Metode Gravitasi
Metode Gravitasi
METODE GRAVITASI
Disusun oleh :
Ketua
: Jaenudin
(140310090026)
(140310090010)
Fitra Hanif
(140310090020)
Enden Muhaerani
( 140310090031)
(140310090060)
Halim Budiman
(140310090068)
Yuda Wiranata
Dosen
(140310090070)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B . Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Metode Gravitasi
B . Gravity Meter
1. Gravity meter La Coste Romberg
2. Prinsip kerja Gravity Meter
3. Kalibrasi Gravity Meter
C. Konsep Dasar Metode Gravitasi
Medan Gravitasi dan Potensial Gravitasi
BAB III PENGOLAHAN DATA GRAVITY
A. Konversi Nilai Pembacaan ke Satuan miligals.
B. Reduksi Data Gravitasi
1. Koreksi Pasang Surut
2. Koreksi Apungan ( Drift )
3. Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction )
4. Koreksi Bouguer
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lapisan bumi paling luar terdiri dari lapisan kerak benua dan kerak samudera. Di dalam
kedua
kerak
ini
memiliki
perbedaan
densitas
(kerapatan)
massa
yang
sangat
berpengaruh/rentan terhadap medan gravitasi. Oleh sebab itu terjadi variasi nilai percepatan
gravitasi ( anomaly gravitasi). Percepatan gravitasi merupakan medan yang terjadi antara dua
massa yang saling berinteraksi. Interaksi tersebut berupa adanya gaya tarik-menarik sehingga
kedua benda mengalami percepatan yang arahnya saling berlawanan.
Metode gravity merupakan salah satu metode geofisika yang bersifat pasif
( memanfaatkan sumber yang alami) dan didasari oleh hokum Newton untuk gravitasi
universal. Metode ini memanfaatkan variasi densitas yang terdistribusi dalam lapisan tanah.
Setiap
batuan/material
mempunyai
besar
densitas
yang
berbeda-beda
dan
dapat
mempengaruhi terhadap variasi medan gravitasi bumi, sehingga terjadi anomaly gravitasi.
Gravity meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variasi medan gravitasi
bumi. Alat ini bekerja berdasarkan hukum Newton dan hukum Hooke, yaitu beban yang
digantung oleh pegas. Dalam pengukuran medan gravitasi dengan menggunakan gravity
meter, kita diharapkan mengetahui cara mengkalibrasi alat tersebut. Hal ini dikarenakan
keadaan komponen-komponen alat tersebut setiap saat dapat berubah dari keadaan baku.
Perubahan tersebut bisa disebabkan oleh perubahan temperature dan tekanan. Dalam
mengkalibrasi alat, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara laboratorium dan cara
lapangan.
Pengolahan data gravity yang sering disebut juga dengan reduksi data gravity, secara
umum dapat dipisahkan menjadi dua macam, yaitu proses dasar dan proses lanjutan. Proses
dasar mencakup seluruh proses berawal dari nilai pembacaan alat lapangan sampai diperoleh
konversi pembacaan gravity meter ke nilai miligal (mgal), koreksi apungan, koreksi pasang
surut, koreksi lintang, koreksi udara bebas, koreksi bouguer dan koreksi medan (terrain).
Dalam pengolahannya, kita dapat menentukan harga anomaly gravity dari setiap titik data
yang kita ukur. Harga anomaly gravity tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan densitas
batuan di dalam lapisan permukaan bumi, oleh karena itu dalam koreksi bouguer dibutuhkan
harga densitas rata-rata. Densitas rata-rata ini dapat ditentukan dengan menggunakan dua
metode, yaitu metode Nettleton, dan metode Parasnis.
B. Tujuan
Tujuan dari metode gravity ini ialah :
1. Memahami konsep Metode Gravity
2. Memahami konsep Anomali Gravity
3. Memahami cara akuisisi data
4. Memahami cara melakukan konversi pembacaan ke dalam mgal dari data bacaan gravity
meter.
5. Memahami dan dapat menghitung koreksi drift, koreksi udara bebas, koreksi bouguer, dan
menentukan koreksi pasang surut dengan cara interpolasi linier dari table pasang surut.
