Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh
Roudhotul Jannah
NIM: 210910020
Wahid Amiruddin Muhlish
NIM: 210910021
Dosen Pengampu
Dr. Heriyaman, Mpd
PROGRAM TUDI PENDIDIIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO
April 2012
A.
B.
C.
A.
B.
A.
DARTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................... ii
Bab I: Pendahuluan
Latar Belakang.............................................................................................. 1
Rumusan Masalah......................................................................................... 1
Tujuan........................................................................................................... 1
Bab II: Pembahasan
Pengertian Singkat Bimbingan dan Konseling.............................................. 2
Kode Etik Bimbingan dan Konseling............................................................ 3
Bab III: Penutup
Kesimpulan.................................................................................................... 7
Daftar Pustaka........................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti layaknya sebuah pembelajaran bimbingan dan konseling juga membutuhkan apa
yang dinamakan setrategi dalam pelaksanaanya. Dalam hal untuk mengetahui strategi apa yang
tepat untuk digunakan kepada seorang yang hendak dibimbing (konseli) itulah seorang yang
hendak membimbing (konselor) membutuhkan kode etik untuk menjalankan profesinya tersebut.
Dalam masalah bimbingan dan konseling kode etik sangat dibutuhkan. kode etik
dibutuhkan ketika seseorang (konselor) hendak membimbing seorang atau individu (konseli)
kearah pengembangan pribadinya. peran kode etik yaitu sebagai acuan dan tuntunan dalam
memberikan masukan-masukan kepada konseli agar masukan yang diberikan oleh konselor tidak
menyelewwng atau keluar dari aturan-aturan, norma-norma yang berlaku dimasyarakat maupun
di
kalangan
konselor
sendiri.
B. Rumusan masalah
a. Uaraian singkat tentang pengertian bimbingan dan konseling.
b. Beberapa kode etik dalam bimbingan dan konseling.
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian bimbingan dan konseling.
b. Untuk mengetahui kode etik dalam bimbingan dan konseling.
Bab II
PEMBAHASAN
A. Pengertian singkat bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan merupakan
terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone [1]menemukakan
bahwa guidanceberasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer(menunjukkan,
menentukan, mengatur, atau mengemudikan).
Prayitno dan Erman Amti mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar
orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan
kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.[2]
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami
diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan
menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.[3]
Sejalan dengan itu, Winkel mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan
dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab
sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.[4]
Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat dipahami bahwa konseling adalah usaha membantu
konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap
berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.
[5]
g. Konselor wajib menjelaskan kepasa klien sifat hubungan yang sedang dibinadan batas-batas
tanggung jawab masig-masing dalam hubungan profesional.
h. Kon selor wajib mengutamakan perhatian kepada klien, apabila timbul masalah dalam kesitiaan
ini, maka wajib diperhatikan kepentingan pihak-pihak yang terlibat dan juga tuntutan profesinya
sebagai konselor.
i. Konselor tidak bisa memberikan bantuan kepada sanak keluarga, teman-teman karibnya,
sepanjang hubunganya profesional.
5. Konsultasi dengan Rekan Sejawat.
Dalam rangka pemberian pelayanan kepada seorang klien, kalau konselor merasa raguragu tentang suatu hal, maka ia wajib berkonsultasi dengan sejawat selingkungan profesi. Untuk
hal itu ia harus mendapat izin terlebih dahulu dari kliennya.
6. Alih Tangan Kasus
Yaitu kode etik yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih
ahli.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian singkat mengenai bimbingan dan konseling yaitu adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada konseli/klien secara tatap muka dengan
tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau
masalah khusus, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan,
memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan
lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku. usaha membantu. Dengan kata lain,
teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.
