Anda di halaman 1dari 152

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

UNIT GAWAT DARURAT

RSUD
SIBUHUAN
2015

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIBUHUAN
Nomor : 445. / I / RSUD / 2016
TENTANG
PENETAPAN KERJA DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UGD
RSUD SIBUHUAN
Menimbang

: a.

Bahwa upaya peningkatan mutu pelayanan merupakan salah satu tujuan penting
pembangunan kesehatan.

b.

Bahwa dalam upaya menuju peningkatan mutu pelayanan RSUD Sibuhuan perlu
adanya arah sebagai petunjuk pelaksanaan berupa uraian tugas (job description) dan
standar operasional prosedur.

c.

Bahwa dalam penggunaan uraian tugas dan standar operasional prosedur yang
dimaksud pada point b perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur.

Mengingat

: 1.
2.

Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.


SK Menkes RI Nomor 983 / Menkes / SK.XXI.1992 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit Umum.

3.

Keputusan Dirjen Yanmed. Depkes RI Nomor 811/2/2/VII/1993 tentang petunjuk


Pelaksanaan Kerja Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum

MEMUTUSKAN
Menetapkan

Pertama

Menetapkan Uraian Tugas dan Standar Operasional Prosedur Unit Gawat Darurat
RSUD Sibuhuan sebagimana terlampir

Kedua

Standar Operasional Prosedur sebagaimana tersebut pada diktum pertama,


sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali akan dilakukan evaluasi dan penyesuaian
dengan kondisi yang ada

Ketiga

Surat keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkannya dengan


ketentuan, apabila terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diadakannya
perbaikan sebagimana mestinya.
Ditetapkan di
Pada tanggal

: Sibuhuan
:

Direktur,
Dr. Elni rubianty daulay
Tembusan:
1. Kepala Bidang Medis
2. Kepala Bidang Perawatan
3. Ketua Panitia Akreditasi
4. Sekretariat
5. Arsip

KATA PENGANTAR
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal terarah dan terpadu bagi setiap anggota
masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat merupakan tujuan dari system
penanggulangan penderita gawat darurat di UGD.
Salah satu upaya yang dilakukan supaya dapat meningkatkan penanggulangan penderita
gawat darurat yaitu dengan mengadakan / membuat suatu Standar Operasional Prosedur atas
semua kegiatan dan tindakan yang dilakukan di UGD Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan.
Kami menyadari bahwa Standar Operasional Prosedur UGD ini masih banyak kekurangan
baik isi maupun cara menyampaikannya, untuk itu kami dengan senang hari akan menerima
segala bentuk saran dan masukan teman sejawat sekalian.
Sebagai akhir kata kami sampaikan ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga tersusunn Standar Operasional
Prosedur ini.

Sibuhuan,
Kepala Unit Gawat Darurat,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
FALSAFAH DAN TUJUAN
SOP Standar Operasional Prosedur UGD (Tujuan)
SOP Tentang Sistem PPGD di RSUD Sibuhuan
SOP Tentang Pasien Yang Tidak Tergolong Akut dan Gawat
SOP Tetap Datang Berobat Ke UGD
SOP Pelayanan Pasien Gawat Darurat
SOP Penerimaan Pasien
SOP Tentang Observasi Pasien Oleh perawat di UGD
SOP Penanganan Pasien Yang Pulang / Berobat Jalan
SOP Pasien Yang Akan Dirawat Inap
SOP Penanganan Pasien Gawat Darurat
SOP Pasien UGD Bermasalah Yang Memerlukan Rawat Inap
SOP Pasien Meninggal di Unit Gawat Darurat
SOP Pasien Yang Datang Sudah Meninggal (DOA)
SOP Cara Pembayaran
SOP Kuisoner / Angket
SOP Penanggulangan Disaster Yang Terjadi di Dalam RSUD Sibuhuan
SOP Pembagian Tugas Bila Terjadi Musibah Massal di RSUD Sibuhuan
SOP Kebakaran di Rumah Sakit
SOP Musibah Massal di Luar Rumah Sakit
SOP Identifikasi Penderita Secara Sistematis Mengacu Pada Pedoman Rekam Medis
SOP Tetap Pemberian Identitas dan Penomoran Pasien di UGD
SOP Tentang Triase
Alur Penanganan Kasus Obstetri
SOP Tentang Pasien Yang Perlu Dirujuk / Alih Rawat ke Rumah Sakit Lain
SOP Pendampingan Penderita Yang di Transportasi
SOP Konsultasi Spesialis
SOP Permintaan Darah Ke PMI
SOP Penyediaan A, B, H, P, Linen, Alat, dan Kain Steril
SOP Permintaan Obat Narkotik
Struktur Organisasi di UGD
SOP Uraian Tugas
SOP Pertemuan UGD
SOP Tentang Surat Cuti

SOP Sistem Komunikasi


SOP Pemakaian Ambulance
SOP Tentang Alat dan Obat Untuk Life Saving
SOP Tentang Penggunaan OBat dan Alat
SOP Tindakan DC Shock
SOP Pemakaian Ambu bag
SOP Penggunaan Laryngoscope
SOP Pemakaian Suction
SOP Elektrokardiografi
SOP Pemakaian Accutrend Alpha
SOP Penggunaan Softclix Standar dan Softclix Lancet
SOP Penggunaan Berocare
SOP Pemakaian Neck Collar
SOP Naso Pharyngeal
SOP Oro Tracheal
SOP Venous Cutdown (Vena Seksi)
SOP Peripheal Intravenous Cannulation
SOP Pemasangan Intubasi
SOP Pemasangan Chateter
SOP Pemberian Oksigen
SOP Kumbah Lambung
SOP Menjahit Luka
SOP Penggunaan Brancard
SOP Protokol Kasus-kasus Penyakit Tertentu
SOP Tentang Penyakit Menular
SOP Penderita Dengan Kasus Kriminal
SOP Penderita Tidak di Kenal
SOP Tentang Kasus Pemerkosaan
SOP Penyiksaan Anak
SOP Visum Et Repertum
SOP Kegawatan di Ruang Rawat Inap
SOP Penanganan Keracunan
SOP Tentang Pelayanan Kesehatan Dengan Perusahaan
SOP Tentang Asuransi Kesehatan
SOP Tugas Tanggung Jawab Dan Wewenang Dokter Jaga
Batasan Tindakan Medis Di UGD
SOP Rahasia Medis
SOP Tentang Catatan Medis
SOP Penulisan Resep
SOP Pelayanan Ibu Dalam Proses Persalinan Normal Maupun Tidak Normal

Program Orientasi Bagi Petugas Yang Baru di UGD RSUD Sibuhuan


Penilaian Sistem kerja staff UGD
SOP Permintaan Foto Rontgen pasien di UGD
SOP Permintaa Pemeriksaan Laboratorium Pasien UGD
SOP Ancaman Bom dan Penyanderaan
SOP Tentang Listrik Padam
SOP Pemadaman Listrik
SOP Tentang Radio Aktif
SOP Penderita yang Terkontaminasi radio Aktif
Program Peningkatan Mutu di UGD RSUD Sibuhuan

RSUD SIBUHUAN
FALSAFAH DAN TUJUAN

No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RSUD Sibuhuan
dr. Elni Rubianti Daulay

VISI

MISI
MOTTO

Bertekat menjadi UGD yang terbaik dan mengutamakan pelayanan demi


keselamatan penderita.
Memberikan pertolongan medis sedini mungkin kepada pasien-pasien yang
mengalami kecelakaan dan pasien-pasien dalam keadaan kritis kecelakaan ataupun
akibat suatu penyakit untuk mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi.
CEPAT , AKURAT , DAN MEMUASKAN

RSUD SIBUHUAN
TENTANG SISTEM PPGD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIBUHUAN

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

1 dari 1
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Tanggal Terbit

10 januari 2011

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Ditetapkan oleh :
Direktur RSUD Sibuhuan

dr. Elni Rubianti Daulay

Suatu sistem penginformasian yang berisikan tentang kemampuan pelayanan IGD


dan pelayanan medis lainnya, untuk menangani pasien, termasuk pelayanan dalam
keadaan bencana.

Untuk meningkatkan pelayanan IGD dan pelayanan medis lainnya.


Standarisasi dalam pemberian informasi.
Setiap petugas IGD mampu memberikan informasi yang benar tentang pelayanan
IGD dan pelayanan medis lainnya, termasuk pelayanan jika terjadi musibah masal.
1. Pelayanan Medis dan Perawatan Gawat Darurat berlangsung 24 Jam
2. Pasien yang masuk segera dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital oleh perawat
dan dokter jaga untuk segera dilakukan tindakan secepatnya.
3. Pasien dengan luka-luka ringan dan berat pertolongan harus dilakukan oleh
dokter jaga, jika perlu dikonsultasikan ke dokter spesialis bedah. Pasien dengan
luka yang luas pada daerah muka dan tendon harus dikonsultasikan ke dokter
spesialis bedah.
4. Pasien yang telah dilayani seperlunya dicatat dibuku rawat jalan / rawat inap,

PROSEDUR

memenuhi kewajiban membayar biaya pelayanan sesuai dengan tarif yang


ditentukan
5. Pasien yang memerlukan rawat jalan dirujuk ke poliklinik pagi atau sore sesuai
waktu jam kerja, diluar jam kerja dilayani di UGD dan diberi penjelasan, bila
jam kerja dilayani di poliklinik
6. Pasien yang memerlukan observasi, dirawat diruang observasi tidak lebih dari 5
jam, bila perlu dikonsultasikan ke dokter spesialis
7. Pasien yang memerlukan rawat inap dialih ke ruang inap
8. Pasien yang alih rawat harus disertai surat alih rawat yg mencantumkan
diagnosis,terapi, tindakan yang telah dilakukan dan anjuran, tanda tangan dokter.

TENTANG PASIEN YANG TIDAK TERGOLONG AKUT DAN GAWAT


TETAPI DATANG BEROBAT KE UNIT GAWAT DARURAT
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RSUD Sibuhuan
dr. Elni Rubianti Daulay

a. Pasien Gawat Darurat


Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancama nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya
b. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat,
misalnya : kanker staium lanjut
c. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal
d. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan luka ulcus tropium, TBC kulit, dan sebagainya
PENGERTIAN

e. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi intraksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan secera (fisik, mental, sosial)
Pasien yang datang berobat tidak gawat atau darurat akan diarahkan ke Poliklinik
pagi jam 07.00-14.00, sore jam 14.00-21.00. selanjutnya diluar jam poliklinik UGD
dapat melayani pasien yang datang berobat diluar jam poliklinik.

Pasien masuk ke UGD melalui petugas triase, kemudian diarahkan ke


ruangan sesuai kasusnya untuk mendapatkan perawatan medis

Perawat menganamnase dan memeriksa tanda-tanda vital, mengisi hasil


pemeriksaan pada dokumen medic lalu memberikan kepada dokter dan
menjelaskan kepda pasien hasil pemeriksaan fisik / penunjang medis.
TENTANG PASIEN YANG TIDAK TERGOLONG AKUT DAN GAWAT
TETAPI DATANG BEROBAT KE UNIT GAWAT DARURAT

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RSUD Sibuhuan
dr. Elni Rubianti Daulay

Kemudian dokter membuat resep untuk dipergunakan selama satu hari dan
menyarankan kepada pasien untuk kembali berobat pada esok hari ke
poliklinik pagi / sore atau dokter / RS lain yang sudah ditentukan oleh
perusahaan dari pasien tersebut/

PENGERTIAN

Perawat mencatat dalam status pelaksanaan instruksi dokter

Keluarga menyelesaikan administrasi pengobatan serta dibekali kartu berobat


(identitas) guna keperluan berobat selanjutnya

Status rawat jalan disimpan untuk kemudian diserahkan ke medical record


secepatnya guna pendataan.

PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RSUD Sibuhuan
dr. Elni Rubianti Daulay

Pasien harus mendaftar di bagian pendaftaran sebelum dilayani di triase


1. Pada jam kerja : pasien dengan gawat darurat semu, diteruskan / dirujuk ke poliklinik rawat jalan
2. Diluar jam kerja : pasien dengan gawat darurat semu, tetap akan diterima dan dilayani di UGD dan pasien
di beri penyuluhan tentang fungsi UGD oleh petugas.
Poliklinik : - Pagi mulai jam : 08.00-14.00
- Sore mulai jam : 14.00-21.00

PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT


No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RSUD Sibuhuan
dr. Elni Rubianti Daulay

Gawat Darurat

R. Resusitasi

Meninggal
Rawat

R.Bedah
Rawat

Darurat tdk Gawat


R.Non Bedah

Pulang
R.Observasi
Pasien / Triase

Rawat

Gawat tdk Darurat

R.Non Bedah

Jam Kerja

Diteruskan / dirujuk ke
poliklinik pagi / sore

Diluar Jam Kerja

Ruang Triase:

Tidak Gawat Tidak Darurat

R.Bedah
Kecelakaan

Diberikan pelayanan
medis sesuai dengan
kewenangan profesi
SMF

R.Non Bedah

Langsung dibawa pulang oleh keluarga


Meninggal
Dirujuk ke RSU Balikpapan

JALUR PELAYANAN DI UGD


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIBUHUAN
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RSUD Sibuhuan
dr. Elni Rubianti Daulay

PASIEN BARU

PENDAFTARAN

KAMAR PERIKSA

TIDAK GAWAT

TERAPI

GAWAT DARURAT

DIKONSULTASIKAN
KE DOKTER SPESIALIS

TIDAK
DIKONSULTASIKAN

PULANG
PULANG

RAWAT

PULANG

RAWAT

RSUD SIBUHUAN
PENERIMAAN PASIEN

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RSUD Sibuhuan
dr. Elni Rubianti Daulay

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

Segera setelah penderita berada diteras UGD, petugas ruang triase menyeleksi
1. Penderita yang bisa berjalan, langsung masuk keruang triase kemudian keluarga
penderita mendaftar ketempat pendaftaran sesuai jam kerja.
2. Penderita yang tidak dapat berjalan, akan dijemput oleh petugas triase dari
kendaraan yang berada diteras UGD dengan menggunakan kursi roda, kemudian
keluarga penderita mendaftar ketempat pendaftaran sesuai jam kerja.
Pada tempat pendaftaran UGD akan dilakukan:
1. Pencatatan data-data penderita pada DMK UGD dari nomor kartu s/d ada
tidaknya permintaan VER
2. DMK dibawa keruang triase untuk selanjutnya dianamnase oleh petugas triase.
a. Penderita yang dinyatakan boleh pulang maka:
1. Diberi terapi dan ditulis di DMK
2. Diberikan penyuluhan / saran-saran
3. Diberi kartu kecil bila berobat lagi ke RSUD Sibuhuan
4. Dibuatkan slip/pemakaian alkes kemudian dibayar ke kasir
b. Penderita yang dinyatakan masuk rumah sakit atau pasien kiriman dokter
spesialis maka:
1. Petugas UGD menunjukan daftar tarif ruangan
2. Petugas menanyakan ruangan yang diinginkan penderita
3. Bila ruangan penuh pasien dialih rawat di rumah sakit lain
4. Data-data penderita dicatat pada buku register UGD
5. Keluarga penderita membayar di kasir

PENERIMAAN PASIEN

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

6. Penderita dibawa keruangan oleh petugas UGD bersama-sama keluarga


penderita

7. Sesampai diruangan penderita diserah terima kepada petugas ruangan


tentang tindakan obat yang sudah dan belum diberikan,
c. Penderita dengan kasus kebidanan / kandungan
1. pasien kiriman dokter obsgyn langsung masuk keruang VK
2. Pasien bukan kiriman, setelah diperiksa dokter jaga kemudian dikirim
keruang VK

TENTANG OBSERVASI PASIEN OLEH PERAWAT DI UGD

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RSUD Sibuhuan
dr. Elni Rubianti Daulay

Setiap pasien yang memerlukan observasi ketat, dapat dilakukan oleh perawat

denganpersetujuan dokter jaga setelah dikonsultasikan dan telah diperintahkan oleh


konsulen untuk dilakukan monitor (pemantauan) tanda-tanda vital, terapi dan
anjuran penunjang:
a. Tanda-tanda vital:

Kesadaran

Tekanan darah

Nadi

Pernafasan

Suhu

Keadaan umum

b. Cairan infuse
c. Obat-obatan
d. Produksi urine (dengan pemasangan + urine bag)
e. Laboratorium :

Darah lengkap

Kimia darah

Urine lengkap

f. Radiologi
Selama dilakukan observasi paisen, jika ada hal-hal yang mengkhawatirkan maka
perawat melaporkan ke dokter jaga dan diteruskan ke konsulen oleh dokter jaga.
Hasil pemeriksaan penunjang segera dilaporkan ke dokter jaga dan diteruskan ke
konsulen untuk memperoleh tindakan selanjutnya.
PENANGANAN PENDERITA YANG PULANG / BEROBAT JALAN

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Setelah pasien yang di observasi dalam keadaan stabil, maka perawat melaporkan
ke dokter jaga dan dokter juga mengontrol kembali kembali keadaan pasien.
Kemudian selanjutnya dilaporkan ke konsulen, untuk penentuan dimana pasien
tersebut akan ditempatkan.

Bagi penderita yang telah selesai menjalankan pemeriksaan dan pengobatan, dan
telah di injinkan untuk berobat jalan, maka wajib diberikan keterangan mengenai:
1. Hal-hal yang berhubunga dengan sakit
2. Pengobatan yang telah diberikan, dan akan diberikan dalam resep
3. Cara makan obat, jumlah item obat yang diberikan dan dosis obat.
4. Anjuran dan keharusan untuk kontrol keesokan harinya (terutama untuk kasuskasus flase emergency), diruang unit mana, jam berapa. Karena itu resep hanya
diberikan seperlunya saja, maksimal 3 hari tergantung hari berobatnya (minggu,
libur).
5. Kemungkinan perlunya pemeriksaan-pemeriksaan penunjang
6. Dalam status dicatat dalam kolom resep:

Jenis obat, jumlah setiap jenis yang diberi

Beberapa kali pemberian untuk setiap jenis obat

Anjuran pemeriksaan penunjang

Kontrol unit mana

7. Bila dalam kurun waktu setelah selesai berobat dan menunggu waktu kontrol,
terjadi hal-hal yang bersifat emergency untuk si penderita, maka dipersilahkan
untuk kembali ke UGD kapan saja untuk mendapat pertolongan.

PASIEN YANG AKAN DIRAWAT INAP

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Segera setelah pasien dinyatakan rawat inap oleh dokter maka:


1. Keluarga pasien diberi penjelesan tentang:
a. Tarif ruangan
b. Panjar
c. Fasilitas yang ada
d. Tata tertib
2. DMK rawat jalan dan rawat inap di isi dan ditandatangani dokter jaga

3. Dokter jaga mengkonsultasikan ke dokter spesialis yang merawat


4. Setelah tindakan yang berhubungan dengan penderita (misal: infuse, chaterisasi,
heacting, dll) dilaksanakan pasien akan dibawa keruangan yang dituju (sesuai
SOP pendamping pasien yang ditransportasi)
5. Setelah sampi diruangan pasien dan DMK diserah terimakan kepada petugas
ruangan.

PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Penderita tak sadar dengan trauma


a. Infus RL hangat

Dewasa : 2 liter

Anak : 1 liter

b. Pasang neck collor, kalau ada cidera pada bahu ke atas


c. Pasang chateter dan NGT
d. Periksa laboratorium : HB, Lecocyt, Therombocyt, Hematokrit, GDS,
Ureum, Creatinin.
e. Sementara menunggu hasil laboratorium pasien dikonsultasikan ke dokter
konsultasi sesuai dengan diagnosanya
f. Lakukan x-ray yang diperlukan

g. Persiapan melakukan RJP


h. Therapy selanjutnya, lihat PDT masing-masing
2. Penderita tak sadar non trauma
a. Infus RL sesuai kebutuhan
b. Pasang chateter dengan NGT
c. Lakukan pemeriksaan EKG (usia diatas 40 Tahun)
d. Periksa laboratorium : Hb, Lecocyt, Therombocyt, Hematokrit, GDS,
Ureum, Creatinin.
e. Sementara menunggu hasil laboratorium, pasien dikonsultasikan ke dokter
konsulan sesuai dengan diagnosanya.
f. Persiapan melakukan RJP

PENDERITA UGD BERMASALAH YANG MEMERLUKAN RAWAT INAP

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Bermasalah diartikan :
a. Penderita identitas dengan / tanpa pengantar
b. Penderita identitas tanpa keluarga / domisili diluar Balikpapan
c. Penderita tak mampu dengan / tanpa keluarga
Di UGD penderita dilayani dan atasi kegawatannya, dan selanjutnya didalam
pengawasan bila perlu dirawat:
1. Maka petugas UGD memberikan tahu / menginformasikan masalahnya kepada
admitting office (kantor penerima penderita) untuk dikonsultasikan ke
Ka.Bid.Yanmed dan atau pejabat sejajar diatasnya guna diambil suatu kebijakan
untuk rawat inap bagi penderita yang bermasalah: bila dipandang perlu
Ka.Bid.Yanmed dapat diminta tanda tangan surat persetujuan tindakan (tindakan
medis / rawat):
a. Penderita tanpa identitas dengan / tanpa pengantar:

UGD memberi tahu kebagian keamanan Rumah Sakit (Satpam/Polisi) guna


pencarian iformasi lebih lanjut, bila ada pengantar, maka identitas pengantar
dicatat untuk penyelidikan lebih lanjut.
b. Penderita beridentitas tanpa keluarga / domisili luar Balikpapan / asing
Penderita dilayani sesuai prosedur (penerima / penanganan) dan diatasi
kegawatnnya. Untuk penderita yang tidak ada identitas, penderita dilaporkan
ke bagian keamanan Rumah Sakit (satpam / polisi) untuk penyelidikan
lebihlanjut,
penderita

diberitahu

tentang

keadaan

penyakitnya

dan

dimintai

persetujuannya (rawat / tindakan medis / tindakan operasi). Kemudian bagian


penerimaan penderita dikoordinasikan untuk penyelesaian administrasi
selanjutnya.
PENDERITA UGD BERMASALAH YANG MEMERLUKAN RAWAT INAP

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

c. Penderita tak mampu dengan / tanpa keluarga. UGD memberitahu kebagian


penerimaan penderita tentang kondisi sosial ekonomi penderita / keluarga:
Untuk penyesuaian kelas rawat
Untuk pertimbangan Ka.Bid.Yanmed
Keluarga diberitahu / penjelasan bahwa setelah penderita masuk dirawat
perlu

mengurus

surat

keterangan

dari

RT/RW/Kelurahan

(domisili

Balikpapan) yang isinya menerangkan bahwa penderita betul-betul tidak


mampu, untuk melengkapi keperluan administrasi. Bila tempat perawatan
penuh, keluarga diberitahu dan diserahkan untuk dirujuk ke Rumah Sakit
lain, bila keluarga tidak ada, maka penderita dibseritahu tentang keadaan
penyakitnya dan tempat rujukan yang disepakati.
2.

