Disusun oleh :
ILMU LINGKUNGAN/ KELAS D/ GANJIL/ 2018-2019
2018-2019
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris dengan iklim subtropis. Di sinilah tumbuh
dengan subur tanaman tebu dan bahkan Indonesia dikenal dengan cikal bakal
tebu dunia. Tebu adalah bahan baku dalam pembuatan gula (gula kristal
putih, white sugar plantation) di pabrik gula. Dalam operasionalnya setiap
musim giling (setahun), pabrik gula selalu mengeluarkan limbah yang
berbentuk cairan, padatan dan gas. Limbah cair meliputi cairan bekas analisa di
laboratorium dan luberan bahan olah yang tidak disengaja. Limbah padat
meliputi ampas tebu, abu dan debu hasil pembakaran ampas di ketel, padatan
bekas analisa laboratorium, blotong dan tetes. Limbah gas meliputi gas
cerobong ketel dan gas SO2 dari cerobong reaktor pemurnian cara sulfitasi.
Ampas tebu merupakan limbah padat produk stasiun gilingan pabrik gula,
diproduksi dalam jumlah 32 % tebu, atau sekitar 10,5 juta ton per tahun atau
per musim giling se Indonesia. Ampas tebu juga dapat dikatakan sebagai
produk pendamping, karena ampas tebu sebagian besar dipakai langsung oleh
pabrik gula sebagai bahan bakar ketel untuk memproduksi energi keperluan
proses, yaitu sekitar 10,2 juta ton per tahun (97,4 % produksi ampas). Sisanya
(sekitar 0,3 juta ton per tahun) terhampar di lahan pabrik sehingga dapat
menyebabkan polusi udara, pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar
pabrik gula. Ampas tebu mengandung air, gula, serat dan mikroba, sehingga
bila ditumpuk akan mengalami fermentasi yang menghasilkan panas. Jika suhu
tumpukan mencapai 94oC akan terjadi kebakaran spontan.
2.1 Tujuan
Tujuan dari Fielf Trip ke lokasi PG Madukismo adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengenal alat – alat pengolah limbah pada PG Madukismo.
2. Mempelajari proses pengolahan limbah
3. Pemenuhan tugas Ilmu Lingkungan
3.1 Metode Yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam Field Trip ini adalah Metode Langsung
atau melihat alat – alat secara langsung di lapangan.
Proses ini dapat menurunkan kandungan COD dan BOD. Menurut Janie &
Rahayu (1993) kandungan bahan organik dan suatu Iimbah biasanya dinyatakan
dengan parameter BOD atau Biological Oxygen Demand. BOD dapat
didefinisikan sebagai jumlah oksigen terlarut yang dikonsumsi atau digunakan
oleh kegiatan kimia atau mikrobiologik. Oleh karenaoksigen dibutuhkan untuk
oksidasi bahan organik, maka BOD menunjukkan indikasi kasar banyaknya
kandungan bahan organik dalam contoh tersebut.
Gambar Bak aerasi (aeration tank)
Untuk controling efisiensi dari IPAL, sebagian air limbah yang berasal
dari IPAL dial irkan secara continue untuk mengisi bak kolam ikan sebagai
analisa air limbah, apabila ikan didalam kolam tersebut hidup berarti limbah
dikatakan aman begitu pula sebaliknya. Air Iimbah yang berasal dari IPAL akan
dialirkan ke saluran air (selokan) bercampur dengan air jatuhan condensor dan
menuju ke bak spray pond.
Gambar Air Iimbah dari IPAL dialirkan ke selokan
Di PG. Madukismo untuk menekan debit dan beban limbah berpolutan telah
dilakukan tindakan pencegahan (In House Keeping). In House Keeping sangat
menunjang efisiensiproses dan juga mengefektifkan sarana pengolahan limbah
cair karena dapat menekan debit limbah sekecil mungkin, dan menekan
konsentrasi polutan serendah mungkin. Cara — cara yang dilakukan adalah
dengan menempatkan kowen — kowen (tembokan / dilokalisir) pada tempat —
tcpat yang rawan terjadi tumpahan — tumpahan berpolutan, memisahkan saluran
yang berpolutan dengan saluran yang tidak berpolutan misalnya air jatuhan
condensor.
Bak pembibitan
(pembibitan ENOLA
221)
Bak aeration
Bak pengendapan
awal