BAB IV
KONDISI EKSISTING INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)
PT.INDAH KIAT PULP & PAPER
PERAWANG MILLS
4.1 Umum
PT.IKPP sebagai perusahaan yang bergerak dibidang pulp & paper telah
menggunakan
teknologi
tinggi
dalam
pengolahan
maupun
proses
kuantitas
air
buangan
dari
bleaching
C/D
sangat
kebocoran
pompa
transfer
BL
dan
WL
yang
terkontrol. Demikian pula jika ada kerusakan pada peralatan lain, yang
menyebabkan pulp tumpah. Hal ini akan mempengaruhi kualitas air buangan
(TSS tinggi). Dalam keadaan normal, kualitas air buangan masih memenuhi
standar effluent (TSS 575 ppm) dan nilai pH 4-5.
4.2.3 Paper Mill
Dari proses paper mill ini, air buangan yang dihasilkan berasal dari air
pendingin dan filtrat dari bagian wire part dan press part. Unsur-unsur yang
mempengaruhi kualitas air buangan adalah kotoran yang berupa batu-batuan
dan lain-lain yang dipisahkan di High Density Claner (HDC), ini dapat
meningkatkan nilai TSS. Penambahan bahan-bahan kimia yang berlebihan
untuk meningkatkan sizing juga akan meningkatkan nilai TSS dan COD,
misalnya penambahan resin. Karena pada bagian wire part dan press part
sebagian bahan kimia tersebut akan lolos bersama air. Demikian pula pada
proses coating.
4.2.4 Recovery Boiler
Dalam kondisi normal, kualitas air buangan dipengaruhi foul condensate
yang dibuang keparit waste water. Foul condensate tersebut mengakibatkan
pH dan COD tinggi. Clean condensate yang terkontaminasi dibuang keparit
waste water, juga akan mengakibatkan pH dan kadar COD menjadi tinggi.
Pada start-up evaporator
buangan. Hal ini terjadi apabila kondisi operasi belum optimal, misalnya
temperatur belum tercapai, vapour belum terbentuk. Vacuum yang telah
berlangsung ini akan mengakibatkan weak black liquor (WBL) terhisap oleh
vacuum dan akan melimpah ke parit pembuangan. Kerusakan peralatan atau
instrument seperti kebocoran valve, pompa dan lain sebagainya akan
meningkatkan nilai pH dan kadar COD. Kapasitas condensate (foul
condensate + clean condensate) sebanyak 200 ton/jam.
Aflyn, Queen, Uwa
59
Teknik Lingkungan
4.2.5 Recausticizing
Air buangan bersal dari air pendingin (sealing water dan coolong water),
tetapi karena dipengaruhi oleh bahan-bahan kimia yang tumpah, maka air
buangannya menjadi basa. Sumber yang menyebabkan air buangan bersifat
basa biasanya dari:
a. Pencucian clarifier, dreg terbawa oleh air pencuci masuk ke parit
buangan sehingga pH dan COD tinggi;
b. Kebocoran-kebocoran pada valve, pompa dan lain-lain
c. Debu kapur yang berserakan dilantai disiram dengan air ke parit
waste water,
d. Membersihkan endapan dregs di parit
Semua ini membuat kondisi air buangan mejadi basa dan pH serta COD
menjadi tinggi. Pada waktu-waktu tertentu, air buangannya menjadi asam,
karena ada pencucian filter dengan HCL. Sebelum air buangan dialirkan ke
parit waste water, maka air buangan tersebut terlebih dahulu diendapkan ke
bak sedimentasi. Apabila total alkali > 1
Chemical Making
Water Supply
Air baku yang digunakan untuk kegiatan industri pulp & kertas bersumber
dari sungai Siak yang diambil pada posisi sekitar 1 km dari pembuangan
IPAL, dengan pemakaian pada saat ini sekitar 349.547 m3/hari, unit
pengolahan air baku terdiri dari WT 2, WT 8, WT 9 dan WT 10. Proses
pengolahan air baku tertera pada gambar 3.2. untuk mendapatkan air bersih,
maka dilakukan pengoalahan air baku. Setelah dilakukan penyaringan, air
sungai dipompakan ke suatu bak. Pemberian tawas adalah untuk
pembentukan flok-flok dari partikel yang berada pada air tersebut.