Bila perlu dirujuk di RSU Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

PASIEN MENINGGAL DI UNIT GAWAT DARURAT


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Pasien yang meninggal di UGD dibagi menjadi 2 kelompok:


a. Pasien yang meninggal wajar misal : sakit lama
b. Pasien yang meninggal dengan prasangkaan tidak wajar atau tidak jelas
penyebabnya.
Misal:

Pembunuhan

Bunuh diri

Kecelakaan

Tidak diketahui sebab-sebabnya (meninggal tiba-tiba)

Untuk pasien yang meninggal wajar dibuatkan surat keterangan meninggal oleh
dokter UGD yang sedang tuags.
Untuk pasien yang meninggal dengan prasangkaan tidak wajar atau tidak jelas,
dibuatkan surat keterangan meninggal dan berisi tulisan bahwa ada prasangkaan
kematian tidak wajar / tidak jelas oleh dokter UGD yang sedang tugas.
Bila diperlukan otopsi oleh polisi maka dirujuk ke RSU Dr. Kanujoso Djatiwibowo

PENDERITA YANG DATANG SUDAH MENINGGAL (DOA)


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Pastikan kematian (criteria of Death) antara lain:


a.

Tubuh kaku

b.

Acral biru-pucat

c.

Tidak panas

d.

Jantung tidak berdetak (EKG flat)

e.

Reflek-reflek negatif

Cornea, Pupil

Ocula Cephalic

Ocula Vestibul

Gag

Penderita dengan Keluarga


Anamnase
Memberitahu keadaan penderita
Identitas (penderita, pengantar)
Bila ada kecurigaan lapor ke Pos Keamanan UGD bila kasus kematian tidak jelas :
Pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, keracunan buatkan surat pengantar ke RSU
Dr. Kanujoso kebagain kamar jenazah.
Dibuatkan surat keterangan meninggal:
Ditunjukan RSU Dr. Kanujoso untuk diteliti dan diperiksa secara forensik

CARA PEMBAYARAN
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Penderita dengan mendapatkan tindakan


a. Setelah pasien dinyatakan boleh pulang, perawat membuat slip pembayaran
b. Pasien / keluarga ke kasir untuk membayar dengan membawa slip yang telah
dibuat oleh petugas kasir
c. Setelah bayar pasien / keluarga membawa / menunjukan kwitansi yang
dirangkap dua kali (asli dan copy) kepada petugas UGD.
d. Kwitansi asli diserahkan kembali kepada pasien / keluarganya
e. Pasien mengambil obat di Apotik Rumah Sakit Restu Ibu dengan
menggunakan resep dari dokter.
f. Setiap penggantian dinas kwitansi warna hijau akan dikembalikan ke kasir.
2. Penderita tanpa tindakan
a. Setelah pasien dinyatakan boleh pulang, pasien / keluarganya ke kasir UGD
untuk membayar dengan membawa resep dari dokter.
b. Setelah bayar pasien / keluarganya, membawa resep dari dokter menuju ke
Apotik RSRI
Catatan:
1. Kalau pasien tidak mampu membayar, bayar separuh, menunda pembayaran,
petugas UGD berkonsultasi kepada Dokter Jaga/Ka.UGD hasil keputusan
diberitahukan ke kasir.
2. Untuk pasien rawat inap (operasi), pembayaran administrasi diperhitungkan, bila
pasien akan pulang, petugas UGD / perawat hanya menjelaskan biaya panjar dan
rawat inap.
3. Petugas UGD/ Perawat akan menyetor ke kasir hasil transaksi di UGD
dilampirkan copy kwitansi.
4. Pembayaran diluar jam kasir dilakukan langsung di UGD, hasil transaksi
disetorkan pada jam kerja kasir pada esok harinya (copy kwitansi dan daftar
kunjungan pasien terlampir)

ALUR PENDAPATAN TAMU


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Transaksi jam 08.00 s/d 16.00 Wita

Transaksi Jam 16.00 s/d 08.00 Wita

Pasien

Pasien

Kasir

Unit Ybs

Setor ke Bank

Kasir

Setor ke Bank

KUISIONER / ANGKET
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

TUJUAN
SASARAN

Meningkatkan mutu pelayanan UGD dan respon pasien yang mendapatkan


pelayanan di UGD
Semua pasien yang datang ke UGD yang diambil secara acak
Setiap pasien yang datang berobat ke UGD diberikan angket yang berupa
kuisioner dan saran
Jumlah dari angket yang ditargetkan ke koordinator perawat UGD dan Ka.UGD
menganalisa dan menginformasikan, analisa angket ke bidang-bidang terkait
antara lain Rekam Medis, Pelayanan Medis, Adminitrasi, Dokter Jaga, Satpam

SISTEM KERJA

dan Staff UGD


Setelah tiga bulan dievaluasi dengan memberi angket kembali kepada pasien
yang datang berobat ke UGD
Hasil evaluasi diinformasikan oleh Ka. UGD ke bidang-bidang yang terkait dan
ini dilakukan setiap trisemester

KUISIONER
No. Dokumen

STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

===================================================================================================

1. Petunjuk arah / keterangan yang menunjuk ke Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit RESTU IBU
Balikpapan :
a. Jelas
b. Cukup jelas
c. Tidak Jelas
2. Prosedur pendaftaran :
a. Sederhana

b. Berbelit-Belit

3. Sikap petugas loket :


a. Simpati

b. Cukup Simpati

c. Kurang Simpati

4. Kecepatan mendapat pelayanan medis di Intalasi Rawat Darurat:


a. Baik
b. Cukup baik

c. Kura ng Baik

5. Mutu pelayanan medis di Instalasi Rawat Darurat:


a. Baik
b. Cukup

c. Kurang baik

6. Sikap perawat
a. Ramah

c. Kurang Ramah

b. Cukup Ramah

7. Sikap Dokter
a. Keramahan
1) Baik
2) Cukup
3) Kurang
b. Penjelasan / nasehat yang diberikan :
1) Baik
2) Cukup
3) Kurang
c. Ketelitian pemeriksaan :
1) Baik
2) Cukup
3) Kurang
8. Kebersihan ruangan
a. Bersih

b. Kotor

9. Kebersihan kamar mandi / WC


a. Bersih
b. Kotor
saran-saran :
Tanggal :
Nama :
Tanda tangan

Ka. UGD RS RESTU IBU

PENANGGULANGAN DISASTER YANG TERJADI DI DALAM


RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN
No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Bencana ialah peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba menimbulkan korban jiwa
manusia dalam jumlah besar, disertai kerugian material relatif besar yang
memerlukan pertolongan medis segera, baik yang terjadi karena gejala alam,
maupun yang disebabkan oleh ulah manusia atau karena faktor lainnya.
Korban bencana ialah:
Korban meninggal dan penderita akibat terjadinya musibah / bencana dengan
berbagai klasifikasi berdasarkan kegawatdaruratannya dan memerlukan pelayanan
medik baik dilokasi kejadian, dalam perjalanan evaluasi dan ditempat
penanggungan / Rumah Sakit.
I. Penanggulangan korban bencana dibagi menjadi 2 bagian:
I. Korban bencana dengan kasus bedah (siaga bedah)
II. Korban bencana dengan kasus medik (siaga medik)
I. Siaga bedah terdiri dari:
1. Siaga I : jumlah korban 5-10
2. Siaga II : jumlah korban 10-20
3. Siaga III : jumlah korban >20
Ad.1. Persiapan untuk menanggulangi siaga I (bedah)

Memberikan / memanggil dokter jaga ruangan

Memberikan / memanggil PJK

Memberikan / memanggil dokter jaga badan anastesi

Memberikan / memanggil satpam

Menyiapkan kamar operasi dilakukan oleh petugas / perawat


kamar operasi

Ruangan penderita cukup didalam IGD

PENANGGULANGAN DISASTER YANG TERJADI DI DALAM


RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN
No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Ad.2. Persiapan untuk penanggulangan siaga II (bedah)

Memberitahu / memanggil Dokter jaga ruangan

Memberitahu / memanggil PJK

Memberitahu / memanggil dokter jaga bedah dan anastesia

Memberitahu / memanggil satpam

Memberitahu / memanggil koordinator perawat IGD dan


beberapa perawat IGD yang libur / tidak bertugas saat itu.

Memberitahu / memanggil Kepala Bidang Keperawatan

Memberitahu / memanggil Kepala IGD

Memberitahu / memanggil Ka. Bid.Pelayanan Medis

Ad.3. persiapan untuk penanggulangan siaga III (bedah)

Memberitahu / memanggil Dokter jaga ruangan

Memberitahu / memanggil PJK

Memberitahu / memanggil dokter jaga bedah dan anastesia

Memberitahu / memanggil satpam

Memberitahu / memanggil koordinator perawat IGD dan


beberapa perawat yang libur dan tidak bertugas saat itu

Memberitahu / memanggil Kepala Bidang Keperawatan

Memberitahu / memanggil petugas logistik

Memberitahu / memanggil seluruh dokter IGD

Memberitauh / memanggil Direktur RSRESTU IBU

Ruang penderita didalam IGD dan sekitarnya

PENANGGULANGAN DISASTER YANG TERJADI DI DALAM


RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN
No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

II. Siaga medik terdiri dari:


1. Siaga I : jumlah korban 10-20
2. Siaga II : jumlah korban 20-40
3. Siaga III : jumlah korban >40
ad.1. Persiapan penanggulangan siaga I (medik)

Memberitahu / memanggil dokter jaga ruangan

Memberitahu / memanggil PJK

Memberitahu / memanggil dokter jaga anastesi

Memberitahu / memanggil petugas satpam

Ruangan pasien cukup didalam IGD

ad.2. Persiapan untuk penanggulangan siaga II (medik)

Memberitahu / memanggil Dokter jaga ruangan

Memberitahu / memanggil PJK

Memberitahu / memanggil dokter jaga anastesia

Memberitahu / memanggil satpam

Memberitahu / memanggil karu IGD dan beberapa perawat IGD


yang libur / tidak bertugas saat itu.

Memberitahu / memanggil petugas logistik

Memberitahu / memanggil Kepala Bidang Keperawatan

Memberitahu / memanggil Kepala IGD

Memberitahu / memanggil Ka. Bid.Pelayanan Medis

Ruang pasien didalam IGD dan sekitarnya

PENANGGULANGAN DISASTER YANG TERJADI DI DALAM


RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN
No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Ad.3. persiapan untuk penanggulangan siaga III (medik)

Memberitahu / memanggil Dokter jaga ruangan

Memberitahu / memanggil PJK

Memberitahu / memanggil dokter jaga bedah dan anastesia

Memberitahu / memanggil satpam

Memberitahu / memanggil karu IGD dan beberapa perawat yang


libur dan tidak bertugas saat itu

Memberitahu / memanggil petugas logistik

Memberitahu seluruh dokter IGD

Memberitahu Ka.Bid.Yan.Med

Memberitahu Direktur RSRESTU IBU

Ruang pasien didalam IGD dan sekitarnya

II. Tugas dan wewenang dokter jaga IGD


1. Menentukan macam dan tingkatan siaga
2. Memberitahu / memanggil dokter jaga ruangan
3. Memberitahu / memanggil dokter IGD yang tidak bertugas saat itu
4. Memberitahu / memanggil Ka. IGD
5. Memberitahu / memanggil dokter jaga konsulen sesuai dengan kebutuhan
6. Memberitahu / memanggil Kabid Yanmed
7. Menyatakan siaga telah selesai

PENANGGULANGAN DISASTER YANG TERJADI DI DALAM


RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN
No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

III.

Ketua tim jaga IGD bertugas

1. Memberitahu / memanggil koordinator perawat IGD dan seluruh perawat


IGD
2. Memberitahu / memanggil koordinator perawat IGD dan seluruh perawat
IGD yang bertugas saat itu
3. Memberitahu / memanggil satpam
4. Memberitahu / memanggil logistik
5. Memberitahu / memanggil Ka. Bidang Keperawatan
IV.

Persiapan penunjang umum

1. Siaga listrik oleh manitenance


2. Siaga keamanan oleh satpam
3. Siaga ambulance oleh koordinasi ambulance
4. Siaga telephone oleh maintenance
5. Siaga pemadam kebakaran
6. Siaga posko banjir
V. Triase
1. Triase dipimpin oleh Dokter IGD dan atau perawat senior IGD
2. Korban diseleksi menurut berapa ringannya penyakit serta menjamin supaya
tak ada penderita yang tidak mendapat perawatan medis

PENANGGULANGAN DISASTER YANG TERJADI DI DALAM


RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN
No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

VI.

Tatalaksana korban

1. Setelah di triase , setiap korban diberi label yang sesuai, status, yang melekat
di korban
2. Dilakukan pemeriksaan dan atau tindakan sesuai label dan diatasi
kegawatdaruratannya
3. Korban dapat:

Dipulangkan (rawat jalan)

Rawat inap

Dirujuk (sesuai skema pasien masuk IGD)

Observasi

Resusitasi

Meninggal

VII.

Pelaporan

Dalam waktu 1 kali 24 jam, diwajibkan membuat laporan yang terperinci


tentang:
1. Jumlah korban, lokasi
2. Jumlah yang dipulangkan / meninggal / rawat inap / dirujuk
3. Jumlah penyakit / luka dsb
4. Tenaga / sarana
Laporan ditujukan kepada :
1. Direktur Rumah Sakit
2. Humas / KIE
3. Rekam Medis
VIII.

Anggaran

Semua biaya untuk sementara dibebankan kepada Rumah Sakit.

BAGIAN TUGAS BILA TERJADI MUSIBAH MASSAL


(Disaster Plan)
UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN
No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

IX. Menyiapkan tenaga dan koordinasi


Ketua : PJK
Anggota : Koordinator Jaga Sift IGD
Tugas-tugas :
1. Mengerahkan tenaga para medis
2. Menghubungi tenaga para medis yang perlu dihubungi
3. Mengkoordinasikan tugas-tugas keperawatan dan menghubungi ke bangsalbangsal perawatan.
II. Persiapan di Instalasi Gwat Darurat
Ketua : Kepala IGD
Anggota : Koordinator perawatan IGD
Tugas-tugas :
1. Mempersiapkan segala kebutuhan alat-alat untuk tindakan di IGD
2. Menerima pasien dan menyeleksi jenis pertolongan yang akan diberikan
3. Menyalurkan pasien-pasien yang perlu dirawat
III. Persiapan alat dan Obat-obatan
Ketua : Seksi logistik
Anggota : Staff IGD

BAGIAN TUGAS BILA TERJADI MUSIBAH MASSAL


(Disaster Plan)
UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN
No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Tugas-tugas :
1. Mengkoordinasikan kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan yang
diperlukan bagi pasien.
2. Menghubungi pihak-pihak yang terkait untuk memperoleh alat dan obatobatan tersebut
3. Menyiapkan alat angkut seperti kursi roda dan brancard
IV. Evakuasi
Ketua : Dokter jaga IGD
Anggota : Kepala jaga sift
Tugas-tugas :
1. Mengecek apakah rumah sakit lain sudah dihubungi
2. Mempersiapkan alat-alat transportasi untuk evakuasi
3. Mempersiapkan tempat evakuasi di Rumah Sakit Restu Ibu Balikpapan
V. Komunikasi
Ketua : Koordinator Perawat IGD
Anggota : Staff IGD
Tugas-tugas :
1. Mempersiapkan alat-alat komunikasi agar siap pakai
2. Memberi bantuan komunikasi dengan cepat kepada mereka yang
memerlukan

BAGIAN TUGAS BILA TERJADI MUSIBAH MASSAL


(Disaster Plan)

UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN

No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

VI. Pencatatan Pelaporan


Ketua : Seleksi pencatatan dan Pelaporan
Anggota : staff IGD
Tugas-tugas :
1. Mencatat jumlah, identitas dan jenis pasien serta tindakan yang telah
diberikan
2. Mengevaluasi pertolongan yang telah diberikan
3. Membuat laporan lengkap tentang musibah tersebut kepada Direktur
VII. Pengamanan
Ketua : Koordinator Perawat IGD
Anggota : Koordinator Shift jaga
Tugas-tugas :
1. Mengamankan barang-barang penderita
2. Mencegah orang-orang yang tidak berkepentingan, yang akan masuk
kedalam ruangan
3. Mengatur keluarga penderita yang akan melihat keadaan keluarganya.

KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT

No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Setiap karyawan Rumah Sakit Restu Ibu Balikpapan perorangan bila melihat ada
bahaya kebakaran, maka:

segera mematikan api tersebut sewaktu masih kecil

Gunakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang ada

Bunyikan tanda bahaya bila api tidak dapat dikuasai

Untuk IGD diberlakukan SPO penanggulangan Bencana

2. Segera menghubungi :

Pemadam kebakaran

Team K3 (Keselamatan Kerja, Kebakaran & Kewaspadaan Bencana) Rumah


Sakit

Satpam

Petugas Maintenance Rumah Sakit

Waskowat

3. Petugas diruangan / lokasi yang terkena kebakaran harus siap siaga, dan berusaha
menyelamatkan wilayahnya sementara menunggu datangnya bantuan dari team
kebakaran
4. Segera selamatkan pasien:

Anak / bayi

Ibu hamil

Dan lain-lain

5. Setiap karyawan segera (bila masih sempat) menyelamatkan dokumen-dokumen


yang ada
6. Bersiap-siap keluar dengan tenang, cepat, teratur menuju pintu keluar dan
berkumpul disuatu tempat sesuai petunjuk anggota team.
7. Lokasi kebakaran diblokir untuk umum, aliran listrik yang menuju lokasi
kebakaran diputus (kecuali untuk pompa air)

KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT

No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

8. Tugas dari masing-masing


a. Team Kebakaran
Memimpin memadamkan sumber api
b. Satpam
Memblokir jalan yang menuju lokasi untuk menghindarkan orang-orang yang
tidak berkepentingan masuk
c. Team IGD
Menyiapkan OBHP yang berhubungan dengan P3K, dan berkumpul ditempat
d. Kepala ruangan
Membantu anggota team dalam menentukan pengungsian anak buahnya &
berusaha menyelematkan dokumen penting
e. Dinas pemadam kebakaran
Menghubungi barisan pemadam kebakaran yang ada bila api meluas & sulit
dikuasai
9. Membuat laporan

Inventaris barang-barang yang tersisa / terbakar

Korban yang dirawat / meninggal

Peristiwa kejadiannya (sebagai acuan perbaikan dan perhatian)

10.