6. Memahami cara menentukan koreksi medan inner zone dengan metode Robins-Oliver dan
metode Hammer serta menentukan koreksi medan outer zone denga menggunakan metode
Hammer Chart.
7. Memahami dan dapat menghitung nilai gravity pengamatan( gobs ) dan menghitung
gravitasi normal (gN) dengan menggunakan beberapa rumus formula gravitasi normal.
8. Memahami dan dapat menghitung anomaly gravitasi dan anomaly bouguer.
9. Memisahkan anomaly residual dan anomaly regional dari anomaly bouguer menggunakan
teknik Polynomial Fitting.
10. Memodelkan anomaly residual menggunakan metode Talwani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Metode Gravitasi
Metode Gravity (gaya berat) dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah
permukaan berdasarkan perbedaan rapat masa jebakan mineral dari daerah sekeliling
(=gram/cm3). Metode ini adalah metode geofisika yang sensitive terhadap perubahan
vertikal, oleh karena itu metode ini disukai untuk mempelajari kontak intrusi, batuan
dasar, struktur geologi, endapan sungai purba, lubang di dalam masa batuan, shaff
terpendam dan lain-lain. Eksplorasi biasanya dilakukan dalam bentuk kisi atau lintasan
penampang. Perpisahan anomali akibat rapat masa dari kedalaman berbeda dilakukan
dengan menggunakan filter matematis atau filter geofisika. Di pasaran sekarang didapat
alat gravimeter dengan ketelitian sangat tinggi ( mgal ), dengan demikian anomali kecil
dapat dianalisa. Hanya saja metode penguluran data, harus dilakukan dengan sangat teliti
untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Metode gravity merupakan metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran
variasi medan gravitasi bumi. Pengukuran ini dapat dilakukan dipermukaan bumi, dikapal
maupun diudara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat
variasi rapat massa batuan dibawah permukaan, sehingga dalam pelaksanaanya yang
diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari satu titik observasi terhadap titik
observasi lainnya. Karena perbedaan medan gravitasi ini relatif kecil maka alat yang
digunakan harus mempunyai ketelitian yang tinggi.
Metode ini umumnya digunakan dalam eksplorasi minyak untuk menemukan
struktur yang merupakan jebakan minyak (oil trap), dan dikenal sebagai metode awal saat
akan melakukan eksplorasi daerah yang berpotensi hidrokarbon. Disamping itu metode
ini juga banyak dipakai dalam eksplorasi mineral dan lain-lain. Meskipun dapat
dioperasikan dalam berbagai macam hal tetapi pada prinsipnya metode ini dipilih karena
kemampuannya dalam membedakan rapat massa suatu material terhadap lingkungan
sekitarnya. Dengan demikian struktur bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan
Sebuah kontras densitas yang memadai antara kondisi latar belakang dan fitur yang
sedang dipetakan harus ada untuk fitur yang akan terdeteksi. Beberapa geologi yang
signifikan atau batas hidrogeologi mungkin tidak memiliki kontras densitas medanterukur di antara mereka, dan karenanya tidak dapat dideteksi dengan teknik ini.
Sedangkan metode gravitasi langkah-langkah variasi densitas bahan bumi, itu adalah
penerjemah yang, berdasarkan pengetahuan tentang kondisi lokal atau data lain, atau
keduanya, harus menginterpretasikan data gravitasi dan tiba di solusi geologi yang wajar.
Peralatan Geofisika yang digunakan untuk pengukuran gravitasi permukaan
termasuk gravimeter, sebuah cara mendapatkan posisi dan sarana yang sangat akurat
menentukan perubahan relatif dalam ketinggian. Gravimeters dirancang untuk mengukur
perbedaan yang sangat kecil di medan gravitasi dan sebagai hasilnya merupakan
instrumen yang sangat halus. Gravimeter ini rentan terhadap shock mekanis selama
transportasi dan penanganan.