Kode etik bagi pembimbing yaitu:
a. Kualifikasi konselor dalam nilai, sikap,keterampilan, pengetahuan dan wawasan.
b.
c.
d.
e.
f.
http://makalah07.blogspot.co.id/2012/04/kode-etik-bimbingan-dan-konseling.html
minggu, 4 oktober 2015, 18.50
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Pengantar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kode etik merupakan etika profesi yang harus dipegang kuat oleh setiap
konselor. Kode etik juga merupakan moralitas para konselor dalam menjalankan
profesinya. Bagaimana kode etik profesi bimbingan dan konseling sesungguhnya,
dan berjkaitan dengan apa saja yang menyangkut etrika profesi yang terkait
dengan bimbingan konseliong dilingkungan dunia pendidikan. Hal ini karena dunia
pendiodikan lebih memrlukan penjelasan kode etik ini dibanding dengan bimbingan
dan konseling dilingkungan lainnnya.[1]
Etika adalah suatu sistem prinsip moral, etika suatu budaya. Aturan tentang
tindakan yang dianut berkenaan dengan perilaku suatu kelas manusia, kelompok,
atau budaya tertentu.
Etika Profesi Bimbingan dan Konseling adalah kaidah-kaidah perilaku yang
menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung jawabnya
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada konseli. Kaidah-kaidah
perilaku yang dimaksud adalah:
1.
Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan penghargaan sebagai manusia:
dan mendapatkan layanan konseling tanpa tanpa melihat suku bangsa, agama,
atau budaya.
2.
Setiap orang/individu memiliki hak untuk mengembangkan dan mengarahkan
diri.
3.
Setriap orang memiliki hak untuk memilih dan bertanggung jawab terhadap
keputusan yang diambilnya.
4.
Setiap konselor membantu perkembangan setiap konseli, melalui layanan
bimbingan dan koseling secara profesional.
5.
Hubungan konselor-konseli sebagai hubungan yang membantu yang
didasarkan kepada kode etik (etika profesi).[2]
Kode Etika adalah seperangkat standar, peraturan, pedoman, dan
nilai yang mengatur mengarahkan perbuatan atau tindakan dalam suatu nilai yang
mengatur mengarahkan perbuatan atau tindakan dalam suatu perusahaan, profesi,
atau organisasi bagin para pekerja atau anggotanya, dan interaksi antara para
pekerja tau anggota dengan masyarakat.
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia merupakan landasan
moral dan pedoman tingkah laku profesioanl yang dijunjung tinggi, diamalkan, dan
diamankan oleh setiap anggota profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia. Kode
Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia wajib dipatuhi dan diamalkan oleh
pengurus dan anggota organisasi tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
(Anggaran Rumah Tangga ABKIN, Babb II, Pasal 2).
Pada saat ini konselor sedunia menggunakan KEK dari lembaga yang
bernama American Consuler Association (ACA). Akan tetapi banyak negara yang
mengadopsi KEK dari amerika serikat tersebut lalu mengadakan penyesuaian
dengan kondisi negaranya, terutama dalam hal aspek-aspek Agama, Budaya, dan
kondisi masyarakatnya. Hal itu juuga terjadi di Indonesia dimana KEK dari ACA
tersebut kitra saring dan kita sesuaikan dengan kondisi negara kita namun
demikian masyarakat konseling harus mempelajari KEK dari ACA tersebut karena
mengandung dasar-dasar penting didalam konseling.
B.
a.
Pancasila, mengingat profesi bimbingan dan konseling merupakan usaha
pelayanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara
Indonesia yang bertanggung jawab
b.
Tuntutan profesi, yang mengacu pada kebutuhan dan kebahagiaan klien
sesuai denagn norma-norma yang berlaku
C.
D.
1.
Bentuk Pelanggaran
Terhadap Konsil
a.
Menyebarkan/membuka rahasia konseli kepada orang yang tidak terkait
dengan kepentingan konseli.
b.
c.
d.
Kesalahan dalam melakukan praktik profesioanal (prosedur, teknik, evaluasi,
dan tindak lanjut)
2.
a.
Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi
profesi.
b.
Mencemarkan nama baik profesi (menggunakan organisasi profesi untuk
kepentingan pribadi dan/atau kelompok).
3.
a.
Melakukan tindakan yang menimbulkan konflik (penghinaan, menolak untuk
bekerja sama, sikap arogan).
b.
Melakukan referal kepada pihak yang tidak memiliki keahlian sesuai denagn
masalah konseli.[3]
E.
Sanksi Pelanggaran
Konselor wajib mematuhi kode etik profesi Bimbingan dan Konseling. Apabila
terjadi pelanggaran terhadap kode etik Profesi Bimbingan dan Konseling maka
kepadanya diberikan sanksi sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Pencabutan lisensi
5.