Setiap satu tahun sekali seluruh karyawan Rumah Sakit mengadakan

stimulasi penanggulangan bencana di Rumah Sakit

MUSIBAH MASSAL DILUAR RUMAH SAKIT

No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Bila terjadi musibah massal diluar Rumah Sakit dan ada permintaan tenaga
kesehatan ke Rumah SakitRESTU IBU, maka Rumah SakitRESTU IBU
akan mengirimkan satu tim kesehatan dari petugas jaga di IGD, tim terdiri dari:

Satu orang dokter jaga IGD dan dua orang perawat IGD. Tim akan dilengkapi
dengan alat dan obat-obatan yang diperlukan

2. Dokter jaga IGD melapor ke kepala IGD


3. Kepala IGD akan menunjuk dokter dan perawat yang tidak bertugas pada saat itu
untuk memberikan dan menggantikan pelayanan di IGD

IDENTIFIKASI PENDERITA SECARA SISTEMATIS


MENGACU PADA PEDOMAN REKAM MEDIS

No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Setiap penderita yang datang berobat ke IGD akan mendapat:


1. Kartu pengenal

Kartu berlogo Rumah Sakit Restu Ibu Balikpapan

Bernomor sesuai nomor urut dari Rekam medis

Tertera nama, umur, kelamin, alamat, pekerjaan, dan tanggal

2. Status Rawat Jalan

Kolom nomor untuk diisi sesuai nomor dari kartu pengenal, nama pasien

Ada lembaran ringkasan riwayat klinik, tertera logo Rumah Sakit Restu Ibu
Balikpapan, nomor sesuai nomor kartu pengenal, nama penderita / umur /
kelamin (Lihat RM)

Kartu pengenal dibawa oleh penderita sebagai kartu identitas, untuk memudahkan
pengambilan status rawat jalan bilasewaktu-waktu penderita ingin berobat kembali /
kontrol
Status rawat jalan setelah lengkap diisi / selesai pemeriksaan penderita pulang, akan
dikumpulkan / disimpan dikantor Rekam Medis Sub Rawat Jalan.
Semua penderita yang berobat ke IGD akan dicatat dibuku besar IGD Medik, terisi
nama / kelamin / umur / alamat / diagnosa / status perawatan tindakan /
keterangan pulang observasi rawat.
Pencatatan Rekam medis dilakukan oleh petugas Rekam Medis.

PEMBERIAN IDENTITAS DAN PENOMORAN PASIEN


DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

No. Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Pemberian Nomor Rekam Medis di Unit Gawat Darurat


Sistem pemberian Nomor rekam medis di Instalasi Gawat Darurat adalah Unit
Numbering System (Sistem Pemberian nomor secara unit, dimana setiap apsien
yang berkunjung ke Instalasi Gawat Darurat mempunyai satu nomor rekam medik,
akan mendapatkan nomor RSRI yang berlaku seumur hidup)
A. Pemberian Identitas
Data identitas yang harus diisikan kedalam formulir register sesuai dengan
format yang tersedia. Antara lain:
1. Tanggal / Bulan / Tahun / Jam
2. Nomor Register / DMK
3. Nama pasien
4. Alamat Lengkap
5. Identitas Pengantar
6. Agama
7. Umur
8. Jenis Kelamin
9. Cara kunjungan
10. Asal pasien
11. Keadaan pasien setelah di IGD (dirujuk , pulang / menunggu di IGD)
12. Diagnosa kerja
13. Jenis kasus (Baru / Lama)
14. Cara Pembayaran (Bayar sendiri, asuransi, askes, dll)

TENTANG TRIASE
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Triase adalah suatu sistem seleksi pasien yang menjamin setiap pasien untuk
mendapatkan pelayanan penanganan Gawat Darurat secara cepat akurat
Pasien yang masuk dalam sistem triase, segera dapat diarahkan ke ruang periksa
sesuai kasusnya, berdasarkan dari sifat kegawatan penyakit dan jenis pertolongan
yang dibutuhkan.
Bila pasien dalam jumlah banyak, atau ada disaster untuk memudahkan ,
menyeleksi pasien maka dipergunakan label.
Ada beberapa jenis label, antara lain:
1.

Label putih : ke ruang Resusitasi

2.

Label merah : ke ruang Bedah

3.

Label kuning : ke ruang Observasi

4.

Label hijau : ke ruang Non Bedah

5.

Label hitam : ke ruang Jenazah

Petugas triase adalah : Dokter jaga IGD dibantu pelaksanaan harian perawat senior
Pasien dari sistem triase segera diarahkan ke ruang yang telah ditentukan sesuai
kasusnya.
A. Pasien dengan label merah masuk dalam ruang bedah, untuk dilakukan
pemeriksaan / tindakan
Pasien dapat pulang dan / kontrol di rawat jalan
Pasien dapat rawat inap
Pasien dapat dirujuk
Apabila selama diruang merah terjadi / perlu suatu tindakan emergency
resusitasi, maka pasien segera diarahkan ke ruang resusitasi
Apabila memerlukan tindakan observasi, maka pasien diarahkan ke ruang
observasi
TENTANG TRIASE
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

B. Pasien dengan label hijau masuk dalam ruang Non Bedah, untuk dilakukan
pemeriksaan / tindakan
Pasien dapat pulang semuh / kontrol rawat jalan
Pasien dapat rawat inap
Pasien dapat dirujuk
Apabila terjadi emergency, segera diarahkan ke ruang resusitasi
Apabila memerlukan tindakan observasi, maka paisen diarahkan ke ruang
observasi
C. Pasien dengan label kuning masuk dalam ruang observasi, untuk dilakukan
tindakan observasi, selama diobservasi pasien dibawah pengawasan dokter jaga
saat itu.
D. Pasien dengan label putih masuk dalam ruang resusitasi, segera dilakukan
tindakan resusitasi jantung pulmonal, dan atau resusiatasi otak / cairan dsb.
Bila perlu dapat dilakukan defibrilasi / cardioversi
Pasien dapat dirawat inap
Pasien dapat dirujuk (persyaratan rujuk dipenuhi)
Pasien meninggal, dst. Diarahkan keruang jenazah
E. Pasien dengan label hitam :
Bisa langsung dibawa pulang oleh keluarganya
Dirujuk ke RSU Dr. Kanujoso Djatiwibowo

TRIASE SCORE
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

VARIABEL

DEFINISI

SCORE

Usaha bernafas

Normal

Infeksi gerakan hidung dada

Dangkal

Retraksi

Pengisian kapiler penekanan kuku

Tidak ada
Segera (<2)

3
0

Membuka mata

Lambat (>2)
Spontan

2
0

Berbicara atau menurut perintah atau rangsangan nyeri

Terhadap suara

Terhadap nyeri

Reaksi verbal

Tidak ada
Baik

3
0

Kemampuan bercakap-cakap kalimat

Kacau

Hanya kata-kata, hanya suara

Kata-kata tidak sesuai

Tidak dapat dipahami

Reaksi motonik

Tidak bereaksi
Menurut permintaan

4
0

Diperintahkan dengan kata-kata atau teriakan atau rangsangan

Dengan tarikan

nyeri

Flexi

Extensi

ALUR PENANGANAN KASUS OBSTETRI


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

UNIT RAWAT DARURAT


TRIAGE

Kamar Periksa VK Kebidanan : * Resusitasi


* Resusitasi
Persiapan SC
* Persiapan laporotomi
Persiapan histerektomi
* Douglas Fungsi
Persiapan tindakan abdominal lainnya
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Kamar Bersalin :
* Hamil dengan komplikasi
* D dan C
Partus spontan
* Staddle Injury
Partus prematur
Partus dengan tindakan non operatif
Manual plasenta
KPP/KPSW
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Kamar bedah central
* SC
* Laparotomi
Histerektomi Ligasi
- KET
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Ruang rawat inap
* Febris Feurpuralis
* Abortus infeksi
Hamil dengan sesuatu penyakit
* Abortus iminens

ALUR PENANGANAN KASUS OBSTETRI


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

UNIT RAWAT DARURAT


TRIAGE

HASIL RESIKO RENDAH


HASIL RESIKO TINGGI
KEGAWATAN
OBSTETRI
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------K.M.OBSERVASI KEBIDANAN
resusitasi
Observasi
Persiapan operasi
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------KAMAR BEDAH SENTRAL
SC
Histerektomi
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------RUANG KEBIDANAN
* observasi ibu
* monitor ibu
* observasi janin
* monitor janin
* partus spontan
* tindakan
* neonatus
* obstetri
Apabila gagal
* operatif vaginal
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------INSTALASI RAWAT INAP
* rawat gabung
* perawatan intermediate
* Ruang
* perawatan intermiate
* Rawat gabung
intermediate
* nifas
* Nifas
* perawatan
Post Op
* Rawat
Gabung
* Poli
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------INTALASI RAWAT JALAN
POLI KEBIDANAN

TENTANG PASIEN YANG PERLU


DIRUJUK / ALIH KE RUMAH SAKIT LAIN
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

I.

Alih rawat ke Rumah Saki lain dilakukan apabila

Atas permintaan penderita / keluarga

Tempat perawatan penuh

Alih rawat pasien dapat ditunjukan :

II.

Ke Rumah Sakit setara yang dituju

Ke Rumah Sakit ABRI

Ke Rumah Sakit Pertamina

Rujukan ke Rumah Sakit lain dilakukan apabila fasilitas / sarana di Rumah


Sakit RESTU IBU tidak ada atau sedang tidak berfungsi
Rujukan pasien dapat ditunjukan:

III.

Ke Rumah Sakit yang lebih besar dan lengkap.

Tata cara rujukan


1. Pasien setelah diperiksa oleh Dokter Jaga yang telah di konsultasikan
kepada Dokter Konsulen, dianggap perlu tindakan atau pemeriksaan yang
tidak dimiliki Rumah Sakit RUMAH SAKIT, akan dirujuk ke Rumah
Sakit yang lebih mampu oleh Dokter Konsulen.
Dalam hal ini yang menentukan / berhak merujuk pasien ke Rumah Sakit
yang lebih mampu adalah Dokter Konsulen.
2. Pada keadaan dimana ruang perawatan di Rumah Sakit RESTU IBU
penuh atau atas permintaan pasien atau keluarganya maka pasien dapat di
alih rawat ke Rumah Sakit lain yang mampu menampung pasien tersebut.
Rujukan cukup dilakukan oleh Dokter Jaga UGD kecuali bila dianggap
perlu untuk mendapatkan persetujuan Dokter Konsulen.

TENTANG PASIEN YANG PERLU


DIRUJUK / ALIH KE RUMAH SAKIT LAIN
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

3. Pasien yang telah diperiksa oleh Dokter Jaga UGD dan dianggap perlu
untuk dikonsultasikan ke Dokter Spesialis maka:

Dokter Jaga UGD menghubungi konsulen melalui telepon, maka


Dokter Jaga yang mengkonsulkan tersebut harus didampingi perawat
untuk mendengarkan bersama-sama advis yang diberikan oleh Dokter
Konsulen tersebut melalui telepon.

Hasil konsultasi akan ditulis pada buku DMK, selanjutnya bila


kemudian Dokter Konsulennya datang harus menandatangani buku
tersebut. Dokter Konsulennya datang harus menandatangani buku
tersebut. Jawaban dari konsulen sudah harus diterima paling lambat 15
menit.
IV.

Syarat rujuk / alih rawat


1.

Kondisi penderita dalam keadaan layak kirim

Sudah diperiksa lengkap

Sudah diberikan pertolongan pertama

Kegawatan sudah teratasi / sudah stabil (tanda vital)

Dilengkapi formulir rujukan yang ditandatangani Dr.Jaga UGD


yang bertugas

Untuk pasien yang alih rawat tanpa menggunakan alat-alat


kesehatan

2.

Konfirmasi tempat Rumah Sakit rujukan disetujui

3.

Penderita / Keluarga / Teman / Petugas mengetahui dan mengerti akan


permasalahannya,

dan

menyetujui

serta

menandatangani

surat

permintaan rujukan.

PENDAMPING PASIEN YANG DITRANSPORTASIKAN


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Transportasi dibagi:
Dalam Rumah Sakit:
Kondisi siap antar
Menuju ruangan rawat inap
Menjalankan rujukan pemeriksaan radiologi ( CT scan kepala / USG)
Menjalankan rujukan ke Unit Bedah untuk pelaksanaan tindakan yang
membutuhkan peralatan yang lebih lengkap
Diantar oleh 1 orang perawat dan 1 orang pengantar penderita

Keluar Rumah Sakit (Menjalankan rujukan ke RS lain)


Syarat:
Penderita dengan identitas jelas
Ada keluarga / penghantar penderita yang menyertai penderita kondisi penerita
layak rujuk
Dapat diantar dengan ambulance Rumah Sakit / ambulance 119-118, Ambulance
PMI
Harus disertai 1 orang pengahantar penderita (Pegawai RS) dan 1 perawat
pelaksana yang berpengalaman menguasai tindakan basic life support.
Untuk kasus-kasus gawat harus di dampingi 2 perawat yang berpengalaman.
Perlengkapan:
Tabung O2 dan selangnya
Masker Air Viva
Cairan Colloid dan Kristoloid
Peralatan resusitasi / bantuan hidup dasar + obat-obatan resusitasi

PENDAMPING PASIEN YANG DITRANSPORTASIKAN


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Tata laksana:
Menyerahkan ke Instalasi terkait
Tanda terima pasien
Surat jawaban dari Rumah Sakit yang dirujuk / wali rawat
Mencatat alat dan obat yang diberikan
Membuat laporan pelakasanaan tugas
Syarat pendamping:
Ada dari pihak Rumah Sakit dengan identitas lengkap

Ada surat tugas dari pelimpahan


Mengetahui dantrampil dalam pertolongan hidup dasar

KONSULTASI SPESIALIS
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Pasien yang telah diperiksa oleh dokter jaga UGD dan dianggap perlu untuk
dikonsultasikan ke dokter spesialis maka:
a. Dokter konsulen akan dihubungi melalui telepon atau pager oleh dokter jaga UGD.
Bila dalam waktu 15-30 menit tidak ada jawaban maka dokter jaga berhak
memberikan kepada konsulen dokter spesialis urutan kedua dan seterusnya.
b. Bila ada jawaban dari dokter konsulen melalui telepon maka dokter jaga menulis
instruksi dokter konsulen ke dalam dokumen medis yang didampingi seorang perawat.
Selanjutnya bila dokter konsulen datang harus menandatangani instruksi tersebut.

PERMINTAAN DARAH KE PMI


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Kalau pasien di Unit Gawat Darurat yang memerlukan darah maka:


1. Petugas UGD menghubungi PMI untuk mempersiapkan jenis darah yang
dibutuhkan
2. Petugas UGD membuat permintaan dengan mengisi blanko permintaan darah
kemudian ditandatangani oleh dokter jaga UGD
3. Petugas UGD mengambil sample darah kemudian membuat identitas untuk
ditempelkan pada spuit / botol yang berisi darah tersebut.
4. Keluarga pasien pergi ke PMI dengan membawa Surat Permintaan beserta
sample darah dan menyarankan membawa keluarga secukupnya untuk antisipasi
kalau darah yang diperlukan tidak cukup di PMI
5. Darah yang datang akan diterima oleh petugas UGD dan diberikan sesuai dengan
instruksi dokter
6. Sedangkan darah yang belum dipergunakan akan disimpan di lemari pendingin
7. Darah yang tidak terpakai dalam tempo 24jam harus dikembalikan ke PMI
membawa copy permintaan (bisa didelegasikan pada keluarga pasien / sopir
Rumah Sakit)

PENYEDIAAN CAIRAN, OBAT, BAHAN HABIS PAKAI


ALAT, LINEN DAN KAIN STERIL DI UGD
RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

I.

Permintaan cairan, obat dan bahan habis pakai dilakukan setiap hari kerja ke
instalasi

UGD

Rumah

Sakit

RESTU

IBU

Balikpapan

dengan

memperhitungkan sisa cairan, obat dan bahan habis pakai pada hari tersebut.
Perhitungan cairan obat dan bahan habis pakai di ruangan Resusitasi, tindakan
bedah, tindakan Non Bedah dilakukan oleh petugas UGD
II. Bila hari libur permintaan cairan, obat dan bahan habis pakai dilakukan dengan
cara memperhitungkan jumlah kebutuhan hari libur beikutnya.
III. Yang membuat daftar permintaan obat ialah Seksi Logistik kemudian ditanda
tangani koordinator perawatan UGD dan diketahui oleh Ka. UGD, kecuali:
1. Bilamana Ka. UGD berhalangan (tidak hadir / tugas luar) penandatanganan
dapat di delegasikan ke Dokter Jaga UGD
2. Bilamana Ka. UGD berhalangan (tidak hadir/tugas luar) penandatangan
dapat di delegasikan kepada koordinator perawatan UGD
IV. Daftar cairan, obat, bahan habis pakai, a;at, linen dan kain steril yang
disediakan:
1. Persediaan cairan antara lain:

Cairan RL : 20 Kolf

NACL 0.9 % : 20 Kolf

DD : 20 Kolf

Dextrose 5% : 20 Kolf

Dextrose 10% : 20 Kolf

Dextrose 40% : 20 Kolf

Martos 10 % : 20%

PENYEDIAAN CAIRAN, OBAT, BAHAN HABIS PAKAI


ALAT, LINEN DAN KAIN STERIL DI UGD
RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

2. Persediaan obat-obatan antara lain:


a. Ruang Resusitasi:

Morfin : 5 Ampul

Atropin Sulfat : 100 Ampul

Cal Glukonas : 2 Ampul

Dopamin 200mg : 2 Ampul

Dopamin 50mg : 2 Ampul

Adrenalin : 5 Ampul

Dextamethason : 5 Ampul

Aminophilin : 5 Ampul

Meylon / Nabic : 5 Ampul

Isosorbid Dinitrat 10mg : 5 Tablet

Lasic : 2 Ampul

b. Ruang tindakan Non Bedah

Isosorbid Dinitrat 10mg : 15 Tablet

Nifediphin 10 mg : 15 Tablet

Adrenalin : 5 Ampul

Amynophilin : 5 Ampul

Klorpromazin 25 gram : 5 Ampul

Calcium Glukonas 100 mg : 3 Ampul

Dexamethason 5 mg : 5 Ampul

Dophamin 200 mg : 1 vial

Dophamin 50 mg : 1 Ampul

Phenobarbital 50 mg : 5 Ampul

Meylon : 5 Flc
PENYEDIAAN CAIRAN, OBAT, BAHAN HABIS PAKAI
ALAT, LINEN DAN KAIN STERIL DI UGD
RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Transamin : 2 Ampul

Atropin Sulfat : 100 Ampul

Ephedrin : 3 Ampul

Chinin Antipirin : 7 Ampul

Papaverin : 5 Ampul

Lasic : 5 Ampul

Diazepam 10 mg : 5 Ampul

Catapres 150 mg : 3 Ampul

Kortison : 2 flc

c. Ruang Tindakan Bedah

A.T.S : 20 Ampul

T.T : 5 Vial

SABU : 2 Vial

Lidocain 2% : 20 Ampul

Pchacain : 20 Ampul

3. Alat bahan habis pakai

Dysposible Syringe semua ukuran @ 50 pcs

Chateter intravenous semua ukuran @ 20 Pcs

Scalp Vein Set semua ukuran @ 10 pcs

Solution Administration set semua ukuran @ 25 pcs

Needle Dysposible semua ukuran @ 20 pcs

Sonde Lambung semua ukuran @ 4 pcs

Folley Chateter semua ukuran @ 3 pcs

PENYEDIAAN CAIRAN, OBAT, BAHAN HABIS PAKAI


ALAT, LINEN DAN KAIN STERIL DI UGD
RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Urinary Drainage Set @ 5 pcs

Perban semua ukuran @ 6 pcs

Palster semua ukuran @ 3 pcs

Cairan desifektan @ 5 botol

4. Persediaan Sarung tangan

Sarung tangan No. 6.5 , 7 , 7.5 , 8 disediakan masing-masing 5 pasang


untuk setiap hari

Setelah dipakai langsung di cuci, kemudian dijemur (tidak dipanas


matahari)

Keesokan harinya sarung tangan tersebut disterilkan ulang

Permintaan sarung baru disesuaikan dengan kebutuhan sehari dengan


memperhitungkan jumlah sarung tangan yang rusak

5. Persediaan Linen

Selimut disediakan 2 lembar setiap hari

Handuk disediakan 2 lembar setiap hari

Waslap disediakan 1 lembar setiap hari

Bila kebutuhan linen sudah tidak mencukupi lagi, maka dibuat daftar
permintaan ke logistik umum.

6. Persediaan duk lubang

Tersedia 33 lembar setiap hari

Setelah dipakai dicuci di kamar line kemudian disterilkan di ruang OK

Bila jumlah persediaan sudah tidak mencukupi lagi, maka dimintakan


ke logistik umum.
PENYEDIAAN CAIRAN, OBAT, BAHAN HABIS PAKAI
ALAT, LINEN DAN KAIN STERIL DI UGD
RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

7. Ruang tindak bedah setiap hari disediakan

Minor surgery tersedia 2 set

Vena sectie tersedia 1 set

X ray lamp

Bidai lengan, tungkai dan kepala

Perban

Plester

Benang, jarum sesuai dengan jenis dan ukurannya

Perban untuk luka bakar

Sterilisasi dilakukan dengan sterilisator setiap habis pakai

Bila alat hilang / rusak, dibuatkan berita acara dan dimintakan untuk
mendapatkan ganti ke logistik umum.

