan

yang

banyak. Sementara itu, Tanaman


pisang

(muko)

melambangkan

11

seorang

laki-laki.

Masyarakat

Kedang

adalah

masyarakat

patriarchal

sehingga

sebuah

keluarga selalu mengharapkan anak


laki-laki sebagai penerus nama
leluhur sang ayah.
Syair
Kuma O Kuma
keu ewar

Terjemahan
Penjelasan Makna
(Pisang yang Kuma = sejenis pisang
Keu = naik / tumbuh
kutanam,
Ewar = cepat
Kalimat ini adalah sebuah doa
cepatlah besar)
untuk anak laki-laki supaya

Kapa napa aya

(Labu

telar kapa napa

menjalar, luas Kapa = menjalar (ke samping)

aya

terbentang

Napa = tikar

seperti tikar)

Tanaman labu (telar) adalah

cepat dewasa.
Telar = tanaman labu

simbol

yang

merujuk

pada

seorang

perempuan.

menjalar

(kapa)

merupakan

kiasan

yang

bermakna

memberikan
Diharapkan

Kata

keturunan.
sang

perempuan

12

akan menjadi perempuan yang


subur,

menjadi

ibu

yang

memberi keturunan (menjalar


seluas tikar yang membentang).
Timu = mentimun

Tau aur lolo timu

(mentimun

tau aur lolo

menjalarlah di Tau = menjalar (ke atas)


atas

bambu Aur = bambu muda (Ribi)

muda)

Makna kalimat ini tidak berbeda


dengan

kalimat

sebelumnya

yaitu doa untuk keturunan yang


banyak, dikiaskan dengan kata
menjalar (tau). Tetapi doa ini
diperuntukkan

bagi

(ayah)

yang

dengan

tanaman

laki-laki

dilambangkan
mentimun

(timu) dan batang bambu muda


(Ribi).

2). Bait
Syair

Terjemahan

Penjelasan Makna

13

Ebe namo ebe

(Si

peting

mengikat kambing)

witing

jejaka

sedang Bait Ini merupakan


pantun lama sehingga
menggambarkan

odel
Are namo are

(Si gadis dilirik karena

hoke roda mato

cantik mempesona)

(Refr)

aktifitas

pria

kebanyakan

pada

masa

yaitu

lalu

mengurus
ternak.

hewan
Di

dalam

aktifitas tersebut pria


dan wanita bertemu

Ebe namo ebe

dan saling jatuh cinta.


(Si jejaka menyanggul Bait ini menceritakan

bule

rambutnya)

ote leu

bagaimana
dan

lolon
Are namo are

(Si gadis memakai kain

apu wela haur

sarung

lemen (Refr)

parang)

berhiaskan

laki-laki
perempuan

berhias diri sebelum


bertemu

dengan

kekasihnya.
baris
dikatakan

Pada
pertama
si

pria

menyanggul
rambutnya

karena

pada masa lalu kaum

14

pria

Etnis

tidak
rambutnya

Kedang

memangkas
tetapi

dibiarkan panjang.
4. Nilai yang Terkandung dalam Kesenian Lali Namang
a. Nilai estetika, terlihat jelas dari keseluruhan penyajian kesenian Lali
Namang, yang menggabunggkan seni musik, tari dan sastra.
b. Nilai solidaritas social, nampak dalam gerakan kaki yang serentak. Hal ini
menggambarkan rasa solidaritas, seiring sejalan, hidup saling menolong
satu dengan yang lain baik dalam hidup berkeluarga maupun
bermasyarakat
c. Nilai tata krama nampak dalam gerakan badan yang sedikit membungkuk
ketika kaki kiri desentakkan. Membungkukkan badan merupakan simbol
rasa hormat kepada sesama dalam hal ini antara pasangan kekasih dan
antara para peserta menari. Nilai tata krama juga nampak jelas dalam cara
menyanyikan pantun secara berbalas-balasan, di mana antara kaum pria
dan wanita, kaum tua dan muda, saling mendengarkan dan hanya
bernyanyi pada saat gilirannya. Nilai ini sangat penting dipelihara dalam
hubungan pergaulan kaum muda dan dalam membangun sebuah keluarga.
d. Nilai religious muncul dalam syair refrain-nya yang merupakan suatu
bentuk doa dalam bahasa kiasan. Ada juga gerakan yang menjadi suatu
simbol doa yaitu gerakan bergeser ke kanan. Di sini gerakan ke arah kanan
dianggap sebagai pergerakan ke arah atau posisi yang baik. Semua bentuk

