Anda di halaman 1dari 43

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

BAB IV
KONDISI EKSISTING INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)
PT.INDAH KIAT PULP & PAPER
PERAWANG MILLS
4.1 Umum
PT.IKPP sebagai perusahaan yang bergerak dibidang pulp & paper telah
menggunakan

teknologi

tinggi

dalam

pengolahan

maupun

proses

produksinya. Selain menghasilkan bahan yang diinginkan, pasti juga


menghasilkan bahan yang tidak diinginkan yaitu bahan buangan. Bahan
buangan tersebut terutama limbah cair dapat menjadi ancaman dan gangguan
terhadap kelestarian lingkungan maupun estetika. Oleh karena itu perlu
adanya pengolahan lahan buangan tersebut sebelum dibuang kelingkungan.
Pada proses produksi pulp & paper PT.IKPP dari bahan dasar kayu menjadi
lembaran pulp dan terakhir menjadi kertas, telah melewati suatu rangkaian
proses yang panjang dan berbeda-beda. Tiap proses menghasilkan produk
yang berbeda, demikian juga dengan kualitas dan kuantitas limbah cair
dengan tepat, maka kita wajib mengetahui karakteristik dan volume limbah
cair yang dihasilkan pada masing-masing proses.
4.2

Sumber-Sumber Limbah Cair


Secara garis besar sumber limbah cair yang diolah di PT.IKPP berasal dari 3
sumber, yaitu:
1. Pulp Mill
2. Paper & tissue mill
3. Pulp & paper mill
Dari ketiga sumber tersebut, limbah cair akan diolah di waste water
treatment (WWT) EN-8, EN-9,EN-2M, dan EN-10 sampai memenuhi
standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah, kemudian limbah
tersebut boleh dibuang ke lingkungan ( sungai siak).

Aflyn, Queen, Uwa


55
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

Pabrik kertas menghasilkan limbah yang karakteristiknya berbeda dengan


limbah dari pabrik pulp. Dimana kualitas limbah dari pabrik kertas relatif
lebih kecil bebannya, tetapi menghasilkan debit yang cukup besar. Untuk
lebih memahami limbah cair di PT.IKPP berikut adalah deskripsi masingmasing proses produksi yang menghasilkan limbah.
4.2.1 Pulp Making
Secara garis besar diproses pulp making terdiri dari proses pemasakan chip,
pencucian, penyaringan, dan bleaching. Dalam kondisi normal, limbah cair
yang dihasilkan dari pulp making berasal dari:
1. Blowing
Uap yang terkondensasi ditampung di tangki penampung. Uap
tersebut mengandung larutan pemasak yang ikut teruapkan beserta
lignin. Kondensatnya mempunyai pH yang tinggi dan dibuang
kesaluran aau parit waste water secara batch. Kapasitas
pembuangan 150 m3/jam.
2. C/D pemutihan (bleaching)
Air pencucian setelah bleaching tahap C/D mengandung CL2 dan
CLO2. pH air buangan 1,8-2. Kapasitas air buangan dari proses
bleaching tahap C/D adalah 410 m3/jam. Dari hasil analisa kualitas
dan

kuantitas

air

buangan

dari

bleaching

C/D

sangat

mempengaruhi kualitas total air buangan dari pulp making, terlebih


lagi saat pemakaian CL2 dan CLO2 melebihi standar, dengan
tujuan untuk meningkatkan standar brightness dari pulp yang
dihasilkan. Ini dapat mempengaruhi pH di primary inlet pada unit
pengolahan limbah menjadi rendah (<3,5)
3. E/O Bleaching
Air buangan (filtrate) dari bleaching tahap E/O memiliki kadar pH
dan COD yang cukup tinggi karena pada bleaching tahap E/O ini
Aflyn, Queen, Uwa
56
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

memakai NaOH untuk melarutkan lignin pada serat. Larutan lignin


dn NaOH dibuang keparit waste water bersama air pencuci. Dalam
kondisi normal pH buangan <10,5 dengan kapasitas buangan 240
m3/jam, karena NaOH terencerkan oleh air pencuci.
4. Hypoclorite bleaching
pH filtrate dari proses bleaching tahap hypoclorite sekitar 8-9
(normal)
5. Bleaching chlorine dixide
pH filtrat dari bleaching tahap chlorine dioxide ini berkisar 3-5. pH
tersebut masih dalam batas normal dari standar buangan yang
diizinkan (3,5-10,5). Total kapasitas buangan dari bleaching tahap
D1 dan D2 berkisar 100 m3/jam.
6. Alkali extraction
Dipergunakan NaOH sebanyak 4 kg/ADT. pH lebih kecil
10,5.dengan demikian pada kondisi normal air buangannya masih
dalam batas standar.
7. Washing liquor
Air cucian yang melimpah dari unit washer akan mengakibatkan
pH dan COD dari air limbah menjadi tinggi, karena mengandung
black liquor.
Dalam kondisi yang tidak normal bahan air buangan akan meningkatkan,
misalnya dari:
a. Digester tidak normal
Pemasakan tidak sempurna akan mengakibatkan kapasitas reject
berlebihan. Sehingga harus dibuang ke waste water, sehingga
meningkatkan total suspended solids (TSS). Selain dari pada itu
Aflyn, Queen, Uwa
57
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

pemasakan tidak sempurna juga dapat menaikkan pH dan COD


dari buangan apabila ada ketidaknormalan pada kondisi operasi
yang disebabkan oleh adanya sebagian larutan pemasak yang
tertumpah.
b. Filter washer tidak normal
Apabila Filter washer mengali penyumbatan, maka gangguan ini
dapat menyebabkan reject yang dihasilkan berlebihan.
c. Reject tank overflow
Karena adanya kerusakan pada instrument, sehingga proses tidak
terkontrol, maka mengakibatkan reject overflow dari reject tank.
d. Kerusakan pada peralatan
Disamping itu beban limbah juga dapat meningkat, diakibatkan
adanya kerusakan pada beberapa peralatan atau equipment.
Misalnya

kebocoran

pompa

transfer

BL

dan

WL

yang

mengakibatkan pH dan COD dari limbah cair menjadi tinggi.


Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas air buangan
tergantung pada kondisi aerasi. Dalam keadaan normal, pengaruh yang
sangat besar berasal dari filtrate bleaching tahap C/D yang menyebabkan pH
limbah cair menjadi rendah, terutama pada saat pemakaian CL2 dan CLO2
berlebih untuk meningkatkan brightness. Apabila pH dan COD tinngi
berasal dari kondensat blow tank, washer dan bleaching tahap E/O, maka hal
ini dikarenakan buangan limbah cair tersebut bersifat basa dan mengandung
lignin.
4.2.2 Pulp Machine
Air buangan dari pulp machine berasal dari white water yang berlebih, selain
dari white water, air buangannya berasal dari air pendingin seperti sealing
water, cooling water, yang selalu menjadi masalah dan mempengaruhi
kualitas air buangan adalah instrument atau peralatan yang tidak normal,
akan mengakibatkan reject overflow dari reject tank karena level tidak
Aflyn, Queen, Uwa
58
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

terkontrol. Demikian pula jika ada kerusakan pada peralatan lain, yang
menyebabkan pulp tumpah. Hal ini akan mempengaruhi kualitas air buangan
(TSS tinggi). Dalam keadaan normal, kualitas air buangan masih memenuhi
standar effluent (TSS 575 ppm) dan nilai pH 4-5.
4.2.3 Paper Mill
Dari proses paper mill ini, air buangan yang dihasilkan berasal dari air
pendingin dan filtrat dari bagian wire part dan press part. Unsur-unsur yang
mempengaruhi kualitas air buangan adalah kotoran yang berupa batu-batuan
dan lain-lain yang dipisahkan di High Density Claner (HDC), ini dapat
meningkatkan nilai TSS. Penambahan bahan-bahan kimia yang berlebihan
untuk meningkatkan sizing juga akan meningkatkan nilai TSS dan COD,
misalnya penambahan resin. Karena pada bagian wire part dan press part
sebagian bahan kimia tersebut akan lolos bersama air. Demikian pula pada
proses coating.
4.2.4 Recovery Boiler
Dalam kondisi normal, kualitas air buangan dipengaruhi foul condensate
yang dibuang keparit waste water. Foul condensate tersebut mengakibatkan
pH dan COD tinggi. Clean condensate yang terkontaminasi dibuang keparit
waste water, juga akan mengakibatkan pH dan kadar COD menjadi tinggi.
Pada start-up evaporator

biasanya dapat mempengaruhi kualitas air

buangan. Hal ini terjadi apabila kondisi operasi belum optimal, misalnya
temperatur belum tercapai, vapour belum terbentuk. Vacuum yang telah
berlangsung ini akan mengakibatkan weak black liquor (WBL) terhisap oleh
vacuum dan akan melimpah ke parit pembuangan. Kerusakan peralatan atau
instrument seperti kebocoran valve, pompa dan lain sebagainya akan
meningkatkan nilai pH dan kadar COD. Kapasitas condensate (foul
condensate + clean condensate) sebanyak 200 ton/jam.
Aflyn, Queen, Uwa
59
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