8. Ruang Tindakan Non Bedah

Alat periksa mata

THT set

Traction Kit.Skin

Gips

HB sahli

Acutrend

Alat periksa gigi

Sonde lambung

Folcy katcter

Headlight direct focussing

Partus kid
PERMINTAAN OBAT NARKOTIK

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Pemakaian obat narkotik dicatat dibuku pemakaian dan ditanda tangani dokter yang
bersangkutan
Penulisan permintaan obat narkotik :
a. Cara pemakaian harus jelas
b. Nama dan jumlah obat jelas, ditanda tangani dokter, jumlah ditulis dengan angka
romawi dan huruf
c. Nama, umur, dan alamat penderita serta unit yang meminta harus jelas
d. Hanya dapat diambil di apotik Rumah Sakit
e. Resep ditulis oleh Dokter Jaga UGD, nama ,alamat, No.telepon dan SIPnya harus
dicantumkan jelas dan ditanda tangani (tidak boleh diparaf)
Permintaan ini diteruskan kebagian Instalasi Farmasi atau Apotik Rumah Sakit.
Pelaksanaan pengambilan oleh kepala jaga perawat shift
Penyimpangan atau pengambilan obat narkotik:
Obat narkotik disimpan dilemari troli yang terkunci
Penanggung jawab atau pengambilan obat narkotik dibebankan oleh kepala jaga
perawat shift
Obat narkotik yang telah dipakai harus segera diganti, lalu obat dikembalikan
ketempat semula.

STRUKTUR ORGANISASI
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

KEPALA UGD

KOORDINATOR KEPERAWATAN

DOKTER JAGA

PEMERIKSAAN PENUJANG
1. LABORATORIUM
2. RADIOLOGI

SEKSI

SEKSI

LOGISTIK

PENCATATAN &
PELAPORAN

GARIS KOORDINASI
GARIS KOMANDO

URAIAN TUGAS
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Tugas dan tanggung Jawab


I.

Tugas Utama UGD


1. Mengkoordinasikan pelayanan medik di UGD, sehingga tercipta
pelayanan yang baik
2. Mengkoordinasikan pelayanan perawatan di UGD, sehingga tercipta
mutu asuhan perawatan yang baik
3. Mengkoordinasikan pemeliharaan sarana penunjang, sehingga berfungsi
dengan baik 24 jam sehari
4. memonitor dan mengarahkan aktifitas administrasi di UGD sehingga
tercipta tertib administrasi
5. Membina kerjasama yang baik dengan kepala UPF lainnya yang terkait
dengan pelayanan di UGD, sehingga tercipta suasana kerja yang penuh
semangat
6. Bertanggung jawab kepada bidang medis Rumah Sakit RESTU IBU
7. Mengkoordinir dokter jaga

II.

Tugas Utama Dokter Jaga UGD


1. Memberikan pelayanan kesehatan selama 24 jam
2. Melakukan seleksi pasien dan menetapkan triase score pasien
3. Melakukan tindakan dan terapi sesuai PDT
4. Memulangkan pasien yang tidak gawat darurat
5. Mengkonsultasikan pasien yang perlu rawat inap kepada dokter spesialis
6. Membuat laporan pasien rawat inap / rawat jalan
7. Bertanggung jawab diruangan bila ada pasien yang gawat, sebatas
wewenangan yang diberikan
8. Bila dokter jaga berhalangan segera menelpon ke KA. UGD untuk di cari
penggantinya.
URAIAN TUGAS
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

III.

Tugas Utama Koordinator Perawat UGD


1. Mengatur dan mengendalikan pelayanan perawatan di UGD sehingga
tercipta mutu asuhan perawatan yang baik
2. Mengatur jadwal jaga perawat di UGD sehingga UGD selalu siap
melayani pasien 24 jam sehari
3. Melaporkan segala sesuatu hambatan kepada Ka. UGD

IV.

Tugas Utama Seksi Logistik


1. Mengatur alat dan obat-obatan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan 24 jam
2. Bertanggung jawab terhadap kerusakan / kehilangan alat-alat dan
pemakaian obat-obatan.

V.

Tugas Utama Seksi Pencatatan dan Pelaporan


1. Bertanggung jawab terhadap pelaporan / pencatatan

Catatan medis

Asuransi

Surat Pengantar dari Perusahaan

penyakit

2. Kejadian Luar Biasa


VI. Tugas Utama Koordinator Jaga Shift
1. Mengkoordinir semua pelayanan yang ada di UGD waktu dinas
2. Membantu dokter untuk menyeleksi pasien di triase
3. Bertanggung jawab langsung ke koordinator perawat
Syarat-syarat :
1. Perawat yang senior
2. Telah mengikuti PHTLS atau yang telah berpengalaman bekerja di
UGD Rumah Sakit.

URAIAN TUGAS
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

VII. Tugas Utama Penanggung Jawab Ambulance (Dokter Jaga)


1. Membuat surat tugas kepada petugas ambulance

2. Mengatur kegiatan ambulance


3. Melaporkan segala sesuatu hambatan kepada Ka. UGD
4. Bertanggung jawab kepada Ka. UGD
VIII. Koordinator Ambulance
1. Melaksanakan ambulance
2. Melaporkan segala sesuatu hambatan terhadap ambulance kepada dokter
jada
3. Membuat amprahan perbaikan terhadap kerusakan ambulance
4. Membuat jadwal jaga petugas ambulance
5. Bertanggung jawab kepada dokter jaga UGD

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

DAFTAR KUALIFIKASI KETENAGAAN UGD (MEDIS & PARA MEDIS)


UGD RS RESTU IBU BALIKPAPAN
NO.
1.
2.
3.

NAMA PETUGAS

JABATAN

JENIS PELATIHAN

DAFTAR PARA MEDIS YANG PERNAH MENGIKUTI PELATIHAN PHTLS


UGD RSRESTU IBU BALIKPAPAN
NO.

PARA MEDIS

JENIS

WAKTU

TEMPAT

PELATIHAN
1.
2.
3.
DAFTAR DOKTER JAGA RSRESTU IBU BALIKPAPAN
NO.
1.
2.
3.

NAMA DOKTER

JABATAN

JENIS PELATIHAN

PERTEMUAN UGD
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Pertemuan atau rapat UGD dilakukan paling sedikit 2 kali dalam sebulan yaitu pada minggu pertama dan
minggu ketiga setiap bulannya.
2. Pertemuan dihadiri oleh Direktur Rumah Sakit, Pelayanan Medis, Ka. UGD, seluruh dokter beserta
perawat UGD (kecuali yang bertugas pada waktu itu)
3. Pertemuan diadakan dikantor UGD/ruang pertemuan Rumah Sakit RESTU IBU
4. Waktu pertemuan yaitu pukul 14.00 s/d selesai
5. Setiap peserta rapat harus mengisi daftar absensi dan menandatangani pada absensi tersebut.
FORMAT ABSENSI RAPAT UGD
NO.
1.
2.
3.

NAMA

TANDA TANGAN
1.
2.
3.

FORMAT NOTULEN RAPAT UGD


NO.

MASALAH

PEMECAHAN

PENANGGUNG

MASALAH

JAWAB

EVALUASI

1.
2.
3.

TENTANG SURAT CUTI


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1.

Minimal 12 Hari sebelum cuti, karyawan diharuskan mengusulkan


kepada bagian administrasi personalia.

2.

Usulan ini diajukan ke Ka.Perawatan (untuk perawat) dan Direktur /


Wakil Direktur

3.

Setelah mendapat persetujuan dari Ka. Perawatan dan Direktur /


Wakil Direktur maka surat diserahkan kembali kepada Administrasi Personalia
untuk dicatat dan diarsipkan.

SISTEM KOMUNIKASI
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Komunikasi yang ada di UGD Rumah Sakit RESTU IBU Balikpapan mengunakan:
1. Telepon yang bisa langsung keluar dalam kota (0542) 22706
2. Telepon intern atau intercome
3. Komunikasi tertulis
a.Penggunaan Telepon
Telepon 22706 (telepon Unit Gawat Darurat) terutama digunakan untuk
keperluan yang berhubungan dengan pelayanan Gawat Darurat:
1. Menghubungi unit / bagian yang ada diluar Rumah Sakit ( ke DKK, RST.

Kepolisian, dll)
2. Melakukan konsultasi dengan dokter spesialis
3. Setiap menggunakan telepon UGD 22706 harus mengisi pada buku
pemakaian telepon
4. Telepon intercome dipergunakan untuk komunikasi di dalam Rumah sakit
5. Buku panduan telepon Rumah Sakit harus selalu siap di dekat pesawat telepon
b.

Penerimaan Telepon
Bila ada telepon berdering 2 (dua) kali dan selambat-lambatnya 3 (tiga0 kali
sudah harus diterima oleh pegawai UGD (dokter/perawat)
1. Penerima pasien menerima informasi tentang pasien yang masih berada di
UGD, keadaan pasien yang sedang dirawat di UGD, bila untuk pasien yang
dirawat diruangan kita beri nomor telepon diruangan jaga perawat.
2. Kalau pesan yang diterima ditujukan petugas UGD yang tidak berada di UGD
saat itu, maka pesan tersebut ditulis pada lembar pesan yang tersedia, kemudian
diantar ke alamat yang dituju (kalau pesan itu penting), kalau tidak penting
pesan ditulis dibuku penerimaan telepon.
3. Kalau telepon yang diterima ditujukan ke bagian perawatan, bagian
administrasi dll. Maka penelpon dianjurkan untuk menghubungi bagian
tersebut.
SISTEM KOMUNIKASI
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

FORMAT FORMULIR PESAN


TGL / JAM

NAMA PENELPON /
ALAMAT / NO. TELEPON

ISI PESAN

YANG MENERIMA
TELEPON

c. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis dilakukan terutama untuk konsultasi pasien pada dokter
spesialis.
1. Komunikasi tertulis dilakukan dengan mencantumkan secara lengkap datadata mengenai pasien pada DMK atau lembar konsultasi
2. DMK atau konsultasi dibawa oleh perawat UGD ke dokter spesialis terkait
3. Dokter spesialis yang dikonsultasikan menulis jawaban konsultasi pada
DMK dan sesuai dengan kepentingannya bisa datang untuk memeriksa
pasien.
4. Bila dokter spesialis belum dapat dihubungi, dokter jaga dapat melakukan
tindakan sesuai PDT dan fasilitas yang ada.

PEMAKAIAN AMBULANCE
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

I.

PEMAKAIAN AMBULANCE
Ambulance atau petugas harus berada di lingkungan UGD selama 24 jam
dalam 3 shift.
Fungsi ambulance adalah:
a. Menjemput pasien gawat darurat (yang memerlukan pertolongan segera)
b. Konsultasi ke dokter konsulen
c. Mengantar pasien
d. Mengambil darah
e. Menghubungi keluarga pasien
a. Menjemput pasien
1. Keluarga penderita datang ke UGD atau menelpon melalui 22706
2. Petugas ambulance mengisi buku pemakaian ambulance
3. Petugas ambulance pergi menjemput pasien didampingi perawat UGD
4. Sekembalinya dari menjemput petugas ambulance lapor ke UGD

b. Konsultasi ke dokter konsulen dengan memakai mobil ambulance


1. Petugas ambulance mengisi buku pemakaian ambulance
2. Petugas ambulance dan perawat ke dokter konsulen yang dituju
3. Sekembalinya dari menjemput petugas ambulance lapor ke UGD
c. Mengantar pasien
Kalau ada pasien yang akan dikirimkan ke Rumah Sakit lain.
Caranya:
1. Petugas UGD memberitahu petugas ambulance
2. Petugas ambulance mengisi buku pemakaian ambulance
3. Keluarga pasien menyelesaikan administrasi pada kasir
4. Petugas ambulance bersama perawat mengantar pasien
5. sekembalinya dari mejemput petugas ambulance lapor ke UGD
PEMAKAIAN AMBULANCE
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

d. Mengambil darah
Caranya:
1. Perawat ruangan memberitahu perawat UGD
2. Perawat UGD memberitahu petugas ambulance
3. Perawat UGD, petugas ambulance bersama keluarga dengan membawa
sample darah dan surat permintaan darah pergi ke PMI
4. Sekembalinya dari menjemput petugas ambulance lapor ke UGD
e. Menghubungi keluarga pasien
Kalau ada pasien yang gawat / meninggal, sedangkan saat itu keluarga
penderita tidak berada di Rumah Sakit maka ambulance dipergunakan
untuk menghubungi keluarga penderita tersebut.
Caranya:
1. Perawat UGD / perawat ruangan bagi pasien ruangan menghubungi
petugas ambulance
2. Petugas ambulance menulis di buku pemakaian ambulance
3. Perawat dan petugas ambulance pergi ke alamat yang dituju
4. Sekembalinya dari menjemput petugas ambulance lapor ke UGD

II. PEMBATALAN PEMAKAIAN AMBULANCE


Bila ada pasien memerlukan jemputan ambulance dan keluarga pasien tidak
jadi menggunakan ambulance, maka untuk biaya administrasi ambulance tetap
dibayar sesuai dengan tarif pemakaian ambulance.

TENTANG ALAT DAN OBAT UNTUK LIFE SAVING


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

a. Tujuan
Agar alat diruangan Resusitasi, ruangan tindakan non bedah, ruang tindakan
bedah selalu tersedia setiap hari:
1. Alat-alat

Ruang Resusitasi
o Suction
o Oksigen (O2)
o Respirator
o Defibrilator monitor
o EKG
o Laringoscope
o Magyl Forceds
o Pipa nasotracheal
o Pipa endotracheal
o Oropharingeal Air Way (Gudel)
o Bag Valve Mask Ventilation (Ambu bag)
o Gunting besar
o Tracheostomy set

Ruang Tindakan Bedah


o Bidai segala ukuran

o Perban segala ukuran


o Vena seksi set
o X-ray lamp
o Perban untuk luka bakar
o Minor surgery set
o Benang, jarum sesuai jenis dan ukurannya.

TENTANG ALAT DAN OBAT UNTUK LIFE SAVING


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Ruang Tindakan Non Bedah


o Alat-alat periksa mata
o THT set
o Alat periksa gigi
o Traction Kit-Skin
o Gips
o Hb Sahli
o Acutren
o Sonde lambung
o Foley kateter
o Headlight direct focussing 1 buah

2. Persediaan obat-obatan:

Adrenalin

Aminophilin

Atropin sulfat

Catapres

Dexamethason

Dopamin 50mg 200mg

Ephineprin

Meylon-Nabic

Phenobrbital

Diazepam

Transamin

TENTANG ALAT DAN OBAT UNTUK LIFE SAVING


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Klopromazin

Morfin

Cal. Glukonas

Papaverin

Lasix

Cartison

ATS, TT, SABU

Pehacain

Lidocain 2%

Chinin Anti Pirin

Isosorbid Dinitrat 10 mg

Nifedipin tab 10 mg

3. Persediaan cairan

DD

Dextrose 5%

Dextrose 105

Dextrose 40%

Ringer laktat

NACL 0,9%

Martos 10%

TENTANG PENGGUNAAN OBAT DAN ALAT


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Tujuan :
Agar alat dalam keadaan bersih, baik dan siap pakai setiap saat
a. Alat dibersihkan setiap kali setelah dipergunakan
b. Pengecekan alat dilakukan setiap 1 minggu secara keseluruhan
c. Alat-alat tersebut berupa
1. Monitor Defibrilator (terlampir)
2. Resusitator Set (Ambu bag) anak dan dewasa (terlampir)
3. Laryngoscope (terlampir)
4. Suction (terlampir)
5. EKG / Cardioline (terlampir)
6. Reflolux (terlampir)
7. Nebulizer (terlampir)
8. Neck Collar
2. A. Penggunaan obat sesuai dengan instruksi dokter
B. Obat disediakan dalam jumlah yang cukup untuk 1 hari
C. Kalau hari libur obat disediakan berdasarkan perhitungan jumlah hari libur
dikalikan dengan persediaan perhari
D. Obat dicek dalam seriap pergantian dinas (Dinas pagi, sore, malam)
E. Obat yang dipergunakan oleh pasien dicatat dalam buku catatan pemakaian
obat

TINDAKAN SHOCK
No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Halaman
Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. PERSIAPAN ALAT
Seperangkat alat Cardiopag
Jelly
Kain kassa
2. PERSIAPAN PENDERITA
Jelaskan pada keluarga penderita / orang sakit tentang maksud dan tujuan
tindakan DC Shock
Atur posisi penderita telentang tanpa bantal
Buka baju (atur privacy penderita)
3. LANGKAH-LANGKAH
Saklar dihubungkan dengan stop kontak (meskipun sudah di charge) PLN /
ACCU
Tekan tombol power (on) amati hingga di layar timbul gelombang EKG
Atur knop Energy Delivered sesuai dengan instruksi dokter (satuan joule)
Tekan charge (warna kuning) amati hingga dilayar monitor timbul angka
jumlah joul
Tes dengan menekan tombol merah pada pegangan masing-masing untuk
mengetahui alat layak pakai
Setelah dinyatakan siap pakai, baru kemudian digunakan pada penderita
dengan menekan charge kembali
Letakkan pegangan tangan kiri pada sterum dan tangan kanan pada Apex
Hindarkan orang lain memegang penderita
Setelah siap tekan tombol merah bersama-sama
Pekerjaan diatas dapat diulang / menaikan jumlah joul sampai tercapai efek
terapinya
Setelah DC shock dipakai, alat masih dapat digunakan untuk memonitor EKG
Bila sudah tidak dipakai lagi, tombol power ditekan off

AMBU BAG
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Ambu bag adalah alat yang memberikan udara atau oxygen kepada penderita yang
memerlukan bantuan pernafasan dengan cepat, ketika melakukan ventilasi.
Dapat juga dipergunakan waktu pemasangan respirator atau melakukan suction
(biasanya penderita terbatuk)
Masker harus bisa digunakan secara langsung, meskipun tidak ada oxygen. Untuk
paru-paru terbatas.
Daya tekanan yang bisa diberikan.
Yang perlu diperhatikan:
1. Masker harus rapat pada muka penderita dan meliputi hidung dan mulut
2. Extensi leher / kepala harus benar
3. Pastikan bahwa valve (tutup) mengeluarkan nafas bekerja dengan otomatis
4. Pastikan tidak ada udara keluar melalui celah karena masker kurang rapat, dapat
didengar dari suara rembesan udara
5. Bagian yang bisa dilepas semua dicuci dan bisa disterilkan dengan autoclavable
(134c)
Cara menggunakan:
1. Rapatkan dahi dan dagu bawah dengan tangan menekan dagu bawah ke arah atas
2. Pada posisi seperti itu tangan sebelah memegang E valve Ambu Bag
3. Masker dipasang dimuka, tekan masker dengan tangan kearah dagu bawah
4. Masker ditekan pakai ibu jari dan jari telunjuk kemudian angkat dagu bawah
dengan jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Jalan nafas diupayakan lurus
5. Dengan tangan yang lain menekan ambu bag dengan kira-kiran 10-15 kali per
menit

PENGGUNAAN LARYNGOSCOPE

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Persiapan alat:
Seperangkat alat laryngoscope
1. Perawatan / Penyimpanan
a. Bagian laryngsocope yang dimasukkan kedalam mulut direndam dan
didesinfektan
b. Pegangan tangkai dibersihkan dengan alkohol
2. Cara menggunakan
a. Siapkan alat-alat
b. Membuka mulut, memasukkan laryngoscope dari mulut
c. Setelah ujung laryngoscope dimasukkan ke atas epiglottis, diarahkan ke atas
d. Kalau melakukan berhitu, kelihatan glottis
e. Endotracheal tube dimasukkan ke tengah golttis
f. Masukkan bite blok dan mendengarkan bunyi nafas denga stetoscope
g. Setelah memastikan letak endotracheal tube benar, balon digembungkan
dengan mengisi udara sebanyak 5 cc-10 cc (pakai spuit)
h. Kalau tidak bernafas, menggunakan respirator atau ambu bag

SUCTION
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Cara menggunakan:
1. Masukkan air bersih dan cairan antiseptik dalam botol suction sampai garis
paling rendah dengan perbandingan campuran : air 100cc : antiseptik (Lysol) 1 cc
2. Menyambung tube ke tiap pipa sambung
3. Menekan tombol sumber tenaga listrik untuk memastikan alat tersebut dapat
bekerja baik dan kontrol tombol pembetulan daya tekanan
4. Pipa suction dilipat, ventilasi dihentikan, setelah itu kontrol daya tekanan suction
sambil memutar tombolnya.
- Daya tekanan : 120 200 mmHg Dewasa
- Daya tekanan : 100-120 mmHg Anak-anak
- Daya tekanan : 60-100 mmHg Bayi
5. Pada saat memasukkan kateter kedalam mulut /hidung, kateter dilipat dahulu,
tanpa melakukan penghisapan, kedalam canula sesuai kebutuhan / kondisi pasien
6. Kemudian lipatan kateter dilepas
- Pada saat melakukan suction katater diputar-putar untuk menghindari
kerusakan mukosa, lakukan berulang-ulang sampai lendir bersih.
- Waktu menggunakannya antara 10-15 detik Dewasa
5-10 detik bayi dan anak-anak
Kalau lebih O2 dalam paru-paru akan berkurang
Kalau penderita batuk keras, suction dihentikan dan melihat keadaan
umumnya.
7. Ketika mengeluarkan kateter, mengeluarkan pelan-pelan sambil diputar-putar
8. Kemudian bilas selang suction dari kotoran (slym) dengan air
9. Kateter direndam dalam cairan lysol 1 jam kemudian bilas air bersih
SUCTION
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

