Anda di halaman 1dari 10

KLIPING KARYA SENI LUKIS

Mia Wulansani
XI MIPA 2
SMAN 1 KUNINGAN

BIOGRAFI LEE MAN FONG

Lee Man Fong adalah seorang pelukis Indonesia yang dilahirkan di China,
Ghuangzhaou pada tahun 1913. Ayahnya seorang pedagang dan meninggal pada
tahun 1930 saat mereka di Singapura. Setelah ayahnya meninggal Lee Man Fong
harus menghidupi adik-adiknya dan ibunya. Dengan kemampuan melukisnya dia
menghidupi keluarganya, tapi pekerjaan itu dirasa kurang cukup, kehidupan yang
terasa berat dan serba kekurangan membuat Lee Man Fong hijrah ke Jakarta pada
tahun 1932, dan mencoba keberuntungannya di Indonesia. Lee Man Fong pun
bekerja sebagai pelukis komersil dan agen periklanan. Maka ketika Jepang datang
ke Indonesia dan hendak menjajah Indonesia,secara gerilya Lee Man Fong turut
serta melawan fasisme Jepang hingga akhirnya dia harus terpenjara selama 6 bulan
pada tahun 1942. Untunglah dia ditolong oleh Takahashi Masao seorang opsir yang
juga seniman ikebana (rangkaian bunga). Mereka berkenalan hingga Takashi Masao
tahu kalau Lee Man Fong adalah seorang seniman dan dia tertarik dengan potensi
yang dimilikinya maka Lee Man Fong pun dibebaskan.
Pada tahun 1949, Lee Man Fong di beri beasiswa oleh pemerinta Belanda untuk
belajar melukis di Belanda selama 3 tahun. Selama itu juga dia sempat
mengadakan beberapa pameran tunggal. Dari pameran-pameran ini Lee Man Fong
mendapatkan kesuksesan.
Tahun 1952 presiden Soekarno sebagai pecinta seni lukis datang ketempat Lee Man
Fong di Jalan Gedong, semangat Lee Man Fong semakin terpacu. Seni lukis bagi Man
fong tak lagi cuma alat ekspresi individual, namun juga sebagai perabot yang
membantu sebuah pengabdian.
Dan pada tahun 1955 dia mendirikan sebuah perkumpulan Yin Hua, sebagai
organisasi pelukis tionghoa, yang berada di Lokasari, Jakarta Kota, dan sering
mengadakan pameran. Presiden Soekarno pun sering menghadiri pameran
tersebut, bahkan saat lukisan yin hua berada di Tiongkok , Lee Man Fong bertindak
sebagai ketua delegasi. Dan itu sangat membuat presiden Soekarno salut juga
bangga.
Hubungan Bung Karno dan Man Fong terjalin baik. Lukisan Man-fong yang
sempurna, manis, teknis, estetik dan justru terbebas dari paradigma gelora
perjuangan, sangat selaras dengan jiwa seni Bung Karno. Karya-karya Man Fong
dipandangnya sebagai ventilasi dari kesibukan revolusi. Memang, sang presiden
memiliki pandangan tidak terbelenggu kepada tema tertentu. Hal ini terdata di
kemudian hari, bahwa tema perjuangan ternyata hanya mencakup tak lebih dari 10
persen belaka dari seluruh koleksinya yang beribu-ribu.
"A thing of beauty is a joy forever", adalah ucapan yang sering keluar dari bibir
Bung Karno.