4.2.5 Recausticizing
Air buangan bersal dari air pendingin (sealing water dan coolong water),
tetapi karena dipengaruhi oleh bahan-bahan kimia yang tumpah, maka air
buangannya menjadi basa. Sumber yang menyebabkan air buangan bersifat
basa biasanya dari:
a. Pencucian clarifier, dreg terbawa oleh air pencuci masuk ke parit
buangan sehingga pH dan COD tinggi;
b. Kebocoran-kebocoran pada valve, pompa dan lain-lain
c. Debu kapur yang berserakan dilantai disiram dengan air ke parit
waste water,
d. Membersihkan endapan dregs di parit
Semua ini membuat kondisi air buangan mejadi basa dan pH serta COD
menjadi tinggi. Pada waktu-waktu tertentu, air buangannya menjadi asam,
karena ada pencucian filter dengan HCL. Sebelum air buangan dialirkan ke
parit waste water, maka air buangan tersebut terlebih dahulu diendapkan ke
bak sedimentasi. Apabila total alkali > 1

garam/liter. Maka air beserta

endapannya dikirim ke dregs filter. Alkali yang terkandung dimanfaatkan


kembali untuk proses white liquor.
4.2.6

Chemical Making

4.2.6.1 SO2 Plant


Dalam kondisi normal, air buangan dari SO2 plant berasal dari SO2
removal tower, yang menggunakan NaOH 10 % untuk menyerap sisa-sisa
gas SO2, SO3, N2 dan O2 untuk mengurangi polusi udara. Dibuang secara
sistem batch apabila konsntrasi NaOH sudah rendah. pH air buangan
tinggi karena adanya NaOH.
Air buangan dari unit proses umumnya hanya air pendingin pompa yang
kapasitas kecil. Tetapi bersifat asam karena adanya sisa-sisa sampel yang
dibuang ke parit, kebocoran-kebocoran valve dan lain-lain di buang
Aflyn, Queen, Uwa
60
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

bersama-sama air pendingin keparit waste water. Kapasitas tangki NaOH


10% lebih kurang 2 m3.
4.2.6.2 ClO2 Plant
Air buangannya pada umumya bersifat asam, yang berasal dari sisa-sisa
sampel dan kebocoran. Buangan ini sebelumnya dialirkan di parit terlebih
dahulu ditampung di pit tank untuk dinetralkan pHnya. Setelah nertral baru
buang ke parit waste water. Pada sat-saat tertentu NaOH dari hypotower
juga harus dibuang apabila terjadi over produk dan apabila kadar natrium
hypo dan tidak mencapai standar yang diinginkan, misalnya dalam proses
penyerapan CL2 kehabisan OH- dari NaOH sehingga Na Hypo yang terjadi
tidak seperti yang diharapkan, hypo ini harus dibuang ke parit. Jika dalam
keadaan normal kualitas air buangan masih memenuhi standar buangan,
karena air buangan yang dominan dari air pendingin.
4.2.6.3 Poly Aluminium Chloride (PAC)
AL (OH)3, HCL dan H2O dimasukkan kedalam reactor. Selanjutnya
produk yang sudah jadi blow melewati cooler kemudian ke pressure filter
guna pembersihan dari excess AL(OH)3 dan product masuk ke adjusting
tank untuk proses QC nya. Sebelum product diblow, terlebih dahulu
tekanan reactor dibuang dan gasnya masuk melalui condensor, primary
scrubber, secondary srubber dan selanjutnya di event. Product PAC kita
kirim ke seksi water treatment dan paper machine.
4.2.6.4 Chloro Alkali
Seksi Chloro Alkali mempunyai NaOH, Cl2 dan H2 dengan cara elektrolisa
garam industri (NaCL). Disamping itu juga memproduksi NaHypo dan
CaHypo sebagai hasil samping dari proses pengolahan gas buangan.
Sebelum NaCl dielektrolida, NaCl terlebih dahulu dilarutkan dan
dibersihkan dari zat-zat tersuspensi. Larutan ini disebut dengan Brine.
Aflyn, Queen, Uwa
61
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

Dalam kondisi normal limbah cair yang dihasilkan berupa;


1. H2SO4 75% yang dibuang dari menara pengeringan klorin.
Sebelum dibuang ke parit, maka terlebih dahulu di tamping di bak
penampungan. Kapasitasnya sekitar 3,4 ton/hari.
2. HCL dan NaOH berasal dari menara penukar ion pada proses
penyaringan brine tahap kedua. Regenerasi ion exchange resin
tergantung dari flowrite brine dan kandungan hardness. Regenerasi
dilakukan apabila total hardness brine yang keluar sudah mencapai
0,2 ppm. Normalnya regenerasi dilakukan selama 1 kali dalam
seminggu. Jadi buangannya tidak secara kontinu.
3. Hypo dari absorbent pengolahan gas buangan pada waktu-waktu
tertentu harus dibuang. Misalnya, over product, kadar hypo tida
sesuai dengan yang diharapkan
4. Garam dan kue saringan yang terlarut. Terutama terjadi bila hari
hujan sebagian garam dan kue akan terlarut dan terbawa ke parit
buangan. Larutannya bersifat basa.
Di chloro alkali telah dibuat bak penampungan sementara untuk
menetralkan pH buangan sebelum dibuang keparit waste water. Semua ini
buangannya terlebih dahulu ditampung,lalu dinetralkan pHnya, setelah
netral baru dibuang.
4.3

Water Supply
Air baku yang digunakan untuk kegiatan industri pulp & kertas bersumber
dari sungai Siak yang diambil pada posisi sekitar 1 km dari pembuangan
IPAL, dengan pemakaian pada saat ini sekitar 349.547 m3/hari, unit
pengolahan air baku terdiri dari WT 2, WT 8, WT 9 dan WT 10. Proses
pengolahan air baku tertera pada gambar 3.2. untuk mendapatkan air bersih,
maka dilakukan pengoalahan air baku. Setelah dilakukan penyaringan, air
sungai dipompakan ke suatu bak. Pemberian tawas adalah untuk
pembentukan flok-flok dari partikel yang berada pada air tersebut.

Aflyn, Queen, Uwa


62
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

Air diaduk di mixing basin kemudian ditambahkan flocculant dilakukan


pengadukan kembali diunit flocculator basin. Pengadukan yang dilakukan
lebih lambat dari unit mixing basin, dengan tujuan pembentukan flok lebih
besar dan lebih kuat supaya flok tidak mudah pecah dan dapat diendapkan
secara gravitasi pada unit sedimentasi basin. Flok yang diendapkan di unit
sedimentasi basin yaitu berupa lumpur. Air yang mengandung lumpur sungai
diendapkan. Dan air yang telah berpisah dari lumpur kemudian dialirkan ke
unit gravity filter yaitu untuk menyaring flok-flok yang belum terndapkan
diunit sedimentasi basin dengan menggunakan media filter. Setelah dialirkan
melalui unit gravity filter terdapat 2 (dua) aliran yaitu aliran pertama
dialirkan

ke clean water basin pada unit ini diharapkan telah berpisah

dengan flok-flok, sedangkan pada aliran kedua dialirkan ke unit recovery


basin. Pada unit ini air sungai yang telah dilakukan pengolahan menjadi air
bersih dengan kualitas sesuai standar air bersih. Air bersih tersebut dialirkan
dan ditampung diunit water pool dan air bersih ini siap pakai.
4.4 Saluran Waste Water dan Rain Water
Limbah yang dihasilkan oleh setiap proses pulp & paper dialirkan dari setiap
unit bangunan pabrik ke IPAL melalui sebuah saluran tertutup yang disebut
waste water canal. Konstruksi parit waste water terbuat dari beton, untuk
mencegah meresapnya air limbah kedalm tanah. Selain itu, parit waste water
dibuat tertutup agar tidak tercampur dengan air hujan.
Oleh karena itu maka perlu dibangun saluran air hujan terpisah dengan
saluran waste water, yang biasanya disebut rain water canal atau parit rain
water. Selain untuk mengalirkan air hujan, parit rain water juga berfungsi
untuk mengalirkan air buangan yang sudah dibawah buku mutu, seperti air
buangan dari instalasi pengolahan air bersih.

