Anda di halaman 1dari 10

Saat ini Indonesia sedang giat melakukan pembangunan diberbagai sektor.

Pembangunan yang
dilakukan di Indonesia melibatkan berbagai komponen, salah satunya adalah sumber daya alam.
Keberadaan sumber daya alam ini selain dimanfaatkan sebagai komoditas unggulan Indonesia,
juga dimanfaatkan sebagai penggerak pembangunan. Sebagai modal dasar pembangunan
nasional, sumber daya alam tentunya harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar dapat
mensejahterakan seluruh penduduk Indonesia. Pemanfaatan sumber daya alam juga harus
mendukung prinsip pembangunan berkelanjutan, yakni: pembangunan yang dilakukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan pada masa sekarang, tanpa mengurangi kemampuan generasi
yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya, mari kita pelajari secara
lebih mendalam mengenai pembangunan nasional, berbagai keunggulan sumber daya di
Indonesia, dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. a. Hakikat Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Pembangunan nasional diwujudkan dalam
berbagai kegiatan, salah satunya adalah kegiatan industri. Kegiatan industri merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi. b. Sumber
Daya Alam sebagai Modal Dasar Pembangunan Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian
awal, sumber daya alam memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional.
Sampai saat ini, Indonesia belum mampu memanfaatkan potensi sumber daya alam ini dengan
baik. Perlu kita ingat bahwa sumber daya alam yang melimpah, bukanlah satu-satunya faktor
yang menentukan keberhasilan pembangunan nasional. Selain SDA, faktor sumber daya
manusia juga memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Potensi
sumber daya alam yang melimpah, akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan peningkatan sumber
daya manusia Indonesia. Oleh karena itulah pendidikan merupakan hal yang sangat penting
untuk mempersiapkan SDM Indonesia yang unggul. Pada materi berikutnya, akan kita pelajari
mengenai keunggulan potensi sumber daya alam yang strategis ada di Indonesia. Berkaitan
dengan Sumber Daya Alam strategis sebagai modal dasar pembangunan nasional Indonesia,
ternyata Indonesia juga mempunyai cadangan sumber daya energi non-renewable yang
dieksplorasi sejak dahulu, diantaranya: a) Minyak Bumi Eksplorasi dan pengeboran sumbersumber minyak di Indonesia telah dilakukan, baik di daratan maupun di dasar laut. Usaha
pertambangan minyak di daratan Indonesia terdapat di: Perlak (Aceh) Langkat (Sumatera
Utara) Cepu (Jawa Tengah) Riau dan Jambi Sungai Gerong (Sumatera Selatan) Cirebon
(Jawa Barat) Laut Jawa (Jawa Timur) Kalimantan Selatan Balikpapan, Pulau Bunyu, Pulau
Tarakan (Kalimantan Timur) Sorong, Biak (Papua) Adapun pemboran minyak lepas pantai
Indonesia, terdapat di: Selat Malaka Lau Jawa Laut Cina Selatan Selat Makassar Selat
Sunda Laut Sulawesi Selat Karimata (disekitar Kepulauan Natuna) Sampai tahun 2012 ini,
Indonesia masih bisa mengeksploitasi minyak bumi sebesar 207.841.000 barel per tahun. pada
tahun 2004, pernah mencapai harga minyak mentah lebih dari $ 50 per barel (1 barel = 119 liter).
Beruntunglah negara kita yang memiliki tambang minyak bumi, sehingga harga minya di
Indonesia tidak terlalu tinggi. Minyak mentah dari tempat-tempat pengeboran, dialirkan melalui
pipa-pipa minyak atau diangkut dengan kapal-kapal tanker ke tempat-tempat penyulingan untuk
diproses menjadi minyak siap pakai. Penyulingan minyak di Indonesia, diantaranya terdapat di:
Pangkalan Brandan (Sumatera Utara) Dumai (Riau) Sungai Gerong (Sumatera Selatan)
Plaju (Jambi) Cilacap (Jawa Tengah) Balikpapan (Kalimantan Timur) b) Gas Alam Timbunan
(deposit) gas alam, terpisah dengan timbunan minyak bumi. Untuk mendapatkan gas alam yang
terjebak dalam perlapisan batuan, dilakukan pengeboran. Gas alam hasil pengeboran itu
dialirkan lebih dahulu ke kilang pencairan untuk dicairkan. Gas alam, disimpan dalam tangkitangki penyimpanan. Gas alam cair, disebut LPG (Liquid Petroleum Gas) atau disebut oula LNG
(Liquid Natural Gas). Proses pencairan gas alam, dihasilkan pula sejenis minyak ringan yang
dapat dijadikan bahan baku untuk industri: plastik, pupuk, dan sebagainya. Di Indonesia, sumber
gas alam yang terbesar terdapat di Kepulauan Natuna. Tempat lainnya, adalah: Bontang
(Kalimantan Timur) dan Arun (Nanggroe Aceh Darussalam). Selain diekspor, gas alam juga
untuk memenuhi kebutuhan pabrik pupuk Iskandar Muda dan pabrik pupuk Asean di Aceh. c)
Batu Bara Pertambangan batu bara yang pertama di Indonesia, dilakukan pada tahun 1849 di
Pengaron (Kalimantan Timur). Berikutnya di Umbilin (Sumatera Barat) pada tahun 1892, dan
Bukit Asam (Sumatera Selatan) pada tahun 1919. Di Bukit Asam, endapan batu bara berada
didekat permukaan tanah. Batu bara yang dihasilkan di Bukit Asam, termasuk batu bara tua
yang berkualitas tinggi, sedangkan batu bara di tempat lain di Indonesia termasuk batu bara