Itu sebabnya lukisan wanita cantik, alam benda yang elok, pemandangan yang
tenteram, sudut kampung yang adem, sangat membahagiakannya. Singkat kata,
riwayat, pribadi dan karya-karya Man Fong cocok dengan Bung Karno. Hingga
usulan Dullah, salah seorang pelukis kesayangan Bung Karno, agar Man Fong
menggantikannya jadi pelukis Istana, diterimanya dengan sukacita. Maka pada
tahun 1961 Lee Man Fong diangkat resmi menjadi pelukis istana dan warga
Indonesia dan semenjak itu dia bekerja untuk Presiden Soekarno untuk waktu lama.
Tapi setelah diangkat menjadi pegawai resmi istana, dan bertugas mengurus koleksi
sang presiden, Lee Man Fong merasa ada yang kurang, karena Lee Man Fong
bukanlah seorang pekerja kantoran yg terbiasa dengan jam kerja, lingkungan yang
protokoler, dan harus selalu patuh terhadap Presiden. Semua itu tak mudah bagi
Lee Man Fong. Akhirnya Lee Man Fong mengajak sahabatnya Lim Wasim yang
seorang pelukis juga sebagai asisten Lee Man Fong dan Presiden Soekarno pun
menyetujuinya.
Pada tahun1936 pemimpin asosiasi Hindia Belanda Timur mengundang Lee Man
Fong, yang juga dikenal sebagai pelukis otodidak, untuk berpartisipasi dalam
pameran lukisan yang akan diadakan di Belanda. Sebelumnya pameran ini diadakan
hanya untuk para pelukis yang berkebangsaan Belanda. Tentu saja undangan ini
dianggap sangat luar biasa, dan hal itu membuat marah komunitas seniman
Belanda, karena diluar kebiasaan komunitas seniman setempat.
Setelah tahun 1940an, Lee Man Fong mencurahkan segenap waktunya untuk
melukis. Dia datang ke Bali tempatnya dia bekerja dan mempersiapkan pameran
tunggalnya di Jakarta dan Bandung. Pameran tunggalnya yang di Jakarta
dilaksanakan pada bulan Mei 1941.
Saya suka Indonesia kalimat itu yang sering terlontar dari mulut Lee Man Fong.
Ketika Bung Karno turun dari kekuasaan awal tahun 1966, koleksi lukisannya ada
sekitar 2.300 bingkai. Jumlah yang bukan main! Bahkan ada yang menyebut, inilah
koleksi lukisan terbesar seorang Presiden di seputar Bumi, kala itu. Dan ketika
kekisruhan politik dimulai, apa boleh buat, Lee Man-fong yang tak berpolitik
terpaksa "lari" ke Singapura.
Dullah selama beberapa tahun berdiam diri di rumah, lantaran diincar sebagai
Soekarnois. Dan Lim Wasim? "Syukur saya tetap dipertahankan di Istana sampai
tahun 1968. Tapi dengan pekerjaan yang tak jelas. Dan tiap pagi harus apel, tiap
kali harus lapor," kisahnya.

Hasil pengabdian para pelukis Istana itu dinampakkan lewat buku monumental
Lukisan-lukisan dan Patung-patung Koleksi Presiden Sukarno. Yang pertama disusun
Dullah, terbit dalam 2 jilid tahun 1956. Dan disusul dua jilid berikutnya 1961. Buku
ini disempurnakan oleh Lee Man Fong, dan terbit 1964 dalam lima jilid.
Pada tahun 1985, karena kecintaannya yang begitu besar pada Indonesia, Lee Man
Fong kembali ke tanah air. Pada tahun 1988 dia meninggal di Puncak, Jawa Barat,
karena sakit liver dan paru-paru yang di deritanya.

LUKISAN KARYA LEE MAN FONG

1. Kebun di dalam rumah

Lukisan ini di buat di Kyoto, Jepang pada tahun 1964, menggunakan


cat minyak di atas kanvas, berukuran 53cm x 65cm. Lukisan tersebut
menggambarkan

taman

yang

bangunan kecil yang terletak

ditanami

banyak

tumbuhan

dan

juga

di dalam suatu rumah. Lukisan yang dialiri

oleh aliran realisme merupakan salah satu lukisan yang di koleksi oleh Bung
Karno. Warna yang dipilih yaitu hijau,cokelat,kuning,merah,putih yang
menggambarkan tumbuh-tumbuhan, bangunan kecil di sudut taman dan

jembatan berwarna merah yang ada di pinggir taman. Lukisan tersebut


memenuhi canvas sehingga tidak ada ruang canvas yang kosong, lukisan
tersebut juga terlihat lembut dan tidak terlalu mencolok sehingga enak
dipandang.

