Nama:
Nanda Nurul Harfia
Norita Raja Gukguk
Nur Rohmah Putri R
Rahma Sari
Rojiatusyarifah
Siti Jaimunah
Siti Jamila
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
beserta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul AntiMuskarinik. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakologi.
Tidak lupa kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan dan pembuatan makalah ini. Semoga segala bantuan
yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun
sistematika. Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih apabila ada kritik dan saran untuk
perbaikan dan kesalahan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dalam
upaya peningkatan wawasan wacana kesehatan. Akhir kata, semoga Allah selalu
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.... i
Daftar Isi
.... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.... 1
B. Rumusan Masalah
.... 1
C. Tujuan
.... 1
D. Manfaat
.... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi
.... 3
B. Penggolongan Obat
.... 5
.... 5
.... 5
.... 6
.... 8
.... 9
B. Saran
.... 9
Daftar Pustaka
.... iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Senyawa yang tidak mempunyai aktivitas intrinsik tetapi menghambat secara kompetitif
efek suatu agonis di tempat ikatan agonis disebut antagonis.
Antagonis kolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat antikolinergik)
mengikat kolinoseptor tetapi tidak memicu efek intraseluler diperantarai reseptor seperti
lazimnya. Yang paling bermanfaat dari obat golongan ini adalah menyekat sinaps
muskarinik pada saraf parasimpatis selektif. Oleh karena itu, efek persarafi parasimpatis
menjadi terganggu dan kerja pacu simpatis muncul tanpa imbangan.
Kelompok kedua obat ini, penyekat ganglionik, nampaknya lebih menyekat reseptor
nikotinik pada ganglia simpatis dan parasimpatis. Keluarga ketiga senyawa ini, obat
penyekat neuromuskular, mengganggu transmisi impuls eferen yang transmisi impuls
eferen yang menuju otot rangka. Adapun obat yang akan dibahas pada makalah ini adalah
obat antimuskarinik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut
1. Bagaimana Anatomi Fisiologi sistem Saraf? menuju otot rangka. Adapun obat yang
akan dibahas adalah obat antimuskarinik.
2. Bagaimana Mekanisme Kerja Obat Antimuskarinik?
3. Apa Penggolongan Kerja Obat Antimuskarinik?
4. Bagaimana Efek kerja Obat Antimuskarinik?
5. Bagaimana Dosis dan Rute Pemberian Antimuskarinik?
6. Apa Efek Samping Antimuskarinik?
7. Bagaimana Indikasi dan Kontra Indikasi Antimuskarinik?
C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, adapun tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah ini yakni dapat memberikan informasi mengenai
antikolinergik yang terdapat pada obat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi
Sistem saraf adalah suatu struktur yang terdiri dari komponen-komponen sel saraf
(neuro). Sistem saraf bersama-sama dengan sistem hormon berfungsi untuk memelihara
fungsi tubuh.
Sistem saraf terdiri dari dua kelompok, yaitu:
1. Sistem Saraf Pusat (SSP)
Sistem Saraf Pusat (SSP) terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
2. Sistem Saraf Tepi (SST)
Sistem Saraf Tepi (SST) merupakan kumpulan saraf yang merupakan lanjutan dari otak
dan spinal cord. Sel-sel saraf ini membawa implus dari dan ke saraf pusat.
Sistem Saraf tepi (SST) terdiri dari:
a. Saraf Motorik: Puncak peranan dari sistem saraf adalah pengendalian berbagai
aktifitas tubuh. Kemampuan ini dapat dicapai melalui pengendalian:
1) Kontraksi otot rangka seluruh tubuh,
2) Kontraksi otot polos viseral,
3) Sekresi kelenjar eksokrin dan endokrin.
Seluruh aktivitas pengendalian ini disebut fungsi dari sistem saraf motorik,
sedangkan otot dan kelenjar disebut efektor karena ia melakukan fungsi yang
ditetapkan oleh isyarat saraf.
3
b. Saraf Otonom
Tidak semua sistem kerja saraf terjadi secara sadar. Seperti saraf-saraf yang
mengontrol detak jantung, pupil mata, otot polos, dan lain sebagainya. Sistem saraf
otonom terdiri menjadi dua macam, yaitu:
1) Sistem Saraf Simpatik
Sistem saraf simpatik disebut adrenergik. Adrenergik adalah zat yang dapat
menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan simpatis dan
melepaskan noradrenalin di ujung-ujung sarafnya.
2) Sistem Saraf Parasimpatik
Sistem saraf parasimpatik disebut dengan kolinergik karena di aktivasi oleh
asetilkolin yang dihasilkan oleh postganglion. Saraf parasimpatik biasanya
cenderung bertindak berlawanan terhadap saraf simpatik, seperti memperlambat
detak jantung dan melebarkan pembuluh darah.