muda. Indonesia penyumbang batu bara tertinggi ke-3 dunia. Keunggulan Sumber Daya Mineral
Indonesia Pada subtema sebelumnya, kamu sudah mempelajari macam-macam sumber daya
mineral. Sumber daya mineral atau tambang, merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia.
30 macam mineral utama, terdapat di Indonesia. Mineral tersebut, adalah: emas, perak,
tembaga, nikel, timah putih, timah hitam, aluminium, besi, mangan, chromit, minyak bumi, gas
bumi, batu bara, yodium, berbagai garam, berbagai mineral industri (asbes, bentonit, zeolit,
belerang, fosfat, batu gamping), batu mulia termasuk intan, dan bahan bangunan. Mineral
tersebut dapat dijadikan sebagai bahan baku industri yang ketika diolah akan memberikan
manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Saat ini, ekspor bahan mineral mentah sudah
mulai dikurangi. Hal ini disebabkan mengekspor bahan mentah, hanya memiliki nilai tambah
yang kecil apabila dibandingkan dengan mengekspor olahan dari mineral. Wawasan PT Freeport
Indonesia merupakan salah satu tambang emas terbesar di dunia yang terdapat di Pulau Papua.
Pada tahun 2013, pendapatan PT Freeport Indonesia mencapai 38 triliun rupiah. Indonesia
hanya memiliki sebagian kecil saham di PT Freeport Indonesia. Berikut adalah sumber daya
alam logam yang populer di Indonesia yang mempunyai komparasi dengan negara lain, yaitu: a)
Bijih Besi Bijih besi biasanya bercampur dengan pasir vulkanik, berwarna hitam mengkilat.
Pertmbangan bijih besi: Sumbar, NTB, Kalsel, Jabar, Jateng, Irja, Sulteng, dan Sulsel. b) Nikel
Nikel merupakan logam yang biasa digunakan sebagai bahan campuran pada pembuatan
berbagai barang dengan bahan baku logam, seperti: kuningan, perunggu, dan besi. Nikel
berguna untuk memperkeras logam campuran yang dihasilkan. Digunakan juga untuk melapisi
logam lain agar tampak mengkilat dan tahan karat. Daerah penghasil nikel: Soroako (Sulsel),
Pomala (Sultra), dan Irian Jaya. Di Soroako, penambangan nikel dilengkapi dengan pabrik
peleburan dan pemurnian yang modern. c) Timah Putih Timah putih adalah logam berwarna
putih yang tahan karat, biasa digunakan pada industry: mesin, kaleng, dan juga sebagai bahan
patri. Penambangan timah terdapat di Pulau Belitung dan Singkep. d) Tembaga Penambangan
bijih tembaga yang terbesar di Indonesia, terdapat di Irian Jaya bagian Tengah. Di Kota
Tebagapura dibangun pabrik peleburan bijih tembaga modern pada tahun 1972. Daerah
penghasil lainnya, adalah: Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan. e) Emas
dan Perak Emas termasuk golongan bahan vital. Emas dan perak biasanya ditemukan pada
pertambangan tembaga, berbentuk uarat-urat emas didalam batuan kuarsa. Pertambangan
Emas dan perak terdapat di Banten Selatan (Cikotok), Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Irian Jaya bagian Tengah. f) Bauksit Bauksit
merupakan bijih logam aluminium, yaitu sejenis logam yang ringan dan tidak mudah berkarat.
Bauksit didapat dalam bentuk lumpur kemudian dilebur hingga diperoleh logam aliminium.
Bauksit banyak terdapat di: Sanggau (Kalbar), Lubuk Linggau (Sumsel), dan Pulau Bintan
(Kepri). Pabrik peleburan bauksit menjadi aluminium pertama di Indonesia dibangun di Asahan
(Sumut). Sedangkan sumber daya alam non logam yang populer di Indonesia yang mempunyai
komparasi dengan negara lain, yaitu: a) Belerang Belerang merupakan mineral vulkanis, yang
banyak dihasilkan di kawah-kawah gunung berapi. Bahan ini banyak digunakan dalam industriindustri: bahan kimia, pupuk, korek api, bahan peledak, dan obat-obatan. Sebaran tambang
belerang, antara lain: Gunung Ijen (Jatim), Gunung Telaga Bodas (Jabar), dan Gunung Welirang.
b) Kaolin Kata kaolin berasal dari Cina, yang berarti: gunung yang tinggi. Di gunung yang tinggi
itulah terdapat tanah liat, yang apabila diproduksi akan menjadi keramik berkualitas sangat baik.
Kaolin merupakan bahan dasar untuk pembuatan keramik. Pulau Bangka dan Belitung,
merupakan daerah penghasil kaolin. c) Fosfat Fosfat berasal dari persenyawaan antara pospor
didalam kotoran dan sisa-sisa binatang yang hidup di gua-gua, dan batu gamping di dasar gua.
Bahan tersebut, banyak ditemukan di daerah-daerah kapur. Fosfat adalah salah satu komponen
bahan baku yang cukup penting, dalam pembuatan pupuk untuk tanaman. Sebaran fosfat ada di
daerah: Bogor, Kebumen, Grobogan, Pati (Jawa Tengah), Gresik dan Sampang (Madura). d)
Marmer Marmer atau batu pualam, merupakan hasil perubahan bentuk atau metamorfosis dari
batu gamping. Marmer saat ini banyak dimanfaatkan sebagai ornamen bangunan, dan
perabotan rumah tangga. Sebaran pertambangan marmer, terdapat di Tulungagung (Jawa
Timur) dan Citatah (Jawa Barat). e) Aspal Ketika kamu di jalan, pernahkah berpikir dari mana
aspal di jalan raya berasal ? Tahukah kamu bahwa Pulau Buton di Sulawesi Tenggara, adalah
penghasil aspal terbesar di Indonesia ? Renungan tentang Sumber Daya Alam Strategis sebagai
Modal Dasar Pembangunan Nasional Indonesia Ketersediaan sumber daya alam yang
melimpah, bukanlah jaminan bahwa sebuah negara dapat menjadi negara maju. Selain faktor

SDA, juga diperlukan faktor SDM yang mumpuni untuk mengolah sumber daya tersebut. Sampai
saat ini, sumber daya alam di Indonesia yang pengelolaannya dilakukan oleh pihak asing.
Bagaimanakah tanggapan kalian terhadap fenomena tersebut ? Apa yang harus dilakukan
pemerintah negara Indonesia, agar potensi sumber daya alam dapat dimanfaatkan untuk
kesejahteraan penduduk Indonesia ?
Sumber: http://ipsgampang.blogspot.co.id/2014/12/sumber-daya-alam-strategis-sebagai.html

