Masalah Aparatus Lakrimalis
Masalah Aparatus Lakrimalis
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya dan
merupakan sensor pada tubuh manusia yang bermanfaat untuk membedakan
siang dan malam, hujan dan tidak hujan dan sebagainya. Seringkali seiring
dengan perkembangan jaman, fungsi sensor ini khususnya pada manusia telah
banyak berubah. Dewasa ini banyak orang yang telah memanfaatkan mata
sebagai alat untuk membaca atau melihat. Dengan mata orang dapat menyerap
informasi yang ada dihadapannya, diatasnya, dibelakangnya, dan di tempat
lain. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian
visual.
Aparatus Lakrimalis. Aparatus Lakrimalis ini terdiri atas kelenjar
lakrimalis, kelenjar aksesori ( Kelenjar Wolfring dan Kelenjar Krause ),
pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimalis, kantong lakrimalis, dan ductus naso
lakrimalis. Kelainan pada aparatus lakrimalis bisa dikarenakan sistem
sekresinya dan ekskresinya. Pada sistem aparatus lakrimalis ini sangat berguna
pada mata karena aparatus juga menghasilkan air mata yang dimana berguna
untuk kesehatan mata.
I.2. TUJUAN
Pada pembahasan ini kita mengetahui bagaimana fungsi dan cara kerja
dari aparatus lakrimalis sehingga bisa berguna bagi mata dan penyakit yang
terjadi bila ada kelainan pada aparatus lakrimalis ini.
BAB II
ISI
II.1. ANATOMI
Aparatus lakrimalis terdiri dari 2 bagian : ( 1,2,3 )
1. Kelenjar lakrimalis yang berhubungan dengan pembentukan air mata
(sistem sekresi lakrimal)
2. Saluran air mata yang diteruskan ke dalam hidung (sistem ekskresi
lakrimal)
Bagian-bagian dari aparatus lakrimalis adalah: ( 2,4 )
1. Kelenjar lakrimalis terdapat pada fossa lakrimal, sisi medial
prosesus zigomatikum os frontal. Berbentuk oval, kurang lebih bentuk
dan besarnya menyerupai almond, dan terdiri dari dua bagian, disebut
kelenjar lakrimal superior (pars orbitalis) dan inferior (pars
palpebralis). Duktus kelenjar ini, berkisar 6-12, berjalan pendek
menyamping di bawah konjungtiva.
2. Kelenjar aksesori ( kelenjar wolfring dan kelenjar Krause )
3. Pungtum lakrimalis : ukuran punctum lakrimalis dengan diameter
0.3 mm terletak di sebelah medial bagian superior dan inferior dari
kelopak mata. Punctum relatif avaskular dari jaringan disekitarnya
selain itu warna pucat dari punctum ini sangat membantu jika
ditemukan adanya sumbatan. Punctum lalkrimalis biasanya tidak
terlihat kecuali jika kelopak bawah mata dibalik sedikit. Jarak superior
dan inferior punctum 0,5 mm, sedangkan jarak masing-masing ke
canthus medial kira-kira 6,5mm dan 6,0 mm. Air mata dari canthus
medial masuk ke punctum lalu masuk ke canalis lakrimalis.
4. Kanalikuli lakrimalis : Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal
pada orifisium yang sangat kecil, bernama puncta lacrimalia, pada
puncak papilla lacrimales, terlihat pada tepi ekstremitas lateral
(1,3,5)
terdiri atas dua lobus, yaitu bagian orbita terletak pada sisi temporal anterior rongga
orbita dan bagian palpebra, yang terletak di sisi temporal fornik konjungtiva superior.
Kelenjar lakrimalis sebagai komponen sekresi menghasilkan berbagai unsur
pembentuk cairan air mata
(1,3,5)
1,2 l air mata per menit. Sebagian hilang melalui evaporasi. Sisanya dialirkan
melalui sistem nasolakrimal. Bila produksi air mata melebihi kapasitas sistem
drainase, air mata yang berlebih akan mengalir ke pipi (5,6)
(3)
Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang
terletak di fossa lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Kelenjar yang
berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus
orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing dengan
sistem saluran pembuangan tersendiri ke dalam forniks temporal superior.
Lobus palpebra kadang-kadang dapat dilihat dengan membalikkan palpebra
superior. Sekresi dari kelenjar lakrimal utama dipicu oleh emosi atau iritasi fisik
sehingga menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati tepian palpebra.
Persarafan kelenjar utama datang dari nukleus lakrimalis di pons melalui nervus
intermedius dan menempuh jalur rumit dari cabang maxillaris nervus trigeminus (5,7).
Kelenjar lakrimal tambahan, meskipun hanya sepersepuluh dari massa
utama mempunyai peran penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan
kelenjar utama namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak di
dalam konjungtiva, terutama di fornix superior. Sel goblet uniseluler yang juga
tersebar di konjungtiva menghasilkan glikoprotein dalam bentuk musin.
Setiap berkedip, palpebra menutup menyebarkan air mata secara merata di
atas kornea dan menyalurkan kedalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra.
Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan sesuai dengan jumlah
yang diuapkan dan itulah sebabnya hanya sedikit yang sampai ke sistem ekskresi. Bila
memenuhi sakus konjungtiva, air mata akan memasuki puncta sebagian karena
dan minor, sel-sel goblet dan kelenjar meibom. Normal merupakan lapisan
tipis sekitar 7-10 m yang melapisi permukaan kornea dan kongjungtiva. ( 4 )
Fungsi dari air mata :
1. Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan
meniadakan ketidakteraturan minimal di permukaan epitel.
2. Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan
konjungitva yang lembut.
3. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan
mekanik dan efek antimikroba.
4. Menyediakan kornea berbagai substansi nutrien yang diperlukan.
III.
10
APARATUS LAKRIMALIS ( 4 )
Kelainan pada kelenjar lakrimalis dan salurannya dapat berupa proses
infeksi , tumor , trauma maupun suatu kelainan kongenital . Keluhan yang
sering ditemui pada penderita dengan kelainan sistem lakrimal ialah mata
kering , lakrimasi dan epifora. Mata kering disebabkan oleh berkurangnya
produksi air mata. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena trakoma , trauma
kimia , erythema multiforme, yang menyumbat muara kelenjar lakrimal atau
bisa pula karena sindroma Sjogren. Lakrimasi ialah kelebihan produksi air
mata yang disebabkan oleh suatu rangsangan kelenjar lakrimal, biasanya
karena suatu proses infeksi. Epifora ialah keadaan dimana terjadi gangguan
sistem ekskresi air mata. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kelainan posisi
pungtum lakrimal, jaringan sikatrik pada pungtum , paresis atau paralisis otot
orbikularis okuli yang menyebabkan berkurangnya efek penghisapan dari
kanalikuli lakrimal, benda asing dalam kanalikuli, obstruksi duktus
nasolakrimalis dan sakus lakrimal.
Untuk menentukan adanya gangguan pada sistem ekskresi air mata dilakukan :
1. Inspeksi pada posisi pungtum
2. Palpasi daerah sakus lakrimal , apakah mengeluarkan cairan yang bercampur
nanah
3. Irigasi melalui pungtum dan kanalikuli lakrimal, bila cairan mencapai rongga
hidung, maka sistem ekskresi berfungsi baik (uji Anel)
4. Probing yaitu memasukkan probe Bowman melalui jalur anatomik sistem
ekskresi lakrimal. Tindakan probing didahului oleh dilatasi pungtum dengan
dilatator.
11
III.1.1 DAKRIOADENITIS
Dakrioadenitis ialah suatu proses inflamasi pada kelenjar air
mata pars sekretorik. Dibagi menjadi dua yaitu dakrioadenitis akut
dan kronik, keduanya dapat disebabkan oleh suatu proses infeksi
ataupun dari penyakit sistemik lainnya.
Patofisiologinya masih belum jelas, namun beberapa ahli
mengemukakan bahwa proses infeksinya dapat terjadi melalui
penyebaran kuman yang berawal di konjungtiva yang menuju ke
ductus lakrimalis dan menuju ke kelenjar lakrimalis.
2. Bacterial
Staphylococcus aureus and Streptococcus
Neisseria gonorrhoeae
Treponema pallidum
Chlamydia trachomatis
Mycobacterium leprae
Mycobacterium tuberculosis
Borrelia burgdorferi
12
3. Fungal (jarang)
Histoplasmosis
Blastomycosis
Parasite (rare)
Schistosoma haematobium
Protozoa (rare)
klinis
lainnya
yaitu
kemosis
(pembengkakkan
konjungtiva),
13
14
disana.
15
dengan hidung untuk membuka obstruksi yang terjadi dan diberikan pula
antibiotik.
III.2.2 KANALIKULITS
Kanalikulitis adalah infeksi yang terjadi di kanalikulus. Sering terjadi
pada orang tua usia 50 tahun keatas dengan penyebab utama adalah
Actinomyces israelii . Dapat terjadi pada orang usia muda sekitar 20 tahunan
atau dibawahnya biasanya penyebab tersering adalah infeksi herpes. Jika tidak
17
ditangani dengan benar dapat terjadi stenosis dari kanalikulus biasanya oleh
dakriolit. Dakriolit adalah batu yang terbentuk dari air mata dan debris serta
sisa epitel yang bergabung jadi satu. Keluhan biasanya terjadi epifora , terdapat
pengeluaran sekret yang serous ataupun mukopurulen dan biasanya unilateral.
Terapinya dilakukan dengan dua cara , yang pertama adalah dengan
mengeluarkan benda asing disana (sekret ) dan antibiotik terapi. Dakriolit yang
kecil dan debris dapat dikeluarkan dengan cotton buds yang ditekankan pada
punctum lakrimalis . Jika batu yang terbentuk banyak dan susah dikeluarkan
dengan cara manual maka dapat dilakukan tindakan pembedahan yaitu
kanalikulotomi.
18
Keluhan pasien dengan sindroma mata kering adalah rasa panas pada mata,
mata merah , terasa seperti ada benda asing pada mata, dan juga rasa sakit pada
mata. Terkadang ada keluhan mata yang berair , hal ini karena refleks dari
lakrimasi yang ditimbulkan dari lingkungan yang berangin, dingin, dan
kelembapan udara yang rendah dan terkadang sesudah membaca lama.
Tes pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa adalah :
1. Schimmer test
2. Tear break up time
3. Slit lamp
Terapi yang diberikan biasanya memberikan air mata buatan, terkadang
19
diberikan tetes mata antibiotik karena produksi air mata yang kurang dapat
mengakibatkan mudahnya kuman tumbuh di mata.
Epitelial tumors
II.
III.
Secondary tumors
IV.
Inflamed tumors
V.
20
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Aparatus Lakrimalis terbagi menjadi 2 sistem :
1. Sistem sekresi lakrimal terbagi menjadi kelenjar lakrimalis dan kelenjar
asesorius ( kelenjar wolfring dan kelenjar Krause )
2. Sistem ekskresi lakrimal terbagi menjadi pungtum lakrimalis, kanalikuli
lakrimalis, sakus lakrimalis, duktus naso lakrimalis.
Kelenjar air mata dipersarafi oleh :
1. Nervus Lakrimalis (sensoris), suatu cabang dari devisi pertama
Trigeminus.
2. Nervus Petrosus superficialis magna (sekretoris ), yang datang dari
nukleus salivarius superior.
3. Saraf simpatis yang menyertai arteria dan nervus lakrimalis
21
yang
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
22