10. Tube suction, botolnya dan tutup botol diambil dan dicuci dengan cairan

antiseptik
11. Mesinnya dibersihkan dengan kain yang diberi cairan antiseptik, kemudian
dilap dengan lap kering
12. Setelah suction dipakai harus mencuci tangan

Pemeliharaan:
1. Setelah dipakai, alat-alat (botol dan selang) dibersihkan, bila perlu direndam
dengan cairan lysol. Dan mesin di lap dengan lap yang sudah diberi cairan
antiseptik
2. Kabel dan selang diperiksa kalau ada yang bocor
3. Kemudian botol diisi kembali dengan cairan antiseptik botol (secukupnya)
dengan perbandingan air 100cc : antiseptik 1 cc. Kemudian selang dipasang
kembali.
4. Alat ditutup agar terhindar dari debu
5. Voltese harus sesuai dengan kebutuhan
6. Bila tidak dipakai alat tetap dicek setiap hari, agar selalu siap pakai

ELECTROKARDIOGRAPHY
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Persiapan alat-alat:
1. Mesin ECG beserta kertas ECG
2. Jelly elektroda
3. Kertas tissue

4. Elektroda ektremitas dieratkan dengan penjepit


5. Elektroda dada dengan balon penghisap
Persiapan penderita:
1. Penderita diberitahu maksud dan tujuan tindakan pemeriksaan ECG
2. Pakaian atas penderita dibuka (Atur privacy penderita)
3. Penderita dibaringkan dalam posisi telentang dengan tungkai lurus tidak
bersentuhan, kedua lengan disamping tubuh tidak bersentuhan dengan tubuh
(dalam keadaan rileks)
4. Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti:
Jam tangan
Ventilator
Tremor
Bergerak
Batuk
Langkah-langkah:
1. Periksa alat Ecg (harus dalam keadaan siap)
2. Menempatkan elektroda:
a. Elektroda ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri
dan searah telapak tangan.
b. Pada ekstremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki kanan dan kiri
sebelah dalam
ELECTROKARDIOGRAPHY
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

c. Posisi pada pergelangan bukan mutlak, bila diperlukan dapat dipasang


sampai ke bahu kiri / kanan dan ke pangkal paha kiri / kanan

Hubungkan kabel-kabel elektroda ekstremitas


-

Merah (RA) : lengan kanan

Kuning (LA) : lengan kiri

Hijau (LF) : tungkai kiri

Hitam (RF) : tungkai kanan

Hubungan elektroda dada


-

V1 : sela iga IV disebelah pinggir kanan sternum

V2 : sela iga IV disebelah pinggir kiri sternum

V2 : ditengah-tengah antara V3 dan V4

V4 : sela iga V pada garis midclacucula kiri

V5: garis axilaris anterior kiri setinggi V4

V6 : garis mid axilaris kiri setinggi V4

PEMAKAIAN ACCUTREND ALPHA


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Persiapan alat:
1. Accutrend alpha
2. Test stips / stick dalam talang
3. Lanset
4. Kapas alkohol
5. Plester
Cara kerja:
1. Cuci tangan dan keringkan
2. Beri penjelasan kepada pasien / keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan

3. Pilih ujung jari yang lembut (salah satu 3 jari tengah)


4. Desinfeksi ujung jari pasien yang akan dimabil darahnya dan kapas alkohol
5. Accutrend alpha di ON kan (tekan tombol) otomatis keluar angka 8888
6. Setelah muncul tulisan CODE masukan test strips / stick (4123)
7. Tetesi darah pada test strips yang telah disiapkan
8. Setelah 12 detik akan muncul hasil
9. Tekan ujung jari bekas tusukan dan ambil darah dengan alkohol
10.

Catat hasil di status

11.

Bersihkan alat setelah pemeriksaan

12.

Cuci tangan dan keringkan

Pemeliharaan:
1. Bersihkan alat setelah pemeriksaan dengan kapas alkohol, jangan sampai
mengenai lampu
2. Apabila alat tidak digunakan cek baterai tiap minggu satu kali (1x) , sehingga
siap pakai

PENGGUNAAN SOFTCLIX STANDARD DAN SOFTCLIX LANCET


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1.

Putarlah ujung penutup softclix ke angka-angka yang sesuai dengan tebal


tipisnya kulit jari tangan

2.

Lepaskan penutup instrumen

3.

Masukkan softclix lancet kedalam tempat lancet. Putarlah pelindung penutup


lancet

4.

Pasanglah penutup instrumen dan putarlah pada posisinya. Bunyi klik


menandakan softclix siap digunakan

5.

Tempelkan dan tekanlah softclix pada bagian pinggir jari tangan

6.

Lepaskan penutup dan lancet yang telah digunakan akan terlepas setelah anda
menekan tombol penekan.

PENGGUNAAN BEROCARE
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Persiapan alat:
Seperangkat alat berocare
Cara menggunakan:
1. Pasang power input
2. Hubungkan ujung pipa karet ke alat berocare dan ujung yang lainnya hubungkan
dengan tabung penampungan obat
3. Tuangkan obat ke dalam tabung penampungan (Dosis dan jenis obat sesuai
permintaan dokter)
4. Hubungkan tabung obat pada masker
5. Pasang masker pada penderita
6. Hidupkan pesawat
7. Setelah dipakai tabung penampungan obat dibersihkan dan dikeringkan.

NECK COLLAR
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Neck collar adalah alat yang berfungsi sebagai fiksasi leher agar tidak terjadi
PENGERTIAN

pergerseran pada tulang servical pada penderita. Pertolongan darurat dimana perlu
dilakukan resusitasi.
Mekanisme:
Penderita diarahkan pad posisi telentang cek ABC kemudian awasi kesadaran
berbicara ada / tidak, periksa pad bagian dada simetris / tidak, lalu pasang neck
collar. Tindakan yang selalu menggunakan neck collar adalah:

PROSEDUR

Pada penderita yang dicurigai fraktur servikal seperti:


1. Setiap trauma capititis terutama kesadaran menurun
2. Multi trauma
3. Luka tumpul diatas clavikula
4. bio mekanik bila trauma mendukung

NASO PHARYNGEAL
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Cara pemasangan :
1. Siapkan alat dan jelly
2. Naso pharyngeal diukur besarnya dengan jari kelingking kiri
3. Naso pharyngeal diukur panjangnya dari pangkal cuping hidung sampai cuping
telinga
4. Selalu usahakan masuk dilubang hidung kanan walapun lubang kiri juga boleh,
naso pharyngeal selalu diolesi dengan jelly lalu dimasukkan perlahan ke
belakang, bila ada hambatan langsung ditarik keluar dan dicoba disebelahnya.
5. Fiksasi supaya jangan lepas (stabil)
Perawatan / penyimpanan
Naso pharyngeal sesudah dipakai direndam dengan desinfektan lalu dikeringkan
dan disimpan ditempat khusus

ORO TRACHEAL
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Cara pemasangan ada 2 cara:


1. Siapkan alat
2. Oro tracheal di ukur panjangnya dari sudut mulut keangulus mandibula
3. Cara pertama : mulut dibuka lalu dimasukkan terbali lalu diputar sambil ditekan
pelan-pelan
4. Cara kedua : mulut dibuka dengan tang spatel lalu dengan berhati-hati
dimasukkan kebelakang
5. Pemasang untuk anak kecil sebaiknya dipakai cara yang kedua, karena tidak
merusak gigi dan farinks
6. Fiksasi supaya jangan lepas (stabil)
Perawatan / penyimpanan
Oro tracheal sesudah dipakai direndam dengan desinfektan lalu dikeringkan dan
disimpan ditempat khusus

VENOUS CUTDOWN (VENA SEKSI)


No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Persiapan:
Penderita tidur terlentang
Lokasasi:
1. Vena saphena dipergelangan kaki atau lipat paha
2. Vena antecubital, V basilica atau V cephalica
3. Vena cephalica di lekuk deltopectoral
4. Vena jugularis externa
5. Vena jugularis interna
Teknik vena seksi : (V saphena pergelangan kaki)
1.

Pakailah masker dan sarung tangan steril

2.

A-antisepsis kulit sekitar vena

3.

Infilitrasepsis lidocain 1%

4.

Insisi kulit dan jaringan subkutis dengan arah tegak lurus dari vena

5.

Isolasi vena dari jaringan sekitarnya

6.

Lingkarkan dua ligatur dibawah vena. Ikatkan ligatur yang distal

7.

Pilihlah cannula yang sesuai besarnya denga vena nadi

8.

Tusukan jarum dengan cannulanya kearah proximal dari insisitasi lalu tariklah
jarum keluar

9.

Buatlah venotomy dengan membuat irisan kecil pada vena bagian distal dan
superficial

10. Masukkan canula sedalam mungkin sambil melonggarkan ikatan proximal


11. Dengan semprit injeksi 5 MI berisi garam physiologis dilakukan aspirasi (darah
keluar) lalu cannula dibilas dengan garam pysiologis
12. Fiksasi cannula pada vena dengan mengencangkan ligatur proximal

VENOUS CUTDOWN (VENA SEKSI)


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

13. Aspirasi ulang dan bilas ulang cannula untuk menyakinkan patency
14. Jahit luka irisan vena seksi dan cannula dijahitkan ditempat keluarnya pada
kulit
15. Perhatikan kelancaran cairan
16. Tutup luka dengan salep povidone iodine dan kassa steril
17. Lepaskan semprit pembilas dari pangkal cannula dan pasangkan set infuse
18. Alirkan cairan infuse sesuai dengan tetesannya.
KOMPLIKASI VENA SEKSI
1.

Infeksi

2.

Thrombophlebitis

3.

Arterial cannulation

PERIPHERAL INTRAVENOUS CANNULATION


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Persiapan:
1. Tentukan vena perifer dilengan bawah / punggung tangan
2. Pasanglah tourniquet pada lengan atas
3. Penderita mengepal kontiju berulang kali untuk mengembangkan vena
4. Bersihkan kulit diatas vena dengan kapas beralkohol atau povidoneiodine

5. Anastesi kulit sekitar vena dengan suntikan lidocaine 1% (bila dipergunakan


jarum IV besar)
6. Siapkan iv set dengan cairan infuse tertentu
7. Sediakan juga beberapa lembar plester, kasa steril dan bidai.
Teknik memasukkan jarum kupu-kupu (butterfly needle)
Pilihlah dan siapkan butterfly needle yang sesuai yang sudah diisi cairan (tak ada
gelombang udara)
Regangkan kulit diatas vena denga n ibu jari tangan kiri untuk memfiksasi vena
dengan jaringan sekitarnya
Rapatkan kedua sayap jarum kupu-kupu dengan tangan kanan. Bevel jarum
menghadap keatas
Tusukan jarum pada kulit dengan posisi 15 dari permukaan kulit
Tusukan jarum menembus dinding vena segera setelah terlihat darah mengalir
kearah pangkal jarum, lalu lanjutkan memasukkan ujung jarum dalam lumen
vena kearah proksimal. Pertahankan posisi jarum. Bila terbentuk hematom,
hentikan penusukan jarum dan tariklah jarum keluar, longgarkan tourniquet dan
carilah tempat lain
Longgarkan tourniquet
Alirkan cairan dalam infuse set

PERIPHERAL INTRAVENOUS CANNULATION


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Pasang pembalut steril dengan tulle antiobiotik atau salep pocidoneiodine, lalu
rekatkan dengan plester.
Pergunakan bidai pada lengan bawah atau pergelangan tangan bila perlu
Persiapan:
1. Tentukan vena perifer dilengan bawah / punggun tangan
2. Pasanglah tourniquet pada lengan atas

3. Penderita mengepal kontiju berulang kali untuk mengembangkan vena


4. Bersihkan kulit diatas vena dengan kapas beralkohol untuk povidoneiodine
5. Anastesi kulit sekitar vena dengan suntikan lidocaine 1 % (bila dipergunakan
jarum IV besar)
6. Siapkan iv set dengan cairan infuse tertentu
7. Sediakan juga beberapa lembar plester,, kasa steril dan bidai
Teknik memasukkan jarum kupu-kupu (butterfly needle)
1.

Pilihlah dan siapkan butterfly needle yang sesuai yang sudah diisi cairan (tak
ada gelombang udara)

2.

Regangkan kulit diatas vena dengan ibu jari tangan kiri untuk memfiksasi vena
dengan jaringan sekitarnya

3.

Rapatkan kedua sayap jarum kupu-kupu dengan tangan kanan, bevel jarum
menghadap keatas

4.

Tusukan jarum pada kulit dengan posisi 15 dari permukaan kulit

5.

Tusukkan jarum menembus dinding vena segera terlihat darag mengalir kearah
pangkal jarum, lalu lanjutkan memasukkan ujung jarum dalam lumen vena
kearah proksimal. Pertahankan posisi jarum. Bila terbentuk hematom, hentikan
penusukan jarum dan tariklah jarum keluar, longgarkan tourniquet dan carilah
tempat lain
PERIPHERAL INTRAVENOUS CANNULATION
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

6.

Longgarkan tourniquet

7.

Alirkan cairan dalam infuse set

8.

Pasang pembalut steril dengan tulle antibiotik atau salep pocidoneiodine, lalu
rekatkan dengan plester.

9.

Pergunakan bidai pada lengan bawah atau pergelangan tangan bila perlu

PEMASANGAN INTUBASI
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Persiapan alat-alat:
1.

Gudel (segala ukuran)

2.

Handle laryngoscope

3.

Face Mask (segala ukuran)

4.

Margil forcep dewasa/anal

5.

Arteri klem

6.

Mandarin

7.

Endotracheal (segala ukuran)

8.

Refraktor

9.

Spuit 20cc

10. Sarung tangan disposible


11. Masker
12. Suction Chateter (segala ukuran)
13. Kom steril untuk cairan suction

14. Jeli
Persiapan obat-obatan:
1.

Adrenalin

2.

Atropin sulfas

3.

Ca Cl

4.

Ca Gluconas

5.

Bicnat

6.

xylocard 100mg

7.

Xylocard 500mg

8.

Isupril 0.2mg

PEMASANGAN INTUBASI
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

9.

Dopamine 50mg / 200mg

10. Isoptin
11. Valium
12. Pavulon
13. Dormicum
14. Cairan Infuse
15. Cairan for injection
16. Xylocain spray
Persiapan penderita:
1.

Pasien / keluarga pasien diberi tahu maksud dan tujuan tindakan intubasi

2.

Mengatur posisi penderita telentang dengan leher dalam fleksi dan kepala
ekstensi

3.

Dianjurkan posisi dalam keadaan rileks dan kooperatif

PEMASANGAN CHATETER
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Persiapan alat-alat
1. Tempat tidur
2. Chateter (tergantung kebutuhan / nomor yang dikehendaki
3. Urine bag
4. Xylocain jeli 2%
5. Pincet anatomis
6. Spuit 10cc
7. Larutan aquadest + 30cc
8. Bethadine + 10cc untuk antiseptik
9. 5 lembar kassa steril
10.

Duk lobang

11.

Sarung tangan

Persiapan penderita
1. Penjelasan kepada penderita tentang tindakan chateter
2. Mengatur posisi tidur penderita
3. Menanggalkan pakaian bagian bawah penderita
Langkah-langkah:
1. Mencuci tangan sebelum bekerja
2. Mengdesinfektan sekitar alat vital penderita dari arah dalam ke luar

3. Memakai sarung tangan


4. Meletakkan duk lobang diatas alat vital penderita
5. Memasukkan xylocain jelly + 10cc bila penderita laki-laki / oleskan jelli pada
chateter bila penderita perempuan
PEMASANGAN CHATETER
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

6. Mulai dengan tindakan pasang chateter dengan penis posisi tegak lurus / dorsum
plexi + 10cm
7. Kemudian posisi penis diarahkan ke lipat paha sambil chateter terus di dorong
sampai + sisa chateter diluar 10 cm
8. Coba pungsi melalui chateter, bila urine sudah keluar langsung dihubungkan
dengan urine bag
9. Balon di isi dengan air 20-30 cc
10. Chateter tarik sampai ada tegangan tutup kassa steril sekitar ujung penis
11. Hitung urine yang keluar
12. Membereskan alat-alat
13. Mencuci tangan
Sikap:
1. Menunjukan sikap yang nyaman terhadap
2. Teliti
3. Hati-hati

PEMBERIAN OKSIGEN (O2)


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Persiapan alat-alat:
1. Tabung oksigen (O2)
2. Manometer / untuk mengetahui isi O2 dalam tabung
3. Botol pelembab yang sudah di isi dengan aquadestilata sampai batas yang
ditentukan
4. Pengukur aliran untuk mengetahui jumlah O2 yang diberikan permenit
5. Pipa saluran O2 / corong khateter hidung
6. Alat tulis
Persiapan penderita:
1. Memberikan dan menjelaskan pada penderita
2. Menempatkan alat-alat ke dekat penderita
Langkah-langkah:
1. Mengatur dan menenangkan penderita
2. Isi tabung diperiksa dan dicoba
3. Memasang pipa oxygen sesuai instruksi dokter
4. Memasang masker O2 / kateter hidung pada hidung penderita
5. Mengawasi keadaan penderita, apakah sesaknya berkurang
6. Bila penderita tak memerlukan O2 lagi, maka saluran di tutup
7. Mencatat:
a. Keadaan penderita sebelum dan sesudah pemberian O2
b. Waktu pemberian
c. Jumlah pemberian O2 / menit
d. Periksa tensi, nadi, pernafasan
e. Nama perawat yang menunjukan

KUMBAH LAMBUNG

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Persiapan alat-alat:
1.

Naso Gastic Tube (NGT) No. Sesuai kebutuhan

2.

Xylocain jeli secukupnya

3.

Kain kasa secukupnya

4.

1 gelas berisi air

5.

Stetoscope

6.

Pinset Anatomis

7.

Nierbeken

8.

Plester

9.

Spuit 20cc

10. Bascom berisi air bersih


11. Ember tempat sampah
12. Sarung tangan
Persiapan penderita:
1. Menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan bila penderita sadar
2. Mengatur posisi penderita
Langkah-langkah:
1. Mencuci tangan sebelum bekerja
2. Memakai sarung tangan
3. Mengukur NGT dari Glabella ke proses xypoideus
4. Mengoleskan jelli secukupnya di ujung NGT
5. Memasukkan NGT dengan menggunakan pincet kedalam lubang hidung
penderita sampai pada batas yang telah diukur
6. Mengetes NGT apakah masuk kesaluran cerna atau saluran paru dengan cara:

KUMBAH LAMBUNG
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

a. Menyuntikan udara 10s/d20 cc kemudian dengan stetoscope didengarkan di


era epigastrium, bila terdengar bunyi pup berarti NGT berada disaluran
cerna dan ini posisi yang benar
b. Memasukkan ujung NGT kedalam gelas berisi air bila keluar gelembunggelembung udara berarti NGT berada disaluran paru dan ini berarti pada
posisi yang salah. Jika tidak bergelembung makan NGT berada disaluran
cerna.
7. Bila posisi NGT sudah benar maka NGT difiksasi
8. Memasukkan / menyuntikkan 150s/d200 cc air bersih kedalam lambung lalu
dikeluarkan kedalam ember tempat sampah
9. Demikian cara ini dilakukan secara berulang-ulang, sampai cairan lambung
bersih
Sikap:
1. Menunjukan sikap yang nyaman terhadap penderita
2. Teliti
3. Hati-hati
4. Peka terhadap respon penderita

MENJAHIT LUKA
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Persiapan alat:
1.

Antiseptik : bethadine, alkohol 7%

2.

Obat patirasa / anasthesi sesuai dengan ketentuan

3.

Benang jahit sutera / cut gut / jenis lain sesuai dengan kebutuhan

4.

Nierbeken

5.

Gunting, plester

6.

Tromol kasa dan korentang steril

7.

Sarung tangan

8.

Cairan pembersih luka : NaCl, H2o3 3%, Savlon

9.

Spuit 2cc, 5cc atau sesuai dengan kebutuhan anasthesi

10. Set jahit:


a. jepit jarum (Naald Voeder)
b. Arteri klem lurus / bengkok
c. Pinset chirurgis
d. Gunting luka steril
e. Penjepit kain
f. Jarum jahit untuk otot / luka
g. Kain penutup luka
h. Sarung tangan
11. Pembalut sesuai dengan kebutuhan
12. Sofratul
Persiapan penderita:
1.

Penjelasan kepada pasien tentang tujuan menjahit luka

2.

Pengatur posisi pasien

3.

Kepekaan terhadap reaksi

MENJAHIT LUKA
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Langkah-langkah:
1.

Mencuci tangan sebelum bekerja

2.

Membersihkan luka

3.

Mengdesinfeksikan luka dan sekitarnya

4.

Menggunakan sarung tangan

5.

Memberikan patirasa

6.

Menjahit luka:

7.

Memberikan bethadine dan sofratul atau sesuai intruksi

8.

Menunjukan upaya sepsis selama bekerja

9.