B. Gravity Meter
Titik ukur gravitasi di lapangan tidak tetap, berpindah dari suatu tempat (titik) ke
tempat lain. Oleh karena itu diperlukan alat yang mudah dioperasikan, tidak mudah rusak
atau berubah settingnya dalam perjalanan, dan mempunyai ketelitian baik sesuai dengan
penggunaannya. Pengukuran dengan metode benda jatuh bebas tentu tidak mungkin
digunakan. Para pakar telah merancang alat pengukuran gravitasi di lapangan yang
disebut gravity meter atau gravimeter. Pada dasarnya alat ini bekerja berdasarkan benda
yang digantungkan pada pegas.
Ketika benda digantungi beban m dititik 0 maka pegas akan mulur sepanjang xo
dari keadaan setimbang. Dalam hal ini berlaku hukum Hooke F= kxo = mgo dimana k, m
dan go masing-masing menyatakan konstanta pegas, massa benda yang digantungkan dan
gravitasi mutlak pada titik 0. Jika percobaan ini dilakukan pada sejumlah titik 1 , 2,3,....,n
yang nilai gravitasi mutlaknya diketahui maka diperoleh kumpulan persamaan sebagai
berikut :
Nilai x dapat diukur dengan sangat teliti dan nilai g juga dapat diukur teliti dengan
berbagai metode. Jika m/k adalah konstan maka grafik x terhadap g adalah linier yang
melewati titik pangkal O. Masalahnya adalah apakah m/k benar-benar konstan. Massa
memang konstan tetapi k mungkin tidak konstan untuk berbagai x. Perhatikan bahwa k
memerlukan ketelitian yang tinggi dalam g sehingga pergeseran sedikit saja dari k akan
sangat berarti dalam pengaruhnya terhadap ketelitian g. Oleh karena itu :
dimana
Karena nilai go, g1, g2 ...gn diketahui maka gj dapat diperoleh. Demikian juga
halnya xj karena xj dapat diperoleh dari hasil pembacaan alat. Dengan menganggap m/k
konstan pada interval tertutup [ xj-1 , xj ] maka diperoleh pedanan satuan nilai x dengan
g untuk interval tersebut.
1. Gravity Meter La Coste Romberg
Dalam klasifikasinya, Gravity meter La Coste Romberg termasuk dalam tipe Zero
Length Spring, disamping tipe-tipe lainnya yaitu Weight on Spring (Galf Gravity Meter
dan Atlas Gravity Meter). Macam lain dari tipe Zero length spring ini ialah : Frost,
Magnolia, dab North Americana Gravity Meter.
Gravity meter La Coste Romberg ini mempunyai pembacaan dari 0 sampai dengan
7000 mgal, dengan ketelitian 0,01 mgal dan drift rata-rata kurang dari 1 mgal setiap
bulannya. Untuk operasionalnya, Gravity meter ini memerlukan temperature yang tetap
( contoh untuk LRG, alat yang dipakai Pertamina, pada suhu 51o C), oleh karena itu
dilengkapi dengan Thermostat untuk menjaga keadaan temperature supaya tetap. Dengan
adanya Thermostat ini, maka diperlukan baterai 12 Volt, disamping untuk pembacaan
benang palang (cross hair) dab Bable Level. Berat gravity meter ini termasuk baterai dan
kotaknya kurang lebih 19 pound, sedangkang baterai charger dan piringan levelnya kirakira 8 pound.
Perubahan kedudukan pada ujung batang, disamping adanya gaya tarik bumi,
juga disebabkan oleh adanya goncangan-goncangan. Untuk menghilangkan goncangan
maka pada ujung batang yang lain dipasang Shock Eliminating Spring. Zero length
spring dipakai pada keadaan dimana gaya per berbanding lurus dengan jarak antara
titik per dan titik dimana gaya bekerja. Jika keadaan zero length sempurna, maka
berlaku :
P=ks
Dimana k adalah konstanta Per, sedangkan s adalah jarak antara titik ikat Per
dimana gaya bekerja.
Dari gambar di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa peralatn tersebut tidak
tergantung besar sudut , , dan , sehingga jika terjadi penyimpangan sudut yang
kecil dari titik keseimbangan maka gaya pada sistem ini tidak dapat kembali lagi dan
secara teoritis dapat diatur mempunyai periode yang tidak berhingga, biasanya perioda
alat ini sekitar 15 detik.