Apabila terkait dengan permasalahan hukum/kriminal maka akan diserahkan
pada pihak yang berwenang.
F.
2.
3.
Apabila pelanggaran yang dilakukan masih relatif ringan, maka
penyelesainnya dilakukan oleh dewan kode etik ditingkat daerah.
4.
Pemanggilan konselor yang bersangkutan untuk verifikasi data yang
disampaikan oleh konseli dan/atau masyarakat.
5.
Apabila berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh dewan kode etikdaerah terbukti kebenarannya, maka diterapkan sanksi sesuai dengan masalahnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1)
Kode etik konselor adalah serangkaian aturan-aturan susila, atau sikap akhlak
yang ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh para konselor atau serangkaian
ketentuan dan peraturan yang disepakati bersama guna mengatur tingkah laku
para konselor saat proses wawancara maupun kehidupan sehari-hari sehingga
mampu memberikan sumbangan yang berguna dalam pengabdiannya di
masyarakat.
2)
Kode Etik konselor dibuat untuk mengatur perilaku konselor dalam
pelaksanaan tugas dan kewajibannya serta mengatur secara moral peranan
konselor di dalam masyarakat.
3)
Implementasi Kode Etik konselor masih belum optimal, karena masih banyak
konselor yang belum melaksanakan Kode Etik konselor itu secara baik.
4)
konselor di dalam masyarakat masih menempatkan diri sebagai orang biasa
yang tidak memiliki kewajiban khusus secara moral untuk membangun kesadaran
berpendidikan bagi masyarakat.
B.
Saran
1)
Kode Etik konselor adalah sesuatu yang hendaknya dipahami dan diamalkan
oleh setiap konselor.
2)
Dalam memainkan peran di dalam masyakat, konselor hendaknya senantiasa
mengedepankan nilai-nilai pendidikan.
3)
Konselor hendaknya senantiasa membangun kesadaran berpendidikan di
tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
4)
Perilaku konselor di dalam kehidupan sehari-hari merupakan contoh cerminan
seorang yang berpendidikan.
http://pbi-satu-iainsu.blogspot.co.id/2013/04/makalah-bimbingan-konseling-kodeetik.html
Latar Belakang
Pelayanan bimbingan dan konseling secara profesional di Indonesia sampai saat ini
masih terfokus pada generasi muda yang masih duduk dibangku pendidikan formal
atau di sekolah. itupun nampaknya yang paling terrealisasi hanyalah pada jenjang
pendidikan sekolah menegah dan perguruan tinggi saja. Hampir semua tenaga
bimbingan konseling profesional yang telah mendapat pendidikan formal di bidang
bimbingan dan konseling, bertugas dilembaga-lembaga pendidikan di atas jenjang
pendidikan dasar. Diantara tenaga-tenaga bimbingan dan konseling itu sebagian
terbesar terlibat didalam jenjang pendidikan menegah. Kegiatan-kegiatan
bimbingan dan konseling yang diwujudkan dalam suatu program bimbingan dan
konseling yang terorganisasi dan terencana, sampai saat ini lebih banyak
dikembangkan untuk jenjang pendidikan ditingkat menengah. sehingga seakanakan ia menjadi urutan yang pertama. Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling
yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga profesional dijenjang pendidikan tinggi
menempati urutan ke dua dan kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan di
jenjang pendidikan dasar menempati urutan ketiga. Kenyataan ini hendaknya tidak
harus berarti bahwa, urutan prioritas yang terdapat dilapangan, sebagaimana
dijelaskan di atas, tidak dapat diubah menjadi urutan prioritas yang berbeda.
B.
Rumusan Masalah
a.
b.
c.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia;Merupakan landasan moral dan
pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan
oleh setiap profesional Bimbingan dan Konseling Indonesia
Kode Etik merupakan aturan-aturan susila, atau sikap akhlak yang ditetapkan
bersama dan ditaati bersama oleh para anggota, yang tergabung dalam suatu
kumpulan atau organisasi (organisasi profesi). Oleh karena itu, kode etik merupakan
suatu bentuk persetujuan bersama, yang timbul secara murni dari diri pribada para
anggota. Kode etik merupakan serangkaian ketentuan dan peraturan yang
disepakati bersama guna mengatur tingkah laku para anggota organisasi. Kode etik
lebih meningkatkan pembinaan anggota sehingga mampu memberikan sumbangan
yagn berguna dalam pengabdiannya di masyarakat (Drs. lg. Wursanto: 2003).