15

doa ini merupakan gambaran sisi religiusitas dalam masyarakat Kedang


yang selalu membutuhkan tuntunan dan pertolongan Yang Maha Kuasa
(Tuang Alla) dalam menjalani kehidupannya, termasuk dalam menjajaki
hubungan percintaan dan dalam membangun keluarga.
F. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesenian Lali Namang yang berasal dari Kabupaten Lembata,
khususnya Etnis Kedang merupakan bentuk kesenian yang menarik karena
menggabungkan unsur seni tari, seni musik dan sastra. Semua unsur yang
hadir dalam penyajian kesenian ini hadir secara bersama-sama dan saling
menguatkan atau saling mempertegas makna dan pesan yang sedang
disampaikan. Contohnya gerakan Ribi sebagai tiruan gerakan menggali
lubang untuk ditanami benih yang sekaligus menghasilkan suara musik
pengiring tarian, maknanya dipertegas dengan sentakan kaki sebagai
simbol menutup tanah yang baru saja ditanami benih. Hanya dengan
kehadiran kedua unsur ini secara bersama-sama, barulah maknanya
menjadi jelas, yaitu kesuburan dalam hubungan suami dan istri. Jika salah
satu dari kedua unsur ini hilang, maka maknanya tidak akan tersampaikan
dengan baik. Keseimbangan (balance) antara unsur-unsur inilah yang
akhirnya melahirkan suatu karya seni yang utuh (value of unity).
Keseimbangan (balance) dari unsur-unsur seni yang dilaksanakan,
menjadi suatu gambaran juga tentang keseimbangan dari pribadi yang
memiliki atau menyajikan karya seni itu. Keseimbangan dalam hal ini
16

berhubungan dengan cara orang itu berinteraksi dengan alam, sesama dan
Tuhan. Untuk seni Lali Namang sendiri, ketiga bentuk interaksi ini
terlihat jelas dalam formasi tarian yang berbentuk lingkaran dan
bergandengan tangan. Interaksi dengan alam sekitar nampak dalam syairsyair pantunnya yang menggunakan tanaman-tanaman yang biasa
dibudidayakan di daerah Kedang, untuk menggambarkan sosok manusia
perempuan dan laki-laki. Bahkan salah satu alat penunjang kegiatan
bertani juga dimodifikasi menjadi alat pengiringnya (Ribi). Kesenian ini
juga menjadi salah satu sarana masyarakat Kedang untuk berinteraksi
dengan Sang Pencipta. Hal ini dapat dilihat pada teks pantunnya yang
sebenarnya adalah doa dengan bahasa kiasan dan juga dengan gerakangerakan dalam tarian, misalnya gerakan lingkaran yang mengarah ke
kanan sebagai simbol permohonan akan hal-hal baik.
Kualitas atau nilai dari kesenian yang dimliki sekaligus menjadi nilainilai yang dipegang dalam kehidupan masyarakat Kedang. Hal ini pula
yang akhirnya menjadi identitas budaya local sebagai akar dari
kebudayaan yang dimiliki Bangsa Indonesia.
2. Saran
Seni Lali Namang merupakan seni yang unik serta sarat makna dan nilai
positif. Sayangnya, Nilai-nilai positif yang terkandung dalam seni ini
mungkin telah banyak dilupakan generasi muda di era modern ini dan
kesenian ini juga hampir mengalami kepunahan kerena sudah tidak terlalu

17

diminati lagi oleh kaum muda. Saran penulis adalah supaya kesenian
daerah, khususnya Lali Namang dari Etnis Kedang, dipelajari, dihidupkan
kembali, dikembangkan dan dilestarikan oleh generasi muda, sebagai
identitas Daerah Kedang.

1. Nama
Usia
Pekerjaan
2. Nama
Usia
Pekerjaan
3. Nama
Usia
Pekerjaan

DATA NARASUMBER
: Yohanes lalang
: 52 tahun
: Wiraswasta
: Bibiana Boleng
: 46 tahun
: Ibu rumah tangga
: Bendelina Hanas
: 83 tahun
: Petani

18

DAFTAR PUSTAKA
Hana Panggabean dkk. Kearifan Lokal Keunggulan Global. Elex Media Komputindo.
Jakarta. 2014
DAFTAR ARTIKEL ONLINE
http://www.kajianteori.com/DefinisiMusikTradisional
http://muhardianto017.blogspot.com/2012/12/pengertian-dan-definisi-senibudaya.html
http://carapedia.com/definisi-seni-budaya

19

Anda mungkin juga menyukai