: 80.000 m3/hari
2. Sumber limbah
3. Kualitas Influent
1) Kualitas Effluent
Aflyn, Queen, Uwa
64
Teknik Lingkungan
Satuan
ppm
C
ppm
Satuan
ppm
C
ppm
masuk ke IPAL, pertama kali limbah dilewatkan pada bar screen untuk
memisahkan sampah yang berukuran besar. Setelah melewati bar screen,
limbah mengalir masuk kekolam equalisasi limbah cair dipompakan ke
disversion tank, dan selanjutnya masuk ke kolam pengendapan alam
(primary clarifier). Overflow dari primary clarifier ini dialirkan ke buffer
tank untuk menetralkan pH. Setelah itu, dipompakan ke cooling tower untuk
menurunkan temperaturnya sehingga sesuai dengan temperatur optimum
yang dibutuhkan mikroorganisme untuk mendegradasi limbah.
Selanjutnya dari cooling tower, air limbah masuk ke kolam aerasi, kolam
yang dilengkapi oleh mixer dan aerator. Pada kolam aerasi ini terjadi proses
penguraian polutan oleh mikroorganisme. Oleh karena itu dikolam aerasi ini
juga terjadi penambahan urea dan phosphate, sebagai nutrisi dari
mikroorganisme.
Air limbah yang sudah diolah di aerated lagoon ini kemudian dialirkan ke
secondary clarifier, untuk mengendapkan padatan yang dihasilkan akibat
penguraian polutan oleh mikroorganisme. Over flow dari secondary clarifier
kemudian dipompa ke secondary effluent pit yang kemudian akan dialirkan
ke sungai Siak. Selain itu lumpur yang terbentuk akibat pengendapan dari
primary, secondary, tertiary clarifier di pompakan ke sludge thickener,
kemudian diperas di belt press. Cake yang terbentuk dikirim ke landfill dan
sebagai dijadikan kompos.
4.5.1.1 Primary Treatment
Awalnya limbah cair yang akan diolah harus melewati tahap bar screen
untuk memisahkan padatan yang berukuran besar, sedangkan untuk padatan
tersuspensi yang ada dalam limbah cair dipisahkan dengan cara sedimentasi.
Primary treatment EN 2M terdiri dari bar screen, equalization tank,
diversion tank, primary clarifier, buffer dan distribution tank, cooling tower
dan scum pit.
Aflyn, Queen, Uwa
66
Teknik Lingkungan
A. Bar Screen
Penyaringan biasanya dilakukan sebelum perlakuan yang lain terhadap
air limbah, tujuan panyaringan adalah untuk memisahkan padatan atau
serpihan yang berukuran besar seperti serpihan kayu, plastik-plastik,
kertas, dan lain-lain yang bisa menggangu pada peralatan-peralatan. Bar
screen yang dipasang terdiri dari:
1. Satu unit mechanical bar screen
2. Dua unit bar screen
Penggunaan 3 bar screen tersebut agar dapat dibersihkan secara
bergantian, namun untuk mechanical bar screen dapat bekerja secara
otomatis. Manual bar screen akan bekerja secara otomatis apabila level
air lebih tinggi dari 1,25 meter. Sewaktu dibersihkan maka pintu air yang
berada di depan dan dibelakang bar screen ditutup.
B. Equalization Tank
Equalization tank berfungsi untuk menyamaratakan debit dan kualitas
limbah cair yang akan diolah, hal ini akan mencegah adanya aliran air
tiba-tiba masuk ke primary clarifier (kolam pengendapan awal).
Equalization tank mempunyai:
1. Dimensi
: 40 m 15 m 4 m
2. Volume efektif
: 2100 m3
3. Struktur
: Cor Beton
4. Jumlah
: 1 bak
C. Diversion Tank
Diversion Tank berfungsi untuk membagi rata aliran limbah cair yang
masuk kedalam 2 kolam pengendapan awal (primary clarifier IA, dan IB).