3. Kalibrasi Gravity Meter
Sebelum melakukan pengambilan data, Gravity Meter harus dikalibrasi terlebih
dahulu. Kalibrasi gravity meter dilakukan karena keadaan komponen-komponen alat
ukur tersebut setiap saat dapat berubah dari keadaan baku. Perubahan tersebut bisa
disebabkan oleh temperatur, tekanan udara atau penyebab mekanisme lainnya.
Kalibrasi gravity meter dilakukan untuk menera kembali koefisien pegas yang
berubah sehingga mengakibatkan perubahan skala. Peneraan dilakukan dengan
membaca gravity meter melalui suatu jalur kalibrasi dengan titik-titik yang
mempunyai nilai gravity baku. Dengan cara membandingkan nilai bacaan gravity r
dari pengukuran dengan nilai gravity baku sehingga diperoleh faktor skala. Kalibrasi
dapat dilakukan dengan 2 cara , yaitu:
a. Cara Laboratorium
Dilakukan untuk menentukan nilai-nilai konversi bacaan alat ukur ke dalam
mgal. Hal ini telah dilakukan oleh pabrik dan diterbitkan dalam bentuk tabel.
b. Cara lapangan
Cara lapangan bertujuan untuk menguji nilai skala Gravity Meter, yaitu dengan
menentukan nilai skala baru untuk kemudian dibandingkan terhadap nilai pada
tabel konversi. Dengan demikian dapat diketahui apakah nilai skala masih sesuai
atau perlu dikoreksi. Nilai kalibrasi CCF dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Dengan : g1 , g2 ialah nilai gravity yang telah diketahui pada stasiun 1 dan 2.
r1 , r2 ialah nilai bacaan Gravity meter yang telah dikonversi dalam mgal
pada stasiun 1 dan 2 setelah dikoreksi pasang surut dan
apungan(drift).
Apabila nilai konversi dari pabrik masih benar, maka nilai CCF ( Correctin
Calibration Factor) harus mendekati satu. Bilai nilai CCF setelah diuji dengan
pengukuran berulang-ulang, ternyata menyimpang terlalu jauh dari satu, maka nilai
konversi tersebut tidak sesuai lagi. Beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam
menguji nilai CCF adalah sebagai berikut :
Drift linier yang didapat dari hasil perhitungan tidak boleh melebihi 0,030
3) Lokasi stasiun sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan pada setiap saat,
bebas dari getaran ataupun gangguan lainnya.
4) Stasiun harus permanen dan stabil.
5) Pembuatan jalur kalibrasi minimal menggunakan tiga alat.
6) Pembuatan jalur kalibrasi yang baru hendaknya dilaporkan pada Komite Gaya
Berat Nasional.
C. Konsep Dasar Metode Gravitasi
1. Medan Gravitasi dan Potensial Gravitasi
Interaksi antara dua benda yang berjarak r ialah timbulnya gaya tarik menarik antar
kedua benda tersebut. Bila perbandingan massa kedua benda bernilai sangat besar, maka
benda yang mempunyai massa lebih besar akan menimbulkan medan gravitasi terhadap
benda yang massanya jauh lebih kecil. Sehingga benda yang mempunyai massa jauh
lebih kecil tersebut akan mengalami medan gravitasi oleh benda bermassa besar. Jika kita
analogikan pada massa benda m dipermukaan bumi dengan massa bumi M, maka dapat
kita katakan bahwa massa bumi M sebagai sumber medan gravitasi terhadap benda
m.Fisisnya benda m akan mengalami percepatan gravitasi bumi yang besarnya :
r diukur sebagi jarak benda m terhadap pusat massa bumi. Dimensi medan gravitasi
ialah N/kg atau m/s2. Medan atau percepatan gravitasi sebenarnya tidak tepat mengarah
ke pusat bumi, karena efek rotasi bumi akan menimbulkan percepatan sentripetal. Dalam
hal ini pusat lingkaran bukanlah pusat bumi karena lingkaran tersebut adalah lingkaran
garis bujur, yaitu lingkaran yang sejajar garis khatulistiwa. Namun efek ini sangat kecil
dibanding percepatan tarikan bumi, oleh karena itu dapat diabaikan, dan dianggap bahwa
g vertikal ke bawah.