Aflyn, Queen, Uwa


63
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

4.5 Sistem Instalasi Pengolahan Limbah Cair PT.IKPP


IPAL di PT.IKPP ada 4 unit, berdasarkan pembagian unit produksi di
PT.IKPP yaitu:
1. EN-2M
2. EN-8
3. EN-9
4. EN-10
Total limbah yang diolah sekitar 335.000 m3/hari, EN-2 dan EN-2M sekitar
80.000 m3/hari, EN-8 sekitar 50.000, EN-9 sekitar 95.000 m3/hari dan EN10 110.000 m3/hari. Selanjutnya dalam laporan kerja praktek ini akan
dibahas mengenai semua unit IPAL.
Semua sistem IPAL diatas sama, hanya berbeda di sumber limbah yang akan
diolah, kapasitas air buangan , spesifikasi dimensi bak pengolahan, dan pada
EN-8, EN-9 terdapat pengolahan tertiary clarifier. Berikut adalah aplikasi
pengolahan yang diterapkan di waste water treatment (WWT) PT.IKPP Mill.
4.5.1 Waste Water Treatment (WWT) EN-2M
Unit pengolahan EN-2M dirancang untuk:
1. Kapasitas

: 80.000 m3/hari

2. Sumber limbah

: proses paper and tissue Mill

3. Kualitas Influent

Tabel 4.1 kualitas inflent WWT EN-2M


Parameter
Besaran
COD
1461,3
pH
6,5
Temperatur
57,0
TSS
981,0
Sumber : EP PT.IKPP Mill januari 2014

1) Kualitas Effluent
Aflyn, Queen, Uwa
64
Teknik Lingkungan

Satuan
ppm
C
ppm

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

Tabel 4.1 kualitas inflent WWT EN-2M


Parameter
Besaran
COD
295,3
pH
7,3
Temperatur
33,0
TSS
42,8
Sumber : EP PT.IKPP Mill Januari 2014

Satuan
ppm
C
ppm

Gambar 4.1 Diagram Alir WWT EN-2M


Proses pengolahan limbah cair pabrik pertama kali yaitu, limbah dialirkan
melewati saluran waste water ke instalasi pengolahan limbah. Sebelum
Aflyn, Queen, Uwa
65
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

masuk ke IPAL, pertama kali limbah dilewatkan pada bar screen untuk
memisahkan sampah yang berukuran besar. Setelah melewati bar screen,
limbah mengalir masuk kekolam equalisasi limbah cair dipompakan ke
disversion tank, dan selanjutnya masuk ke kolam pengendapan alam
(primary clarifier). Overflow dari primary clarifier ini dialirkan ke buffer
tank untuk menetralkan pH. Setelah itu, dipompakan ke cooling tower untuk
menurunkan temperaturnya sehingga sesuai dengan temperatur optimum
yang dibutuhkan mikroorganisme untuk mendegradasi limbah.
Selanjutnya dari cooling tower, air limbah masuk ke kolam aerasi, kolam
yang dilengkapi oleh mixer dan aerator. Pada kolam aerasi ini terjadi proses
penguraian polutan oleh mikroorganisme. Oleh karena itu dikolam aerasi ini
juga terjadi penambahan urea dan phosphate, sebagai nutrisi dari
mikroorganisme.
Air limbah yang sudah diolah di aerated lagoon ini kemudian dialirkan ke
secondary clarifier, untuk mengendapkan padatan yang dihasilkan akibat
penguraian polutan oleh mikroorganisme. Over flow dari secondary clarifier
kemudian dipompa ke secondary effluent pit yang kemudian akan dialirkan
ke sungai Siak. Selain itu lumpur yang terbentuk akibat pengendapan dari
primary, secondary, tertiary clarifier di pompakan ke sludge thickener,
kemudian diperas di belt press. Cake yang terbentuk dikirim ke landfill dan
sebagai dijadikan kompos.
4.5.1.1 Primary Treatment
Awalnya limbah cair yang akan diolah harus melewati tahap bar screen
untuk memisahkan padatan yang berukuran besar, sedangkan untuk padatan
tersuspensi yang ada dalam limbah cair dipisahkan dengan cara sedimentasi.
Primary treatment EN 2M terdiri dari bar screen, equalization tank,
diversion tank, primary clarifier, buffer dan distribution tank, cooling tower
dan scum pit.
Aflyn, Queen, Uwa
66
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

A. Bar Screen
Penyaringan biasanya dilakukan sebelum perlakuan yang lain terhadap
air limbah, tujuan panyaringan adalah untuk memisahkan padatan atau
serpihan yang berukuran besar seperti serpihan kayu, plastik-plastik,
kertas, dan lain-lain yang bisa menggangu pada peralatan-peralatan. Bar
screen yang dipasang terdiri dari:
1. Satu unit mechanical bar screen
2. Dua unit bar screen
Penggunaan 3 bar screen tersebut agar dapat dibersihkan secara
bergantian, namun untuk mechanical bar screen dapat bekerja secara
otomatis. Manual bar screen akan bekerja secara otomatis apabila level
air lebih tinggi dari 1,25 meter. Sewaktu dibersihkan maka pintu air yang
berada di depan dan dibelakang bar screen ditutup.

Gambar 4.2 Bar screen

B. Equalization Tank
Equalization tank berfungsi untuk menyamaratakan debit dan kualitas
limbah cair yang akan diolah, hal ini akan mencegah adanya aliran air
tiba-tiba masuk ke primary clarifier (kolam pengendapan awal).
Equalization tank mempunyai:
1. Dimensi

: 40 m 15 m 4 m

2. Volume efektif

: 2100 m3

3. Struktur

: Cor Beton

Aflyn, Queen, Uwa


67
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

4. Jumlah

: 1 bak

Equalization tank ini dilengkapi dengan:


a. 3 unit direct drive mixer (DDM) 10 Hp
b. 5 unit sentrifugal pump (kap: 1800 m3/jam, pada head 8 meter)
c. 1 set pH
Direct Drive Mixer (DDM) berfungsi untuk pendistibusian suspended solid
agar tetap merata dan menjaga agar kualitas air yang masuk primary
clarifier sama. Direct Drive Mixer (DDM) bisa dioperasikan secara otomatis
dan manual. Pengoperasian DDM secara otomatis didasarkan pada level air
di equalization tank, pada level air yang tinggi ( 1 meter) maka unit mixer
akan beroperasi dan akan berhenti bila level air rendah ( 1 meter),
beroperasinya DDM ini akan menyeragamkan limbah cair dalam
equalization tank.
Pompa sentrifugal yang ada di equalization tank ini sebanyak 4 unit bisa
dioperasikan secara otomatis dan manual, sedangkan pompa yang kelima
dioperasikan secara manual dan umumnya dioperasikan pada waktu debit
air yang masuk ke pengolahan limbah terlalu besar (emergency).
Pada umumnya 3 unit pompa akan beroperasi untuk memompakan air
limbah ke divertion tank untuk dibagi kedalam 2 unit primary clarifier. Jika
pompa dioperasikan secra otomatis, maka pada level air yang terlalu tinggi
pompa ke empat akan di operasi (umumnya pada ketinggian 2,75 meter) dan
akan berhenti kembali apabila ketinggian air di equalization tank turun,
sehingga ketinggian air < 2,75 m.
pH air limbah yang berasal dari pabrik biasanya tidak netral, sedangkan pada
pengolahan limbah secara biologis, pH merupakan salah satu faktor penting
Aflyn, Queen, Uwa
68
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

yang akan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dalam mendegradasi


limbah.
Pengaturan pH agar diperoleh pH yang netral dilakukan di inlet equalization
tank, dimana apabila pH dari dalam pabrik tinggi, maka inlet equalization
tank ditambahkan asam klorida atau asam sulfat sampai pH sekitar 7 - 7,5.
Jika pH dari pabrik rendah maka di inlet ditambahkan soda (NaOH) sampai
pH sekitar 5 - 5,6.