Diversion tank memiliki ukuran sebagai berikut :
1. Dimensi : 7 m 5 m 4 m
2. Struktur : Cor beton
3. Jumlah : 1 bak
Dilengkapi tank mempunyai 2 pipa saluran keluar menuju primary
clarifier. Pipa ini dilengkapi dengan butterfly valve yang berfungsi untuk
membagi aliran. Jika salah satu clarifier diperbaiki, maka valve yang
menuju ke clarifier yang diperbaiki tersebut ditutup.
Dimensi
: 42 m D x 4 m H
2.
Struktur
: cor beton
3.
Jumlah
: 2 kolam
4.
5.
Tipe scrapper
E. Buffer Tank
Buffer tank berfungsi sebagai tempat pengatur pH, sehingga diperoleh
pH optimum pada pengoperasian di kolam aerasi. Buffer tank memiliki :
1. Dimensi
:6mx6mx4m
: 1 bak
Over flow dari kedua primary clarifier masuk ke buffer tank, disini diatur
pH waste water sekitar 6,5-7. Pengaturan pH dilakukan dengan
menambahkan larutan NaOH dan HCl, jika pH air baku kurang dari 6,5
maka ditambahkan NaOH, sedangkan jika pH lebih besar dari 7 maka
ditambahkan HCl.
F. Cooling Tower
Cooling Tower berfungsi untuk menurunkan temperatur air limbah
sehingga sesuai dengan kondisi operasi di kolam aerasi. Proses
pengolahan limbah secara otomatis di kolam aerasi memanfaatkan
aktivitas mikroorganisme, karena temperatur merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kehidupan mikroorganisme, maka temperatur
air limbah yang masuk ke kolam aerasi harus dipertahankan pada suhu
30-35oC. Cooling tower yang mempunyai tipe aliran counter flow (aliran
Aflyn, Queen, Uwa
71
Teknik Lingkungan
berlawanan arah) dimana aliran air limbah dari atas secara gravitasi
sedangkan udara dialirkan dari bawah dengan menggunakan kipas.
A. Aerated Lagoon
Aerated lagoon berfungsi untuk memelihara lumpur aktif untuk
menguraikan dan mengurangi kadar polutan ataun pencemar
dalam air buangan. Lumpur aktif ini mengandung mikroorganisme
yang telah diseleksi dan telah diuji untuk dapat mengolah limbah
secara spesifik.
Aflyn, Queen, Uwa
72
Teknik Lingkungan
Dimensi
: 160 m x 140 m x 4 m
2.
Volume aktif
: 78400 m3
3.
Struktur
: cor beton
4.
Jumlah
: 1 bak
5.
Aerator
6.
Mixer
7.
8.
9.
10.
11.
Q x BOD
26887,76 gr/kg
Dimana : Q = flow limbah cair ke cooling tower/shift
BOD = Biological Oxygent Demmand hasil
analisa limbah cair yang diolah
BOD = COD buffer tank/3
c. Perhitungan MLVSS, MLSS, Drain Sludge Aktif dan Umur
Sludge
1. Perhitungan MLVSS
F/M = BOD LOAD / Mikroorganisme
MLVSS = MLSS x 60%
Dimana : F/M
So
S1
= BOD effluent
V1
2. Perhitungan MLVSS
MLSS = MLVSS/n
Dimana : n = persentase zat organik yang menguap
Contoh perhitungan :
Aflyn, Queen, Uwa
76
Teknik Lingkungan
Jika : MLVSS
n
= 2000mg/lt
= 63%
Maka:
= 3174,6 mg/lt
3. Drain Sludge
Drain Sludge ini dibuang dari secondary clarifier ke
sludge thickener. Tujuannya adalah untuk mengatur
banyaknya lumpur aktif yang terdapat di kolam aerasi,
agar sesuai dengan F/M ratio yang diizinkan.