Sumber Daya Alam Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri
dalam kerangka perekonomian nasional. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi
pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura di satu sisi, sekaligus merupakan salah
satu pusat perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata di Indonesia di sisi lain. Ini
terjadi karena potensi sumber daya alam dan karakteristik ekosistem yang memang sangat
kondusif bagi pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Kini tersedia potensi pertanian
yang cukup melimpah. Sebagian besar produksinya, sayur-mayur dan jeruk malah telah
dipasarkan ke provinsi lain bahkan ke luar negeri. Karena itu, tidak mengherankan jika
sektor ini menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah. Luas areal pertanian meliputi
lahan sawah irigasi teknis seluas 135.872 ha, sawah non irigasi teknis seluas 141.383 ha,
dengan saluran irigasi primer, sekunder dan tersier sepanjang 820.462 meter. Pada 2005,
sawah-sawah ini menghasilkan 3.447.784 ton padi, sedangkan di tahun 2006 hanya
memproduksi 3.030.784 ton padi. Bukan hanya padi yang dihasilkan, tetapi juga 1.298.230
ton palawija, hortikultura dan sayur-sayuran. Beberapa jenis tanaman yang dikembangkan
antara lain 218.375 ha lahan jagung dengan hasil produksi 739.067 ton; 13.142 ha tanaman
kedelai dengan hasil produksi 15.295 ton; 155.436 ha lahan singkong dan umbi-umbian
dengan hasil produksi 655.070 ton. Pada 2004, luas hutan mangrove mencapai 103.372 ha
dengan kondisi 60% baik. Hal ini sangat mempengaruhi perubahan ekosistem pantai dan
kehidupan masyarakat nelayan. Kualitas air sungai yang di pantai hasilnya masih
berfluktuasi terutama untuk parameter BOD, COD, TSS, Do dan PH. Fluktuasi kualitas air
sungai ini terkait dengan ketaatan perusahaan terhadap baku mutu limbah cair dan
besarnya beban limbah domestik yang dibuang langsung ke badan air. Sungai ini terkait
dengan ketaatan perusahaan terhadap baku mutu limbah cair dan besarnya beban limbah
domestik yang dibuang langsung ke badan air. Kualitas udara dengan indicator konsentrasi
ambien polutan udara (Sox, Nox, debu, kebisingan) dan jumlah titik api (hotspot). Tahun
2004 jumlah titik api berkurang dari 219 titik api (2003) menjadi 164 titik api. Indikator ini
menunjukkan kebakaran hutan masih relatif tinggi dan salah satu sumber polusi udara
yang menyebabkan tingginya kadar debu di udara. Di sektor perkebunan, menunjukkan
progress menggembirakan. Pada 2005, misalnya, luas areal perkebunan 1.746.340 ha, lalu
bertambah menjadi 1.788.943 ha pada 2006, terdiri atas 1.008.525 ha perkebunan rakyat,
363.106 ha perkebunan pemerintah, dan 365.992 ha perkebunan swasta dengan total hasil
produksi 4.199.834 ton. Total produksi perkebunan pada 2006 mencapai 1.788.943 ton,
meningkat dibandingkan total produksi 2005 sebesar 4.048.411 ton. Komoditas unggulan
sektor perkebunan antara lain karet. Dengan luas areal 479.174 ha, berhasil diproduksi
367.113 ton karet setiap tahunnya. Perkebunan sawit juga cukup luas, mencakup areal
908.080 ha dengan hasil produksi 13.830 ton. Luas perkebunan kelapa 125.969 ha dengan
hasil produksi 99.529 ton. Perkebunan kopi mencapai 78.119 ha dengan hasil produksi
55.597 ton, sementara perkebunan kakao terhampar seluas 3.259 ha dengan hasil produksi
59.229 ton. Meski potensi perikanan laut di pantai timur atau Selat Malaka hanya 239 ribu
ton per tahun, Sumatera Utara memiliki potensi perikanan yang sangat besar di Pantai
Barat atau Samudera Hindia yang mencapai 917.000 ton per tahun. Kendati demikian,
produksi ikan secara keseluruhan masih relative kecil dibanding potensi yang ada, yakni
10,53% per tahun. Produksi perikanan tidak hanya dari laut, tapi juga dari produksi
perairan rawa, danau dan sungai yang mencapai 11.669,90 ton dengan hasil produksi

perikanan laut yang mencapai 330.579,60 ton, dengan jumlah kapal 22.457 unit. Untuk
hasil perikanan budidaya dan perikanan tangkap untuk tahun 2006 sebesar 388.559 ton. Di
bidang kehutanan, Sumatera Utara juga menyediakan sumber daya alam yang melimpah.
Pada 2005, total luas wilayah hutan mencapai 2.386.960 ha, terdiri atas 1.297.330 ha
hutan lindung dan 1.035.690 ha hutan produksi terbatas. Dari seluruh potensi kehutanan
yang ada, hutan yang dapat dikonversi mencapai 879.270 ha dan hutan bakau seluas
477.070 ha. Produksi kehutanan di luar kawasan Hak Pengelolaan Hutan (HPH) sebanyak
112.459,79 meter kubik kayu bulat, 34.082,12 meter kubik kayu gergajian dan 187.128,74
meter kubi kayu olahan. Sedangkan hasil hutan ikutannya terdiri atas 600 ton rotan dan
654,37 meter kubik Gondorukem. Di sektor peternakan, komoditas utama yang dihasilkan
adalah sapi, kambing, domba, babi, dan unggas. Jumlah populasi sapi potong pada 2006
mencapai 25.465 ekor dengan jumlah pemotongan per tahun sebanyak 53.207 ekor.
Populasi sapi perah 6.521 ekor, memproduksi 4.561 ribu liter susu per tahun. Di sana juga
tersedia 721.858 ekor kambing bersama 268.500 ekor domba, 809.705 ekor babi,
21.280.380 ekor ayam buras, 6.190.175 ekor ayam petelur dengan hasil produksi 123.95,36
ton telur per tahun, 51.219.491 ekor ayam pedaging dengan hasil produksi 44.687,58 ton
daging ayam per bulan, serta 2.291.472 ekor itik dengan hasil produksi 10.919,80 butir
telur per tahun. Total produksi peternakan tahun 2006 mencapai 216,05 ton, meningkat
dibanding produksi 2005 yang hanya mencapai 213,25 ton. Sumatera Utara juga memiliki
kekayaan tambang. Survey 2006 mencatat bahwa terdapat 27 jenis barang tambang
nonlogam (golongan C), 15 jenis barang tambang logam dan enam jenis minyak, gas
(migas) dan energi. Barang tambang nonlogam antara lain batu gamping, dolomite, pasir
kuarsa, belerang, kaolin, diatomea dan bentonit. Sedangkan barang tambang logam
mencakup emas, perak, tembaga dan timah hitam. Sementara potensi migas dan energi
antara lain minyak bumi, gas alam dan panas bumi. Saat ini telah dilakukan eksploitasi
terhadap minyak bumi di Sumatera Utara, dengan hasil produksi pada 2006 mencapai
21.000 barel minyak bumi. Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007). Rujukan Lokasi-lokasi
Komoditas Strategis Nias Perikanan Laut, Jagung, Nilam Tapanuli Selatan Ikan Sale, Meubel
Kayu / Rotan, Padi, Salak, Manggis, Mangga Golek, Pisang Kepok, Karet, Sapi, Bentoit,
Batu Kapur. Mandailing Natal Kopi, Kakau, Kelapa Sawit. Tapanuli Tengah Jagung, Nilam,
Play Wood Tapanuli Utara Nenas, Jeruk, Pisang Barangan, Goba, Kentang, Cabe, Bawang
Merah, Babi, Kerbau Ayang Buras, Ikan Mas, Lele Dumbo, Gurami, Bawang Putih, Grass
Carp,Kopi, Kemenyan, Kakau, Karet, Kacang Garing, Tenun Adat, Gula Semut, Kapur Tohor.
Toba Samusir Nilam, Jagung,Pakan Ternak, Kelapa, Kakao, Kemenyan, Pengolahan Kayu,
Industri Kain Ulos Batak, Kacang-kacangan. Pelabuhan Batu Asahan Kelapa Sawit, Karet,
Kakao. Simalungun Udang , Ikan , Jagung , Furniture . Dairi Kol , Cabe , Bawang merah ,
tomat , pisang . Karo Kentang , Jagung , Durian , Jeruk , Kopi , Keniri , Kulit manis ,
gambir , kemenyan . Deli Serdang Jagung , Jeruk , markisa , Kol / kubis , Petai , Wortel ,
Kentang , Cabe , Tomat . Langkat Karet , Kakao , Kelapa sawit , Pisang , Jagung . Sibolga
Kakao , Kelapa sawit , Nila merah , Kerapuh , Rambutan , Domba , Karet . Tanjung Balai
Pematang Siantar Kerang , udang Galah ,Itik , Jagung , Kedelai. Medan Teh hijau , Rokok
Putih , Tepung Tapioka , kacang tumbuk , Ulos .Furniture , Bika Ambon . Anyam anyaman.Bengkoang , Rambutan , Bunga Potong ( sedap malam , galadiol , angrek ) ,
Konfeksi , Tekstil , Barang - barang dari rotan , Anyaman / Meubel dari bambu . Rujukan
Komoditas Perkebunan Di Sumatera Utara terdapat berbagai komoditi hasil-hasil
perkebunan, seperti: karet, sawit, kopi nilam, jahe, kemiri, aren, pinang, coklat, kelapa,
panili, kemenyan, kulit manis, dan cengkeh yang memberi peluang untuk mendirikan
industri pengolahan hasil perkebunan. Luas areal perkebunan adalah 1.629.156 Ha atau
22,73% dari Luas Sumatera Utara, dengan produksi sebesar 12.225.234 ton untuk 23
komoditi diantaranya sawit, karet, kopi, teh, kakao dan kelapa. Menurut pengusahaannya
areal perkebunan dibagi menjadi: 1. Perkebunan rakyat seluas 815.071 Ha dengan produksi
2.829.280 ton. 2. Perkebunan Swasta (PBS) seluas 425.551 Ha dengan produksi 4.934.556
ton 3. PTPN seluas 388.534 Ha dengan produksi 4.461.398 ton Rata-rata pertambahan luas
lahan perkebunan sebesar 0,72% pertahun dan pertumbuhan produksi sebesar 2,74%