Gambar 4.3 Equalization Tank

C. Diversion Tank
Diversion Tank berfungsi untuk membagi rata aliran limbah cair yang
masuk kedalam 2 kolam pengendapan awal (primary clarifier IA, dan IB).
Diversion tank memiliki ukuran sebagai berikut :
1. Dimensi : 7 m 5 m 4 m
2. Struktur : Cor beton
3. Jumlah : 1 bak
Dilengkapi tank mempunyai 2 pipa saluran keluar menuju primary
clarifier. Pipa ini dilengkapi dengan butterfly valve yang berfungsi untuk
membagi aliran. Jika salah satu clarifier diperbaiki, maka valve yang
menuju ke clarifier yang diperbaiki tersebut ditutup.

Aflyn, Queen, Uwa


69
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

D. Kolam Pengendapan Awal (Primary Clarifier)


Primary Clarifier berfungsi untuk memisahkan padatan tersuspensi
(suspended solid) dari cairan yang terdapat dalam limbah cair berdasarkan
gaya gravitasi. Persyaratan agar terjadi pemisahan secara gravitasi adalah
berat jenis zat padat tersuspensi baru lebih besar dari berat jenis cairannya
dan juga ukuran partikel harus cukup besar sehingga dapat mengendap
dalam periode waktu yang tidak terlalu lama.
Primary Clarifier memiliki ukuran sebagai berikut :
1.

Dimensi

: 42 m D x 4 m H

2.

Struktur

: cor beton

3.

Jumlah

: 2 kolam

4.

Volume efektif: 4846 m3

5.

Tipe scrapper

: jembatan berputar / berotasi

Scrapper di primary clarifier dioperasikan secara manual dan beroperasi


secara terus menerus selama 24 jam/hari, dengan putaran scrapper searah
jarum jam. Lumpur di dasar clarifier dikeruk oleh scrapper menuju lubang
penampungan dipusat clarifier dan akan dipompakan secara berkala ke
sludge thickner. Scum yang terapung di atas permukaan air didesak oleh
alat penapis scum masuk ke tempat penampungannya.

Gambar 4.4 Primary clarifier

Aflyn, Queen, Uwa


70
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

E. Buffer Tank
Buffer tank berfungsi sebagai tempat pengatur pH, sehingga diperoleh
pH optimum pada pengoperasian di kolam aerasi. Buffer tank memiliki :
1. Dimensi

:6mx6mx4m

2. Struktur : cor beton


3. Jumlah

: 1 bak

Over flow dari kedua primary clarifier masuk ke buffer tank, disini diatur
pH waste water sekitar 6,5-7. Pengaturan pH dilakukan dengan
menambahkan larutan NaOH dan HCl, jika pH air baku kurang dari 6,5
maka ditambahkan NaOH, sedangkan jika pH lebih besar dari 7 maka
ditambahkan HCl.

Gambar 4.5 Buffer tank

F. Cooling Tower
Cooling Tower berfungsi untuk menurunkan temperatur air limbah
sehingga sesuai dengan kondisi operasi di kolam aerasi. Proses
pengolahan limbah secara otomatis di kolam aerasi memanfaatkan
aktivitas mikroorganisme, karena temperatur merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kehidupan mikroorganisme, maka temperatur
air limbah yang masuk ke kolam aerasi harus dipertahankan pada suhu
30-35oC. Cooling tower yang mempunyai tipe aliran counter flow (aliran
Aflyn, Queen, Uwa
71
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

berlawanan arah) dimana aliran air limbah dari atas secara gravitasi
sedangkan udara dialirkan dari bawah dengan menggunakan kipas.

Gambar 4.6 Cooling tower

4.5.1.2 Secondary Treatment


Sistem pengolahan limbah tahap kedua ini adalah pengolahan biologis, yaitu
lumpur aktif (activated sludge).

Dimana populasi mikroorganisme

dikembangkan dan dipelihara di dalam kolam aerasi untuk menguraikan dan


mengurangi beban polutan semaksimal mungkin.
Sistem pengolahan biologis ini cukup efisien dan efektif untuk diterapkan
dalam pengolahan limbah industry, karena biaya yang tidak terlalu besar,
tetapi mampu mereduksi BOD sekitar 85-90%. Sistem pengolahan biologis
yang diterapkan yaitu sistem aerobik, dimana bakteri membutuhkan oksigen
untuk mendegredasi polutan.

A. Aerated Lagoon
Aerated lagoon berfungsi untuk memelihara lumpur aktif untuk
menguraikan dan mengurangi kadar polutan ataun pencemar
dalam air buangan. Lumpur aktif ini mengandung mikroorganisme
yang telah diseleksi dan telah diuji untuk dapat mengolah limbah
secara spesifik.
Aflyn, Queen, Uwa
72
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

Aerated lagoon memiliki :


1.

Dimensi

: 160 m x 140 m x 4 m

2.

Volume aktif

: 78400 m3

3.

Struktur

: cor beton

4.

Jumlah

: 1 bak

5.

Aerator

: Surface aerator (25 Hp), 77 unit

6.

Mixer

: Direct drive Mixer (2Hp), 39


unit

7.

Pompa larutan urea

: IWAKI sentrifugal, kapasitas


7lt/menit, head 3m

8.

Tangki stock urea

: FRP, Volume 15m3, jumlah 1 unit

9.

Pompa larutan asam phosphate : IWAKI, kapasitas


7lt/menit, head 3m

10.

Pompa stock larutan asam phosphate : FRP, volume 15m3,


jumlah 1 unit

11.

Mixer pada masing-masing tangki nutrient (2 unit) untuk


melarutkan nutrient dalam air.

Proses lumpur aktif merupakan sistem aerobik, mikroorganisme


yang ditumbuhkan berdasarkan pada sifat-sifat biologi campuran
(mixed biological cultures) untuk menguraikan limbah organic cair.
Sistem aerobic membutuhkan pemakaian oksigen dari atmosfer
atau dari sumber oksigen murni. Mikroorganisme yang digunakan
Aflyn, Queen, Uwa
73
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

atau dipelihara di dalam sistem aerated lagoon adalah yang


memiliki daya tahan paling baik dan secara efektif menguraikan
unsur-unsur pokok senyawa organik di dalam air limbah baku
dengan bantuan oksigen menjadi karbon dioksida, air dan energi.
Sumber karbon di air limbah (dari senyawa-senyawa organik)
merupakan bahan makanan mikroorganisme untuk melangsungkan
kehidupannya dan sekaligus melindungi lingkungan dengan
mengurangi kebocoran-kebocoran polusi.
Pada kondisi aerobik, dengan adanya mikroorganisme maka
senyawa-senyawa organik dapat larut yang tereduksi dioksidasi ke
produk-produk akhir menjadi karbon dioksida, air, energi, dan sel
baru berupa reaksi di bawah ini :
C H O N P + O2CO2+H2O+Energi
Jadi, dengan adanya zat-zat organik didalam air limbah dan dengan
adanya oksigen dari udara maka siklus kehidupan mikroorganisme
tersebut dapat dipertahankan untuk menguraikan dan mengurangi
kadar polutan dari air buangan.