Drain Sludge (kg) = (A+B+C) (X+Y)
Dimana
= (B+C) X
Contoh perhitungan :
Jika :Flow debit per hari
= 51000m3
= 300mg/lt
= 10mg/lt
F/M ratio
= 0,18
= 43500m3
Waktu drain
= 24 jam
= 3175 mg/lt
= 8500mg/lt
= 8500 kg
= 130423,3 kg
Drain sludge (kg)
= 1904,6 m3
= 79,4 m3/jam
Dimana :
= volume lagoon
Qe
= flow effluent
= 43500m3
Qe
= 51000m3
TSSe = 80mg/lt
= 1904,6 m3/hari
Vd
= 6,8 hari
d. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri antara
lain:
1. Oksigen Terlarut
Untuk sebuah proses aerob maka kehidupan oksigen harus
kontinu, karena mikroorganisme bekerja secara spesifik,
sesuai dengan jenisnya. Tidak adanya O 2 untuk bakteri aerob
membuat bakteri tersebut mati. Namun besar oksigen
terlarutpun harus stabil dan tidak boleh besar sekitar 2-4mg/lt
untuk mendapatkan hasil pengolahan yang optimal.
Aflyn, Queen, Uwa
79
Teknik Lingkungan
2. Nutrient
Setiap makhluk hidup butuh makan, demikian juga dengan
mikroorganisme.
Untuk
dapat
mempertahankan
diri
harus
disesuaikan
dengan
karakteristik
optimum
untuk
pengolahan
limbah
bagi
racun
dapat
menghambat
pertumbuhan
B. Secondary Clarifier
Kolam pengendapan ini berfungsi untuk memisahkan zat padat
dan zat cair hasil pengolahan limbah cair untuk mendapatkan
limbah air yang memenuhi persyaratan dibuang kesungai. Prinsp
pemisahan padatan disini berdasarkan gaya gravitasi. Secondary
clarifier memiliki :
a.
Dimensi
= 40 m D x 4 m H
b.
Volume aktif
= 4817 m3
c.
Struktur
= cor beton
d.
Jumlah
= 3 unit
e.
Type scrapper
= jembatan berputar/berotasi
f.
C. Scump Pit
Scum pit berfungsi untuk menampung scum (padatan yang
terapung) sebelum dipompakan ke sludge tank. Scum pit
memiliki :
a. Dimensi
=2mx2mx4m
b. Struktur
= cor beton
c. Jumlah
= 1 bak
d. Pompa
a. Dimensi
=8mx8mx3m
b. Struktur
= cor beton
c. Jumlah
= 1 bak
limbah
secara
biologis.
Tahap-tahap
proses
pengolahan:
a. Pemekatan lumpur
b. Dewatering
c. Pembuangan
F. Sludge Thickener
Sludge thickener berfungsi untuk meningkatkan konsistensi sludge
setinggi mungkin. Sludge thickener memiliki :
a. Dimensi
= diameter 26 m x kedalaman 5 m
b. Struktur
= cor beton
c. Jumlah
= 2 kolam
storange
tank
bisa
secara
manual
dan
otomatis.
=6mx6mx4m
b. Struktur
= cor beton
c. Jumlah
= 1 bak
d. Pompa
H. Dewatering Machine
Dewatering machine berfungsi untuk memeras atau melepaskan air
yang terkandung dalam lumpur. Dewatering machine memiliki :
1. Belt press
Type
Kapasitas
Model
: CHI SUN
Jumlah
: 4 unit
Kapasitas
: 12m3/jam, head 60 m
Jumlah
: 3 unit
Kapasitas
Jumlah
: 2 unit
Kapasitas
: 3 m3/jam, head 10 m
Jumlah
: 2 unit
: 4 unit
Pada saat level lumpur di sludge storage tank tinggi, maka secara
otomatis unit belt press akan beroperasi untuk membersihkan belt.
Setelah 5 menit maka sludge fedding pump start, dan dalam waktu
yang bersamaan peralatan berikut ini akan turut beroperasi, yaitu :
a. Pompa injeksi polimer
b. Pompa pengencer polimer
Pada saat sludge feeding pump berhenti, maka peralatan diatas juga
ikut berhenti. Sludge cake hasil perasan belt press dikirim dengan
conveyer ketempat penampung, sedangkan air perasannya dialirkan
ke bak equalisasi.