pertahun. Komoditi Lokasi Luas/ha Karet Labuhan Batu Tapanuli Selatan Mandailing Natal
Langkat Tapanuli Tangah 84.176 60.674 43.044 36.720 29.474 Komoditi Lokasi Luas/ha
Kelapa Sawit Labuhan Batu Simalungun Tapanuli Selatan Langkat Asahan 79.000 25.610
21.170 19.626 17.080 Komoditi Lokasi Luas/ha Kopi Dairi Tapanuli Selatan Tapanuli Utara
Mandailing Natal Simalungun 18.449 - - - - Komoditi Lokasi Luas/ha Kelapa Nias Asahan Deli
Serdang Labuhan Batu Tapanuli Tangah 48.478 43.654 12.191 11.525 6.871 Komoditi Lokasi
Luas/ha Nilam Nias Toba Samosir Tapanuli Selatan Tapanuli Tangah Dairi 1.147 137 125 69
59 Komoditi Lokasi Luas/ha Jahe Simalungun Toba Samosir Dairi Tapanuli Utara Deli
Serdang 816 627 234 92 60 Komoditi Lokasi Luas/ha Kemiri Karo Dairi Toba Samosir Deli
Serdang Tapanuli Utara 5.493 4.253 2.485 1.067 656 Komoditi Lokasi Luas/ha Pinang Deli
Serdang Langkat Asahan Simalungun Nias 1.369 349 328 314 156 Komoditi Lokasi Luas/ha
Cokelat Asahan Simalungun Deli Serdang Tapanuli Selatan Nias 7.807 3.134 3.509 2.982
2.851 Komoditi Lokasi Luas/ha Panili Dairi Karo Deli Serdang Simalungun Langkat 159 130
71 25 5 Komoditi Lokasi Luas/ha Kemenyan Tapanuli Utara Toba Samosir Dairi Tapanuli
Selatan 159 130 71 25 Komoditi Lokasi Luas/ha Kulit Manis Tapahuli Selatan Mandailing
Natal Tapanuli Utara Karo Dairi 1.874 1.183 1.014 849 703 Komoditi Lokasi Luas/ha
Cengkeh Nias Toba Samosir Mandailing Natal Karo Tapanuli Selatan Dairi 1.891 635 566 530
263 185 Rujukan Provinsi ini tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini, perkebunan
tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh
perusahaan swasta maupun negara. BUMN Perkebunan yang arealnya terdapat di Sumatera
Utara, antara lain PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II), PTPN III dan PTPN IV. Selain itu
Sumatera Utara juga tersohor karena luas perkebunannya. Hingga kini, perkebunan tetap
menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan
swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit,
kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli
Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, dan Tapanuli Selatan. Luas pertanian
padi. Pada tahun 2005 luas areal panen tinggal 807.302 hektar, atau turun sekitar 16.906
hektar dibanding luas tahun 2004 yang mencapai 824.208 hektar. Produktivitas tanaman
padi tahun 2005 sudah bisa ditingkatkan menjadi berkisar 43,49 kwintal perhektar dari
tahun 2004 yang masih 43,13 kwintal per hektar, dan tanaman padi ladang menjadi 26,26
kwintal dari 24,73 kwintal per hektar. Tahun 2005, surplus beras di Sumatera Utara
mencapai 429 ton dari sekitar 2.1.27 juta ton total produksi beras di daerah ini. Luas
perkebunan karet. Tahun 2002 luas areal tanaman karet di Sumut 489.491 hektar dengan
produksi 443.743 ton. Sementara tahun 2005, luas areal karet menurun atau tinggal
477.000 hektar dengan produksi yang juga anjlok menjadi hanya 392.000 ton. Irigasi. Luas
irigasi teknis seluruhnya di Sumatera Utara seluas 132.254 ha meliputi 174 Daerah Irigasi.
Sebanyak 96.823 ha pada 7 Daerah Irigasi mengalami kerusakan sangat kritis. Produk
Pertanian. Sumatra Utara menghasilkan karet, cokelat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh,
kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang,
Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, dan Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut
telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar
bagi Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatra Utara juga dikenal sebagai
penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk Medan,
Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo,
Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia
dan Singapura.Rujukan:http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara Komoditas Pertanian
Di antara hasil pertanian yang berpotensi di kembangkan di Sumatera Utara, adalah padi,
jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah dan beberapa
sayur-sayuran, seperti uraian di bawah ini: Komoditi Lokasi Luas/ha Padi Deli Serdang
Simalungun Labuhan Batu Tapanuli Selatan Langkat Tapanuli Utara 133.190 111.201 96.287
66.417 71.903 64.458 Komoditi Lokasi Luas/ha Jagung Karo Simalungun Dairi Deli Serdang
Langkat Asahan 66.801 47.877 34.187 20.976 10.669 5.273 Komoditi Lokasi Luas/ha Ubi
Kayu Deli Serdang Simalungun Nias Toba Samosir Tapanuli Utara Tapanuli Selatan 14.950
7.217 2.535 1.860 1.074 669 Komoditi Lokasi Luas/ha Ubi Jalar Nias Deli Serdang