Persebaran benda atau batuan pada lapisan bumi ialah tidak homogen, oleh karena
itu antara batuan yang satu terhadap yang lainnya saling berpengaruh. Ketidak
homogenan ini dikarenakan adanya perbedaan densitas atau distribusi rapat massa.
Sehingga setiap batuan atau material memberikan harga respon gravitasi yang berbedabeda. Perbedaan respon gravitasi tersebut sangatlah kecil, maka dibutuhkan satuan yang
berorder mikro. Dalam satuan SI, satuan dasar g ialah m/s2, bila dalam satuan cgs ialah
cm/s2 atau gal, maka perbedaan g sering juga ditulis dalam satuan mgal (mili gal).
BAB III
PENGOLAHAN DATA GRAVITY
Misal hasil pembacaan gravity meter 1714,360. Nilai ini diambil nilai bulat sampai ratusan
yaitu 1700. Dalam tabel konversi nilai 1700 sama dengan 1730,844 mGal Sisa dari hasil
pembacaan yang belum dihitung yaitu 14,360 dikalikan dengan faktor interval yang sesuai
dengan nilai bulatnya, yaitu 1,01772 sehingga hasilnya menjadi 14,360 x 1,01772 =
14.61445 mGal.
Kedua perhitungan diatas dijumlahkan, hasilnya adalah (1730,844 + 14.61445) x CCF =
1746.222 mGal. Dimana CCF (Calibration Correction Factor) merupakan nilai kalibrasi alat
Gravity meter LaCoste & Romberg type G.525 sebesar 1.000437261.
B. Reduksi Data Gravitasi
Seperti telah disebutkan terdahulu bahwa kenyataannya bumi kita ini adalah bulat dan
homogen isotropik, sehingga terdapat variasi harga percepatan gravitasi untuk masingmasing tempat. Hal-hal yang dapat mempengaruhi harga percepatan gravitasi adalah :
1. Koreksi Pasang Surut
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek gravitybenda-benda di luar bumi
seperti matahari dan bulan. Efekgravity bulan di titik P pada permukaan bumi
diberikan olehpersamaan potensial berikut ini :
contoh perhitungan :
U 0.8744mgals
Misal pada data t = 393 menit = 6,505 jam dan
titik pengukuran =107,8611 ( Longitude ) , =2,5828 ( Lattitude), maka :
sin D = sin sin 23,5
= sin 107,8611 sin 23,5
= 0,3794
tan i = 2 tan
= 2 tan ( -2,5828 )
= -0.0902
Sin i = 0.063 , cos i =-0.998 dan sin 2i = -0.125
yang
sama
padawaktu
yang
berbeda,
yang
disebabkan
karena
drift (t t 0)
0,004723mgals
FAC 0.3086(h0 h)
4. Koreksi Bouguer(BC)
g
2 0.04192 mGal / m
R
Koreksi
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
BC 0.04192 (h h0)
Dengan h = elevasi ketinggian dan ialah densitas rata-rata. Salah satu metode yang
digunakan untuk mengestimasirapat massa adalah metode Nettleton. Dalam metode
inidilakukan korelasi silang antara perubahan elevasi terhadap suatu referensi tertentu
dengan anomali gravity-nya, sehingga rapat massa terbaik diberikan oleh harga
korelasi silang terkecil sesuai dengan persamaan.
Selain metode Nettletons, estimasi rapat massa dapat puladiturunkan melalui metode
Parasnis. Selanjutnya, setelah BC diberikan, anomaly gravity menjadi Simple Bouguer
Anomaly .
dengan CBA adalah Complete Bouguer Anomaly dan TC adalah Terrain Correction.
Perhitungan TC ini dapatmenggunakan Hammer chart seperti pada gambar di bawah
ini :
6. Koreksi Lintang
g
s
1 gr
R
lintang geografis berbeda-beda. Hal ini dikarenakan adanya gaya sentrifugal dan
bentuk elipsoid.