Membalut luka sesuai kebutuhan

10. Membereskan alat-alat


11. Mencuci tangan
12. Menuliskan pada catatan perawatan: jenis benang, jumlah jahitan dalam dan
luar
13. Menjelaskan kepada pasien tentang perawatan luka dirumah.
Sikap:
1.

Menunjukan sikap yang dewasa bekerja

2.

Teliti

3.

Hati-hati

PENGGUNAAN BRANCARD
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

PENGERTIAN

Brancard adalah alat yang dipergunakan untuk mengangkut pasien dan terdapat
diruang UGD

TUJUAN

1. Perhatikan rem roda dari brancard sebelum brancard digunakan


2. Pastikan posisi pasien sudah baik dan benar, pasang pagar pengaman dan kunci
KEBIJAKAN

3. Untuk pasien sesak nafas, posisi semi fowler dipergunakan


4. Untuk penggunaan Brancard dan rostole harus mengisi pada buku penggunaan
alat yang telah disediakan oleh Bag. UGD

Satu diruang observasi dan dua diruang tindakan


Alat pengangkut pasien berupa:
1. Brancard 3 buah
2. Rostole 2 buah
PROSEDUR

Fungsi brancard dan kursi roda:


1. Untuk mengantar pasien dari ambulance/ mobil pengantar pasien kedalam UGD,
begitu juga sebaliknya
2. Dari UGD ke RO, Fisiotherapy
3. Dari UGD ke ruang perawatan dll

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(HIPERTENSI)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Batasan
Hipertensi Borderline : sistolik 140-159 mmHg
: diatolik 90-94 mmHg
Hipertensi Definitif : 160 / 95 mmHg
: 15-20 % di negera-negara Barat.
Mekanisme dari Hipertensi primer belum jelas
Mekanisme dari Hipertensi sekunder:
1. Peningkatan sekresi katekolamin (feokromostitoma)
2. Peningkatan pelepasan renin (renal artery stenosis)
3. Peningkatan volume Na dan darah dalam tubuh
Gejala klinis

Keluhan:
1. Tidak ada
2. Tidak khas : sakit kepala, pusing, rasa cepat lelah
3. Sakit kepala : - Subosipital
- Paling berat pagi hari, lalu berkurang
4. Penyulit-penyulit dari hipertensi :
a. Jantung : gagal jantung kiri
Angina pektoris, infark miokard
b. Ginjal : hipertensi maligna, kegagalan faal ginjal
c. Otak : sakit kepala confusion
Konvulsi, koma, gangguan penglihatan, gejala-gejala syaraf
Dapat terjadi sekonyong-konyong bila tekanan darah meningkat
secara mendadak, seperti pada ensefalopati hipertensi
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU
(HIPERTENSI)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

d. Mata : penglihatan yang berkurang


e. Pembuluh darah : arterioskeloris misalnya di arteri femoralia :
kaludikasio interniten di aorta nyeri dada bila terjadi dissection
Gejala berhubungan dengan:
1. Tekanan darah tinggi dan lamanya
2. Keadaan dari organ sasaran
3. Keadaan dari pembuluh-pembuluh darah
4. Sebab dari hipertensi
Tekanan darah:
1. Teknik pengukuran
2. Variabilitas
Keadaaan dari organ sasaran (target organs)
1. Mata : Keith Wagener I-IV
a. Arteriolae penyempitan , iregularitas

b. Artterio venous defect (nicking)


c. Perdarahan
d. Eksudasi
e. Edema pupil
2. Jantung : hipertropi ventrikel kiri aspek jantung kuat kiri
3. Pembuluh darah : asterossklerosis bising sistolik
Misalnya : a. Karotis
b. femoralis
c. Renalis
Pulpasi interkolis pada koartasi dari aorta

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(HIPERTENSI)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Sebab dari hipertensi :


Gangguan dari fungsi endokrin
Penyakit cushing obesitas tubuh, hirsustisme
Heperaldosterinisme primer

kelemahan otot, refleks tendon berkurang

Feokromositoma

Hipertensi paroksimal, palpitasi, banyak berpeluh

Koarktasio dari aorta :

Femoralis lemah atau tidak teraba

Ginjal polikistik :

Ginjal membesar dan mudah diraba

Kelainan laboratorium
Urine:

Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkin ginjal

Torak granular / eritrosit pada gromerulonefritis


- Pada pielonefritis kronik

Darah:

Kreatinin serum BUN meningkat pada hipertensi parenkin ginjal dengan


gagal ginjal

Potasium serum menurun pada aldosteronemis

Elektrokardiogram:

hipertrofi ventrikel kiri

iskemia / infark miokard

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(HIPERTENSI)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Foto toraks:

Bentuk dan besarnya jantung notching dari iga

Pada koarktasio dari aorta

Pembendungan di paru

Bentuk dan lebar aorta

Komplikasi:

Jantung : hipertrofik ventrikel kiri


Gagal jantung kiri

Mata : hipertensi arterioklerosis retinopati

Otak : trombosis infark, perdarahan intraserebral, ensefalopati

Ginjal : arterioklerosis ringan, berat iskemia

Penatalaksanaan :
1. Tindakan umum
2. Obat-obatan
Tindakan umum :
1. Diit : pembatasan NaCl
Diabetes melitus
Lemak bila ada hiperkolesrelomia
2. Exercise
3. Mengurangi berat badan bila ada obesitas
4. Rokok dihentikan
5. Hidup denga tenang rekreasi
Obat-obat
Obat-obat antihipertensi yang diberikan oral

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(DIARE)

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Diare diartikan sebagai buang air besar dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair.
PENGERTIAN

Diare akut adalah diare yang jelas mulainya dan kemudian dapat sembuh kembali
dengan normal dalam waktu yang relatif singkat
Diare kronik adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal diare

TUJUAN
KEBIJAKAN

Patofisiologi diare
Diare terjadi bila terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit pada
ukuran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 (lima) kemungkinan:

PROSEDUR

1.

Osmolaritas intraluminer yang meninggi , disebut diare osmotik

2.

Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretolit

3.

Absorpsi elektrolit berkurang

4.

Motilitas usus yang meninggi / hiper peristalsi, atau waktu transit yang pendek

5.

Sekresi eksudat disebut diare eksudatif

Gejala klinik diare pada umumnya


Pasien mengeluh mencret atau berak-berak, perut penuh,mual, keringat dingin dan
lain-lain.
Gejala klinik diare dibagi atas:
Fase prodromal : yang dapat juga sebagai sindrom pradeare

perut rasa penuh

mual, bisa sampai muntah

keringat dingin

pusing

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(DIARE)
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

fase diare :

Diare dengan segala akibat berlanjut yaitu dehidrasi, asidosis, syok

Mules

Dapat sampai kejang

Dengan atau tanpa panas

Pusing

Fase penyembuhan :

Diare makin jarang

Mules berkurang

Penderita rasa lemas / lesu

Etiologi diare akut oleh bakteri dan parasit :


Telah disebutkan dimuka bahwa sebagian besar diare di Indonesia disebabkan oleh
infeksi bakteri dan penyakit.
Bakteri dan penyebab diare akut:
Shigella Dysentriae, Escherechia Coli, Samonella Typhi dan Salmonella Paratyphi
A, B, C
Keracunan makanan:
1. Stafilokokus
2. Clostridium perfingens
Diare akut oleh parasit:
Entamuba Histolytica, Trichomonas Intestinalis / Homisis
Diagnosis diare:
Langkah diagnosis sebagai berikut:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU
(DIARE)
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

3. Laboratorium
a. Tinja
b. Darah
c. Kultur tinja maupun darah
4. foto endoskopi
penatalaksanaan
penatalaksanaan secara garis besar sebagai berikut:
1. Penerangan pada penderita
2. Diit
3. Simtomatis
4. Antibiotik / anti parasit
5. Mengobati akibat diare : air, elektrolit, dan nutrisi
Mengobati akibat diare:
Diare mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit. Air dan elektrolit harus
diberikan berupa oralit diberikan 1 bungkus dalam gelas air pada tiap diare. Perlu
diperhatikan banyaknya oralit jangan melebihi diarenya. Bila perlu infuse dapat
diberikan RL atau NaCl 0.9% bergantian denga bikabornat natrikus 1,5% dalam
perbangingan 2:1. Bila diberikan infsue, maka harus diberikan kalium klorida
(KCL) 4x500 mg. Dosis cairan infsue dapat diperhitungkan dengan score rehidrasi
kolera.

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(KEJANG DEMAM)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

PENGERTIAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat

disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium


TUJUAN
KEBIJAKAN

Patofisiologi :
Patofisiologi terjadinya kejang demam belum jelas
Gejala klinis :
Ada 2 bentuk kejang demam:
1. Kejang demam sederhana
a. Umur diantara 6 bulan 4 tahun
b. Lama kejang < 15 menit
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang terjadi pada waktu 16 jam, setelah timbulnya demam
PROSEDUR

e. Tidak ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratorium


f. EEG normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
2. Kejang demam komplikasi
Diluar kriteria tersebut diatas
Diagnosis:
Diagnosis kejang demam dibuat berdasarkan:
1. Anamnesis (terpenting)
2. Pemeriksaan neurologis lain dalam batas normal
a. Darah, kadar glukosa, elektrolit serum, kreatinin serum
b. Fungsi lumbal
c. funduskopi
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU
(KEJANG DEMAM)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Diagnosis banding:
1. Meningitis
2. Ensefalitis
3. Abses otak

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(KEJANG DEMAM ANAK)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

Penatalaksanaan:
Pengobatan:
1. Pemberian diazepam
PROSEDUR

a. Dosis awal 0.3-0.5 mg/kg BB/dosis IV (perlahan-lahan)


b. Bila kejang belum berhenti, dapat diulang dosis sama setelah 20 menit
2. Turunkan panas
a. Antipiretika : parasetamol / salsilat 10 mg/kg/ BB/dosis
b. Kompres air PAM / es

3. Pengobatan penyebab
4. Penanganan suportif
a. Bebaskan jalan asam
b. Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Pertahankan tekanan darah
Pencegahan:
1. Pencegahan berkala (Intermiten untuk kejang demam sederhana)
Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam
2. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komlikata
Dapat digunakan:

Fenobarbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi dosis

Fenotoin : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis

Klonazepam : (indikasi khusus) diberikan sampai 2 tahun bebas kejang atau


sampai umur 6 tahun
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU
(DENGUE)

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Demam dengue (dengue fever (DF) adalah penyakit yang utama terdapat pada anak
remaja atau orang dewasa. Demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever
PENGERTIAN

(DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak.


Sindrom renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome (DSS) adalah penyakit DHF
yang disertai renjatan.

TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

ETIOLOGI
Virus dengue tergolong arbovirus dan dikenal ada 4 serotipe, berbentuk batang
bersifat termolabil. Sensitif terhadap in aktivitas oleh Estileter dan natrium
dioksikolat stabil pada suhu 70 c.
PATOSIOLOGI
Penyakit dengue di Indonesia merupakan penyakit endemis dan vektor utama
dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes Aegepti. Virus dengue masuk kedalam
tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali mengkin memberi gejala

DF. Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila seorang mendapat infeksi berulang
dengan tipe virus dengue yang berlainan. Berdasarkan hal ini timbullah yang
disebut the secondary heterallogous infection. Reinfeksi ini akan menyebabkan
suatu reaksi anamnestik dan antibodi sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks
antigen antibodi yang tinggi.
GEJALA KLINIK
Masa inkubasi 3-15 hari rata-rata 5-8 hari
DF : Suhu meningkat, tiba-tiba sakit kepala, nyeri otot dan tulang, mual,
muntah, dan batuk ringan. Eksantem / ruam mual-mual pada muka dan
dada (initial rash) selama beberapa jam. Kemudian mulai hari 3-6 terbentuk
makula-makula besar pada lengan dan kaki, kemudian keseluruhan tubuh.
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU
(DENGUE)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopeni terlihat pada hari ke2 dan
ke3
DHF : gejala awal seperti pada DF, awalnya mulai timbul perdarahan pada hari
ke 3-5 berupa petekie, purpura ekimosis, hematemesis melena dan
epiktasis. Hati membesar dan nyeri tekan, tidak dijumpai ikterus. Pada
pemeriksaan

laboratorium

dijumpai

trombositopemia

dan

hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan


yang penting tampak dipoprateinemia, hiponatremia, hipoklorenia.
DSS : ditandai dengan kulit yang lembab dan dingin sianosis resifer terutama
tampak pada hidung, jari-jari tangan dan kaki, penurunan tekanan darah,
renjatan biasanya terjadi pada waktu demam turun, antara hari 3-7
DERAJAT PENYAKIT PADA DHF
Derajat I (ringan)
Demam dan gejala klinis manipestasi perdarahan teringan yaitu ujian RL (+)
Derajat II (sedang)
Ditemukan perdarahan kulit dan manipestasi perdarahan lain
Derajat III

Tanda dini renjatan / gagal serkulasi


Derajat IV
DSS dengan tensi dan nadi tak terukur
PENATALAKSANAAN:
1. Pada DF dan DHF tanpa penyulit / renjatan
a. Tirah baring
b. Minum banyak, makanan lemak
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU
(DENGUE)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

c. Medika mentosa yang bersifat simpomatis untuk demam imidasi asetosal


d. Antibiotik bila dikuatirkan injeksi sekunder
e. Pantau N, TD, suhu, nafas
f. Transfusi darah dialirkan bila ada perdarahan
Lab TH trombosit tiap 4-6 jam pada hari-hari pertama selanjutnya tiap 24jam
g. Tranfusi susp trombosit didikan bila perdarahan dan trombositopeni
h. Tranfusi susp, trombosit didikan bila perdarahan dan trombositopeni
2. Renjatan / DSS
Tujuan utama : mengembalikan volume cairan sampai intravaskuler
a. Segera infuse RL / NaCl guyur k/p sampai 100-200 cc
Renjatan berat : plasma / ekspandor plasma / dextran / remacel 15-20 cc/kg
BB
Pemberian cairan tetap dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi
b. Bila ada asidosis dikoreksi dengan Na bikarbonat
c. Pemberian kortikosteroid masih diperdebatkan

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(DENGUE)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

TATALAKSANA DBD DERAJAT I


1. Pemberian cairan
a. Minum banyak 1.5-2 Liter/hari (3-5 sdm/mnt)
b. Jenis : air putih, teh, sirup, sari buah.
2. Obat-obatan
a. Antipiretik (parasetamol)
b. Anti kovulsan (kalau perlu)
Indikasi rawat:
1. Tidak mau minum / muntah sering
2. Hematokrit cenderung naik
3. Trombosit 150.000
4. Demam menetap 3 hari
5. Rumah jauh
6. Permintaan orang tua
Indikasi IVFD
1. Ht cenderung meningkat
2. Muntah terus / tidak mau minum
Jenis cairan : DD atau RL tetesan maintenance (1 tetes/kg BB/mnt)
Monitor : Tanda vital tiap 6jam
Hb-Ht-trombo minimal tiap 24jam

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(DENGUE)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Monitor : tanda vital


Ht/trombo 4-6jam

Perbaikan (+)

TATALAKSANA DBD DERAJAT II


Infuse Ringer Laktat
Cairan awal
BB (kg) Jumlah cairan/24
jam
3-10
205
cc/kg
BB
Evaluasi 12-24 jam
10-15
175
15-25
135
25-40
115
>40
95

Ht (2x)
Nadi / TD stabil Diuresis cukup (2 ml/kg/jam)

Tetesan kurangi

Monitor tanda
vital
Ht/trombo 46jam

Perbaikan

Infuse Ringer Laktat


Jumlah cairan/24jam
BB(kg)
205cc/kg BB
3-10
175
10-15
135
15-25
115
25-40
95
>40

Memburuk lagi

Perbaikan (-)
Ht (tetap tinggi)
Frek.nadi, isi kurang
Tek.nadi <20mmHg
Diuresis kurang

DHF gr III-IV
(tatalaksana)

Perburukan

Ht

IVFD Stop pada 24-48jam


Bila : tanda vital / Ht stabil
Diuresis cukup

Pemeriksaan tambahan
- Serologi = blot / Hi test
- Perdarahan massif = Hb

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(DENGUE)

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

TATALAKSANA DBD DERAJAT III


O2 (Sungkup 5-6 L/menit)
Pasang 2 IV Line
RL 20 ml/kb BB guyur dalam 10menit

Shock teratasi

Belum teratasi
RL 20 ml/kg BB
Guyur dalam 10 menit

Belum
teratasi

Shock
teratasi

Line 1
RL 1 tetes/kg
BB/menit

Line 2
Kolid sintetik
10 ml/kg BB
Dalam 10menit

Shock teratasi
-

Belum teratasi

kesadaran baik
nadi teraba kuat
TD sistol > 80 mmHg
Sianosis (-)
Extremitas hangat
Siuresis cukup

DBD IV

Evaluasi ketat

Cairan Rumatan
Line 1 RL
Line 1 DD

Tanda vital
Diuresis
Perdarahan
Hb/Ht/Trombosit

1 tetes/kg BB/menit
1 tetes/kg BB/menit

Infuse selanjutnya sesuai dengan kebutuhan


*Dengan memantau nilai Hb,Ht
*Biasanya tidak lebih dari 48jam

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(DENGUE)
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

TATALAKSANA DBD DERAJAT IV

O2 (sungkup 5-6 L/menit)


Pasang 2 IV/Line
RL 20 ml/kg BB guyur dalam 10 menit
Koloid sintetik 10 ml/kg BB dalam
10menit

Shock belum teratasi


Shock teratasi

CVP

Cairan Rumatan
(lihat DBD III)

Dipertahankan antara 5-8 cm H2O

Menentukan jenis cairan & kecepatan tetesan

Pertimbangan pemberian dopamin, darah segar, suspensi

Trombosit atau plasma beku segera

Koloid sintetik
Dosis maksimal

* Kontra indikasi

HES 6% 30 ml/kg BB/24 jam

HES 10% 20 ml/kg BB/24 jam

Dextran L 20 ml/kg Bb/24 jam

Hemacel tidak ada dosis maksimalnya

- Dextran L : pada gangguan hemostasis


pada gangguan ginjal
- HES : pada gangguan ginjal

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(DENGUE)
No. Dokumen
Tanggal Terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

TATALAKSANAAN DBD + KOMPLIKASI


1. DBD ENSEPALOPATI DERAJAT III / IV

Langsung beri koloid sintetik sesuai diagram

Lain-lain sama dengan DBD III / IV

2. ASIDOSIS METABOLIK
pada DBD IV
- adanya nafas dalam (Kussmaul) diberikan Nabic 7.4% 1 mg (1cc)/kg
BB
bolus iv diencerkan 2x
kecepatan 1 mg/menit
3. DSS + PERDARAHAN MASIF

Yang disebut masif :


Dimintakan wholw blood + trombosit atau
PCT + trombosit pada kesempatan pertama

1. Melena
2. Hematemesis
3. Epitaksis profue

Beri trombosit susp sesuai formula 13


BB x 3 unit
13

Hb

< 10 gr% beri PRC

Bila diberi W.Blood perhitungkan dengan volume cairan yang sudah


masuk

DIC
Bila : CT/BT
PT/PTT
Fibrinogen
FDP
TT

Heparinisasi

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(DENGUE)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Cara perhitungan kecepatan tetesan

= jumlah cairan yang diperlukan x BB x 15 tetes/menit (makro)


24
60

= jumlah cairan yang diperlukan x BB x 15 tetes/menit (makro)


96

Contoh :
DBD gr II

BB 20 kg kebutuhan cairan 135 cc/kg BB


135 x 20 = tetes/menit (makro)
96

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(ASMA DAN STATUS ASMA TIKUS)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

PENGERTIAN

Asma adalah suatu penyakit obstruktif jalan nafas yang merata (difus) dan
reversibel

TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

Patofisiologi:

Obstruksi jalan nafas pada asma disebabkan oleh sembab mukosa sekresi
berlebihan dan spasmus otot polos.
Gejala klinis:
Batuk,bersin, hidung buntu batuk hebat, sesak, suara mengi (wheezing)
Bila serangan hebat : gelisah, tersusuk, bekeringat mungkin sianosis
Dada mengembang, hiperinflasi, ekspirasi memanjang, otot-otot interkostal,
supraklavikuler dan sternokleido
Perkusi : hipersonor
Auskultasi : suara mengi, ronki kering musikal, ronki basah sedang,
X-foto dada : atelektasis tersebar :hyperaerated
Diagnosis Banding:
Infeksi virus atau bakteri, berupa bronkitis, bronkiolitis dan bronkopneumoni.
Benda asing jalan nafas
Komplikasi:
1. Atelektasis
2. Pneumotoraks
3. Emfisema mesiastinalis / kutis
4. Kejang-kejang karena anoksia
5. Gagal nafas
Penatalaksanaan:
1. Serangan asma angkut:
a. Adrenalin 0.1-0.2 ml larutan 1:1000 subkutan
Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai 3 kali
b. Dianjurkan / disertai salah satu obat tersebut dibawah ini (per oral)
a. * Efedrin : 0.5-1 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam
* Salbutamol : 0.1-0.15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
* terbutalin : 0.075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(ASMA DAN STATUS ASMA TIKUS)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

PROSEDUR

b. * Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam


* teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
c. Prednison: 0.5-2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat)
2. Penatalaksanaan Status Asma Tikus (anak)
a. Bila dengan cara pengobatan di atas belum ada perbaikan penderita perlu
rawat inap
b. Perhatikan : * sianosis
pulpus paradoksus
aktivitas otot-otot pernafasan tambahan pertukaran udara

keadaan mental
c. Periksa : * LED, Hb, Lekosit, hitung kenis
EKG
X-foto dada
d. Beri zat asma dengan nose prong 2-3 L/menit
e. Cairan
f. Aminofilin : 4-5 mg/kg/dosis, iv selama 20 menit tiap 6 jam
Hidrokortison : 4-10 mg/kg/dosis, iv tiap 4-6 jam

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(CEDERA KEPALA)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

Berat ringannya cedera kepala dibagi berdasarkan skala koma Glasgow (SKG)
SKG 13-15 = cedera kepala ringan
SKG 9-12 = cedera kepala sedang
SKG 3- 8 = cedera kepala berat
PROSEDUR

Semua pasien cedera kepala yang datang ke Gawat Darurat dalam keadaan sadar
diobservasi 2 jam. Bila tidak ada pingsan, muntah atau pusing pasien
dipulangkan dan diberi pesan-pesan yaitu : bila pasien mengantuk / tidur, sakit
kepala hebat, muntah > 4x, kejang, lumpuh tangan / kaki, penglihatan terganggu,
harus datang ke Gawat Darurat secepat mungkin untuk tindakan selanjutnya.