Simalungun Toba Samosir Tapanuli Utara 3.284 2.678 2.413 1.166 1.099 Komoditi Lokasi
Luas/ha Kacang Tanah Simalungun Deli Serdang Tapanuli Utara Dairi Langkat 8.685 3.872
2.127 1.766 1.026 Komoditi Lokasi Luas/ha Kacang Kedelai Deli Serdang Langkat
Mandailing Natal Tapanuli Selatan Asahan 3.481 2.727 1.135 784 474 Komoditi Lokasi
Luas/ha Kacang Hijau Deli Serdang Simalungun Langkat Toba Samosir Tapanuli Selatan
3.952 1.586 1.534 361 357 Rujukan:http://www.indonesia.go.id/id/index.php?
option=com_content&task=view&id=4048&Itemid=1545 Industri dan Pertambangan Di
Indonesia, sektor industri dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni industri besar,
industri sedang serta industri kecil dan rumah tangga. Pembagian itu lebih didasarkan pada
jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri yang bersangkutan. Jumlah industri besar
yang ada di Sumut tahun 1998 mencapai 1.025 perusahaan. Jumlah itu mengalami
penurunan sekitar 7,32% jika dibandingkan tahun 1997, yang berjumlah 1.106 unit. Nilai
output industri besar pada tahun 1997 mencapai lebih dari Rp 23 ribu milyar dengan nilai
tambah sebesar Rp 3.563,65 milyar. Nilai tambah terbesar tahun 1998 pada industri
makanan, minuman, dan tembakau, yaitu sebesar Rp 3.456,06 milyar, kemudian diikuti
industri kimia sebesar Rp 1.643,73 milyar dan industri pengolahan lain sebesar Rp 2,96
milyar. Jumlah aneka industri di Sumut sekitar 1.106 perusahaan dengan total tenaga kerja
180.803 jiwa. Hasil industri utama di Sumut berupa makanan dan minuman, tekstil,
pakaian jadi dan kulit, perabot rumah tangga, kertas, kimia, barang dari bahan kimia,
barang galian bukan logam dan logam dasar, barang dari logam, dan mesin. Hasil industri
kecil berupa tenunan, sulaman, pakaian jadi, konveksi (garmen); makanan, alat pertanian,
tas, dan sepatu. Potensi industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan hasil hutan,
seperti minyak kelapa sawit (CPO); rotan, kayu lapis, cramb rubber, dan sebagainya sangat
potensial untuk dikembangkan lebih Ianjut. Selain itu, industri manufaktur dan elektronik
juga akan menjadi potensi andalan Sumut jika ia dapat dikembangkan secara lebih modern
dengan peralatan canggih. Di sektor pertambangan, Sumut memiliki beberapa bahan
tambang, seperti minyak dan gas bumi di daerah lepas pantai Selat Malaka, Pulau Nias,
dan daerah perbatasan Sumatra Utara dengan Riau. Hasil tambang batu bara banyak
terdapat di Kabupaten Langkat, Tapanuli Tengah, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan,
Labuhan Batu, Nias, dan dataran tinggi Karo. Sementara emas, perak, tembaga, dan seng
banyak terdapat di Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Asahan, Langkat, dan
tanah Karo. Selain itu, Sumut memiliki bahan galian seperti andesit, pasir kuarsa, batu
kali/koral, batu apung, pasir bangunan, granit, obsidin, koalin, marmer, dan batu kapur
yang juga cukup potensial untuk dikembangkan. Dalam dunia perdagangan, Sumut pada
tahun 1997 telah mengimpor mesin, peralatan listrik, besi dan baja, bahan bakar mineral
dan minyak, bahan kimia organik, dan barang-barang senyawa senilai US$ 977.292.752.
Nilai ekspornya (1997) dengan komoditas utama berupa, lemak, minyak, malam, karet dan
barang dari karet, kayu, aluminium, dan ikan seluruhnya berjumlah sekitar US$
3.443.555.312. Pada tahun 1998 volume ekspor Sumut mencapai 4.401.819 ton dan volume
impor sebesar 958.374 ton. Ini berarti masing-masing mengalami penurunan sebesar 9,92%
dan 55,2%. Nilai ekspor Sumut pada tahun yang sama mencapai US$ 2.713,61 juta dan nilai
impornya sebesar US$ 408,4 juta, sehingga surplus perdagangan Sumut tahun 1998
mencapai US$ 2.308,2 juta. Komoditas andalan ekspor Sumut terutama berasal dari
perikanan, industri hasil perkebunan, seperti minyak nabati dan pertanian hasil tanaman
pangan. Yang telah disebutkan itu menjadi potensi ekonomi yang andal di Sumatra Utara.
Kendala yang dihadapi sampai sekarang antara lain menyangkut investasi. Masalah
investasi ini menjadi kendala yang sulit untuk dipecahkan apalagi dalam situasi krisis
seperti yang masih dialami Indonesia saat ini. Persoalan investasi modal menjadi kendala
yang cukup serius saat ini, termasuk dalam menarik investor asing. Rujukan Ada tiga
perusahaan pertambangan terkemuka di Sumatera Utara: Sorikmas Mining (SMM)adalah
sebuah perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang bergerak di bidang usaha
pertambangan emas dan mineral pengikut lainnya. Sebanyak 25 persen sahamnya dimiliki
PT Aneka Tambang, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang pertambangan. Sedangkan
75 persen lagi dimiliki Aberfoyle Pungkut Investment Pte Ltd. Perusahaan ini berada di

Singapura, namun sahamnya dimiliki Aberfoyle Resources Limited/Western Metal Copper