Secara etimologi, pendidik adalah orang yang melakukan bimbingan. Pengertian ini
memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam
pendidikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kode etik guru adalah
serangkaian aturan-aturan susila, atau sikap akhlak yang ditetapkan bersama dan
ditaati bersama oleh para guru atau serangkaian ketentuan dan peraturan yang
disepakati bersama guna mengatur tingkah laku para guru saat proses
KUALIFIKASI
e.
Konselor wajib trampil dlm menggunakan tekhnik dan prosedur khusus dgn
wawasan luas dan kaidah-kaidah ilmiah
2. Pengakuan Kewenangan
a.
Pengakuan Keahlian
b.
Kewenangan oleh organisasi profesi atas dasar wewenang yg diberikan
kepadanya.
a.
Dalam mempergunakan riset thdp manusia, wajib dihindari hal yang
merugikan subyek
b.
Dalam melaporkan hasil riset, identitas klien sebagai subyek wajib dijaga
kerahasiannya.
C. PROSES PELAYANAN
1. Hubungan dalam Pemberian Pelayanan
a.
Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dlm hubungan
antara klien dgn konselor.
b.
Klien sepenuhnya berhak mengakhiri hubungan dengan konselor, meskipun
proses konseling belum mencapai hasil konkrit
c.
Sebaliknya Konselor tidak akan melanjutkan hubungan bila klien tidak
memperoleh manfaat dari hubungan tsb.
2. Hubungan dengan Klien
a.
b.
Konselor wajib menempatkan kepentingan kliennya diatas kepentingan
pribadinya.
c.
Konselor tidak diperkenankan melakukan diskriminasi atas dasar suku,
bangsa, warna kulit, agama, atau status sosial tertentu.
d.
Konselor tidak akan memaksa seseorang untuk memberi bantuan pada
seseorang tanpa izin dari orang yang bersangkutan.
e.
Konselor wajib memebri pelayanan kepada siapapun terlebih dalam keadaan
darurat atau banyak orang menghendakinya
f.
Konselor wajib memberikan pelayan hingga tuntas sepanjang dikehendaki
klien
g.
Konselor wajib menjelaskan kepada klien sifat hubungan yg sedang dibina dan
batas-batas tanggung jawab masing-masing dalam hubungan profesional
h.
i.
Konselor tidak dapat memberikan bantuan profesional kepada sanak saudara,
teman-teman karibnya sepanjang hubunganya profesional.
Jikalau Konselor merasa ragu dalam pemberian pelayanan konseling, maka Ia wajib
berkonsultasi dengan rekan sejawat selingkungan profesi dengan seijin kliennya.
2. Alih Tangan kasus
a.
Konselor wajib mengakhiri hubungan konseling dengan klien bila dia
menyadari tidak dapat memberikan bantuan pada klien
b.
Bila pengiriman ke ahli disetujui klien, maka menjadi tanggung jawab konselor
menyarankan kepada klien dengan bantuan konselor untuk berkonsultasi kepada
orang atau badan yang punya keahlian yg relevan.
c.
Bila Konselor berpendapat bahwa klien perlu dikirm ke ahli lain, namun klien
menolak pergi melakukannya, maka konselor mempertimbangkan apa baik dan
buruknya.
HUBUNGAN KELEMBAGAAN
A.
Prinsip Umum
a.
Prinsip Umum dalam pelayanan individual, khususnya mengenai
penyimpanan serta penyebaran informasi klien dan hubungan kerahasiaan antara
konselor dengan klien berlaku juga bila konselor bekerja dalam hubungan
kelembagaan
b.
Jika konselor bertindak sebagai konsultan di suatu lembaga,Sebagai konsultan,
konselor wajib tetap mengikuti dasar-dasar pokok profesi Bimbingan dan Konselor
tidak bekerja atas dasar komersial.
B.
Keterikatan Kelambagaan
a.
Setiap konselor yang bekerja dalam siuatu lembaga, selama pelayanan
konseling tetap menjaga rahasia pribadi yang dipercayakan kepadanya.
b.
Konselor wajib memepertanggungjawabkan pekerjaannya kpd atasannya,
namun berhak atas perlindungan dari lembaga tsb dalam menjalankan profesinya.
c.
Konselor yang bekerja dalam suatu lembaga wajib mengetahu program
kegiatan lembaga tsb, dan pekrjaan konselor dianggap sebagai sumbangankhas
dalam mencapai tujuan lembaga tsb.
d.
Jika Konselor tidak menemukan kecocokan mengenai ketentuan dan
kebijaksanaan lembaga tsb, maka konselor wajib mengundurkan diri dari lembaga
tersebut.
A.
1.
Konselor yang praktek mandiri (privat) dan tidak bekerja dalam hubungan
kelembagaan tertentu, tetap mentaati kode etik jabatan sebagai konselor dan
berhak mendapat perlindungan dari rekan seprofesi.
2.
Konselor Privat wajib memperoleh izin praktik dari organisasi profesi yakni
ABKIN
B. Laporan pada Pihak Lain
Jika Konselor perlu melaporkan sesuatu hal ttg klien pada pihak lain (spt: pimpinan
tempat dai bekerja), atau diminta oleh petugas suatu badan diluar profesinya, dan
ia wajib memberikan informasi tsb, maka dalam memberikan informasi itu ia wajib
bijaksana dgn berpedoman pada suatu pegangan bhw dgn berbuat begitu klien
tetap dilindungi dan tidak dirugikan.
KETAATAN PADA PROFESI
A. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
1.
Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya Konselor wajib mengaitkannya
dengan
tugas dan kewajibannya terhadap klien dan profesi sesuai kode etik
untuk kepentingan dan kebahagiaan klien
2.
Konselor tidak dibenarkan menyalahgunakan jabatannya sebagai konselor
untuk maksud mencari keuntungan pribadi atau maksud lain yang merugikan klien,
atau menerima komisi atau balas jasa dalam bentuk yg tidak wajar
2.1 Realisasi Implementasi kode etik
1. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik:
a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses pedidikan.
b. Guru memberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan objektif
mengenai perkembangan peserta didik.
c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang
bukan orangtua/walinya.
d. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpatisipasi
dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
e. Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi
dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
f.
Guru menjunjunng tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi
dengannya berkaitan dengan kesejahteraan kemajuan, dan cita-cita anak atau
anak-anak akan pendidikan.
Terhadap Konseli
konseli
c.
d.
e.
Kesalahan dalam melakukan pratik profesional (prosedur, teknik, evaluasi, dan
tindak lanjut).
2.
a. Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi
profesi.
b. Mencemarkan nama baik profesi (menggunakan organisasi profesi untuk
kepentingan pribadi dan atau kelompok).
3.
4. Sangsi Pelanggaran
Konselor wajib mematuhi kode etik profesi Bimbingan dan Konseling. Apabila terjadi
pelanggaran terhadap kode etik Profesi Bimbingan dan Konseling maka kepadanya
diberikan sangsi sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
Pencabutan lisensi
e.
Apabila terkait dengan permasalahan hukum/ kriminal maka akan diserahkan
pada pihak yang berwenang.
Apabila berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh dewan kode etik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kode etik konselor adalah serangkaian aturan-aturan susila, atau sikap akhlak
yang ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh para konselor atau serangkaian
ketentuan dan peraturan yang disepakati bersama guna mengatur tingkah laku
para konselor saat proses wawancara maupun kehidupan sehari-hari sehingga
mampu memberikan sumbangan yang berguna dalam pengabdiannya di
masyarakat.
2. Kode Etik konselor dibuat untuk mengatur perilaku konselor dalam pelaksanaan
tugas dan kewajibannya serta mengatur secara moral peranan konselor di dalam
masyarakat.
3. Implementasi Kode Etik konselor masih belum optimal, karena masih banyak
konselor yang belum melaksanakan Kode Etik konselor itu secara baik.
4. konselor di dalam masyarakat masih menempatkan diri sebagai orang biasa
yang tidak memiliki kewajiban khusus secara moral untuk membangun kesadaran
berpendidikan bagi masyarakat.
B. Saran
1. Kode Etik konselor adalah sesuatu yang hendaknya dipahami dan diamalkan
oleh setiap konselor.
2. Dalam memainkan peran di dalam masyakat, konselor hendaknya senantiasa
mengedepankan nilai-nilai pendidikan.
3. konselor hendaknya senantiasa membangun kesadaran berpendidikan di
tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
4. Perilaku konselor di dalam kehidupan sehari-hari merupakan contoh cerminan
seorang yang berpendidikan.
http://bayyah88.blogspot.co.id/2012/10/makalah-kode-etik-konseling-bk-2011.html
sekolah menegah dan perguruan tinggi saja. Hampir semua tenaga bimbingan
konseling profesional yang telah mendapat pendidikan formal di bidang bimbingan
dan konseling, bertugas dilembaga-lembaga pendidikan di atas jenjang pendidikan
dasar. Diantara tenaga-tenaga bimbingan dan konseling itu sebagian terbesar
terlibat didalam jenjang pendidikan menegah. Kegiatan-kegiatan bimbingan dan
konseling yang diwujudkan dalam suatu program bimbingan dan konseling yang
terorganisasi dan terencana, sampai saat ini lebih banyak dikembangkan untuk
jenjang pendidikan ditingkat menengah. sehingga seakan-akan ia menjadi urutan
yang pertama. Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan
oleh tenaga-tenaga profesional dijenjang pendidikan tinggi menempati urutan ke
dua dan kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan di jenjang pendidikan
dasar menempati urutan ketiga. Kenyataan ini hendaknya tidak harus berarti
bahwa, urutan prioritas yang terdapat dilapangan, sebagaimana dijelaskan di atas,
tidak dapat diubah menjadi urutan prioritas yang berbeda. Berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan yang telah disebutkan di atas, maka dalam
penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling terhadap siswa yang berada di
sekolah menengah maupun mahasiswa yang sedang menimba bebagai macam ilmu
di perguruan tinggi perlu kira mendapatkan perhatian yang memadai. Dengan
berlandaskan pada proses pelaksanaan kegiatan dan definisi ataupun pengertian
bimbingan dan konseling, dapat di identifikasi 4 (empat) masalah yang mempunyai
relevansi terkait dengan ruang lingkup kehidupan siswa dan mahasiswa saat ini,
yaitu; (1). Dunia nasional maupun internasional serta ruang gerak kehidupan
mereka, (2). Alam pikiran dan perasaan mereka pada saat ini; (3). Bidang
pendidikan sekolah yang mengisi sebagian besar dari waktu mereka setiap harinya
dan (4). Kode etik profesi Bimbingan dan konseling, agar para pelaksana bimbingan
dan konseling dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan benar, serta
bertanggung jawa atas segala tindakannya. BAB II PEMBAHASAN A. Dasar Landasan
atau dasar Kode Etik Profesi Konselor di Indonesia adalah (a) Pancasila, mengingat
bahwa profesi konselor merupakan usaha pelayanan terhadap sesama manusia
yang bersifat ilmiah dan essensial dalam rangka ikut membina warga negara yang
efektif dan bertanggung jawab, dan (b)tuntutan profesi mengacu kepada kebutuhan
dan kebahagiaan klien esuai dengan norma-norma yang berlaku. B. Ciri-Ciri Suatu
Profesi Suatu profesi ialah pekerjaan yang dipegang oleh orang-orang yang
mempunyai dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap khusus tertentu dan
pekerjaan itu diakui oleh masyarakat sebagai suatu keahlian. Keahlian tersebut
menuntut dipenuhinya standar persiapan profesi melalui pendidikan khusus di
perguruan tinggi dan pengalaman kerja dalam bidang tersebut. Selanjutnya,
keanggotaan dalam profesi menuntut keikutsertaan secara aktif dalam ikatan
kegiatan profesi melalui berbagai penelitian dan percobaan, serta usaha-usaha lain
untuk pertumbuhan diri dalam profesi selama hidup tanpa mencari keuntungan
pribadi. C. Pengertian Kode Etik Profesi Kode etik profesi adalah pola atau ketentuan
atau aturan atau tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan
aktivitas suatu profesi. Pola ketentuan/aturan/tata cara tersebut seharusnya diikuti
oleh setiap orang yang berkeinginan untuk ikut serta menjalankan profesi tersebut.
D. Perlunya Kode Etik Profesi Kode etik profesi diperlukan agar anggota profesi atau
konselor dapat tetap menjaga standar mutu dan status profesinya dalam batasbatas yang jelas dengan anggota profesi dan profesi-profesi lainnya, sehingga dapat
Kepada Pihak Sekolah Apabila konselor perlu melaporkan suatu hal tentang klien
kepada pihak lain ( misalnya : pimpinan lembaga tempat ia bekerja ) ,atau kalau ia
diminta keterangan tentang klien oleh petugas suatu badan diluar profesinya dan ia
harus juga memberikan informasi itu ia harus sebijaksana mungkin dengan
berpedoman pada pegangan bahwa dengan berbuat begitu klien tetap dilindungi
dan tidak dirugikan BAB VI KETAATAN PROFESI A. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban 1.
Dalam pelaksanaan hak dan kewajibannya sebagai konselor, konselor harus selalu
mengaitkannya dengan tugas dan kewajibannya terhadap klien dan profesi
sebagaimana dicantumkan dalam kode etik ini dan semuanya itu sebesar-besarnya
untuk kepentingan dan kebahagiaan klien. 2.
Konselor tidak dibenarkan
menyalahgunakan jabatannya sebagai konselor untuk maksud untuk mencari
keuntungan pribadi atau maksud-maksud lain yang dapat merugikan klien ataupun
menerima komisi atau balas jasa dalam bentuk yang tidak wajar. B. Pelanggaran
kode etik 1. Konselor harus selalu mengkaji tingkah laku dan perbuatannya tidak
melanggar kode etik ini. 2. Konselor harus senantiasa mengingat bahwa
pelanggaran terhadap kode etik ini akan merugikan mutu proses dan hasil layanan
yang diberikan, merugikan klien, lembaga dan pihak-pihak lain yang terkait, serta
merugikan diri konselor sendiri dan profesinya. 3. Pelanggaran terhadap kode etik
ini akan mendapatkan sanksi berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh ABKIN.
BAB VII FENOMENA PELAKSANAAN KODE ETIK PROFESI KONSELOR DI LAPANGAN
Kode etik konselor Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku
profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh setiap anggota
profesi bimbingan dan konseling Indonesia. Kode etik konselor diperlukan untuk
melindungi anggota profesi sendiri dan kepentingan publik.Sebagai penjamin mutu
layanan yang diberikan oleh konselor, kode etik berperan sebagai pedoman tingkah
laku konselor dalam menjalankan aktifitas profesionalnya dan setiap konselor harus
melaksanakan kode etik profesi dengan sebaik-baiknya. Beberapa fenomena di
lapangan yang diberitakan dalam media cetak dan fenomena selama mengikuti
kegiatan PPL II ketika menempuh S1 Bimbingan Konseling, di salah satu sekolah di
kota Malang mengindikasikan masih adanya penyimpangan kode etik yang
dilakukan konselor. Secara umum tujuan diadakannya bimbingan dan konseling
yaitu untuk membantu peserta didik atau siswa dalam memahami diri dan
lingkungan, mengarahkan diri, menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
mengembangkan potensi dan kemandirian diri secara optimal pada setiap tahap
perkembangannya. Artinya dalam malaksanakannya guru pembimbing dituntut
untuk dekat, akrab dan bersahabat dengan segala pola tingkah laku dan
kepribadian siswa dalam batasan tertentu sehingga diharapkan dapat mengatasi
masalah yang dihadapi siswa. Namun kenyataannya yang terjadi di lapangan
cenderung berbeda dengan tujuan umum diatas. Yang terjadi adalah jarak pemisah
yang cukup jauh antara guru BK dan siswa. Siswa merasa enggan untuk secara
suka rela mendatangi konselor dalam mengatasi masalahnya. Berikut ini adalah
beberapa fenomena yang terjadi dalam pelaksanaan BK di sekolah : 1)
Guru BK
sebagai polisi sekolah Pada beberapa sekolah, guru BK adalah sosok yang
ditakuti. Hal ini wajar karena dalam mendisiplinkan siswa. terkadang dilakukan
dengan interogasi, razia, dan punishment (hukuman). Sehingga jika ditanyakan
kepada siswa mengenai guru BK, banyak siswa yang merasa benci, tidak
bersahabat dan cenderung memilih lebih baik menghindar saat bertemu guru BK,
lainnya. Dalam hal ini posisi konselor adalah mengarahkan siswa kepada
pemahaman bahwa peraturan sekolah dilaksanakan semata-mata untuk
kepentingan siswa yang bersangkutan. b.
KTPM (Konselor Tidak Pernah Memihak)
Seorang konselor tidak boleh memihak kepada salah seorang klien atau kelompok
tertentu dalam menangani maslah. Meskipun kelompok atau klien yang
bersangkutan benar. Karena keberpihakan tersebut akan menimbulkan penyalahan
kepada pihak / kelompok yang lain. Dan itu tentu saja bertentangan dengan prinsip
KTPS. Posisi konselor adalah penengah, menawarkan solusi, memberikan
pemahaman, yang keputusan akhirnya diberikan kepada keduabelah pihak. Mau
tetap mempertahankan argumennya, atau memilih solusi yang ditawarkan konselor.
Misalnya seorang siswa mempunyai masalah dengan teman sebangkunya. Dimana
temannya itu selalu menjelek-jelekkan dirinya kepada teman lainnya. Konselor tidak
dapat memihak ataupun menyalahkan satu diantara keduanya. Yang dapat
dilakukan adalah memberikan pengertian kepada keduanya bahwa kerukunan
disekolah sangat penting. Memberikan pemahaman bagaimana sebaiknya
bertingkah laku terhadap orang lain. Saling menghormati, dan menghargai.
Membimbing bagaimana memecahkan masalah tanpa harus menyakiti. Konselor
dapat juga memberikan contoh akibat yang ditimbulkan jika tidak ada toleransi dan
saling menghargai antar sesama. Dan lain sebagainya. Secara singkat ada 3 hal
yang ditanamkan kepada siswa dalam menyelesaikan masalah : 1) Menyadari
kesalahan 2) Menganalisa masalah 3) Meminta maaf Dengan demikian siswa
diharapkan dapat menilai sendiri apakah perbuatannya baik atau buruk. Keputusan
diberikan sepenuhnya kepada siswa yang bersangkutan BAB VIII PENUTUP A.
Kesimpulan 1.
Landasan kode etik profesi konselor di Indonesia adalah pancasila
danntuntutan profesi yang mengacu pada kebahagiaan klien 2.
Konselor yang
tergabung dalam Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia harus memiliki (1)
nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan dan wawasan dalam bidang profesi
konseling, dan (2) Pengakuan atas kemampuan, dan kewenangan sebagai konselor
3.
Prinsip-prinsip yang berlaku dalam layanan individual, khususnya tentang
penyimpanan serta penyebaran informasi tentang klien dan hubungan konfidensial
antara konselor dengan klien, berlaku juga bila konselor bekerja dalam hubungan
kelembagaan 4.
Setiap konselor yang bekerja dalam hubungan kelembagaan
turut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan peraturan kerjasama dengan pihak
atasan atau bawahannya, terutama dalam rangka layanan konseling dengan
menjaga rahasia pribadi yang dipercayakan kepadanya. 5.
Konselor yang
berpraktik mandiri ( privat ) dan tidak bekerja dalam hubungan kelembagaan
tertentu, tetap menaati segenap kode etik jabatannya sebagai konselor, dan berhak
untuk mendapat dukungan serta perlindungan diri dari rekan-rekan seprofes dan
wajib mendapatkan izin dari ABKIN. 6.
Konselor harus senantiasa mengingat
bahwa pelanggaran terhadap kode etik ini akan merugikan mutu proses dan hasil
layanan yang diberikan, merugikan klien, lembaga dan pihak-pihak lain yang
terkait, serta merugikan diri konselor sendiri dan akan mendapatkan sangsi dari
ABKIN
http://ophiiciiduduth.blogspot.co.id/2013/05/kode-etik-bimbingan-konseling-di.html