Pasien cedera kepala yang tidak sadar, dirawat. Pasien dengan tingkat kesadaran
(SKG) 13-15 dirawat di IRNA dan SKG kurang dari 13 dirawat di ICU semua
pasien yang dirawat ini diobservasi tingkat kesadarannya, besar pupil dan tandatanda vital lainnya. Bila memburuk dan atau perlu diambil tindakan operasi
secepatnya yaitu dikonsultasikan ke dokter spesialis bedah umum (di Balikpapan
belum ada tenaga dokter spesialis bedah saraf)
Pemeliharaan:
Lakukan pemeriksaan umum / tanda-tanda vital, jelas dikepala atau ditempat lain,
tingkat kesadaran dan pemeriksaan neurologis lainnya.
Diagnosis:
CKR, CKS, CKB, Cedera Kepala terbuka
Penanganan :
1. Pasang infuse Ringer Laktat
2. Antibiotika sesuai indikasi
3. Nootropik sesuai indikasi
4. Foto kepala AP/L jelas
5. Laboratorium (DL)
6. Obat-obata lain sesuai indikasi

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(CEDERA KEPALA)
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

CEDERA KEPALA
OBSERVASI 2 JAM

RAWAT

RINGAN SKG 13-15

SEDANG SKG 9-12

BERAT SKG 3-8

PULANG DENGAN
PESAN
TIDAK PINGSAN
TIDAK MUNTAH
TIDAK PUSING

PINGSAN (+)
SAKIT KEPALA MUNTAH

PESAN :
TIDUR / NGANTUK
SAKIT KEPALA HEBAT
MUNTAH > 4X
KEJANG
LUMPUH TANGAN /
KAKI
PENGLIHATAN TERGANGGU

ICU

TINDAKAN (+)

IRNA
OBSERVASI SKG PUPIL
TANDA-TANDA VITAL

BEDAH

OPERASI

TENTANG PENYAKIT MENULAR


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Bila penderita rawat jalan, dokter UGD memberi informasi pada keluarga atau
penderita tentang cara penularan dan bagaimana mencegah menularnya penyakit
tersebut.
2. Bagi penderita yang rawat inap, pasien ditempatkan diruang khusus (isolasi)

sesuai dengan penyakitnya.


3. Pada beberapa penyakit menular (misal DHF, Morbili) semua kasus
diinformasikan dicatatan medik untuk dilaporkan ke DKK
4. Untuk mencegah tertular penyakit, semua petugas dianjurkan melaksanakan
usaha preventif sesuai dengan jenis dan cara penularan tersebut.

PENDERITA DENGAN KASUS KRIMINAL


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Penderita datang dalam keadaan sadar


a.Penderita datang ke UGD diantar oleh keluarga
Diterima sesuai prosedur baru, dengan melakukan anamnase secara lengkap
dari keluarga maupun penderita
Penderita ditolong sesuai kasusnya
Jika sudah ditolong penderita boleh pulang, sesudah administrasi selesai
Penderita diizinkan pulang
Jika penderita dirawat, akan diproses sesuai dengan penderita yang dirawat
b. Penderita datang ke UGD, diantar oleh petugas kepolisian atau penolong
Penderita diterima sesuai denga proses penderita baru, dengan mengadakan
anamnase sebisanya kepada penderita maupun pengantar

Penderita ditolong sesuai kasusnya, sampai memungkinkan untuk berobat


jalan atau harus dirawat, diurus sesuai prosedur oleh polisi atau penolong
yang akan menangani prosedur tersebut.
2. Penderita datang dalam keadaan tidak sadar
a. Penderita datang ke UGD diantar oleh keluarga
Penderita diterima sesuai prosedur penderita baru, dengan melakukan
anamnase selengkap-lengkapnya kepada keluarga
Penderita ditolong sesuai kasusnya sampai keadaan penderita stabil
Memanggil perawat pengawas dan satpam untuk mengawasi disekitar atau di
dalam UGD, untuk menghindari terjadinya keributan dan jika di pandang
perlu minta satpam menghubungi pos polisi terdekat.
Setelah penderita stabil dan memerlukan perawatan dipindahkan keruangan
Keluarga menyelesaikan administrasi
b. Penderita diantar oleh oleh petugas kepolosian atau penolong
Penderita ditolong sesuai dengan kasus penderita baru, dengan melakukan
anamnase seperlunya kepada petugas /penolong
Penderita ditolong sesuai dengan kasusnya sampai keadaan umumnya stabil
Jika dibawa petugas kepolisian penderita siap / layak dirujuk akan dibawa ke
RSU dr. Kanujoso
Administrasi diselesaikan petugas kebersihan / diserahkan menjadi
tanggungan dinas sosial

TENTANG PENDERITA TIDAK DIKENAL


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Untuk sementara penderita (korban) diberi identitas Tn/Ny/Sdr/Sdri/An X


2. Petugas Rumah Sakit RESTU IBU (dokter atau paramedis) terus berusaha
mencari identitas penerita atau korban baik dengan menanyakan pada
pengantar atau orang-orang yang menemukan maupun dengan bantuan polisi
3. Selama waktu tersebut segala tindakan dan obat-obatan ditanggung Rumah
Sakit sesuai kemampuan yang ada. Bila pasien KLL dengan fraktur terbuka,
setelah di gips sementara, pasien kita rujuk ke Rumah Sakit Umum Dr.
Kanujoso Djatiwibowo balikpapan
4. Jika sampai meninggal dunia, identitas belum ditemukan pihak Rumah sakit
akan melapor ke Dinas sosial yang selanjutnya kita serahkan ke Dinas sosial

dan diketahui oleh polisi.

TENTANG KASUS PEMERKOSAAN


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Setiap permintaan pemeriksaan dengan kasus pemerkosaan harus ada permintaan


VER (Visum Et Repertum) dari polisi yang berwenang
2. Untuk pasien dengan kasus pemerkosaan dilakukan:

Pemeriksaan luar dilakukan oleh dokter jaga UGD

Pemeriksaan dalam harus dilakukan oleh dokter obsygn

Dan bila pagi dokter obsgyn tidak ada ditempat, pasien dialih rawatkan ke RSU
Dr.Kanujoso Djatiwibowo untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya
3. Hasil pemeriksaan VER dibuat dan ditandatangani oleh dokter obsgyn dan dokter
jaga UGD kemudian diberikan kepada petugas yang berkepentingan

PENYIKSAAN ANAK (CHILD ABUSE)


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Semua anak yang berumur dibawah 12 tahun, bila dicurigai ada penyiksaan maka
dapat dilakukan pemeriksaan oleh Dokter jaga bila perlu dikonsultasikan ke dokter
bedah dan diberikan tindakan yang diperlukan, kemudian memberitahukan
kebagian KIE.
Bagian KIE akan memanggil pekerja sosial yang dikenal / untuk pendekatan kepada
orang tua dengan korban.

VISUM ET REPERTUM
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Permintaan visum yang dilayani hanya dari POLRI / Polisi Militer dengan
membawa surat permintaan visum yang ditanda tangani oleh polisi dengan
pangkat sekurang-kurangnya pembantu letnan
2. Surat permintaan visum harus diantar oleh petugas berseragam dinas
3. Surat permintaan visum yang diantar penderita atau bukan petugas yang tidak
dilayani.
4. Permintaan visum secara lisan oleh petugas POLRI / Polisi mIliter berseragam
dinas yang membawa korban dapat dilayani dengan catatn bahwa surat
permintaan visum menyusul paling lambat 2x24 jam setelah korban diantar ke
IRD
5. Permintaan visum oleh polri / polisi militer untuk sesuatu kasus paling lambat 2
x 24 jamsetelah korban dibawa ke IRD, bila waktu lewat 2 x 24 jam baru ada
permintaan visum, hasil pemeriksaan terhadap korban disesuaikan dengan
keadaan korban pada saat / tanggal permintaan visum.
6. Surat permintaan visum diterima oleh petugas IRD untuk selanjutnya dokter jaga
akan melaksanakan pemeriksaan sesuai permintaan visum
7. Surat visum ditanda tangani oleh Dokter jaga yang telah melaksanakan
permintaan visum tersebut.

KEGAWATAN DI RUANG RAWAT INAP


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Dokter jaga ruangan bertanggung jawab terhadap seluruh ruangan rawat inap
di Rumah Sakit RESTU IBU termasuk ICU
2. Dokter jaga ruangan hanya mengawasi, pasien yang sedang dirawat inap dan
tidak melakukan visite.
3. Melakukan tindakan medik dalam pertolongan darurat
4. Memberikan terapi simpotomik sementara sebelum dilaporkan kepada Dokter
Spesialis yang merawat
5. Dokter jaga ruangan tidak dibenarkan mengganti terapi Dokter Spesialis yang
merawat
6. Bila dipandang perlu, memberikan informasi data dan keadaan pasien kepada
dokter spesialis, atau pihak keluarga sebatas tidak bertentangan dengan dokter
spesialis yang merawat
7. Menulis resep, bekerja sama dengan perawat ruangan dalam memberi instruksi
penanganan medis
8. Membuat permintaan yang diperlukan atas persetujuan dokter spesialis yang
merawat
9. Dokter jaga ruangan yang berhalangan dapat mencari pengganti sendiri serta
melaporkannya ke kepala bidang medis
10. Membuat laporan atas pasien baru atau pasien-pasien yang memerlukan
perhatian khusus.

PENANGANAN KERACUNAN
No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Halaman
Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Perawatan Umum
a. Resusitasi (1.2.3)
1. Air way = Jalan nafas
Usahakan jalan nafas tetap terbuka
Bila perlu gunakan Oropharingeal Air Way dan Suction
2. Breathing (Pernafasan)
Jaga agar penderita dapat dan terus bernafas dengan baik
Bila perlu gunakan AmbuBag, Respirator, Mouth to Mouth
3. Circulation (Peredaran Darah)
Pertahan tensi, nadi tetap baik
Bila perlu pasang infuse RL, Nacl 0.9%, Dextrose 5%
b. Eliminasi
1.

Emesis merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang masih


sadar

2.

Katarsis, dengan laksan, bila diduga racun telah sampai di usus

3.

Kumbah lambung, pada penderita yang keadaannya mulai menurun atau


tidak koperatif

4.

Forced diurisis, bila diduga racun telah sampai didarah dan dapat
dikeluarkan melalui ginjal. Emesis, katarsis, dan kumbah lambung tidak boleh
dikerjakan apabila:
Keracunan lebih dari 6 jam
Bahan korosif, misalnya minyak tanah atau bensin
Koma derajat sedang dan berat

c. Supportive
Perhatikan (perhitungkan) keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa, kalori.
d. Antidotum
Misal : Sulphat Atropin untuk keracunan insektisida, fosfat organik atau
Malorphine untuk keracunan Morphin.

PENANGANAN KERACUNAN
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Perawatan Khusus
a. Keracunan Insektisida Fosfat Organik / Baygon
1. Infuse Dextrose 5% isap-isap lendir, O2 bila perlu
2. 2,5 mg bolus IV, diteruskan -1 mg setiap 5-10-15 menit, tergantung
beratnya keracunan.
3. Kumbah lambung se efektif mungkin, katarsis, keramas rambut dengan
sabun, mandikan seluruh tubuh + sabun, ganti pakaian baru.
4. Diberikan dengan monitor pupil, sampai tercapai Atropinisasi mata, mulut
kering, muka merah, pupil dilatasi, jantung berdebar-debar, suhu meningkat,
gelisah
5. Setelah Atropinisasi tercapai:

Dijarangkan dengan dosis maintenance -1 mg setiap 1-2-4-6 jam

Pemberian SA dihentikan minimal 2x24 jam

b. Keracunan Sedativa, Hypnotika, Analgetika


1. Sadar : emesis, pemberian Norit dan MGSO4, bila ragu-ragu observasi 6-24
jam
2. Koma derajat I-II, kumbah lambung lalu diurisis paksa selama 12 jam, bila
ada keraguan penyebab keracunannya, caranya:

Berikan 1 amp Calcium Gluconat IV

Infuse Dextrose 5% + 10 MIKcl 15% / 12 jam

Furosemide 1 amp IV / 6 jam

Untuk keracunan salicilat dan phenobarbital dapat ditambahkan 10 MCQ


Nabic untuk tiap ml Dextrose 5%

3. Koma derajat III-IV : kumbah lambung dengan pipa berbalon, lalu diurisis
paksa
PENANGANAN KERACUNAN

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

4. Bila Timbul gejala Ekstrapiramidal dapat diberikan Delladryl 50-100 mg I.M


5. Pada penderita gelisah / konvulsi, diberikan Diazepam 5-10 mg I.V atau
Luminal 50-100 mg I.M
c. Keracunan Pestisida (DDT, Endrin, Racun Tikus)
1. Infsue Dextrose 5% O2 bila perlu
2. Emesis. Katarsis, Kumbah lambung bila penderita sadar atau samnolen
3. Diazepam 5-100 mg bila gelisah / kejang
4. Terapi Supportif
5. Furosemida 40 mg IV, bila diurisis menurun
d. Keracunan bahan korosif (air accu, asam keras, soda kausatik)
1. Jangan lakukan Emesis, Katarsis, Kumbah Lambung
2. Penderita disuruh minum air / susu sebanyak mungkin walaupun penderita
muntah, pemberian diteruskan.
3. Infuse Dextrose 5% RL atau tranfusi bila ada perdarahan
4. Asam kuat (H2SO4, Hcl) berikan susu tiap 1 jam 100-200 ml
5. Basa kuat (HAOH,KOH) berikan air buah atau Hcl encer (Yulapium) 2 liter,
untuk setiap gram sekali yang diminum
6. Corticostiroid, Dexamethason 4x2 amp LV
7. Antibiotika
8. Konsul THT
9. Bila lesi cukup luas, pasangNGT, MLP
e. Keracunan antiseptik luar ( luysol, creolin)
1. Penderita disuruh minum air hangat sebanyak mungkin
2. Bila keadaan menurun, kumbah lambung dengan NGT ukuran kecil
3. Antasida

PENANGANAN KERACUNAN
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

f. Keracunan jengkol
1. Bila ringan berikan minum banyak, Nabic
2. Keracunan berat, pasang infuse, Chateter, Nabic 1.5%
g. Keracunan singkong ( ketela pohon)
1. Emesis, kumbah lambung, Laxan dengan sulfa Magnesium 30 g
2. Natrium Tiosulfat 10% 10cc IV perlahan-lahan 10 menit dan Natrium Nitrat
3% 10 cc
h. Keracunan jamur
1. Infuse Dextrose 10%
2. Emesis, Kataris
3. SA 0.5-1 mg IV dapat diulang tiap 30 menit
4. Therapi Supportif Symtomatis
i. Keracunan alkohol
1. Emesis, Kumbah Lambung
2. Infsue Dextrose 5%
j. Keracunan gas CO2
1. Berikan pernafasan denga O2 murni tekanan tinggi
2. Cegah edema otak
k. Keracunan Heroin, Morphin, Codein
1. Malorphin 0.1-1 mg IV tiap 5 menit (Maksimal 40 mg dalam 4 jam)

TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DENGAN PERUSAHAAN


No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Pasien yang datang dengan menunjukan


a. ARS dari Telkom, AEA, Petrosea, dll
b. Foto copy kartu berobat dari Dusit
c. Dengan mencocokan nama nomor badge di buku PLN Pikitring yang ada di
UGD Rumah Sakit RESTU IBU untuk pasien dari PLN Pikitring
2. Untuk pasien dari PLN Pikitring Petrosea dan Gatari dicatat dibuku sendiri
3. Selanjutnya pasien dilayani seperti pasien umum

TENTANG ASURANSI KESEHATAN


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Pasien yang datang dengan menunjukan kartu :


a. Askes Gold (Askes sukarela)
b. Asuransi INC Insurance
c. Asuransi Lippo Life
d. Asuransi AEA
2. Untuk keperluan obat oral, obat injeksi dan cairan infuse ditulis pada resep Askes
sedangkan asuransi perusahaan ditulis diresep RSRESTU IBU
3. Untuk obat dan alat habis pakai tidak diresepkan dan ditagihkan oleh pihak
Rumah Sakit.
4. Pasien hanya dilayani untuk rawat inap dan Gawat Darurat
5. Pasien berobat diluar jam kerja sore hari maka akan dilayani di poliklinik sore
UGD sebagai kasus emergency dengan mendapatkan resep untuk 1 (satu) hari

TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG DOKTER JAGA


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. DOKTER JAGA I / DOKTER UGD


a. Melaksanakan Triase melakukan pemeriksaan pasien menegakkan diagnosa
kerja, memeberikan pengobatan / perawatan melakukan observasi terhadap
semua pasien UGD dengan berpedoman pada pedoman diagnosis terapi

(PDT) dan SOP UGD


b. Menangani pasien gawat diruangan
c. Melakukan konsultasi kepada dokter konsulen atas pasien tertentu yang
secara medis diluar kemampuan dokter jaga UGD dan mendampingi dokter
konsulen jaga pada saat konsultasi
d. Melaksanakan pengobatan yang dianjurkan oleh dokter konsulen jaga dan
melaksanakan tindakan medis sesuai kemampuan atau dibawah bimbingan
dokter konsulen jaga
e. Melaksanakan pengobatan dan atau tindakan atas semua pasien yang
menderita kedaruratan dan kegawatan medik, melaksanakan observasi dan
menyerahkan tanggung jawab pasien yang akan dirawat kepada dokter
ruangan / dokter konsulen setelah pasien dinilai dalam kondisi cukup stabil
(kegawatan sudah diatasi)
f. Membuat catatan medik yang baik atas semua pasien yang ditandatangani
menurut tata cara yang berlaku
g. Membuat dan menandatangani termasuk membuat visum et repertum
h. Mengawasi dan membimbing dan membina pengetahuan dan keterampilan
tenaga paramedis di UGD
i. Memimpin,

mengkoordinasikan

dan

membina

pengetahuan

dan

keterampilan tenaga paramedis di UGD


j. Membuat laporan jaga dan melaporkannya Ka. Bid. Yan. Med
TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG DOKTER JAGA
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

k. Menciptakan dan memelihara suasana hubungan kerja yang baik di UGD


dan antara unit yang terkait
l. Bertanggung jawab atas kelancaran dan mutu pelayanan kesehatan di UGD
selama jam jaga

TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG DOKTER JAGA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Halaman
Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

2. DOKTER JAGA II / DOKTER RUANGAN


a. Bertanggung jawab atas semua pasien yang dirawat di RSRESTU IBU
selama jam kerja
b. Menangani pasien gawat diruangan
c. Menerima laporan tentang pasien-pasien yang sedang dirawat dari perawat
ruangan / petugas jaga keliling
d. Mengkonsultasikan pasien yang baru masuk ruangan kepada dokter
konsulen bila belum dikonsultasikan oleh dokter jaga UGD
e. Dokter jaga II juga memiliki tugas, tanggung jawab, dan wewenang seperti
dokter jaga I dalam butir NO. 5.7.8.11 dan 12 terhadap pasien rawat inap,
petugas medis dan non medis selama jam jaga.
3. DOKTER KONSULEN
a. Menerima dan menjawab konsul dari dokter jaga I dan II dengan disertai dan

tindakan lanjut
b. Sesuai dengan kepentingannya, dokter konsulen sewaktu menerima konsul
wajib datang kerumah sakit.
c. Melaksanakan konsultasi timbal balik antara dokter spesialis dan mengambil
yang perlu penanganan secara spesialistik / multi disiplin
d. Membimbing dan atau mengawasi tindakan medis yang dilakukan oleh dokter
jaga I dan II
e. Membina dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter jaga I dan II
dan para medis
f. Membuat catatan medik yang baik atas semua pasien yang ditangani menurut
tata cara yang berlaku
g. Membuat dan menandatangani surat keterangan kesehatan termasuk membuat
VER
h. Bertanggung jawab atas mutu pelayanan medis spesialistik atas kasus yang
ditanganinya
BATASAN TINDAKAN MEDIS DI UGD
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Yang berhubungan dengan tindakan yang membutuhkan bantuan hidup dasar (Basic
of Life Support) antara lain:
1. Resusitasi jantung paru
2. Melakukan tindakan intubasi
3. Memperbaiki faktor penyebab shock (dengan iv line)
4. Mengatasi kegawatan jantung
Yang berhubungan dengan kecelakaan oleh sebab lain:
1.