Limited dari Australia. SMM merupakan perusahaan pemegang kontrak karya generasi VII
tertanggal 19 Februari 1998. Awalnya, wilayah kontrak karya SMM di Kabupaten Madina
seluas 201.600 ha. Namun setelah dua kali diciutkan, luas konsesinya kini menjadi 66.200
ha, atau tinggal 32,82 persen saja. Proses eksplorasi dimulai sejak 19 Februari 1999. Dari
luas total saat ini, ternyata sebagian besar justru tumpang tindih dengan kawasan Taman
Nasional Batang Gadis (TNBG). Ini terjadi karena pada 29 April 2004 Menteri Kehutanan,
saat dijabat Muhammad Prakosa, menetapkan pembentukan TNBG dengan luas 108 ribu ha
melalui putusan SK No 126/Menhut-II/2004. Batas tetapnya akan ditentukan setelah
diadakan penetapan batas di lapangan.Rujukan Newmont Horas Nauli(PTNHN) adalah
perusahaan patungan yang dimiliki oleh Newmont (90%) dan PT Austindo Nusantara Jaya
(10%) dan didirikan untuk kegiatan eksplorasi dan operasi tambang yang terletak di
Wilayah Kontrak Karya Martabe, Sumatera Utara. Pelaksanaan proyek Martabe dilandasi
Kontrak Karya antara Pemerintah Indonesia dan PT Danau Toba Mining (Normandy) yang
ditandatangani pada 28 April 1997. Lokasi wilayah Kontrak Karya terletak di kabupaten
Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Dengan diakuisisinya Normandy oleh Newmont pada
Februari 2002, maka pengelolaan proyek ini dilakukan oleh PTNHN. Normandy menemukan
Martabe pada 1997 melalui kegiatan tindak lanjut atas anomali endapan aliran emas
dengan menggunakan teknologi geokimia BLEG. Martabe memiliki beberapa sasaran
eksplorasi termasuk yang paling potensial seperti prospek Tor Sipalpal (Purnama) dan
prospek yang lain meliputi Gunung Barani (Pelangi), Ramba Joring (Baskara) dan Tor Uluala
(Kejora). Prospek-prospek ini membentang dengan jarak lebih dari 6 km. Mineralisasi emas
di Martabe mempunyai kesamaan jenis dengan di Yanacocha, Peru, karena emas
berasosiasi dengan tubuh bijih silika terlindih dan mengandung breccia yang berukuran
besar yang berinduk pada daerah alterasi lempung. Saat ini Martabe sedang menjalani
studi pra-kelayakan termasuk studi rona awal dampak lingkungan. Proyek Martabe sedang
dalam tahap eksplorasi akhir dan apabila program eksplorasi lanjutan berhasil maka akan
segera masuk ke tahap studi kelayakan. Pada 2003, program eksplorasi akan difokuskan di
Purnama. Kegiatan pemboran saat ini juga memperluas daerah mineralisasi Purnama ke
arah utara, pengujian daerah yang belum banyak diselidiki antara Purnama dan Baskara
serta beberapa lubang penelitian di Baskara. Sampai Oktober 2003, sekitar 262 lubang bor
telah diselesaikan pada proyek Martabe. Program pemboran akan diselesaikan pada
November 2003, meskipun eksplorasi akan berlanjut sampai awal 2004 dan dijadwalkan
selesai pada Mei 2004.Rujukan Dairi Prima Mineral adalah sebuah perusahaan
pertambangan di Sumatra Utara. Sebagian konsesinya berada pada kawasan hutan lindung
seluas kurang lebih 18.170 hektar dari luas total konsesi seluas 22.030 hektar. Perusahaan
ini akan segera melakukan eksplorasi bahan galian Pb (timah hitam) dan Zn (seng) di
Batang Toru, Tapanuli Selatan. Sahamnya dimiliki oleh Herald Resources Ltd. (Australia)
30%, dan International Annax Ventures, (Kanada) 70%.Rujukan Ekspor dan Impor Kinerja
ekspor Sumatera Utara cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004
tercatat perolehan devisa mencapai US$4,24 milyar atau naik 57,72% dari tahun
sebelumnya dari sektor ini. Ekspor kopi dari Sumatera Utara mencapai rekor tertinggi
46.290 ton dengan negara tujuan ekspor utama Jepang selama lima tahun terakhir. Ekspor
kopi Sumut juga tercatat sebagai 10 besar produk ekspor tertinggi dengan nilai US$3,25
juta atau 47.200,8 ton periode Januari hingga Oktober 2005. Dari sektor garmen, ekspor
garmen cenderung turun pada Januari 2006. Hasil industri khusus pakaian jadi turun 42,59
persen dari US$ 1.066.124 pada tahun 2005, menjadi US$ 2.053 pada tahun 2006 pada
bulan yang sama. Kinerja ekspor impor beberapa hasil industri menunjukkan penurunan.
Yakni furniture turun 22,83 persen dari US$ 558.363 (2005) menjadi US$ 202.630 (2006),
plywood turun 24,07 persen dari US$ 19.771 menjadi US$ 8.237, misteric acid turun 27,89
persen yakni dari US$ 115.362 menjadi US$ 291.201, stearic acid turun 27,04 persen dari
US$ 792.910 menjadi US$ 308.020, dan sabun noodles turun 26 persen dari AS.689.025
menjadi US$ 248.053. Kinerja ekspor impor hasil pertanian juga mengalami penurunan
yakni minyak atsiri turun 18 persen dari US$ 162.234 menjadi US$ 773.023, hasil