Saraf parasimpatik terdiri dari:
a) Kolinergik: Kolinergik adalah zat yang dapat menimbulkan efek yang sama
dengan stimulasi susunan saraf parasimpatik karena melepas asetikolin.
Efeknya menyerupai keadaan istirahat dan tidur.
b) Antikolinergik: Antikolinergik melawan khasiat asetilkolin dengan jalan
menghambat trauma reseptor-reseptor muskarin yang terdapat di SSP dan
organ perifer. Zat-zat ini tidak bekerja terhadap reseptor nikotin, kecuali zat
ammonium kwatener yang berdaya ringan terhadapnya.
Pada saraf otonom, impuls disalurkan ke organ tujuan (efektor, organ ujung) secara
tidak langsung.
Saraf otonom dibeberapa tempat terkumpul di sel sel ganglion (kumpulan sel-sel
saraf diluar SSP), dimana terdapat sinaps (celah diantara 2 neuron).
Impuls dari SSP dalam sinaps diteruskan dari satu neuron ke neuron lain secara
kimiawi melalui neurotransmitter / neurohormon.
4
B. Penggolongan Obat
Obat obat otonom adalah obat obat yang dapat mempengaruhi penerusan impuls dalam
SSO dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan, dan penguraian
neurotransmiter atau mempengaruhi kerja neurotransmitter terhadap reseptor khusus.
Akibatnya adalah dipengaruhinya fungsi organ (otot polos, jantung, dan kelenjar).
Obat parasimpatikolitika adalah obat yang menghambat efek kolinergik yang muscarik,
tidak efek nikotinik karena itu juga disebut antimuskarinik/ antagonis kolinergik/
antispasmodik.
Macam obat antimuskarinik :
1. Alkaloid beladona (atropin, skopalamin, dan homatropin)
2. Zat amonium kuarterner (propantein, ipratropium dan tiotropium)
3. Zat amin tersier (pirenzepin, flavoxat, oksibutinin, tolterodin, dan tropicamida)
Golongan
Indikasi
Atropine
Untuk keracunan
antikolinesterase digunakan
dosis 2 mg/kali
Beladona
Skopolamin
Untuk skopolamin
adalah 2,5 mg
Homatropin metilbromida
sebagai obat antispasmodik
(dosis oral 2,5-5 mg)
Propantein
Zat
Ammonium
Kuartener
Oral 3 dd 15 mg (HBr)
bronkhitis
Zat
Ammonium
Kuartener
Tiotropium
1x sehari (inhalasi)
Flavoxat
hari
Pada urge-inkontinensi 3 dd
kandung kemih
Zat Amin
Tersier
perlu 3-4 dd 5 mg
kemih
Untuk midriasis 1-2 tetes
Tropicamida
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat antikolinergik adalah obat yang mempengaruhi fungsi persarafan. Di dalam tubuh
manusia terdiri dari beribu-ribu sel saraf. Sel saraf satu dengan yang lainnya berkomunikasi
melalui zat yang disebut sebagai neurotransmitter.
Asetikolin bekerja pada saraf yang memiliki efek relaksasi tubuh dan melemaskan otot.
Obat antikolinergik bekerja menghambat asetikolin tersebut sehingga akan menurunkan
fungsi saraf paasimpatis.
Penggunaan obat ini untuk merangsang susunan saraf pusat (merangsang nafas, pusat
vasomotor dan sabagainya, antiparkinson), mata (midriasis dan sikloplegia), saluran nafas
(mengurangi sekret hidung, mulut, faring dan bronkus), sistem kardiovaskular
(meningkatkan frekuensi detak jantung, tidak mempengaruhi tekanan darah), saluran cerna
(menghambat peristaltik usus / antispasmodik, menghambat sekresi liur dan menghambat
sekresi asam lambung).
Contoh obat antikolinergik adala atropine, benzatropin, iratopium, demenhidramin,
diphenhirdamin, oksibutin, dan lain-lain.
B. Saran
Obat golongan antimuskarinik ini bekerja menyekat reseptor muskarinik yang
menyebabkan hambatan semua fungsi muskarinik. Bertentangan dengan obat agonis
kolinergik yang kegunaan terapeutiknya terbatas, maka obat penyekat kolinergik ini sangat
menguntungkan dalam sejumlah besar situasi klinis namun penggunaannya juga harus tepat
dan sesuai dosis sehingga fungsi dari obat golongan ini dapat optimal serta efek samping
yang ditimbulkan pun dapat ditekan seminimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses
Diakses
pada
pada
iii