Eksplorasi dan evaluasi luka dangkal dan dalam

2.

Jahit luka sederhana tanpa penyulit

3.

Jahit luka mejamuk tanpa penyulit

4.

Menghentikan perdarahan

5.

Menyambung tendon otot putus yang ujung potongannya mudah dicari

6.

Amputasi jari tangan, kaki

7.

Pemasangan bidai / tindakan anesthesi setempat

8.

Pemasangan gips pada patah tulang sederhana dari posisi baik

9.

Angkat korpus alienum (mata, telinga. Tenggorokan, otot)

10. Melakukan sirkum / dorsumsisi pada kasus fomisos


11. Melakukan Reposisi sendi (lengan, tungkai, bahu)
Catatan:
Konsul ke Dokter Spesialis Bedah dulu. Ad 5.6.11

RAHASIA MEDIS
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Setiap dokter / petugas UGD wajib menjaga rahasia medis tentang penyakit yang
dialami oleh pasien dengan sumpah jabatan
2. Beberapa perkecualian diatur dengan undang-undang kesehatan sesuai peraturan
pemerintah No : 10 Tahun 1996. Tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran

TENTANG CATATAN MEDIS


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Setiap penderita yang masuk di UGD oleh keluarga penderita atau teman atau
petugas didaftarkan di Rekam Medis untuk mendapatkan oleh petugas UGD
2. Penderita tanpa keluarga / pengantar didaftarkan oleh petugas UGD
3. Pelayanan di UGD dilaksanakan selama 24 jam
4. kartu penderita UGD disimpan di Unit Rekam Medis

PENULISAN RESEP
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Resep yang lengkap terdiri dari:


1. Inscriptio : biasanya sudah dicetak pada kertas

Nama

Alamat

Nomor telepon

Nomor ijin praktek

Tempat dan tanggal pembuatan resep

Huruf R

2. Praescriptio

Nama obat

Jumlah obat

Cara pembuatan

3. Signatura

Cara pemakaian

Nama dan umur penderita

4. Subscriptio

Paraf dokter

Untuk resep obat bius harus dicantumkan tanda tangan dokter

PELAYANAN IBU DALAM PROSES PERSALINAN


NORMAL MAUPUN TIDAK NORMAL
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Bila ada ibu hamil datang dengan pembukaan lengkap (kala II), pasien segera:
1. Terima oleh perawat UGD
2. Pasien segera diangkat ketempat tidur
3. Siapkan patus set
4. Memanggil Bidan
5. Selanjutnya pertolongan persalinan normal oleh Bidan
6. Setelah plasenta lahir, bayi dan ibu dibersihkan, kemudian dipindah kekamar
bersalin untuk diobservasi kala IV selama 2 jam
Untuk partus tidak normal:
Pasien diterima di UGD dan diperiksa oleh dokter jaga,bila pasien datang dengan
pendarahan,langsung diberi pertolongan terlebih dahulu dan segera perawat
memanggil bidan kemudian dipindah ke kamar bersalin untuk dikonsultasikan ke
dokter Obsgyn

PERSALINAN NORMAL
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Persiapan alat:
1. Bak partus normal steril didalam berisi:
a. Doek steril 1 buah
b. Klem tali pusat 2 buah
c. Gunting tali pusat 1 buah
d. Gunting episiotomi 1 buah
e. Kom tempat bethadine
f. Kassa steril secukupnya
g. Chateter metal 1 buah
h. koher tangan atau pemecah ketuban
2. Bak instrumen beisi alat-alat steril untuk menjahit
a. Doek lubang 1 buah
b. Nacl powder 1 buah
c. Kom tempat bethadine
d. Gunting benang 1 buah
e. Pincet sirurgi 1 buah
f. Jarum jahit kulit 1 buah / otot 1 buah
g. Kassa steril secukupnya
h. Tampon bulat 1 buah (kalau perlu)
3. Alat-alat setril dalam tempatnya
a. Umbilical klem 1 buah
b. Benang catgut dan benang side 1/1 kotak
c. Slym zuiger 1 buah
d. Sarung tangan steril 2 pasang
e. Obat anesthesi lokal
f. Spuit 10cc, 5cc, 3cc
g. Bethadine dan tempatnya
PERSALINAN NORMAL
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

4. Alat-alat tidak steril


a. Waskom berisi larutan disenfektan
b. Stikpan 1 buah
c. Bengkok 1 buah
d.

Ember tempat pakaian kotor 1 buah

e. Waskom untuk menyeka


f. Waslap 1 buah
g. Plastik plasenta 1 buah
h. Sarung atau kain panjang 1 lembar
i. Baju atasan 1 lembar
j. Underped
k. Celana dalam 1 buah
l. Softex 3 buah
m. Gurita pasien
n. shcort
pelaksanaan:
Kala II
1.

Posisi ibu litotomi

2.

Pasien dipimpin mengejan bila ada his

3.

Observasi hid dan B.J.A

4.

Observasi penurunan kepala

5.

Lakukan epiriotomi bila kepala bayi didasar panggul pada primi, multi

6.

Lahirkan bayi

7.

Bayi dirawat sesuai protap

8.

Beri uteriotonika sesuai indikasi


PERSALINAN NORMAL
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Kala III:
Periksa
1.

Ku Ibu

2.

Kontraksi terus dan tingginya fundus uteri

3.

Kandung kencing dikosongkan

4.

Robekan perinium

5.

Perdarahan

6.

Lahirkan plasenta, lengkap atau tidak lengkap

7.

Periksa selaput plasenta koteledon

Kala IV:
1.

Mengawasi Ku ibu

2.

Kontrkasi uterus

3.

perdarahan

4.

Observasi tanda-tanda vital

5.

Membersihkan vulva

6.

menjahit luka pada perinium

7.

Ibu diseka

8.

Selanjutnya pasien diantar keruang VK untuk diobservasi 2 jam post partum

PROGRAM ORIENTASI BAGI PETUGAS YANG BARU DI UGD


RUMAH SAKIT RESTU IBU
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Pada umumnya petugas yang baru masih belum mengenal lingkungan UGD untuk
PENGERTIAN
TUJUAN

itu UGD mengadakan orientasi pada petugas baru yang akan ditempatkan di UGD
vaik Dokter Umum, perawat maupun pekerya.
Setelah mengikuti program orientasi diharapkan petugas baru dapat:

1. Mengetahui struktural organisasi UGD Rumah Sakit RESTU IBU


2. Mengetahui peraturan / kebijakan yang berlaku di UGD Rumah Sakit RESTU
IBU
KEBIJAKAN

Metode :
1. Menjelaskan / ceramah
2. Orientasi ruangan
3. Tanya jawab
a. Orientasi petugas baru:
Materi : 1. Penjelasan tentang
Struktural organisasi
Perkenalan staff UGD
Uraian tugas dan tanggung jawab
PROSEDUR

Tempat kerja / ruangan


Pengenalan alat-alat dll
Tata cara administrasi dan pengolahannya
Prosedur :

Prosedur penerimaan pasien

Prosedur memindahkan pasien keruangan

Prosedur konsul dokter ahli

Prosedur penggunaan alat

Prosedur menyediakan obat, dll


PROGRAM ORIENTASI BAGI PETUGAS YANG BARU DI UGD
RUMAH SAKIT RESTU IBU

No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Peserta : petugas baru


Pembimbing : Ka uGD, koordinator perawat
Tempat : UGD Rumah Sakit Restu Ibu Balikpapan
Lamanya : 1 hari
Evaluasi : dilakukan oleh ka. UGD / koordinator perawat UGD yang selanjutnya
dikirim kembali kepada kepegawaian dengan rekomendasi mengenai

sikap dan kemauan bekerja.


b. Orientasi petugas lama yang baru di UGD
Materi : 1 . Penjelasan tentang

Struktural organisasi

Uraian tugas dan tanggung jawab

Tempat kerja

Pengenalan alat

2. Prosedur

Prosedur penerimaan pasien

Prosedur memindahkan pasien keruangan

Prosedur konsul dokter ahli

Prosedur penggunaan alat

Peserta: petugas lama yang baru di UGD


Pembimbing : ka UGD, Koordinator perawat
Lamanya : 1 hari
Evaluasi : dilakukan oleh Ka. UGD / koordinator perawat UGD dimasukkan
didalam staff penilaian UGD

PENILAIAN SISTEM KERJA STAFF UGD


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Untuk mempertahankan dan memelihara mutu pelayanan dan perawatan di Unit


Gawat Darurat,maka dipandang perlu untuk melakukan suatu sistem penilaian kerja
yang dapat menjadi tolak ukur bagi Ka. UGD dalam memberi masukkan kepada
Ka. Keperawatan dan Direksi Rumah sakit.
Penilaian meliputi:
1.

Etika berbicara dan berkomunikasi

2.

Etika berpakaian

3.

Kepribadian dan tingkah laku

4.

Inisiatif

5.

Efisien kerja

6.

Kerjasama antar teman dan kelompok

7.

Sopan santun dan disiplin

8.

Tanggung Jawab

9.

Etika pelayanan dan penanganan penderita

10. Keterampilan bekerja


11. Intellegensia
12. Kemampuan menghadapi dan menangani sebuah persoalan
13. Kebersihan dan ketelitian
Kriteria penilaian adalah : kurang, sedang, cukup, baik
Evaluasi diadakan setiap 3bulan dan 6 bulan sekali
Hasil penilaian hanya dapat dipergunakan secara profesional sesuai bidang
pekerjaannya dan bersifat rahasia.

PERMINTAAN FOTO RONTGEN PASIEN UGD


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Pasien UGD yang memerlukan foto rontgen, formulirnya ditanda tangani oleh
dokter jaga
2. Pasien diantar petugas UGD keruang rontgen
3. a. Untuk pasien yang rawat jalan bila tidak memerlukan tindakan segera, pasien
dipulangkan setelah menyelesaikan adminstrasi, hasilnya diambil malam
setelah dibaca oleh dokter spesialis rontgen kemudian hasil diserahkan lagi
ke dokter jaga
b. Untuk pasien yang rawat inap setelah foto rontgen pasien diantar keruang inap.

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PASIEN UGD


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Pasien UGD adalah pasien yang berobat di UGD, pasien rawat inap / rawat jalan
yang memerlukan pemeriksaan laboratorium
2. Permintaan pemeriksaan laboratorium harus ditanda tangani oleh dokter yang
merawat atau dokter yang bertugas saat itu.
3. Fromulir permintaan laboratorium dibawa ke laboratorium oleh petugas UGD
4. Bila mana formulir permintaan laboatorium telah sampai ke laboratorium, maka
petugas laboratorium akan ke UGD untuk mengambil contoh
5. Setelah contoh diambil, pasien (keluarga pasien) harus menyelesaikan
administrasi (pembayaran)
6. Dan petuags UGD, atau pasien (keluarga pasien) menunggu hasil untuk
diperlihatkan kepada dokter yang merawat.

ANCAMAN BOM DAN PENYANDERAAN


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Halaman
Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Sejauh ini belum pernah ditemukan ke kasus-kasus tersebut diatas. Hanya berlaku
untuk kejadian yang berlangsung di UGD dan sekitarnya.
Langkah-langkah yang dikerjakan adalah sebagai berikut:
1.

Berusaha mencari keterangan lengkap mengenai kejadian tersebut

2.

Melaporkan kejadian tersebut kepada keamanan Rumah Sakit

3.

Memberitahukan dan memanggil perawat pengawas (PJK)

4.

Melaporkan dan memanggil Ka, UGD

5.

Memanggil dokter jaga UGD untuk bertindak sementara sebagai koordinator


sementara

6.

Melaporkan kepada Ka.Bid.Yan.Med untuk diteruskan kepada Direktur Rumah


Sakit

7.

Melaporkan dan memanggil kepolisian setempat

8.

Memanggil petugas KIE

9.

Berusaha mengendalikan situasi sebatas kemampuan

10. Mengevakuasi penderita-penderita yang sudah selesai berobat, sedangkan akan


berobat secara bijaksana dan tenang
11. Memberlakukan tingkat siaga medik dan bedah tahap-tahapan
12. Komunikasi dilakukan melalui hot line telepon oleh perawat secara tenang da
terkendali.
13. Sementara jajaran tersebut diatas sedang dihubungi dan belum sampai
ditempat, maka dokter UGD yang menjadi koordinator dan komunikator dalam
hal penyanderaan, untuk nantinya dialihkan kepada yang lebih berwenang
(Ka.Bid. Yan. Med dan kepolisian)
14. Personil yang dihubungi dan yang datang akan bertindak sesuai fungsinya

masing-masing
15. Semua pembiayaan untuk sementara dibebankan kepada Rumah Sakit . siaga
dinyatakan selesai setelah situasi siap dan penderita dapat ditanggulangi dan
dinyatakan aman.
TENTANG LISTRIK PADAM
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Bila listrik padam maka:


1.

Dalam waktu tidak lebih ari 5 menit genset yang dioperasikan oleh petugas
maintenance harus sudah jalan

2.

Kalau ternyata genset tidak berfungsi maka UGD akan menggunakan


emergency lampu yang ada di UGD sebanyak 1 set, penempatan emergency
lampu tergantung tempat yang memerlukan, disamping itu petugas UGD
langsung lapor ke IPSRS untuk bersama menghidupkan genset

PEMADAMAN LISTRIK
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Pemberitahuan sebelumnya oleh PLN ke Rumah Sakit RESTU IBU kira-kira 1


minggu sebelum pemadaman dilakukan
2. Unit maintenance wajib menghubungi tiap-tiap ruangan untuk persiapan
antisipasi kebutuhan listrik selama pemadaman dilakukan.

TENTANG RADIO AKTIF


No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

1. Di Rumah Sakit RESTU IBU Balikpapan hanya terdapat sumber radiasi dari
sinar X, dimana sinar radiasinya bari timbul saat ekspose
2. Untuk menghindari akibat buruk dari radiasi ini, baik petugas, pasien maupun
pengantar pasien perlu mendapat perlindungan.
3. Perlindungan terhadap petugas:
a. Selama ekspose petugas harus berada dibalik tabir pelindung yang dilapisi
lapisan timah ataupun menggunakan apron
b. Petugas harus menggunakan film badge dan menjalani pemeriksaan
kesehatan setiap tahun
4. Perlindungan terhadap pasien:
a. Pemakaian diafragma untuk menentukan luas yang akan di sinar X sekecil
mungkin sesuai yang diperlukan, sehingga dosis radiasi yang diterima
pasien relatif kecil
b. Bagi ibu hamil (terutama kehamilan 3 bulan pertama) sebaiknya pemakaian
radiasi ditunda kecuali bila keadaan mendesak maka pengambilan foto
dilakukan dengan melindungi bagian perut dengan apron.
5. Perlindungan terhadap pengantar:
a. Pengantar tidak boleh memasuki ruangan pemeriksaan
b. Kalau pengantar harus masuk keruangan pemeriksaan, untuk kelancaran
pemeriksaan (seperti pada bayi, anak-anak, dan penderita tidak kooperatif)
maka pengantar diwajibkan memakai apron.

PROTOKOL PENDERITA YANG TERKONTAMINASI BAHAN RADIO AKTIF


No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

Tidak ada fasilitas perawatan untuk penderita-penderita tersebut diatas biasanya

langsung dirujuk ke RSU Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan yang memiliki


fasilitas lebih lengkap dan tenaga ahli yang spesialistik.
Sesuai prosedur penerimaan dan identifikasi pasien baru
Yang penting adalah Allo anamnase dan Auto anamnase meliputi:
1. Waktu Exposure
2. TKP, dan jarak kesumber Kontaminant
3. Jenis Radio Aktif (Berhubungan dengan lama dan waktu isolasi serta half life
bahan radio aktif)
Sesudah pemeriksaan fisik (dimana pasien segera di isolasi dalam ruangan kedap
radiasi, dan diberikan supportif therapi). Semua bahan urine, feces, dan air liur
penderita ditampung dan dibuang dalam septik tank / tempat pembuangan radio
aktif sampai half life bahan tersebut habis. Pelaporan ke BATAN. Perujukan
penderita ke RS lebihlengkap sesudah half life bahan tersebut habis dan penderita
sudah dalam keadaan siap rujuk, dengan telebih dahulu menghubungi RS yang akan
dirujuk.

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DI UGD


RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

PROSEDUR

Pelatihan atau penyegaran mengenai penanganan pasien sangat besar peranannya


dalam meningkatkan produktivitas perusahaan untuk mengurangi angka kematian
dan untuk meningkatkan pelayanan pasien di Rumah Sakit RESTU IBU.
Pengoperasian alat-alat yang lama maupun yang baru untuk meningkatkan
keterampilan dalam penggunaan alat-alat juga merupakan usaha meningkatkan

pelayanan.
1. Meningkatkan keterampilan dalam pelatihan untuk mengurangi angka kematian
2. Menanamkan arti pentingnya tindakan penanggulangan terhadap pasien
TUJUAN

3. Menanamkan rasa kesadaran bahwa masalah penanggulangan terhadap pasien


merupakan tanggung jawab kita semua
4. Meningkatkan keterampilan penggunaan alat

KEBIJAKAN

Metode
1. Seminar
2. Simposium
3. Pelatihan Intern
4. Simulasi
Materi
PROSEDUR

1. Kegawatan darurat
Peserta
1. Dokter
2. Perawat Rumah Sakit RESTU IBU
3. Karyawan Non Medis Rumah Sakit RESTU IBU
4. Masyarakat luar
Tempat : Intern di RSRI, Exterim didalam kota maupun diluar daerah
Waktu : Disesuaikan dengan tanggal, jadwal pelatihan.
PROGRAM PENINGKATAN MUTU DI UGD
RUMAH SAKIT RESTU IBU
TAHUN 1998
No. Dokumen

STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR

Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU

dr. B. Syahrial S.,M.Kes.

No
1.

Jenis pelatihan

PHTLS

Nama pelatihan /

Tempat

Jenis petugas

pendidikan

pelatihan

5 Hari

RSU BPP

yang dipilih

Perawat

Jumlah orang /

Waktu

Keterangan

anggaran

Seluruh perawat

Juli 1998

UGD

Terlaksana 3
orang, karena
keterbatasan

2.

Pengoperasian

2 Hari

RSRI

Perawat

alat & BLS I


3.

Pengoperasian

Seluruh perawat

Juli 1998

RSRI
1 Hari

RSRI

Perawat

alat & BLS II

40 orang

Puskesmas

dana
Terlaksana
100 orang

Desember

perawat
Terlaksana 40

1998

orang karena

Anak SD

dilaksanakan
secara

4.

5.

Dokter

Seluruh

Desember

bertahap
Terlaksana 30

Pemadam

Perawat

karyawan RSRI

1998

orang

Kebakaran

Karyawan Non
1 orang

Februari

Belum

1999

terlaksana

Simulasi

Management

1 Hari

1 Minggu

Disaster

RSRI

Denpasar /

Medis
Ka. UGD /

Surabaya

Ketua Panitia
K3

diusulkan
tahun depan.

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DI UGD


RUMAH SAKIT RESTU IBU
TAHUN 1999
No. Dokumen

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU

dr. B. Syahrial S.,M.Kes.


No

Jenis pelatihan

1.

Pelatihan BLS &

Nama pelatihan /

Tempat

pendidikan

pelatihan

1 Hari

RSRI

Jenis petugas
yang dipilih

Jumlah orang /

Waktu

Keterangan

anggaran

Perawat

Sebagian

pengoperasian

Karyawan non

perawat secara

Alat yang ke I

medis

bergantian

Juni 1999

Belum
dilaksanakan

Masyarakat
2.

sekitar
Perawat

Sebagian

Desember

Belum

pengoperasian

Karyawan non

perawat secara

1999

dilaksanakan

Alat yang ke II

medis

bergantian

Pelatihan BLS &

1 Hari

RSRI

Masyarakat
3.

Simulasi

4.

kebakaran
Management

PPGDT

30 orang

Desember

Belum

Denpasar /

RSRI
Ka. UGD /

1 orang

1999
Februari

dilaksanakan
Belumterlaksana

Surabaya

Direktur

1999

karena persiapan

Semarang

Dokter

1 orang

Maret 1999

Akreditasi RSRI
Belum

Perawat

1 orang

RSRI

1 Minggu

disaster
5.

sekitar
Seluruh staff

1 Hari

10 Hari

dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai