Metode Pengambilan Sample
Metode Pengambilan Sample
Umumnya
yang
dijadikan
patokan
adalah
anggota populasi. Dengan kata lain cluster adajah populasi mini, bukan sub
populasi. Sebagai contoh, peneliti ingin mengetahui pendapatan rata-rata perbulan
dari tiap keluarga di suatu desa. Data tentang jumlah keluarga di desa itu tidak
bisa diperoleh sehingga tidak mugkin dibuat kerangka sampel. Untuk itu satuan
desa dibagi-bagi dalam satuan dukuh. Dukuh-dukuh ini dinamakan cluster dan
yang kemudian dijadikan unsur penarikan sampel. Dukuh-dukuh diberi nomor,
kemudian stu atau lebih dukuh diambil sebagai sample penelitian. Pengambilan
satu atau lebih dukuh dilakukan secra random. Keuntungan dari cluster sampling
ini adalah lebih mudah karena tidak selalu membutuhkan daftar populasi,
sedangkan kelemahannya sulit untuk mengetahui bahwa setiap cluster
menggambarkan sifat populasi secara tuntas.
Keuntungan dari penggunaan teknik cluster ini adalah Tidak memerlukan
daftar populasi dan Biaya transportasi kurang sedangkan kerugiannya adalah
Prosudur estimasi sulit.
1.3 Sampel Non probabilitas
Pada sampel non-probabilitas tidak terdapat kesempatan yang sama bagi setiap
anggota populasi untuk dipilih sebagai sempel. Hal ini disababkan beberapa faktor:
1) Tidak mungkinnya diperoleh daftar yang lengkap dari populasi
2) Adanya kondisi yang tidak memungkinkan peneliti memilih anggota populasi
dengan cara memb erikan kesempatan yang sama.
Contoh : Penonton film di dibioskop, sulit diperoleh daftar anggota populasi
disamping masalah waktu.
Pada sampel non-probobilitas
dijumpai.
Keuntungan penarikan sampel secra kebetulan ini adalah hemat waktu dan biaya
2) Penarikan Sempel Secara Sengaja (Purposive Sampling)
Dalam menentukan siapa yang termasuk dalam sampel penelitiannya,
peneliti harus benar-benar mengetahui dan beranggapan bahwa orang/responden
yang dipilihnya dapat memberikan imformasi yang diinginkan sesuai dengan
permasalahan penelitian.
Purposive sampling merupakan salah satu teknik pengambilan sampel yang
sering digunakan dalam penelitian. Secara bahasa, kata purposive berarti =
sengaja. Jadi, kalau sederhana nya, purposive sampling berarti teknik
pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri
sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Jadi, sampel diambil tidak
secara acak, tapi ditentukan sendiri oleh peneliti.
Seringkali banyak batasan yang menghalangi peneliti mengambil sampel
secara random (acak). Sehingga kalau menggunakan random sampling (sampel
acak), akan menyulitkan peneliti. Dengan menggunakan purposive sampling,
diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian
yang akan dilakukan.
Memilih sampel berdasarkan purposive sampling tergantung kriteria apa
yang digunakan. Jadi ditentukan dulu apa kriteria-kriteria sampel yang diambil.
Misalnya di suatu kelas, peneliti mau melihat gambaran prestasi siswa yang
mengikuti kegiatan osis, berarti sampel tidak bisa secara acak karena tidak setiap
siswa di kelas tersebut merupakan anggota osis. Siswa yang diambil sebagai
sampel tersebut haruslah ditentukan sendiri oleh peneliti dan ada kriterianya,
dalam hal ini yaitu : siswa tersebut merupakan anggota osis.
3) Penarikan Sempel Jatah (Quota Sampling)
Penarikan sempel jatah dilakukan bila peneliti tidak dapat mengetahui
jumlah yang rinci dari setiap srata populasi. Cara penarikan sempel jatah,
menetapkan jatah untuk masing-masing srata yang kurang lebih seimbang.