Gambar 4.7 Aerated Lagoon

a. Prosedur Pengoperasian Aerated Lagoon


Aflyn, Queen, Uwa
74
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

Surface aerator yang berjumlah 77 unit dioperasikan secara


manual. Aerator dioperasikan untuk mensuplai oksigen ke
dalam lagoon. Direct drain mixer (DDM) yang berjumlah 39
unit dioperasikan secara manual selama 24jam/hari terus
menerus agar diperoleh penyebaran mikroorganisme secara
merata. Selain itu untuk menyebarkan nutrisi yang
ditambahkan.
b. Pembuatan Larutan Nutrient
Air buangan dari industry pulp & paper mengandung jumlah
nitrogen dan phosphor yang sedikit, sehingga untuk menjaga
keberlangsungan pengolahan limbah secara biologis maka
perlu ditambahkan N dan P ke dalam lagoon. Penambahan N
dan P ini bertujuan untuk memberikan nutrisi kepada
mikroorganisme. Nutrient yang ditambahkan berdasarkan
perbandingan BOD : N : P = 100 : 5 : 1.
Sumber nitrogen diperoleh dari urea, sedangkan phosphor
dari asam phosphate. Cara pembuatan larutan urea dan asam
phosphate adalah :
1. Pembuatan larutan urea
Perhitungan urea yang dipakai adalah :
Banyak urea (kg) = Q x BOD
9200 gr/kg
Dimana : Q = flow limbah cair ke cooling tower/shift
BOD = Biological Oxygent Demmand hasil
analisa limbah cair yang diolah
BOD = COD buffer tank/3
Cara cara pembuatan larutan urea dengan mengisi
tangki stock urea dengan air sebanyak 2 m3, hidupkan
Aflyn, Queen, Uwa
75
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

compressor dan mixer, masukkan urea sebanyak hasil


perhitungan. Setelah urea selesai dimasukkan, isi
kembali dengan air sampai volume tangki tepat 3,5
m3, kemuadian aduk selama 1 jam.
2. Pembuatan larutan asam phosphate
Perhitungan adam phosphate yang dipakai adalah :
Banyaknya asam phosphate (kg) =

Q x BOD
26887,76 gr/kg
Dimana : Q = flow limbah cair ke cooling tower/shift
BOD = Biological Oxygent Demmand hasil
analisa limbah cair yang diolah
BOD = COD buffer tank/3
c. Perhitungan MLVSS, MLSS, Drain Sludge Aktif dan Umur
Sludge
1. Perhitungan MLVSS
F/M = BOD LOAD / Mikroorganisme
MLVSS = MLSS x 60%
Dimana : F/M

= Perbandingan makanan (BOD)


dengan mikroorganisme, nilainya
0,16 0,2

= Flow per hari

So

= BOD pada primary outlet

S1

= BOD effluent

V1

= volume aerated lagoon

2. Perhitungan MLVSS
MLSS = MLVSS/n
Dimana : n = persentase zat organik yang menguap
Contoh perhitungan :
Aflyn, Queen, Uwa
76
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

Jika : MLVSS
n

= 2000mg/lt
= 63%

Maka:

= 3174,6 mg/lt
3. Drain Sludge
Drain Sludge ini dibuang dari secondary clarifier ke
sludge thickener. Tujuannya adalah untuk mengatur
banyaknya lumpur aktif yang terdapat di kolam aerasi,
agar sesuai dengan F/M ratio yang diizinkan.
Drain Sludge (kg) = (A+B+C) (X+Y)
Dimana

A = Jumlah suspended solid dari over flow primary


clarifier
B = Jumlah MLSS di kolam aerasi
C = Pertambahan MLSS di kolam aerasi dalam waktu
tertentu
X = Jumlah MLSS yang diperlukan di aerated lagoon
Y = Jumlah suspended solid dari over flow secondary
clarifier
Karena A sebanding dengan Y, maka :
Drain sludge (kg)

= (B+C) X

Catatan : pada umumnya 1 kg BOD akan menghasilkan


0,35kg MLVSS

Aflyn, Queen, Uwa


77
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

Contoh perhitungan :
Jika :Flow debit per hari

= 51000m3

BOD primary inlet

= 300mg/lt

BOD effluent inlet

= 10mg/lt

F/M ratio

= 0,18

Volume kolam aerasi

= 43500m3

Waktu drain

= 24 jam

MLSS di kolam aerasi

= 3175 mg/lt

TSS di recycle sludge

= 8500mg/lt

Maka, B (jumlah MLSS di kolam aerasi) =43500 x 3175


= 138112,5 kg

= 8500 kg

= 130423,3 kg
Drain sludge (kg)

= 138112,5 + 8500 + 130423,3


= 16189,2 kg

= 1904,6 m3
= 79,4 m3/jam

4. Perhitungan Umur Lumpur

Aflyn, Queen, Uwa


78
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

Dimana :

MLSS = MLSS lagoon


V1

= volume lagoon

Qe

= flow effluent

TSSe = total suspended solid effluent


Vd

= volume sludge yang dibuang

TSSd = total suspended solid yang dibuang


Contoh perhitungan :
Jika : MLSS = 3175 mg/lt
V1

= 43500m3

Qe

= 51000m3

TSSe = 80mg/lt
= 1904,6 m3/hari

Vd

TSSd = 8500 mg/lt


Maka :

= 6,8 hari
d. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri antara
lain:
1. Oksigen Terlarut
Untuk sebuah proses aerob maka kehidupan oksigen harus
kontinu, karena mikroorganisme bekerja secara spesifik,
sesuai dengan jenisnya. Tidak adanya O 2 untuk bakteri aerob
membuat bakteri tersebut mati. Namun besar oksigen
terlarutpun harus stabil dan tidak boleh besar sekitar 2-4mg/lt
untuk mendapatkan hasil pengolahan yang optimal.
Aflyn, Queen, Uwa
79
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

2. Nutrient
Setiap makhluk hidup butuh makan, demikian juga dengan
mikroorganisme.

Untuk

dapat

mempertahankan

diri

mikroorganisme mendegradasi zat-zat organik disekitarnya


untuk dijadikan sumber energi. Selain kehadiran zat
pencemar yang sudah mengandung CHO, mikroorganisme
juga membutuhkan N dan P yang tidak terdapat di dalam
limbah. Oleh karena itu, perlu dilakukan suplai N dan P
dalam jumlah tertentu.
3. pH
Mikroorganisme bekerja secara spesifik, sehingga kondisi
limbah

harus

disesuaikan

dengan

karakteristik

mikroorganisme. Mikroorganisme dapat hidup dengan baik


pada pH 6,5-7,5.
4. Temperatur
Temperatur

optimum

untuk

pengolahan

limbah

bagi

mikroorganisme adalah 28 35oC.


5. Racun (toxic)
Kehadiran

racun

dapat

menghambat

pertumbuhan

mikroorganisme, seperti senyawa phenol, sianida, suulfida,


klorin, logam berat, minyak, dan lemak.
6. Beban polutan
Beban polutan yang fluktuatif juga tidak baik untuk
pengolahan biologis, oleh karena itu sebelum diolah di
aerated lagoon perlu equalization tank.
Aflyn, Queen, Uwa
80
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

B. Secondary Clarifier
Kolam pengendapan ini berfungsi untuk memisahkan zat padat
dan zat cair hasil pengolahan limbah cair untuk mendapatkan
limbah air yang memenuhi persyaratan dibuang kesungai. Prinsp
pemisahan padatan disini berdasarkan gaya gravitasi. Secondary
clarifier memiliki :
a.

Dimensi

= 40 m D x 4 m H

b.

Volume aktif

= 4817 m3

c.

Struktur

= cor beton

d.

Jumlah

= 3 unit

e.

Type scrapper

= jembatan berputar/berotasi

f.