2. Pintu gerbang suatu kampung

Lukisan berjudul Pintu Gerbang Suatu Kampung ini dibuat diatas


canvas berukuran 53cm x 65cm menggunakan cat minyak. Lukisan yang
digambarkan sebagai pintu gerbang melalui suatu kampung dibuat pada tahun
1964 di Kyoto, Jepang. Pemilihan warna pada gambar tersebut di dominasi oleh
cokelat kayu karena merupakan suatu bangunan, dan juga warna-warna pendukung
lain yaitu semu hijau yaitu sebagai bunga-bunga disekitar bangunan. Lukisan
tersebut juga merupakan salah satu lukisan yang di koleksi oleh Bung Karno.

3. Topeng, buah blewah dan kendi

Lukisan berjudul Topeng, buah blewah dan kendi ini merupakan karya
seorang seniman dari Indonesia yaitu Lee Man Fong, diatas sebuah canvas
berukuran 79cm x 102cm pada tahun 1946 yang juga merupakan koleksi Bung
Karno. Lukisan yang menarik perhatian ini merupakan topeng yang biasanya
digunakan untuk penari Bali, buah blewah, dan kendi yang ada pada masa nya.
Lukisan ini merupakan salah satu wujud rasa cinta Lee Man Fong pada kebudayaan
Indonesia khususnya Bali. Warna yang dipilih pada gambar tersebut juga beragam
yaitu salah satunya orange,coklat,merah,dll.

4. Warung Bali

"Warung di Bali" by Lee man fong, Medium: oil on masonite, Size: 57cm x
87cm

5. Wanita Bali Menenun

"Wanita Bali menenun" by Lee man fong, Medium: water color, ink on paper,
Size: 61cm x 60cm, Year: 1958

Pengetahuan Apresiasi
a. Kognitif
Uraikan dengan ringkas pemahaman anda tentang tiga domain
apresiasi seni
Jawab :
1. Perasaan (Feeling) : perasaan keindahan
2. Penilaian (Valuing) : nilai seni
3. Emapti (emphatizing) : sikap hormat terhadap dunia seni rupa

termasuk kepada propesi perupa


Jelaskan proses kegiatan apresiasi seni dengan pendekatan
saintifik
Jawab :
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran dicirikan oleh
adanya lima pengalaman belajar yaitu mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, serta
mengomunikasikan. Dalam pembelajaran apresiasi seni,
pendekatan saintifik dapat dilakukan melalui kegiatan observasi
partisipasif (participant observation) dengan langkah-langkah
sebagai berikut.Pertama, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengamati beragam karya seni melalaui
penayangan video, melalui bacaan, atau melalui contoh
langsung. Langkah kedua adalah membuka kesempatan kepada
siswa untuk mencari permasalahan atas karya seni yang telah
diamati.Permasalahan kemudian dirumuskan.

b. Metakognitif
Karena lukisan yang dipilih terlihat bagus dan menarik sehingga untuk
mengapresiasikannya mudah karena hanya perlu untuk mengeluarkan
pendapat tentang apa yang dirasakan dan dilihat pada lukisan.
Manfaat aktivitas berapresiasi seni bagi kehidupan pribadi adalah bisa
lebih menilai terhadap hasil karya seseorang dan berani untuk
mengeluarkan pendapat tentang sesuatu.

Penilaian Diri

a. Apakah anda telah dapat membedakan lukisan yan indah dengan


lukisan yang kurang indah?
Jawab :
Ya dapat, karena lukisan yang indah merupakan lukisan yang
menarik/enak dipandang. Sedangkan lukisan yang kurang indah
adalah lukisan yang kurang indah. Namun mungkin berbeda
pendapat dengan pengamat lukisan/orang-orang yang menilai
lukisan.
b. Apakah anda telah dapat menemukan tema dan makna lukisan
yang anda apresiasi?
Ya dapat, namun ada sebagian yang tidak dan juga belum bisa
menemukan makna dari suatu lukisan.
c. Apakah penafsiran makna seni yang anda buat dapat
dipertanggung jawabkan?
Mungkin ya, mungkin juga tidak. Karena sesuatu yang ditulis dalam
apresiasi ini merupakan pendapat saya dan pasti terdapat
perbedaan pendapat dengan orang lain, jadi tidak karena kurang
nya rasa percaya diri.

Anda mungkin juga menyukai