laut/udang, minyak kelapa dan kopi robusta juga mengalami penurunan cukup drastis
hingga mencapai 97 persen. Beberapa komoditi yang mengalami kenaikan (nilai di atas US$
Juta) adalah biji kakao, hortikultura, kopi arabica, CPO, karet alam, hasil laut (non
udang). Untuk hasil industri yakni moulding, ban kendaraan dan sarung tangan
karet.Rujukan Peternakan Hasil populasi ternak di Sumatra Utara tahun 1997 adalah
sebagai berikut: jumlah sapi 268.364 ekor, kerbau 265.053 ekor, kuda 9.937 ekor, sapi
perah 8.811 ekor, kambing 785.229 ekor, domba 154.027 ekor, babi 976.277 ekor, ayam ras
6.266.676 ekor, ayam Broiler 72,510.000 ekor, ayam kampung 21.160.000 ekor, dan itik
2.265.317 ekor. Sementara hasil populasi ternak tahun 1998 mengalami penurunan sebagai
berikut: sapi 246.279 ekor; kerbau 264.152 ekor; kuda 5.601 ekor; sapi perah 6.386 ekor;
kambing 691.228 ekor; domba 159.491 ekor; babi 765.652 ekor, ayam ras 3.763.760 ekor;
ayam daging 5.729.010 ekor; ayam kampung 19.574.500 ekor; dan itik 2.192.490 ekor.
Krisis moneter yang dilanjutkan dengan krisis eko-nomi yang melanda Indonesia sejak Juli
1997 sangat berpengaruh terhadap populasi hasil ternak utama di Sumatra Utara. Makanan
ternak yang harganya melambung tinggi dan semakin mahal menjadi salah satu
pemicunya. Bahkan banyak perusahaan yang mem-produksi makanaan ternak gulung tikar
akibat mero-sotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, padahal sebagian besar bahan
utama makanan ternak masih banyak diimpor dari negara lain. Itulah beberapa kendala
yang dialami oleh peternak Indonesia umumnya, dan peternak di Sumatra Utara
khususnya.Rujukan Flu Burung Anjlokkan Produksi Ternak Sumut Wabah flu burung sampai
Agustus 2006 sudah menyerang 16 dari 25 kabupaten/kota di Sumut. Dampaknya, selain
menimbulkan kepanikan bagi 12 juta lebih warga daerah ini, juga menyebabkan meruginya
peternak akibat anjloknya produksi. Demikian kesimpulan Wakil Kepala Dinas Peternakan
Sumut, Ir Tetty Herlina Lubis di Medan, Senin (4/9). Dari 12 populasi ternak, hanya
produksi sapi potong dan domba saja yang tidak turun. Selebihnya, berproduksi minus,
kata Tetty dalam pertemuan yang dipandu Kepala Badan Infokom Sumut Drs H Eddy Syofian
Purba MAP. 16 kabupaten/kota endemik flu burung itu adalah, Deli Serdang, Binjai, Dairi,
Medan, Tebing Tinggi, Langkat, Samosir, dan Serdang Bedagai. Kemudian Simalungun,
Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Mandailing Natal, Humbang Hasundutan,
dan Karo. Menurut Tetty, produksi ternak ayam petelur merupakan yang terparah
persentase penurunannya, yakni mencapai minus 16,6 persen jika dilihat dari produksi
tahun 2004 sebesar 13.826.970 dibanding produksi tahun 2005 sebesar 6.190.175. Produksi
ternak ayam pedaging juga menurun tajam dengan persentase minus 11,07 persen jika
dilihat produksi tahun 2004 sebesar 38.045.260 dibanding produksi tahun 2005 sebesar
35.568.236. Penurunan produksi ternak antara tahun 2004 dengan tahun 2005 juga terjadi
pada sapi perah (minus 0,41 persen), kerbau (minus 0,39 persen) kuda (minus 9,48
persen), kambing (minus 4,68 persen), babi (minus 2,25 persen), ayam buras (minus 3,74
persen), dan itik (minus 5,42 persen). Diakui Tetty, anjloknya produksi ternak akibat flu
burung ini menyebabkan kinerja peternakan Sumut minus sepanjang tahun 2005. Kinerja
seperti ini menggangu perekonomian Sumut baik dari pengusaha maupun peternak
sendiri, tambahnya. Dikatakan, dampak wabah flu burung juga menurunkan konsumsi
produk peternakan.Tahun 2003 konsumsi daging untuk warga Sumut sebanyak 10,36 ton
dan telur 13,37 ton. Namun hingga Desember 2005, konsumsi daging menurun menjadi
9,20 ton (minus 5,14 persen) dan konsumsi telur turun menjadi 5,56 ton (minus 16,68
persen). Hanya konsumsi susu (dari sapi perah) saja yang stabil. Karena sterilisasi sudah
berlangsung baik, katanya.Rujukan Perikanan Timpang, Pemanfaatan Potensi Perikanan
Sumatera Utara SEKTOR perikanan merupakan salah satu sektor yang menjadi tumpuan
kehidupan banyak orang setelah sektor pertanian. Barangkali karena itu pula Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara menempatkannya sebagai sektor strategis, terutama dalam upaya
peningkatan pendapatan masyarakat ke depan. Kebijakan ini tidak terlepas dari kondisi
geografis Sumatera Utara (Sumut) sebagai daerah yang memiliki pantai dan pulau. Panjang
garis pantai di provinsi ini tercatat 545 kilometer di wilayah pantai timur, yakni dari batas
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) di utara hingga ke batas Riau di selatan yang terhampar
persis dekat Selat Malaka. Di wilayah pantai barat, panjang garis pantainya tercatat 375