Pompa recycle = jenis sentrifugal


2 unit, kapasitas 348 m3/jam, head 10 m
2 unit, kapasitas 540 m3/jam, head 20 m

Pengoperasiaan scapper pada secondary clarifier sama seperti


pada primary clarifier, yaitu secara manual dalam 24 jam/hari
terus menerus. Endapan lumpur didasar clarifier dipompakan ke
dalam kolam aerasi oleh pompa daur ulang (Recycle Activated
Sludge pump) yang dioperasikan secara manual.
Jumlah lumpur yang didaur ulang diatur dengan menentukan
bukaan valve pada

pipa yang menuju kolam aerasi. Banyak

lumpur yang didaur ulang disesuaikan dengan kandungan MLSS


di dalam kolam aerasi yang telah dihitung berdasarkan F/M ratio,
sedangkan kelebihan lumpur dikirim ke sludge thickener untuk
selanjutnya dikurangi kandungan airnya.
Aflyn, Queen, Uwa
81
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

Gambar 4.8 Secondary clarifier

C. Scump Pit
Scum pit berfungsi untuk menampung scum (padatan yang
terapung) sebelum dipompakan ke sludge tank. Scum pit
memiliki :
a. Dimensi

=2mx2mx4m

b. Struktur

= cor beton

c. Jumlah

= 1 bak

d. Pompa

= sentrifugal, kapasitas 6m3/jam, head 9 m

Suspended solid yang terapung (scum) di atas permukaan air


primary clarifier didesak oleh alat penapis scum masuk ke scum
pit. Scum ini selanjutnya dipompakan ke sludge tank. Pompa
scum bisa dioperasikan secara otomatis dan manual. Jika
dioperasikan secara otomatis maka hidup pompa didasarkan pada
level airnya, pada level air yang tinggi maka satu unit pompa
akan beroperasi dan satu unit stand by.
D. Kolam Effluent
Kolam ini berfungsi untuk menampung over flow dari clarifier,
untuk kemudian dialirkan ke unit pengolahan kimia, kolam
effluent memiliki :
Aflyn, Queen, Uwa
82
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

a. Dimensi

=8mx8mx3m

b. Struktur

= cor beton

c. Jumlah

= 1 bak

Bak ini disebut kolam effluent, karena sebelum unit pengolahan


kimia dibangun pada tahun 2003, hasil olahan dari IPAL sudah
langsung dibuang ke sungai dari kolam ini.
E. Sludge Treatment
Dari pengolahan limbah cair akan dihasilkan buangan semi padat
yaitu lumpur yang berasal dari Primary clarifier, dan Secondary
clarifier. Pada umumnya lumur tersebut mengandung bahan-bahan
pencemar organik maupun anorganik, baik berasal dari bahan baku
pembuatan pulp dan paper, senyawa anorganik dari bahan kimia
yang ditambahkan selama proses dan senyawa organic hasil
pengolahan

limbah

secara

biologis.

Tahap-tahap

proses

pengolahan:
a. Pemekatan lumpur
b. Dewatering
c. Pembuangan
F. Sludge Thickener
Sludge thickener berfungsi untuk meningkatkan konsistensi sludge
setinggi mungkin. Sludge thickener memiliki :
a. Dimensi

= diameter 26 m x kedalaman 5 m

b. Struktur

= cor beton

c. Jumlah

= 2 kolam

d. Type scrapper = jembatan berputar/berotasi

Aflyn, Queen, Uwa


83
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

Scrapper dioperasikan secara manual dan beroperasi secara terus


menerus selama 24 jam/hari. Scrapper akan menggaruk dan
mendesak endapan lumpur ke bagian tengah sludge thickener dan
kemudian dikirim ke sludge stronge tank. Lumpur yang masuk ke
sludge

storange

tank

bisa

secara

manual

dan

otomatis.

Pembuangan lumpur secara otomatis dilakukan dengan valve


elektrik dimana valve akan membuka dan menutup secara berkala.

Gambar 4.9 Sludge thickener

G. Sludge Storage Tank


Bak penampung berfungsi untuk menampung lumpur yang telah
dipekatkan di sludge thickener dan akan dikirim untuk diperas
airnya di dewatering machine. Sludge storage tank memiliki :
a. Dimensi

=6mx6mx4m

b. Struktur

= cor beton

c. Jumlah

= 1 bak

d. Pompa

= poros vertical model sentrifugal, kapasitas


150m3/jam, head 30 m, 4 unit

Pompa penghisap lumpur jika dioperasikan secara otomatis akan


dikendalikan oleh alat control yang diatur oleh tinggi rendahnya
permukaan cairan lumpur di dalam sludge storage tank. Pada level
cairan lumpur tinggi, maka 4 unit pompa akan beroperasi,
memompakan sludge ke unit belt press untuk diperas airnya.
Aflyn, Queen, Uwa
84
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

H. Dewatering Machine
Dewatering machine berfungsi untuk memeras atau melepaskan air
yang terkandung dalam lumpur. Dewatering machine memiliki :
1. Belt press
Type

: twin belt press

Kapasitas

: 1000 kg padatan kering/jam

Model

: CHI SUN

Jumlah

: 4 unit

2. Pompa shower pembersih belt


Type

: Proses Horizontal, sentrifugal

Kapasitas

: 12m3/jam, head 60 m

Jumlah

: 3 unit

3. Pompa transfer polimer


Type

: Poros Horizontal, sentrifugal

Kapasitas

: 4,5 m3/jam, head 10 m

Jumlah

: 2 unit

4. Pompa injeksi polimer


Type

: screw, poros tunggal

Kapasitas

: 3 m3/jam, head 10 m

Jumlah

: 2 unit

5. Sludge mixing tank


Jumlah

Aflyn, Queen, Uwa


85
Teknik Lingkungan

: 4 unit

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

Gambar 4.10 Belt press

Pada saat level lumpur di sludge storage tank tinggi, maka secara
otomatis unit belt press akan beroperasi untuk membersihkan belt.
Setelah 5 menit maka sludge fedding pump start, dan dalam waktu
yang bersamaan peralatan berikut ini akan turut beroperasi, yaitu :
a. Pompa injeksi polimer
b. Pompa pengencer polimer
Pada saat sludge feeding pump berhenti, maka peralatan diatas juga
ikut berhenti. Sludge cake hasil perasan belt press dikirim dengan
conveyer ketempat penampung, sedangkan air perasannya dialirkan
ke bak equalisasi.
Fasilitas pembuatan polimer otomatis bisa beroperasi apabila tekanan
air bersih yang masuk di atas 30 psig. Masukkan polimer secukupnya
ke unit hooper maka pembuatan larutan polimer akan berlangsung
secara otomatis. Kebutuhan pemakaian polimer tergantung pada
keadaan lumpur yang akan di press. Selanjutnya cake

yang

dihasilkan di dewatering machine, dibuang ke landfill dan


dimanfaatkan kembali sebagai pupuk.

Aflyn, Queen, Uwa


86
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

4.5.2

Waste Water Treatment (WWT) EN-10


Sistem proses pengolahan pada EN-10 sama dengan proses
dipengolahan EN-2M, yang membedakannya hanya kapasitas,
dimensi dan sumber air limbah. Lumpur yang dihasilkan dari
endapan pada unit primary clarifier dan secondary clarifier
dipompakan ke sludge thickener, kemudian diperas di belt press.
Cake yang terbentuk dikirim ke landfill dan sebagian dijadikan
kompos.
Unit pengolahan EN-10 dirancang untuk:
1. Kapasitas
2. Sumber limbah

: 110.000 m3/hr
: Proses paper and tissue mill, pulp

&
paper mill 1200
3. Kualitas influent

Tabel 4.3 Kualitas ifluent WWT EN-10


Parameter
Temperatur
pH
TSS
COD

Besaran
56
6,6
775
1610,8

Satuan
C
mg/l
mg/l

Sumber: EP PT. IKPP Mill Januari 2014

1. Kualitas effluent

:
Tabel 4.4 Kualitas effluent WWT EN-10

Parameter
Temperatur
Ph
TSS
COD
BOD5

Besaran
34
7,3
80,1
301,2
89,8

Satuan
C
mg/l
mg/l
mg/l

Sumber: EP PT. IKPP Mill Januari 2014

4.5.2.1 Primary Treatment


Prinsip kerja pada EN-10 sama dengan pengolahan di EN-2M, dan pada
primary treatment juga disebut dengan proses fisika. Primary treatment
EN-10 terdiri dari bar screen, equalization tank, diversion tank, primary
clarifier, buffer distribution tank, cooling tower, dan scum pit.
Aflyn, Queen, Uwa
87
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

A. Bar Screen
Bar screen yang dipasang terdiri dari tiga unit mechanical bar
screen. Penggunaan tiga bar screen tersebut agar dapat
dibersihkan secara bergantian, karena mechanical bar screen
dapat bekerja secara otomatis. Sewaktu dibersihkan maka pintu
air yang berada didepan dan dibelakang bar screen ditutup.
B. Equalization Tank
Equalization tank mempunyai:
1.
Dimensi
: 52 m x 23 m x 4 m
2.
Volume efektif
: 4186 m3
3.
Struktur
: Cor beton
4.
Jumlah
: 1 bak
Equalization tank ini dilengkapi dengan:
1.
2.