1.811sin 2mgals / m
7. Anomali Bouguer
Anomali bouguer berkaitan dengan gravitasi yang diamati yaitu
gobs
sebagi
berikut :
Di sini,
g
gB
gF
adalah koreksi untuk lintang (karena bumi tidak bulat sempurna) dan adalah
koreksi bebas udara dan adalah koreksi untuk medan yang disebut pengurangan
Bouguer.
Penurunan Bouguer dikatakan sederhana atau lengkap jika medan tersebut
didekati dengan pelat datar berhingga yang disebut lempeng Bouguer. Halus atau
lengkap pengurangan Bouguer menghilangkan efek medan. Perbedaan antara
keduanya, efek diferensial gravitasi dari ketidakseimbangan medan, disebut efek
medan. Itu selalu negative ( Hofmann Wellenhof &Moritz, 2006 ).
C. Pemisahan Anomali Regional dan Residual
Anomali bougue disebabkan oleh dua bagian yaitu anomali regional dan anomali
residual. Anomali regional bersifat smopth dan biasanya disebabkan oleh batuan-batuan
yang dalam. Sedangkan anomali residual bersifat kasar dan disebabkan oleh batuan-batuan
yang dangkal. Biasanya anomali residual yang dicari. Karena anomali tersebut mempunyai
fungsi yang berlainan maka kedua anomali tersebut harus dipisahkan untuk memanfaatkan
secara optimum. Pemisahan anomali regional dan residual dapat dilakukan dengan bebecara
diantaranya :
1. Metode Griffin
Prinsip dari metode ini ialah mencari anomali regional dengan merata-ratakan harga
anomali Bouguer yang berjarak R dari titik pengamatannya. Besarnya jari-jari R disesuaikan
dengan besarnya radius kontur tertutup dari kontur anomali Bouguernya.
Anomali Residual = AB AR
2. Metode Smoothing
Metode smoothing adalah metode yang menggunakan cara grafis. Anomali regional
mempunyai tendensi lebih smooth bila dibandingkan dengan Bouguer anomalinya.
Dimana N adalah lebar jendela dan n = (N-1)/2. Lebar jendela harus bilangan ganjil.
Untuk memisahkan anomali regional dari anomali bouguer dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Polinomial Fitting ( PF) , dimana nilai anomali regional dapat
didekati dari hasil deret polinom dan atau P(,) , dimana dan ialah longitude dan
lattitude, maka :
er ( g Bi P( i, i))
d er
db
d er
da
least square :
e r2
dengan mendifferensialkan
maka :
dan
3
4
4
5
2 2 2 a
3
3
3 a
4 4 4 a
b
b
2 3 4
b
b
2 3 4
2
3
4
2
3
4
0
1
2
3
4
2
3
g
g
g
g
untuk memperoleh nilai a0, a1, a2 , dst, maka kita harus menyelesaikan persamaan linier di
atas. Untuk mempermudah dalam mencari solusi SPL di atas, kita dapat menggunakan
metode iterasi Gauss Seidell , dimana SPL di atas kita tulis lagi sebagai berikut :
c11 c12 c13 c14 c15 c16 c17 c18 c19 a0 d 0
2
3
4
2
3
4
a
a
ai c d i j 1 cij j j i 1cij j
ii
interpretasi terhadap peta kontur anomaly residual yang telah dipisahkan dari anomaly
bouguer. dari peta anomaly residual itu kita dapat memperkirakan material material
yang memiliki densitas tinggi dengan cara membaca nilai anomaly gravity
residualnya.
contoh peta kontur anomaly residual gravitasi.
Tabel densitas
2. Interpretasi Kuantitatif
Interpretasi kuantitatif ialah interpretasi dengan menggunakan perhitungan
matematika. Interpretasi kuantitatif dalam metode gravitasi yaitu memperhtiungkan
nilai kedalaman, besarnya densitas, dan memodelkan penyebab anomaly gravitasi
z
d ..(i)
r + z 2
2
dimana G ialah konstanta universal gravitasi, ialah densitas volume lamina dan z ,
dan r adalah koordinat silinder yang digunakan untuk mendefinisikan batas
ABCDEFGH.