kilometer, sedangkan sekitar 380 kilometer lagi merupakan garis pantai di pulau-pulau
Nias. "Bagi Provinsi Sumut, sektor perikanan tetap menjadi andalan guna memacu
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat daerah ini. Karena itulah, kebijakan
pembangunan sektor ini ke depan didasarkan pada pendekatan pembagian tiga wilayah
pengembangan," papar Ridwan Batubara, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sumut. Tiga
wilayah pengembangan tersebut masing-masing, wilayah pengembangan perikanan dan
kelautan I. Daerah yang masuk wilayah ini, antara lain, Mandailing Natal, Sibolga, Tapanuli
Tengah, Tapanuli Selatan, dan Nias. Potensi unggulan wilayah itu adalah penangkapan ikan
lepas pantai dan perairan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif). Wilayah pengembangan II yang
merupakan bagian tengah Sumut hanya bisa dikembangkan sebagai pusat perikanan
budidaya. Misalnya, di sekitar Toba Samosir, Simalungun, Dairi, dan Tapanuli Utara. Sama
dengan wilayah I, pembangunan perikanan di wilayah III, yakni di bagian timur Sumut,
tetap akan menjadi fokus pengembangan perikanan tangkap. Daerahnya terletak persis di
sekitar perairan Selat Malaka, yaitu mulai dari Langkat di perbatasan NAD, hingga ke
Medan, Deli Serdang, Tanjung Balai, Asahan, hingga Labuhan Batu dekat perbatasan Riau.
PENGEMBANGAN perikanan di wilayah II Sumut seyogianya tidak menemukan banyak
masalah karena lebih pada budidaya darat yang sudah mengakar dari dulu di masyarakat.
Persoalan paling besar di wilayah pengembangan I dan III Sumut, sebab sebagai andalan
dan pusat aktivitas perikanan tangkap, maka ini terkait langsung dengan potensi alami di
sana. Pengurasan potensi perikanan laut yang tidak terkendali, apalagi dibarengi dengan
cara-cara penangkapan di luar batas, misalnya bom ikan, jelas akan menjadi bumerang di
belakang hari. Isyarat betapa potensi perikanan laut daerah ini sudah mulai tahap lampu
kuning" bisa dilihat dari ketimpangan potensi alami antara perairan pantai timur dan
pantai barat Sumut. Ini mengkhawatirkan karena akan mengancam keberadaan dua
"gudang" ikan terbesar Sumut. Sudah sejak lama pantai timur dan barat Sumut menjadi
ujung tombak perikanan tangkap, baik untuk pasar lokal, ekspor, maupun industri
perikanan. Siapa pun tahu, Belawan dan Sibolga merupakan pelabuhan perikanan terbesar
Sumut yang produksi ikan tangkapnya dikirim ke mana-mana. Badan Riset Kelautan dan
Perikanan tahun 2001 mencatat, potensi perikanan di perairan pantai timur Sumut (sekitar
Selat Malaka) tercatat sekitar 276.030 ton per tahun. Sedangkan pemanfaatan per tahun
2003 tercatat sekitar 255.499,2 ton. "Angka ini memang mengejutkan karena, dengan
data-data di atas, tergambar jelas kondisi perairan pantai timur Sumut sudah mendekati
over fishing atau padat tangkap. Keadaan demikian menunjukkan betapa potensi perairan
pantai timur sekitar Selat Malaka sudah sulit dioptimalkan karena tingkat pemanfaatannya
mencapai 92 persen," kata Ridwan Batubara. Data Badan Riset Kelautan tersebut
setidaknya memberi gambaran bahwa eksploitasi potensi perikanan tangkap di daerah ini
tampaknya mulai timpang. Bandingkan dengan potensi perikanan di pantai barat Sumut
(sekitar Samudra Hindia). Potensi perairan ini tercatat 1.076.960 ton per tahun, dengan
tingkat pemanfaatan pada tahun 2003 baru mencapai 96.597,1 ton (8,96 persen). "Tingkat
pemanfaatan potensi sumber daya perikanan yang belum merata di Sumut, khususnya
perikanan tangkap, jelas berpengaruh serius. Salah satunya berdampak terhadap hasil
tangkapan yang tidak berimbang karena penangkapannya yang tidak rasional," ujar Ridwan
Batubara. Agar ketimpangan tersebut tidak berlanjut, sudah selayaknya Dinas Perikanan
dan Kelautan Sumut berupaya melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap sumber
daya perikanan tangkap. Caranya, bekerja sama dengan pemerintah kabupaten dan kota
yang menjadi penanggung jawab teritorial setempat. Selain itu, untuk pengendalian
pemanfaatan sumber daya perikanan di Sumut, diharapkan pula adanya patroli
pengawasan pantai maupun samudra secara berkesinambungan. Langkah-langkah di atas
memang harus dilakukan untuk menjamin produksi perikanan di Sumut. Apalagi, lonjakan
produksi penangkapan ikan daerah ini tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan potensi
yang ada. Tahun 2002, misalnya, produksi penangkapan ikan di laut tercatat 345.192,4
ton, sedangkan tahun 2003 tercatat 352.096,2 ton atau hanya naik sekitar 1,9 persen.
Sektor perikanan tampaknya memang tidak semata menjaring ikan, memancing, atau
sekadar membuat keramba. Penggarapan potensi perikanan laut yang timpang pasti akan

mengancam kelangsungan hidup nelayan ke depan.... (ahmad zulkani) (Selasa, 03 Februari


2004 Copyright 2002 Harian KOMPAS) Rujukan Kegiatan Budidaya Ikan di Danau dan
Waduk Danau Toba Danau Toba terletak di Propinsi Sumatera Utara dengan luas permukaan
perairan 110.620 ha. Di tengah Danau Toba terletak sebuah pulau yaitu pulau Samosir
dengan luas 69.280 ha.Rata-rata kedalaman Danau Toba 218m dengan kedalaman
maksimum 529m. Indikator kondisi lingkungan yang masih baik adalah dari penggunaan air
danau untuk pengembangan perikanan, sumber air minum dan pariwisata. Danau Toba
termasuk perairan yang miskin yang ditunjukkan oleh penampakan perairan yang jernih
dan tidak tingginya kelimpahan populasi hewan air(termasuk ikan) yang hidup didalamnya.
Jenis-jenis ikan yang meliputi jenis ikan batak (Lissochillus Tieneman),ikan pora-pora
(Puntius Pinotatus,ikan nilem(Oseochellus Haselti),ikan mas (Cyprinus Carpio),ikan tawes
(Punctius Javanicus),ikan mujair (Oreochromics Mossambicus),ikan gabus(Ophiocephalus
sp),ikan lele(Clarias Batracus),ikan sepat(Trichogaster Trichopterus), dan ikan
gurame(Ospronemus Gouramy). Budidaya ikan yang berkembang di perairan Danau Toba
adalah dengan sistem budidaya diKeramba Jaring Apung(KJA). Jenis ikan yang banyak
dibudidayakan oleh masyarakat adalah ikan mas dan nila. Di danau Toba juga terdapat KJA
milik swasta yaitu PT. Aqua Farm Nusantara merupakan PMA yang berdiri tahun 1988
berdasarkan Surat Persetujuan Presiden RI No.B-32/Pres/03/1988. Usaha budidaya yang
dikembangkan PT. Aqua Farm Nusantara di Propinsi Sumatera Utara merupakan budidaya
ikan nila terpadu (integrated) yang meliputi unit usaha pembenihan (hatchery), unit usaha
pembesaran (growout),unit usaha pengolahan (processing plant), dan unit pabrik pakan
ikan (masih proses perintisan ditahun 2008). Unit usaha pembesaran dilakukan di Danau
Toba yang melibatkan tenaga kerja sekitar 2.400 orang tenaga kerja lokal dengan jumlaj
KJA sebanyak 1.380 unit yang tersebar di 6 lokasi KJA (Kab. Samosir 4 lokasi,Kab.
Simalungun 1 lokasi, Kab. Toba Samosir 1 lokasi) dan 1 lokasi Landing Site di Kab. Toba
Samosir. Jumlah KJA disetiap lokasi kurang lebih 250 unit. Sebagian besar KJA yang
dikembangkan sudah menggunakan KJA bulat. KJA segiempat yang terbuat dari besi
galvanis disinyalir cukup rentan terhadap benturan kapal yang merapat ataupun lewat.
Sementara KJA bulat yang menggunakan bahan rangka meupun pelampung, dari bahan
pipa paralon PVC tampak lebih kokoh, lebih indah dan relati lebih hydrodynamic sehingga
ada kecenderungan kedepan pengembangan KJA bulat secara berangsur-angsur akan
menggantikan seluruh KJA segiempat. Dengan pola penebaran dan pemanenan yang
dikembangkah oleh unit growout ini, maka pada setiap hari dapat dilakukan pemanenan
sebanyak 80 ton ikan hidup. Untuk mencapai target panen tersebut, maka pada setiap hari
harus dilakukan penebaran benih ikan nila ukuran glondongan sebanyak 200.000 ekor.
Dalam unit pembesaran tersebut, digunakan teknilogi konstruksi KJA yang cukup modern,
dan ditunjang dengan penggunaan nutrisi dan manajemen pakan yang ramah
lingkungan.Rujukan
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

Anda mungkin juga menyukai