3 unit Direct Drive Mixer (DDM) 10 Hp


5 unit sentrifugal pump (kap: 1800 m3/jam, pada head 8
meter)

C. Diversion Tank (Tangki Pembagi)


Diversion tank berfungsi untuk membagi rata aliran limbah cair
yang masuk kedalam 2 kolam pengendap awal (primary clarifier
IA dan IB). Diversion tank memiliki ukuran sebagai berikut:
1. Dimensi : 7 m x 5 m x 3 m
2. Struktur
: Cor beton
3. Jumlah
: 1 bak
D. Kolam Pengendapan Awal (Primary Clarifier)
Primary clarifier memiliki ukuran sebagai berikut:
1.
Dimensi
: 42m D x 4m H
2.
Struktur
: Cor beton
3.
Jumlah
: 3 kolam
4.
Volume efektif
: 4846 m3
5.
Tipe scrapper
: jembatan berputar/berotasi
E. Buffer Tank
Buffer tank berfungsi sebagai tempat pengatur pH, sehingga
diperoleh pH optimum pada pengoperasian dikolam aerasi.
Buffer tank memiliki :
1. Dimensi : 8 m x 6 m x 4 m
2. Struktur
: Cor beton
Aflyn, Queen, Uwa
88
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

3.

Jumlah

: 1 bak

Buffer tank juga dilengkapi dengan:


a)

Pompa transfer

: ABS centrifugal pump, kapasitas

b)
c)

1800 m3/jam, head 20 m, 6 unit


Mixer
: 6 unit
pH meter
: 1 set

F. Cooling Tower
Cooling tower berfungsi untuk menurunkan temperatur hingga
30-35C agar air limbah sesuai dengan mikroorganisme.
G. Belt press
Type

: twin belt press

Kapasitas

: 1250 kg padatan kering/jam

Model

: EMO

Jumlah

: 2 unit

4.5.2.2 Secondary Treatment


Sistem yang dipilih untuk pengolahan limbah tahap kedua ini adalah
pengolahan biologis, yaitu lumpur aktif (activated sludge) dimana
populasi mikroorganisme dikembangkan dan dipelihara didalam kolam
aerasi untuk menguraikan dan mengurangi beban polutan semaksimal
mungkin. Prinsipnya sama dengan pengolahan di EN-2M.
A. Aerated Lagoon
Aerated lagoon memiliki:
1.
Dimensi
: 300 m x 75 m x 6 m
2.
Volume efektif : 132.000 m3
3.
Struktur
: Cor beton
4.
Jumlah
: 1 kolam
5.
Aerator
: Surface Aerator Triton (50 Hp), 72 unit
6.
Mixer
: Blower (2 Hp), 72 unit
7.
Pompa larutan urea
: IWAKI sentrifugal
8.
Tangki stock urea
: FRP, volume 15 m3, jumlah 1 unit
9.
Mixer pada masing-masing tangki nutrient (2 unit) untuk
melarutkan nutrient dalam air
B. Secondary Clarifier
Secondary clarifier memiliki:
Aflyn, Queen, Uwa
89
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dimensi
: 42 m x 4 m
Struktur
: Cor beton
Jumlah
: 2 kolam
Volume efektif
: 4817 m3
Tipe scrapper
: jembatan berputar/berotasi
Pompa recycle
: pompa jenis sentrifugal 2 unit
i.
kapasitas 348 m3/jam, head 10 m, 1 unit
ii.
kapasitas 540 m3/jam, head 20 m, 1 unit

C. Scum Pit
Scum pit berfungsi untuk menampung scum (padatan yang terapung)
sebelum dipompakan ke sludge tank. Scum pit memiliki:
1.
Dimensi
: 2,1 m x 2,6 m x 4 m
2.
Struktur
: Cor beton
3.
Jumlah
: 1 bak
4.
Pompa
: submersible, kapasitas 6 m3/jam, head 9
D. Kolam Effluent
Kolam effluent berfungsi untuk menampung over flow dari clarifier.
Kolam effluent memiliki:
1.
Dimensi
: 8 m x 8 m x 2,4 m
2.
Struktur
: Cor beton
3.
Jumlah
: 1 bak
E. Sludge Treatment
Dari proses pengolahan limbah cair diatas akan menghasilkan sludge
dari proses clarifier primary dan secondary clarifier. Proses sludge
treatment pada EN-10 sama dengan WWT EN-2M
4.5.3 Waste Water Treatment (WWT) EN-8
Pada umumnya prinsip dan proses pengolahan pada EN-8 hampir sama
dengan proses dipengolahan EN-2M, hanya saja terdapat unit pengolahan
ketiga yaitu unit chemical treatment dengan proses kimia. Apabila kualitas
effluent yang dihasilkan dari secondary clarifier tidak memenuhi baku mutu
maka perlu dilakukan pengolahan pengolahan tahap ketiga (chemical
treatment) yaitu dengan membentuk flok-flok dengan menambahkan
aluminium sulfat dan polimer. Selanjutnya dialirkan ke tertiary clarifier

Aflyn, Queen, Uwa


90
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

untuk diendapkan. Over flow dari clarifier inilah yang kemudian dibuang ke
badan air penerima.
Lumpur yang dihasilkan dari endapan pada unit primary clarifier, secondary
clarifier, dan tertiary clarifier dipompakan ke sludge thickener, kemudian
diperas di belt press. Cake yang terbentuk dikirim ke landfill dan sebagian
dijadikan kompos.
Unit pengolahan EN-8 dirancang untuk:
1.
2.
3.

Kapasitas
: 50.000 m3/hr
Sumber limbah : Proses Pulp Mill 8,9
Kualitas influent :

Tabel 4.5 Kualitas influent WWT EN-8


Parameter
Temperatur
pH
TSS
COD

Besaran
62
5.5
477
1532,9

Satuan
C
mg/l
mg/l

Sumber: EP PT. IKPP Mill Januari 2014

1) Kualitas effluent
:
Tabel 4.6 Kualitas effluent WWT EN-8
Parameter
Temperatur
pH

Besaran
33
6,9

Satuan
C

TSS
COD
BOD5

41,9
287,8
71,9

mg/l
mg/l
mg/l

Sumber: EP PT. IKPP Mill Januari 2014

4.5.4 Waste Water Treatment (WWT) EN-9


Pengolahan limbah cair di EN-9 prinsipnya sama dengan di EN-8, hanya
berbeda di sumber limbah, debit, dan jumlah unit pengolahannya. Unit
pengolahan EN-9 dirancang untuk:
Aflyn, Queen, Uwa
91
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

1.
2.
3.

Kapasitas
: 80.000 m3/hari
Sumber limbah : Proses pulp mill 8,9
Kualitas influent
Tabel 4.7 Kualitas influent WWT EN-9

Parameter
Besaran
Temperatur
58
pH
6,6
TSS
841
COD
1686,4
Sumber: EP PT. IKPP Mill Januari 2014

Satuan
C
mg/l
mg/l

1) Kualitas effluent
Tabel 4.8 Kualitas effluent WWT EN-9
Parameter
Besaran
Temperatur
33
pH
6,8
TSS
39,6
COD
287,3
BOD5
71,8
Sumber: EP PT. IKPP Mill Januari 2014

Satuan
C
mg/l
mg/l
mg/l

Perbedaan EN-8 dengan EN-9 adalah:


1.