Fasilitas pembuatan polimer otomatis bisa beroperasi apabila tekanan
air bersih yang masuk di atas 30 psig. Masukkan polimer secukupnya
ke unit hooper maka pembuatan larutan polimer akan berlangsung
secara otomatis. Kebutuhan pemakaian polimer tergantung pada
keadaan lumpur yang akan di press. Selanjutnya cake
yang
4.5.2
: 110.000 m3/hr
: Proses paper and tissue mill, pulp
&
paper mill 1200
3. Kualitas influent
Besaran
56
6,6
775
1610,8
Satuan
C
mg/l
mg/l
1. Kualitas effluent
:
Tabel 4.4 Kualitas effluent WWT EN-10
Parameter
Temperatur
Ph
TSS
COD
BOD5
Besaran
34
7,3
80,1
301,2
89,8
Satuan
C
mg/l
mg/l
mg/l
A. Bar Screen
Bar screen yang dipasang terdiri dari tiga unit mechanical bar
screen. Penggunaan tiga bar screen tersebut agar dapat
dibersihkan secara bergantian, karena mechanical bar screen
dapat bekerja secara otomatis. Sewaktu dibersihkan maka pintu
air yang berada didepan dan dibelakang bar screen ditutup.
B. Equalization Tank
Equalization tank mempunyai:
1.
Dimensi
: 52 m x 23 m x 4 m
2.
Volume efektif
: 4186 m3
3.
Struktur
: Cor beton
4.
Jumlah
: 1 bak
Equalization tank ini dilengkapi dengan:
1.
2.
3.
Jumlah
: 1 bak
Pompa transfer
b)
c)
F. Cooling Tower
Cooling tower berfungsi untuk menurunkan temperatur hingga
30-35C agar air limbah sesuai dengan mikroorganisme.
G. Belt press
Type
Kapasitas
Model
: EMO
Jumlah
: 2 unit
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dimensi
: 42 m x 4 m
Struktur
: Cor beton
Jumlah
: 2 kolam
Volume efektif
: 4817 m3
Tipe scrapper
: jembatan berputar/berotasi
Pompa recycle
: pompa jenis sentrifugal 2 unit
i.
kapasitas 348 m3/jam, head 10 m, 1 unit
ii.
kapasitas 540 m3/jam, head 20 m, 1 unit
C. Scum Pit
Scum pit berfungsi untuk menampung scum (padatan yang terapung)
sebelum dipompakan ke sludge tank. Scum pit memiliki:
1.
Dimensi
: 2,1 m x 2,6 m x 4 m
2.
Struktur
: Cor beton
3.
Jumlah
: 1 bak
4.
Pompa
: submersible, kapasitas 6 m3/jam, head 9
D. Kolam Effluent
Kolam effluent berfungsi untuk menampung over flow dari clarifier.
Kolam effluent memiliki:
1.
Dimensi
: 8 m x 8 m x 2,4 m
2.
Struktur
: Cor beton
3.
Jumlah
: 1 bak
E. Sludge Treatment
Dari proses pengolahan limbah cair diatas akan menghasilkan sludge
dari proses clarifier primary dan secondary clarifier. Proses sludge
treatment pada EN-10 sama dengan WWT EN-2M
4.5.3 Waste Water Treatment (WWT) EN-8
Pada umumnya prinsip dan proses pengolahan pada EN-8 hampir sama
dengan proses dipengolahan EN-2M, hanya saja terdapat unit pengolahan
ketiga yaitu unit chemical treatment dengan proses kimia. Apabila kualitas
effluent yang dihasilkan dari secondary clarifier tidak memenuhi baku mutu
maka perlu dilakukan pengolahan pengolahan tahap ketiga (chemical
treatment) yaitu dengan membentuk flok-flok dengan menambahkan
aluminium sulfat dan polimer. Selanjutnya dialirkan ke tertiary clarifier
untuk diendapkan. Over flow dari clarifier inilah yang kemudian dibuang ke
badan air penerima.