Misalkan P ialah proyeksi P pada lamina ABCDEFGH ( Gambar ) , maka PP
merupakan kedalaman lamina (z), parameter r merupakan vector radius pada bidang
ABCDEFGH dan ialah sudut yang dibentuk dengan sembarang sumbu x pada
bidang tersebut. bernilai positif dalam arah jarum jam dari sumbu x positif. Bila
pada sisi BC dilakukan pengintegralan dengan persamaan (i) searah jarum jam, maka
i+1 i
dengan
i+1
dan
adalah
sudut yang dibentuk oleh PC dan PB berturut turut terhadap sumbu x positif.
Integral kedua dihitung dengan menggambarkan PJ tegak lurus dari P ke BC.
Misalkan PJ =Pi , i dan i adalah sudut yang dibentuk BP dan CP berturut turut
i+1 < i
Pi
P
= i (ii)
sin(i i+ 1+ ) sin
=i i+1 +
dengan
Pt
2
+z
sin
d =
i
Pt
2
+z
sin
( )
Pt 2 2
+z
sin
d =arc sin
z cos
Pt 2+ z2
= i
=i
z cos i
Pt + z
+ arc sin
z cos i
Pt + z
)]
.( iv)
persamaan (iv) merupakan anomaly yang disebabkan oleh lamina segitiga PBC per
satuan ketebalan pada titik P. Anomali gravitasi yang disebabkan seluruh polygon
ABCDEFGH per satuan ketebalan dapat diperoleh dengan menunjukkan persamaan
(iv) untuk seluruh n sisi polygon, sehingga :
z cos i
P t2 + z 2
+ arc sin
z cos i
Pt 2 + z 2
)]
.(v )
gtotal=
V dz
z alas
g=G
( , , ) ddd
( x ) +( y ) +( z )
2
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah mempelajari pengolahan data Gravity , kita dapat mengetahui konsep dasar
metode gravity yang pada dasarnya metode ini termasuk metode pasif atau memanfaatkan
potensial alam yaitu medan gravitasi bumi. Metode gravitasi memanfaatkan variasi
densitas sebagai penyebab ternjadinya anomali gravitasi, cara pemakaian alat gravity
meter dilakukan dengan sangat hati-hati, karena alat ini sensitivitasnya sangat kecil
sehingga gerakan badan pun akan mempengaruhi besar nilai baca. akuisisi data gravity
dilakukan pada lintasan tertutup, sehingga akan memudahkan dalam pembuatan peta
kontur, baik peta anomali regional dan peta anomlai residual, dan mengkonversi data ke
dalam satuan miligal dengan menggunakan tabel konversi dimana tabel konversi tersebut
berbeda untuk setiap tipe alat yang digunakan.
Selanjutnya pada pengolahan data gravity , kita melakukan reduksi data dengan
berbagai koreksi yaitu koreksi calibrasi, tidal, drift , udara bebas dan koreksi bouger yang
bergantung pada beda ketinggian dan densitas rata-rata. Setelah data direduksi, maka
diperoleh harga anomali bouger yang terdiri dari anomali regional dan residual.
Pada pemisahan anomaly regional dan anomaly residual dari anomaly bouguer bisal
dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode Grfiin, Moving Average, Smoothing dan
Polynomial Fitting. Pada intinya, metode gravity hanya untuk menentukan anomali
residual ( disebabkan oleh benda anomali), sehingga dari peta anomali tersebut bisa
diniterpretasikan baik secara forward Modelling amaupn invers modelling. Untuk
pemodelan kedepan biasnya digunakan metode Talwani Ewing, sedangkan pada
pemodelan kebelakang biasanya digunakan metode Fungsi Green.
DAFTAR PUSTAKA
http:alfonsusimalago.blogspot.com
Ganesakar.gsu.edu/penentuan rapat massa rata-rata.html
Rivansya.2008. Fisika Medan Gravitasi. http//slideshare.net
Odon,.2007.Medan Gravitasi Bumi.,http// ondoc.logand.com
Telford,Geldart, Sherifft. Applied Geophysics:Second Edition ,
AEEIZH.Central Liberary