Jumlah bak primary clarifier di EN-9 ada 3 unit, sedangkan

2.

di EN-8 hanya ada 2 unit


Dimensi aerated lagoon = 280 m x 80 m x 4 m, dan

3.
4.

mempunyai 7 sekat
Surface aerator yang digunakan 45 unit
Mixer yang digunakan dalam aerated lagoon berjumlah 25

5.
6.
7.

unit
Pada secondary clarifier terdapat 3 bak
Terdapat 2 bak flokulan
Pada tertiary clarifier terdapat 3 bak, sedangkan di EN-8
hanya 2 bak

4.6 Quality Plant


Untuk menjaga kualitas air buangan selalu memenuhi baku mutu, maka
perlu dilakukan pengolahan yaitu dengan melakukan pengawasan secara

Aflyn, Queen, Uwa


92
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

kontinu terhadap operasional IPAL, serta mengawasi kinerja proses produksi


yang menghasilkan limbah.
4.6.1 Pengawasan Air Buangan dari Unit Proses dan Rain Water
Untuk memperoleh hasil buangan yang baik, maka kualitas sumber limbah
harus sesuai dengan yang sudah didesain. Jika kualitas sumber limbah
meningkat maka pengolahan limbah yang dilakukan dengan proses biologis
tidak dapat berjalan dengan baik. Bahkan kehadiran zat-zat toksik dapat
menyebabkan mikroorganisme mati. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengawasan terhadap kualitas sumber limbah yang dihasilkan oleh masingmasing proses produksi.
Tata cara pengawasan air buangan dari unit proses dan rain water tertuang
dalam instruksi kerja yang meliputi:
1.
2.
3.

Tata cara pengambilan sampel air dari seksi proses


Tata cara pengontrolan buangan limbah dari seksi proses
Tata cara pengawasan dan pengecekan rain water

4.6.1.1 Tata Cara Pengambilan Sampel Air Limbah dari Seksi Proses
1.

Sampel air buangan dari setiap seksi diambil 250 ml setiap 2


jam sekali dan dari 4 kali penyamplingan dikumpulkan
menjadi satu sehingga volume total menjadi 1000 ml,

2.

kemudian dilakukan analisa sesuai dengan metode standar


Waktu pengambilan sampel dilakukan seperti pada jam

3.

berikut:
a. Shift I : jam 03.00 09.00 WIB
b. Shift II : jam 11.00 17.00 WIB
c. Shift III: jam 17.00 01.00 WIB
Lokasi pengambilan sampel sesuai dengan ketentuan pada
Environmental Monitoring Plan, lokasinya adalah seperti

4.

terlampir
Untuk sampel dari seksi proses yang memiliki lokasi sampel
multi point, pengambilan sampel dilakukan pada sampling
point total dari buangan limbah seksi tersebut

Aflyn, Queen, Uwa


93
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

5.

Apabila pada penyamplingan pada sampling point total


terdapat penyimpangan, segera dicari sumber penyimpangan

6.

dari titik sampling point seksi proses tersebut


Sampel yang diambil dari titik sampling point seksi proses
tersebut selanjutnya dibawa ke laboratorium seksi EN untuk

7.

dilakukan pengecekan
Untuk unit proses yang tidak terdapat aliran buangan limbah
total, pengambilan sampel total dilakukan dengan mencampur
sampel yang diambil dari tiap titik sampling point yang ada
pada seksi proses tersebut, dengan perbandingan yang kirakira

ekuivalen

dengan

besarnya

flow

masing-masing

sampling point.
4.6.1.2 Tata Cara Pengontrolan Buangan Limbah dari Seksi Proses
1.

Sampel yang dilakukan dari 4 kali penyamplingan tersebut


dianalisa pH, temperatur, TSS, COD, sesuai dengan item
pengecekan seperti terlampir (untuk temperatur, TSS, COD

2.

tergantung dari beban dominannya)


Hasil pengukuran dari setiap shift dilaporkan dalam lembaran

3.

waste water report (terlampir)


Lakukan pengawasan kualitas air buangan diluar waktu
pengambilan sampel, baik secara langsung ke sumbernya
maupun memantau air limbah yang masuk ke unit pengolahan

4.

limbah cair
Bila ditemukan kualitas air buangan dari unit proses melebihi
standar internal (diperkirakan / dari hasil perhitungan), segera
beritahukan kepada seksi yang bersangkutan agar secepatnya
ditanggulangi

dan

ditanyakan

apa

penyebabnya,

dan

diberitahukan segera kepada kepala regu EN agar buangan


5.

limbah abnormal dapat segera dialihkan ke emergency pond


Kualitas air buangan dari seksi proses yang lebih besar dari
standar internal dilaporkan dalam Quality Control Waste
Water Report

Aflyn, Queen, Uwa


94
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

6.

Kepada seksi yang kualitas air buangannya lebih besar dari


standar internal diberikan Non Confermance Report (NCR)
pada laporan ketidaksesuaian pada monitoring lingkungan,
dengan kontrol proses seperti pada bagian kiri bawah

7.

lembaran waste water test report


Kualitas air buangan yang lebih besar dari standar internal
tidak dibuka NCR jika seksi yang standar air buangannya
bermasalah mengajukan Temporary Change of Quality Plan
Control Value Spesification and Environmental Monitoring
Plan yang ditanda tangani PDD dan VP dan jika diberi

8.

dispensasi dari kepala seksi Environmental Protection


Apabila suatu seksi tidak mengakui atau menerima laporan
ketidaksesuaian pada monitor lingkungan, laporan ke
Manager Safety and Environmental Protection untuk
ditindaklanjuti.

4.6.1.3 Tata Cara Pengawasan dan Pengecekan Rain Water


1.

Sampel rain water yang diambil adalah rain water pada

2.

sampling point sebagai berikut:


a) WP 1200
b) WP 1300
c) WP 1300 dan CY
d) WP 1600
e) PAC/alum
f) Total rain water (depan kantor BII)
Pengambilan sampel dilakukan minimal satu kali dalam

3.

sehari, dilakukan pada waktu shift I


Lakukan pengontrolan pada sampling point rain water setiap
2 jam sekali seperti halnya pengontrolan pada sampling point

4.

waste water
Lakukan pengecekan konsentrasi sampel yang diambil
dengan item parameter test pH, temperatur, TSS, namun

5.

apabila diperlukan dapat dilakukan pengecekan COD


Apabila pengontrolan yang dilakukan setelah

jam

pengambilan sampel pada shift I, ditemukan penyimpangan


Aflyn, Queen, Uwa
95
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

dari rain water (dalam hal ini dapat diketahui dari bau, warna,
pH) lakukanlah pengambilan sampel pada sampling point
yang menyimpang, kemudian segera telusuri sumber yang
6.

menyebabkan timbulnya penyimpangan tersebut


Lakukan pengecekan sampel pada point 5 dengan item
pengecekan pH, temperatur, TSS, dan apabila diperlukan

7.

dapat dilakukan pengecekan COD


Laporkan hasil pengecekan pada point 4 dan 6 pada waste

8.

water and rain water test report


Apabila dari hasil pengecekan rain water baik pada point 4
dan 6 melebihi standar yang ditentukan, segera beritahukan
kepada seksi yang menyimpang kualitasnya di sampling point
rain

9.

water

tersebut,

supaya

seksi

tersebut

segera

menanggulanginya
Kepala seksi yang bertanggungjawab atas penyimpangan rain
water dibuatkan Non Confortable Report dalam lembaran

10.

ketidaksesuaian pada monitor lingkungan


Apabila seksi tersebut tidak mengakui atau menerima laporan
ketidaksesuaian pada monitor lingkungan untuk rain water,
laporkan ke Manager Safety and Environmental Protection
Departement untuk ditindak lanjuti

4.6.2 Pengawasan Proses Pengolahan Limbah di Instalasi Pengolahan Air


Limbah (IPAL)
Kualitas air olahan yang baik dipengaruhi oleh operasional IPAL yang baik
pula, oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan terhadap proses
pengolahan limbah di IPAL. Pengawasan tersebut meliputi pengecekan
parameter-parameter pencemar yang ingin disisihkan, sehingga dapat
diketahui penyebab dari permasalahn yang timbul.
Berdasarkan tabel effluent dari pengolahan limbah cair diatas dapat
disimpulkan bahwa air limbah dibawah baku mutu pemerintah, yaitu

Aflyn, Queen, Uwa


96
Teknik Lingkungan

Laporan Kerja Praktek di PT.IKPP Corp.

berdasarkan Kepmen LH 51 tahun 1995, dan air limbah tersebut dapat


dibuang langsung ke lingkungan.

Aflyn, Queen, Uwa


97
Teknik Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai