Anda di halaman 1dari 9

Kisah Shahabiyah Sumayyah binti Khubbath

Bismillahirrahmanirrahim ..
Dengan menyebut nama Allah dan segala firman-Nya. Allah menjadikan Islam sebagai agama yang diridhai-Nya,
mengukir semua sejarah-sejarah keislaman setiap hamba-Nya yang taat dengan indah dan menjadikan semua
pelajaran yang bias menjadi uswatun hasanah bagi pengikut-Nya yang setia. Kemudian menanamkan keimanan
dan keyakinan sebagai pengokoh hamba-Nya dalam menjalankan syariat-Nya.
Keyakinan akan al-haq (kebenaran) dan loyalitas terhadap syariat Alloh dengan mempertahankannya dalam
keadaan apa pun juga, sungguh merupakan keistimewaan dan keindahan dalam keimanan setiap hamba yang taat.
Keimanan jugalah yang telah menyatukan hati seorang budak, hamba sahaya dari negeri Ethiofia dengan hati
Shuhaib dari negara besar, Romawi.
Keimanan juga yang mengangkat derajat seorang budak wanita yang tiada dikenal orang di masa hidupnya,
hingga namanya harum semerbak bak kesturi sampai akhir zaman. Dengan keimanan yang kokoh ia
mempertahankan keyakinannya, sekalipun tubuh yang sudah renta jadi tantangannya. Ia adalah Sumayyah,
Ibunda Ammar bin Yasir, satu keluarga yang dijamin masuk surga. Dan inilah sedikit ulasan tentang sejarah
Sumayyah wanita mukminah yang rela berkorban demi mempertahankan keimanannya.
Sebelum bersinarnya cahaya Islam di bumi ini, dan di kota Makkah khususnya, Sumayyah binti Khubbath
hanyalah seorang budak sahaya biasa, yang dimiliki oleh Abu Hudzaifah bin Mughiroh al-Makhzumi.
Suatu ketika datanglah seorang pemuda yang bernama Yasir bin Amir al-Kinani bersama dua orang saudaranya,
al-Harits dan Malik, dari Yaman untuk mencari saudara mereka yang sudah lama menghilang. Setelah letih
mencari dan bertanya tentang keberadaan saudara mereka yang hilang namun tak mendapatkan hasil dan tak ada
harapan untuk dapat bertemu dengan saudara mereka, maka pulanglah kedua saudara Yasir tersebut ke Yaman.
Adapun Yasir sendiri tetap tinggal di Makkah karena negeri itu sangat menarik hatinya dan memutuskan untuk
hidup di sana.
Sebagai orang asing, Yasir menyadari ia harus mencari seseorang yang dapat menjaminnya dari kerasnya
kehidupan di zaman yang berhukum dengan hukum rimba, siapa yang kuat ia yang berkuasa, tak ada tempat
untuk orang yang lemah.
Akhirnya Yasir menjadikan Abu Hudzaifah bin al-Mughiroh sebagai saudara angkatnya (haliif). Abu Hudzaifah
yang melihat kebaikan sifat dan akhlak Yasir yang menarik hatinya, memutuskan untuk menjodohkan Yasir
dengan budaknya, Sumayyah. Maka menikahlah budak Sumayyah dengan pemuda Yasir. Dan dari pernikahan itu
mereka dikaruniai seorang putra yang diberi nama Ammar. Dan bertambah pula kebahagiaan mereka ketika Abu
Hudzaifah memerdekakan Ammar dari perbudakan.
Setelah Abu Hudzaifah meninggal, keluarga Sumayyah hidup di bawah perlindungan Bani Makhzum sampai
Ammar menginjak dewasa dan Sumayyah dan Yasir memasuki usia tua. Kemudian datanglah masa diutusnya
Rosululloh untuk menyampaikan kebenaran dari Alloh dan mengeluarkan manusia dari gelapnya kesesatan yang
menyelubungi kehidupan mereka. Berita tentang datangnya Nabi baru itu tak lepas juga dari perhatian Ammar
bin Yasir. Kemudian dengan rasa penasaran ia mendatangi Rosululloh di rumah Arqom bin Arqom dan
mendengarkan langsung wahyu yang diturunkan kepada beliau . Hatinya pun tertambat dan merasakan
ketenangan yang tiada tara, yang menjadikan Alloh membuka hatinya untuk memeluk Islam. Setelah membaca
dua kalimat syahadat, ia langsung menemui ibunya, Sumayyah, dan menawarkan agama baru itu kepada ibunya.
Gayung pun bersambut, hati wanita tua yang telah lama kosong itu pun disinari cahaya Ilahi. Tanpa keraguan
sedikit pun, begitu juga suaminya, Yasir, yang juga bersegera menyambut ajakan putranya untuk memeluk Islam.
Maka bergabunglah keluarga yang bersahaja itu dalam bahtera Islam, yang pada masa itu para pengikutnya sangat
terkekang dan disudutkan, terutama bagi mereka dari golongan rendah seperti keluarga Yasir.
Mendengar berita keislaman keluarga Yasir, orang-orang musyrikin, terutama Bani Makhzum, menjadi murka dan
berang. Bila sahabat Rosululloh yang lain, seperti Abu Bakar, terlindungi oleh kaumnya karena kedudukannya,

maka keluarga Yasir dan Sumayyah setelah Bani Makhzum menabuhkan genderang perangnya terhadap Islam,
tak ada lagi yang dapat melindungi mereka dari hinaan dan siksaan kaum kafir Quraisy. Hanya Alloh-lah yang
dapat melindungi mereka dari segalanya. Tidaklah seseorang dikatakan beriman kecuali setelah diuji dan diberi
cobaan dalam agama dan kehidupan mereka. Jika mereka mampu bersabar maka mereka itulah orang-orang yang
benar dan tulus keimanannya.
Itulah yang sekarang menimpa Sumayyah dan suaminya serta putranya. Orang-orang Quraisy tanpa rasa iba dan
kasih sayang menyeret mereka di jalanan dan membawa mereka ke padang pasir di tengah terik matahari, dengan
memakaikan baju besi kepada mereka untuk menambah penderitaan mereka. Setelah keringat mereka berhenti
mengalir, tubuh mereka kering, dan darah mereka mulai bercucuran, mereka dipaksa untuk kembali murtad dari
agama Islam dan dipaksa untuk menghina dan mencaci Rosululloh , dan memuji tuhan-tuhan mereka. Namun
hati-hati yang telah mendapatkan ketenangan dan kedamaian dari petunjuk Alloh itu tak bergeming sedikit pun,
walau disiksa dan dibunuh sekalipun. Panasnya matahari tak lagi mereka takuti, mereka lebih takut akan siksa api
neraka yang berlipat-lipat lebih panas dari panasnya matahari di dunia. Kejamnya para penyiksa tak juga mereka
takuti, karena mereka lebih takut kepada Alloh yang maha pedih siksanya dan berkuasa atas segala sesuatu.
Makin tubuh mereka disiksa makin bertambah keimanan dan penyerahan diri mereka kepada Alloh.
Rosululloh setiap kali melewati mereka, beliau berkata: Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya yang
dijanjikan bagi kalian adalah surga. Ya.. surga adalah sesuatu yang paling berharga. Sudah selayaknya sesuatu
yang berharga dibayar mahal sesuai dengan nilainya, dan untuk mendapatkannya diperlukan kesabaran dan
pengorbanan.
Tubuh Yasir yang sudah renta tak mampu bertahan di bawah penyiksaan, hingga akhirnya ruhnya meninggalkan
dunia yang fana ini menghadap Alloh untuk mencari sesuatu yang kekal yang telah dijanjikan Alloh dan RosulNya.
Keadaan Sumayyah juga sangat menyedihkan. Siksaan demi siksaan ia hadapi dengan penuh kesabaran. Tak
sedikit pun terbetik dalam hatinya untuk menyerah dan kembali kepada agamanya yang dulu setelah cahaya Islam
menerangi relung hatinya. Abu Jahal yang melihat kekerasan hati wanita itu mendekatinya dan mengeluarkan
kata-kata jorok serta menghina Sumayyah sepuasnya. Namun Sumayyah dengan tegas menjawab dengan jawaban
yang membuat Abu Jahal berang dan merah mukanya. Dengan hati sangat mendongkol ia mengambil tombak dan
menusukkannya ke arah kemaluan Sumayyah sehingga tembus sampai ke punggungnya. Maka berakhirlah
siksaan yang diderita Sumayyah. Ia wafat dengan penuh keridhoan dan dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat. Dengan itu, maka tercatatlah Sumayyah sebagai syahidah (wanita yang meninggal dalam keadaan
syahid) pertama dalam Islam.
Suatu ketika, Ammar berkata kepada Rosululloh : Wahai Rosululloh , siksaan yang kami derita rasanya sudah
mencapai puncaknya. Maka Rosululloh berkata kepadanya: Bersabarlah wahai Abal Yaqdhon. Ketahuilah, tidak
satu pun keluarga Yasir yang akan disiksa dengan neraka. Dan ketika Abu Jahal terbunuh pada perang Badar,
Rosululloh berkata kepada Ammar bin Yasir: Alloh telah membinasakan orang yang telah membunuh ibumu.
Semoga Alloh meridhoi Ummu Ammar bin Yasir, ibu sang pendiri masjid pertama dalam Islam, dan menjadikan
kesabaran dan ketegarannya sebagai teladan bagi para muslimah dan mukminah, dan menempatkannya di sebaikbaik tempat di sisi-Nya.

Khabbab Bin Arats


Serombongan orang Quraisy mempercepat langkah mereka menuju rumah Khabbab, dengan maksud hendak
mengambil pedang-pedang pesanan mereka. Memang, Khabbab seorang pandai besi yang ahli membuat alat-alat
senjata terutama pedang, yang dijualnya kepada penduduk Mekah dan dikirimnya ke pasar-pasar.
Berbeda dengan biasa, Khabbab yang hampir tidak pernah meninggalkan rumah dan pekerjaannya, ketika itu
tidak dijumpai oleh rombongan Quraisy tadi di rumahnya. Mereka pun duduklah menunggu kedatangannya.
Beberapa lama antaranya, datanglah Khabbab, sedang pada wajahnya terlukis tanda tanya yang bercahaya dan
pada kedua matanya tergenang air alamat sukacita , maka diucapkannya salam kepada teman-temannya itu lalu
duduk di dekat mereka.
Mereka segera menanyakan kepada Khabbab: Sudah selesaikah pedang-pedang kami itu, hai Khabbab?
Sementara itu air mata Khabbab sudah kering, dan pada kedua matanya tampak sinar kegembiraan, dan seolaholah berbicara dengan dirinya sendiri, katanya: Sungguh, keadaannya amat menajubkan!
Orang-orang itu kembali bertanya kepadanya:Hai Khabbab, keadaan mana yang kamu maksudkan ? Yang
kami tanyakan kepadamu adalah seal pedang kami, apakah sudah selesai kamu buat ?Dengan pandangannya
yang menerawang seolah-olah mimpi, Khabbab lain bertanya: Apakah tuan-tuan sudah melihatnya ? Dan
apakah tuan-tuan sudah pernah mendengar ucapannya
Mereka saling pandang diliputi tanda tanya dan keheranan . Dan salah seorang di antara mereka kembali
bertanya, kali ini dengan suatu muslihat, katanya: Dan Bamu, apakah kamu sudah melihatnya, hai Khabbab
?
Khabbab menganggap remeh siasat lawan itu, maka ia berbalik bertanya: Siapa maksudmu ?
Yang saya tuju ialah orang yang kamu katakan itu! ujar orang tadi dengan marah.
Maka Khabbab memberikan jawabannya setelah memperlihatkan kepada mereka bahwa ia tak dapat dipancingpancing.
Jika ia mengakui keimanannya sekarang ini di hadapan mereka, bukankah karena hasil muslihat dan termakan
umpan mereka, tetapi karena ia telah meyakini kebenaran itu serta menganutnya, dan telah mengambil putusan
untuk menyatakannya secara terus terang . Maka dalam keadaan masih terharu dan terpesona serta
kegembiraan jiwa dan kepuasannya, disampaikanlah jawaban, katanya:
Benar, saya telah melihat dan mendengarnya !
Saya saksikan kebenaran terpancar daripadanya, dan cahaya bersinar-sinar dari tutur katanya . !
Sekarang orang-orang Quraisy pemesan senjata itu mulai mengerti, dan salah seorang di antara mereka berseru:
Siapa dia orang yang kau katakan itu, hai budak Ummi Anmar ?
Dengan ketenangan yang hanya dimiliki oleh orang suci, Khabbab menyahut:
Siapa lagi, hai Arab shahabatku , siapa lagi di antara kaum anda yang daripadanya terpancar kebenauan, dan
dari tutur katanya bersinar-sinar cahaya selain ia seorang. ..?

Seorang lainnya yang bangkit terkejut mendengar itu berseru pula: Rupanya yang kamu maksudkan ialah
Muhammad.
Khabbab menganggukkan kepalanya yang dipenuhi kebanggaan serta katanya:
Memang, ia adalah utusan Allah kepada kita, untuk membebaskan kita dari kegelapan menuju terang benderang
Dan setelah itu Khabbab tidak ingat lagi apa yang diucapkannya, begitu pun apa yang diucapkan orang
kepadanya. Yang diingatnya hanyalah bahwa setelah beberapa saat lamanya ia sadarkan diri dan mendapati
tamu-tamunya telah bubar dan tak ada lagi, sedang tubuh bengkak-bengkak dan tulang-ulangnya terasa sakit, dan
darahnya yang mengalir melumuri pakaian dan tubuhnya.
Kedua matanya memandang berkeliling dengan tajam , kiranya tempat itu amat sempit untuk dapat melayani
pandangan tembusnya. Maka dengan menahan rasa sakit, ia bangkit menuju tempat yang lapang, dan di muka
pintu rumahnya ia berdiri sambil bersandar pada dinding, sedang kedua matanya yang mulia berkelana panjang
menatap ufuk lalu berputar ke arah kanan kiri .
Dan tiadalah ia berhenti sampai jarak yang biasa dikenal oleh manusia, tetapi ia ingin hendak menembus jarak
jauh yang tidak terjangkau .
Memang . , kedua matanya itu ingin menyelidiki kejauhan yang tidak terjangkau dalam kehidupannya, begitu
pun dalam kehidupan orang-orang di kota Mekah, orang-orang di setiap tempat serta pada segala masa umumnya
.
Wahai, mungkinkah pembicaraan yang didengarnya dari Muhammad saw pada hari itu, merupakan cahaya yang
dapat menerangi jalan menuju kejauhan ghaib dalam kehidupan seluruh ummat manusia?
Demikianlah Khabbab tnggeam dalam renungan tinggi dan pemikiran mendalam, dan setelah itu ia kembali
masuk rumahnya untuk membalut luka tubuhnya dan mempersiapkannya untuk menerima siksaan dan
pend~ritaan baru .! Dan mulai saat itu Khabbab pun mendapatkan kedudukan yang tinggi di antara orang-orang
yang tersiksa dan teraniaya ! Didapatkannya kedudukan itu di antara orang-orang yang walau pun mereka
miskin dan tak berdaya, tetapi berani tegak menghadapi kesombongan Quraisy, kesewenangan dan kegilaan
mereka Diperolehnya kedudukan yang mulia itu di antara orang-orang yang telah memancangkan dalam jiwanya
tiang bendera yang mulai berkibar di ufuk luas sebagai pernyataan tenggelamnya masa pemujaan berhala dan
kekaisaran. la berdampinjian dengan orang yang menyampaikan berita gembira munculnya kejayaan Agama
Allah, yakni Tuhan satu-satunya yang berhak diibadahi dan segala peraturannya dengan ikhlas ditaati, serta
menyampaikan tibanya saat jaya bagi orang tertindas yang tidak berdaya.
Ia akan duduk sama rendah berdiri sama tinggi di bawah bendera tersebut dengan orang-orang yang tadinya telah
memeras dan menganiayanya.. . .
Dan dengan keberanian luar biasa, Khabbab memikul tanggung jawab semua itu sebagal seouang perintis.
Berkatalah Syabi: Khabbab mcnunjukkan ketabahannya, hingga tak sedikit pun hatinya terpengaruh oleh
tindakan biadab orang-orang kafir. Mereka menindihkan batu membara ke punggunbnya, hingga terbakarlah
dagingnya !
Kafir Quraisy telah merubah semua besi yang terdapat di rumah Khabbab yang dijadikannya sebagai bahan baku
untuk membuat pedang, menjadi belenggu dan rantai besi. Lalu mereka masukkan ke dalam api hingga menyala
dan merah membara, kemudian mereka lilitkan ke tubuh, pada kedua tangan dan kedua kaki Khabbab Dan

pernah pada suatu hari ia pergi bersama kawan-kawannya sependeritaan menemui Rasulullah saw. tetapi bukan
karena kecewa dan kesal atas pengorbanan, hanyalah karena ingin dan mengharapkan keselamatan, kata mereka:
Wahai Rasulullah, tidakkah anda hendak memintakan pertolongan bagi kami ?
Yah, marilah kita dengarkan Khabbab menceritakan langsung kepada kita kisah itu dengan kata-katanya sendiri:
Kami pergi mengadu kepada Rasulullah saw. yang ketika itu sedang tidur berbantalkan kain burdahnya di bawah
naungan Kabah. Permohonan kami kepadanya. Wahai Rasulullah, tidakkah anda hendak memohonkan kepada
Allah pertolongan bagi hami? Rasulullah saw pun duduk, mukanya jadi merah, lalu sabdanya: Dulu sebelum
kalian, ada seorang laki-laki yang disiksa, tubuhnya dikubur kecuali leher ke atas, lalu diambil sebuah gergaji
untuk menggergaji kepalanya, tetapi siksaan demikian itu tidak sedikit pun dapal memalingkannya dari
Agamanya ! Ada pula yang disikat antara daging dan tulang-tulangnya dengan sikat besi, juga tidak dapat
menggoyahkan keimanannya . Sungguh Allah akan menyempurnakan hal tersebut, hingga setiap pengembara
yang bepergian dari Shana ke Hadlramaut, tiada tahut kecuali oleh Allah Azza wa Jalla, walaupun serigala ada
di antara hewan gembalaannya, tetapi saudara-saudara terburu-buru!!
Khabbab dengan kawan-kawannya mendengarkan kata-kata itu, bertambahlah keimanan dan.keteguhan hati
mereka,dan masing-masing mereka berikrar akan membuktikan kepada Allah dan Rasul-Nya hal yang diharapkan
dari mereka, ialah ketabahan, keshabaran dan pengurbanan.
Demikianlah Khabbab menanggung penderitaan dengan shabar, tabah dan tawakkal. Orang-orang Quraisy
terpaksa meminta bantuan Ummi Anmar, yakni bekas majikan Khabbab yang telah membebaskannya dari
perbudakan. Wanita tersebut akhirnya turun tangan dan turut mengambil bagian dalam menyiksa dan
menderanya.
Wanita itu mengambil besi panas yang menyala, lalu menaruhnya di atas kepala dan ubun-ubun Khabbab,
sementara Khabbab menggeliat kesakitan. Tetapi nafasnya ditahan hingga tidak keluar keluhan yang akan
menyebabkan algojo-algojo tersebut merasa puas dan gembira !
Pada suatu hari Rasulullah saw lewat di hadapannya, sedang besi yang membara di atas kepalanya membakar dan
menghanguskannya, hingga kalbu Rasulullah pun bagaikan terangkat karena pilu dan iba hati .
Tetapi apa yang dapat diperbuat oleh Rasulullah saw untuk menolong Khabbab waktu itu ? Tidak ada ,
kecuali meneguhkan hatinya dan menduakannya . ! Pada saat itu Rasulullah mengangkat kedua belah telapak
tangannya terkembang ke arah langit, sabdanya memohon:
Ya Allah, limpahkanlah pertolongan-Mu hepada Khabbab!
Dan kehendak Allah pun berlakulah, selang beberapa hari Ummi Anmar menerima hukuman qishas, seolah-olah
hendak dijadikan peringatan oleh Yang Maha Kuasa balk bagi dirinya maupun bagi algojo-algojo lainnya. Ia
diserang oleh semacam penyakit panas yang aneh dan mengerikan. Menurut keterangan ahli sejarah ia melolong
seperti anjing.
Dan dinasihatkan orang mengenai dirinya bahwa satu-satunya jalan atau obat yang dapat menyembuhkannya
ialah menyeterika kepalanya dengan besi menyala ! Demikianlah kepalanya yang angkuh itu menjadi sasaran
besi panas, yang disetrikakan orang kepadanya tiap pagi dan petang

Jika orang-orang Quraisy hendak mematahkan keimanan dengan siksa maka orang-orang beriman mengatasi
siksaan itu dengan pengurbanan . ! Dan Khabbab adalah salah seorang yang dipilih oleh taqdir untuk menjadi
guru besar dalam ilmu tebusan dan pengurbanan .Boleh dikata seluruh waktu dan masa hidupnya dibaktikannya
untuk Agama yang panji-panjinya mulai berkibar.
Di masa-masa dawah pertama, Khabbab r.a. tidak merasa cukup dengan hanya ibadat dan shalat semata, tetapi ia
juga memanfaatkan kemampuannya dalam mengajar. Didatanginya rumah sebagian temannya yang beriman dan
menyembunyikan keislaman mereka karena takut kekejaman Quraisy, lalu dibacakannya kepada mereka ayat-ayat
al-Quran dan diajarkannya. Ia mencapai kemahiran dalam belajar al-Quran yang diturunkan ayat demi ayat dan
surat demi surat. Abdullah bin Masud meriwayatkan mengenai dirinya, bahwa Rasuiullah saw pernah bersabda:
Barangsiapa ingin membaca al-Quran tepat sebagaimana diturunkan, hendaklah ia meniru bacaan Ibnu Ummi
Abdin! ,hingga Abdullah bin Masud menganggap Khabbab sebagai tempat bertanya mengenai soal-soal
yang bersangkut paut dengan al-Quran, baik tentang hafalan maupun pelajarannya.
Khabbab adalah juga yang mengajarkan al-Quran kepada Fathimah binti Khatthab dan suaminya Said bin Zaid
ketika mereka dipergoki oleh Umar bin Khatthab yang datang dengan pedang di pinggang untuk membuat
perhitungan dengan Agama Islam dan Rasulullah saw. Tetapi demi dibacanya ayat-ayat alQuran yang termaktub
pada lembaran yang dipergunakan oleh Khabbab untuk mengajar, ia pun berseru dengan suaranya yang barkah:
Tunjukkan kepadaku di mana Muhammad saw..
Dan ketika Khabbab mendengar ucapan Umar itu, ia pun segera keluar dari tempat persembunyiannya, serunya:
Wahai Umar! Demi Allah, saya berharap kiranya kamulah yang telah dipilih oleh Allah dalam memperkenankan
permohonan Nabi-Nya saw. Karena kemarin saya dengar ia memohon:
Ya Allah, Kuathanlah Agama Islam dengan salah seorang di antara dua lelaki yang lebih Engkau sukai: Abul
Hakam bin Hisyam dan Umar bin Khatthab !
Umar segera menyahut: Di mana saya dapat menemuinya sekarang ini, hai Khabkab? Di Shafa, ujar
Khabbab, yaitu di rumah Arqam bin Abil Arqam. Maka pergilah Umar mendapatkan keuntungan yang tidak
terkira, menemui awal nasibnya yang bahagia
Khabbab ibnul Arat menyertai Rasulullah saw. dalam semua peperangan dan pertempurannya, dan selama
hayatnya ia tetap membela keimanan dan keyakinannya.
Dan ketika Baitulmal melimpah ruah dengan harta kekayaan di masa pemerintahan Umar dan Utsman
radliyallahu anhuma, maka Khabbab beroleh gaji besar, karena termasuk golongan Muhajirin yang mula pertama
masuk Islam.
Penghasilannya yang cukup ini memungkinkannya untuk membangun sebuah rumah di Kufah, dan harta
kekayaannya disimpan pada suatu tempat di rumah itu yang dikenal oleh para shahabat dan tamu-tamu yang
memerlukannya, hingga bila di antara mereka ada sesuatu keperluan, ia dapat mengambil uang yang
diperlukannya dari tempat itu ..
Walaupun demikian, Khabbab tak pernah tidur nyenyak dan tak pernah air matanya kering setiap teringat akan
Rasulullah saw dan para shahabatnya yang telah membaktikan hidupnya kepada Allah. Mereka beruntung telah

menemui-Nya sebelum pintu dunia dibukakan bagi Kaum Muslimin dan sebelum harta kekayaan diserahkan ke
tangan mereka.
Dengarkanlah pembicaraannya dengan para pengunjung yang datang menjenguknya ketika ia r.a. dalam sakit
yang membawa ajalnya. Kata mereka kepadanya: Senangkanlah hati anda wahai Abu Abdillah, karena anda akan
dapat menjumpai teman-teman sejawat anda..;. !
Maka ujarnya sambil menangis:
Sungguh, saya tidak merasa kesal atau kecewa, tetapi tuan-tuan telah mengingatkan saya kepada para shahabat
dan sanak saudara yang telah pergi mendahului kita dengan membawa semua amal bakti mereka, sebeiuin mereka
mendapatkan ganjaran di dunia sedikit pun juga ! Sedang kita .., kita masih tetap hidup dan beroleh kekayaan
dunia, hingga tak ada tempat untuk menyimpannya lagi kecuali tanah.
Kemudian ditunjuknya rumah sederhana yang telah dibangunnya itu, lalu ditunjuknya pula tempat untuk menaruh
harta kekayaan, serta katanya:
Demi Allah, tak pernah saya menutupnya walau dengan sehelai benang, dan tak pernah saya halanginya terhadap
yang meminta. !
Dan setelah itu ia menoleh kepada kain kafan yang telah disediakan orang untuknya. Maka ketika dilihatnya
mewah dan berlebih-lebihan, katanya sambil mengalir air matanya:
Lihatlah ini kain kafanku ..!
Bukankah kain kafan Hamzah paman Rasulullah saw ketika gugur sebagai salah seorang syuhada hanyalah
burdah berwarna abu-abu, yang jika ditutupkan ke kepalanya terbukalah kedua ujung kakinya, sebaliknya bila
ditutupkan ke ujung kakinya, terbukalah kepalanya. ?
Khabbab berpulang pada tahun 37 Hijriah. Dengan demikian ahli membuat pedang di masa jahiliyah telah tiada
lagi. Demikian halnya guru besar dalam pengabdian dan pengurbanan dalam Islam telah berpulang
Laki-laki yang termasuk dalam jamaah yang diturunkan al-Quran untuk membelanya, dan yang dilindungi
sewaktu sebagian para bangsawan Quraisy menuntut agar Rasulullah saw menyediakan untuk menerima mereka
pada suatu hari tertentu, sedang bagi orang-orang miskin seperti Khabbab, Shuhaib dan Bilal suatu hari tertentu
pula .
Kiranya al-Quranul Karim merangkul laki-laki hamba Allah itu dengan penuh kemuliaan dan kehormatan,
sementara ayat-ayatnya berkumandang menyatakan kepada Rasul yang mulia seperti berikut:
Dan janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya sepanjang pagi dan petang, mereka itu
mengharap keridhaan-Nrya ! Enghau sedikit pun tidak diminta pertanggungjauraban yang menjadi perhitungan
bagi mereka. Begitu pun perhitungan bagimu tidah akan dimintakan tanggung jawab mereka sedihit pun. Apabila
engkau mengusir mereka, pasti engkau termasuk orang-orang dhalim.

Demihianlah Kami uji sebagian mereka dengan sebagian lainnya, sehingga mereka berkata: Itukah orang-orang
yang diberi karunia oleh Allah di antara kita ? (Allah berfirman): Tidakkah Allah lebih mengetahui orangorang yang bersyuhur ?
Dan jika datang kepadamu orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, ucapkanlah kepada mereka:
Selamat bahagia bagi kalian, Tuhan kalian telah mewajibkan diri-Nya rasa kasih sayang. ! (Q.S. 6 al-Anam: 52
54)
Demikianlah setelah turunnya ayat ini, maka Rasulullah saw. amat memuliakan mereka, dibentangkannya untuk
mereka kainnya, dan dirangkulrya bahu mereka serta sabdanya:
Selamat datang bagi orang-orang yang dirihu diberi washiat oleh Allah untuk memperhatikan mereka !
Sungguh, salah seorang putera terbaik dari masa wahyu dan generasi pengurbanan telah wafat
Mungkin kata-kata terbaik yang kita ucapkan untuk melepas tokoh ini, ialah apa yang diucapkan oleh Imam Ali
karamallahu wajhah ketika ia kembali dari perang Shiffin dan kebetulan pandangannya jatuh atas sebuah makam
yang basah dan segar, maka tanyanya: Makam siapa ini ? Makam Khabbab, ujar mereka. Maka lama
sekali ia merenunginya dengan hati khusyu dan duka, lain katanya:
Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Khabab.!
Yang dengan ikhlas menganut Islam dengan penuh semangat
Mengikuti hijrah semata-mata karena taat
Seluruh hidupnya dibaktikan dalam perjuangan membasmi masiat.

Hijrah Rasulullah ke Madinah dan


Kejadia-kejadian Penting Lainnya
Lalu Nabi hijrah ke Madinah disertai Abu Bakr, beliau terlebih dahulu berlindung ke gua Tsaur, beliau bersama
Abu Bakr di sana selama tiga hari, Kuffar Quraisy tidak bisa mengejar beliau, kemudian akhirnya beliaupun
memasuki kota Madinah dengan selamat, maka seluruh penduduk kota itupun menyambut beliau dengan hangat,
dan beliaupun membangun masjid dan rumah kediaman beliau di sana.
Peperangan yang Beliau Ikuti
Dari Ibnu Abbas dia berkata:Ketika Rasulullah keluar dari Makkah, Abu Bakr berkata:Inna lillahi wa inna ilahi
rajiun mereka tela mengeluarkan Nabi mereka, sungguh mereka akan celaka, lalu Allah menurunkan firman-Nya:

Telah didizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena mereka dianiaya.(QS.al-Hajj:39).
Dan inilah ayat pertama yang turun tentang izin untuk berperang, Rasulullah ikut serta dalam 27 peperangan, ikut
terjun langsung dalam 9 peperangan yaitu:perang Badr, Uhud, al-Marisi, al-Khandaq, Quraidzah, Khaibar, alFath, Hunain, dan at- Thaif , adapun sisanya maka beliau mengutus pasukan beliau.
Haji dan Umrah yang Beliau Lakukan
Rasulullah hanya melakukan satu kali haji selama beliau di Madinah, adapun umarah maka yang sempat beliau
lakukan hanya empat kali semuanya di bulan Dzulhijjah kecuali yang beliau lakukan bersama haji beliau, Umrah
pertama adalah umrah Hudaibiyah, di mana ketika itu beliau dihadang dan tidak diperbolehkan msuk ke Makkah

oleh Kuffar Quraisy, kemudian Umrah Qada, kemudian umarh Jiranah, dan terakhir umrah yang beliau lakukan
bersama haji beliau.
Kejadian-kejadian Penting
Isra Miraj:terjadi pada tiga tahun sebelum hijrah beliau ke madinah, saat Miraj itulah diwajibkan shalat.
Tahun Pertama Hijriyah:terjadi pembangunan masjid, pengaturan pendirian negara, diwajibkannya zakat.
Tahun ke-2:terjadi perang Badr dan kaum muslimin memperoleh kemenangan gemilang dalam perang
menentukan ini.
Tahun ke-3:terjadi perang Uhud dan kaum muslimin mendapat kekalahan akibat menyelisihi perintah
Nabi.
Tahun ke-4:terjadi perang Bani Nadhir, Rasulullah mengusir Yahudi Bani Nadhir ini dari Madinah karena
mereka melanggar perjanjian.
Tahun ke-5:terjadi perang Bani Mustaliq, perang Ahzab dan perang Bani Quraidzah.
Tahun ke-6:terjadi perdamaian Hudaibiyah, pada tahun ini pula khamr diharamkan secara total.
Tahun ke-7:terjadi perang Khaibar, pada tahun ini pula kaum muslimin masuk kota Mekah dan
melakukan umrah, dan pada tahun ini juga Rasulullah menikahi Shafiyyah bin Huyai.
Tahun ke-8:terjadi perang Mutah, pertemuan pertama kaum muslimin dengan bala tentara Romawi,
terjadi pula penaklukan kota Mekah, perang Hunain untuk memerangi qabilah yang enggan masuk islam
yaitu Hawazin dan Tsaqif.
Tahun ke-9:terjadi perang Tabuk, perang terakhir di bawah pimpinan Rasulullah, pada tahun ini
berdatanganlah para utusan dari berbagai kabilah untuk menyatakan keislaman mereka, sehingga tahun
ini dinamakan Aamul Wufud (tahun utusan-utusan).
Tahun ke-10:Rasulullah melaksanakan haji wada bersama lebih dari 100.000 kaum muslimin.
Tahun ke-11:peristiwa wafatnya Rasulullah tercinta, pada hari senin bulan Rabi al-Awwal (walaupun ada
khilaf tentang hari wafat beliau), beliau wafat pada umur 63 tahun, 40 tahun sebelum beliau diangkat
sebagai nabi, dan 23 tahun sebagai nabi dan Rasul, 13 tahun beliau habiskan di Makkah, dan 10 tahun
sisanya beliau habiskan di Madinah.

Anda mungkin juga menyukai