Lumpur yang dihasilkan dari endapan pada unit primary clarifier, secondary
clarifier, dan tertiary clarifier dipompakan ke sludge thickener, kemudian
diperas di belt press. Cake yang terbentuk dikirim ke landfill dan sebagian
dijadikan kompos.
Unit pengolahan EN-8 dirancang untuk:
1.
2.
3.
Kapasitas
: 50.000 m3/hr
Sumber limbah : Proses Pulp Mill 8,9
Kualitas influent :
Besaran
62
5.5
477
1532,9
Satuan
C
mg/l
mg/l
1) Kualitas effluent
:
Tabel 4.6 Kualitas effluent WWT EN-8
Parameter
Temperatur
pH
Besaran
33
6,9
Satuan
C
TSS
COD
BOD5
41,9
287,8
71,9
mg/l
mg/l
mg/l
1.
2.
3.
Kapasitas
: 80.000 m3/hari
Sumber limbah : Proses pulp mill 8,9
Kualitas influent
Tabel 4.7 Kualitas influent WWT EN-9
Parameter
Besaran
Temperatur
58
pH
6,6
TSS
841
COD
1686,4
Sumber: EP PT. IKPP Mill Januari 2014
Satuan
C
mg/l
mg/l
1) Kualitas effluent
Tabel 4.8 Kualitas effluent WWT EN-9
Parameter
Besaran
Temperatur
33
pH
6,8
TSS
39,6
COD
287,3
BOD5
71,8
Sumber: EP PT. IKPP Mill Januari 2014
Satuan
C
mg/l
mg/l
mg/l
2.
3.
4.
mempunyai 7 sekat
Surface aerator yang digunakan 45 unit
Mixer yang digunakan dalam aerated lagoon berjumlah 25
5.
6.
7.
unit
Pada secondary clarifier terdapat 3 bak
Terdapat 2 bak flokulan
Pada tertiary clarifier terdapat 3 bak, sedangkan di EN-8
hanya 2 bak
4.6.1.1 Tata Cara Pengambilan Sampel Air Limbah dari Seksi Proses
1.
2.
3.
berikut:
a. Shift I : jam 03.00 09.00 WIB
b. Shift II : jam 11.00 17.00 WIB
c. Shift III: jam 17.00 01.00 WIB
Lokasi pengambilan sampel sesuai dengan ketentuan pada
Environmental Monitoring Plan, lokasinya adalah seperti
4.
terlampir
Untuk sampel dari seksi proses yang memiliki lokasi sampel
multi point, pengambilan sampel dilakukan pada sampling
point total dari buangan limbah seksi tersebut
5.
6.
7.
dilakukan pengecekan
Untuk unit proses yang tidak terdapat aliran buangan limbah
total, pengambilan sampel total dilakukan dengan mencampur
sampel yang diambil dari tiap titik sampling point yang ada
pada seksi proses tersebut, dengan perbandingan yang kirakira
ekuivalen
dengan
besarnya
flow
masing-masing
sampling point.
4.6.1.2 Tata Cara Pengontrolan Buangan Limbah dari Seksi Proses
1.
2.
3.
4.
limbah cair
Bila ditemukan kualitas air buangan dari unit proses melebihi
standar internal (diperkirakan / dari hasil perhitungan), segera
beritahukan kepada seksi yang bersangkutan agar secepatnya
ditanggulangi
dan
ditanyakan
apa
penyebabnya,
dan
6.
7.
8.
2.
3.
4.
waste water
Lakukan pengecekan konsentrasi sampel yang diambil
dengan item parameter test pH, temperatur, TSS, namun
5.
jam
dari rain water (dalam hal ini dapat diketahui dari bau, warna,
pH) lakukanlah pengambilan sampel pada sampling point
yang menyimpang, kemudian segera telusuri sumber yang
6.
7.
8.
9.
water
tersebut,
supaya
seksi
tersebut
segera
menanggulanginya
Kepala seksi yang bertanggungjawab atas penyimpangan rain
water dibuatkan Non Confortable Report dalam lembaran
10.