Anda di halaman 1dari 5

Sexava nubila Stal

( belalang kelapa )
Pendahuluan
Tanaman kelapa merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena seluruh
bagian tanaman dapat dimanfaatkan, seperti pembuatan minyak goreng, kopra, mebel, sapu
dan lain sebagainya. Tanaman kelapa dalam pertumbuhannya tidak terlepas dari serangan
hama dan penyakit. Salah satu hama penting adalah Sexava nubila yang sangat merugikan
petani, dimana serangan yang sangat berat mengakibatkan tanaman kelapa tidak dapat
menghasilkan buah pada tahun berjalan/tahun berikutnya apabila tidak ada usaha
pengendalian yang tepat terhadap hama tersebut. Sexava nubila Stal merupakan serangga asli
Indonesia yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada tanaman kelapa terutama daerahdaerah tertentu di Kawasan Indonesia Timur. Di Indonesia, S. nubila terdapat di Kepulauan
Talaud Sulawesi Utara, di Maluku dan Papua (Irian Jaya). Beberapa teknik pengendalian
sudah diterapkan tetapi sampai sekarang populasi hama ini masih merupakan hambatan
utama dalam meningkatkan produksi kelapa di daerah sebaran hama Sexava spp. Pemahaman
biologi dan ekologi hama Sexava spp. dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk
melakukan pengendalian yang efektif dan efisien. Sudah diketahui bahwa perilaku imago
betina pada waktu bertelur akan turun ke tanah dan nimfa yang baru menetas dari telur yang
diletakkan di tanah akan naik ke pohon untuk mencari daun kelapa sebagai makanannya.
Selain itu juga nimfa lebih tua dan imago jantan tidak secara terus menerus tinggal dimahkota
pohon.
Klasifikasi
Kingdom
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Orthoptera
: Tettigonidae
: Sexava
: Sexava nubila

Biekologi S. nubila
Hama S. nubila dikenal dengan Belalang Talaud atau boto-boto. Hama ini makan anak daun
mulai dari pingggir ke bagian tengah. Kadang-kadang dimakan sebagian atau sampai ke lidi.
Bekas gigitan biasanya tidak rata. Serangan berat, terlihat pada pelepah daun bagian bawah
tinggal lidi saja.
Telur
Bentuk dan warna telur S. nubila seperti buah padi masak (gabah). Telur yang baru diletakkan
sangat tipis dengan alur yang dalam kemudian embrio berkembang sehingga membengkak.
Telur berumur 2 hari, panjannya 12 mm dan lebarnya 2 mm. Salah satu ujung telur lancip dan
lainnya bulat. Telur tua, panjangnya sampai 13 mm dan lebarnya 3 mm. Lama stadium telur
di Talaud 45 hari.

Nimfa
Nimfa yang baru ditetaskan, panjangnya 12 mm dan bentuknya sama dengan S. coriacea.
Antenanya halus seperti rambut dan panjangnya sampai 9 cm. Nimfa muda dan tua berwarna
hijau, tetapi kadang-kadang berwarna coklat. Panjang nimfa jantan tua sampai 6 cm dan
panjang antena 14 cm dan sudah terlihat bakal sayapnya. Lama stadium nimfa 108 hari.
Imago
Belalang dewasa (Imago). Imago berwarna hijau, antena merah muda dan matanya abu-abu.
Bentuknya hampir sama dengan S. coriacea. Alat peletak telur (ovipositor) berwarna hijau
pada bagian pangkalnya yaitu sepertiga dari panjang ovipositor, sepertiga lagi berwarna
kemerahan dan bagian ujungnya berwarna hitam. Panjang imago betina (kepala + badan +
ovipositor) antara 9.5 10.5 cm. Panjang ovipositor 3 4.5 cm dan panjang antena 16 cm.
Panjang imago jantan 6 9.5 cm dan antenanya 14-16 cm.
Cara hidup
Imago betina terutama meletakkan telurnya pada malam hari di dalam tanah atau pasir dekat
batang kelapa pada kedalaman 1 5 cm. Telur-telur diletakkan juga diantara perakaran
kelapa, di bawah lumut, di sela-sela batang kelapa, dan di mahkota pohon kelapa yang kotor.
Telur yang diletakkan di tanah dapat mencapai 95%. Tanah yang disukai oleh imago betina
untuk meletakkan telur adalah tanah liat yang lembab bercampur pasir. Satu ekor imago
betina yang dipelihara di laboratorium dapat meletakkan telur sebanyak 53 butir. Pada setiap
pohon kelapa terdapat berbagai stadia, mulai dari nimfa yang baru menetas sampai imago.
Daur hidup S. nubila, mulai telur diletakkan sampai imago meletakkan telur 183 hari dengan
tahap perkembangan hidup seperti pada Tabel 1. Imago betina turun ke bawah pada malam
hari untuk bertelur kemudian memanjat lagi pohon kelapa. Imago betina mulai melatakkan
telur setelah berumur sekitar satu bulan. Imago Sexava tidak dapat terbang jauh, oleh karena
itu serangga tersebut hanya terdapat ditempat itu saja dan hampir tidak berpindah tempat.
Hama ini melakukan aktivitas pada malam hari baik aktivitas makan dan berkopulasi.
Walaupun demikian, dari hasil pengamatan di laboratorium (insektarium), ternyata hama S.
nubila dapat berkopulasi pada siang hari antara jam 9.00 11.00 pagi.
Tahap perkembangan S. nubila
Lama
Perkembangan
Tahap perkembangan
(hari)*
Telur
45.17
Nimfa
Instar I
15.38
Instar II
19.56
Instar III
26.38
Instar IV
20.43
Instar V
27.19
108.33
Imago Betina
Pra-peneluran
30.13
Peneluran
60.86
Pasca Peneluran
21.50
111.67

Imago Jantan
Daur hidup

84.50
183.63

Periode perkembangan dari


Telur sampai imago mati
Imago Betina
Imago Jantan

265.17
238.00

Gejala Serangan
Nimfa dan imago merusak daun kelapa yang sudah mencapai pertumbuhansempurna(tua),
dan dalam keadaan terpaksadapat juga menyerang daun-duan muda, kulit buah dan bungabunganya. Pada serangan yang hebat kelapa tinggal lidinya saja, sehingga buahnya
berguguran dan tanaman tidak dapat menghasilkan buah selama kurang lebih dua tahun.
Tanaman Inang
Hama Sexava nubila selain menyerang tanaman kelapa juga merusak tanaman lainya, yakni :
pisang, sagu,salak, pinang, pandan, enau sebagai tanaman inangnya.
Usaha pengendalian hama Sexava nubila telah dilakukan secara mekanis, kultur teknis,
hayati maupun secara kimia tetapi hingga sekarang belum diperoleh hasil yang memuaskan.
Beberapa teknik pengendalian yang dapat diaplikasikan adalah :
a. Pelepasan parasitoid telur Leefmansia bicolor : keberhasilan parasitoid telur L.
bicolor untuk menginfeksi telur, di laboratorium bervariasi dari 51-76.75%. Di lapangan,
kemampuan parasitoid memarasit telur Sexava nubila, sangat bervariasi dari satu daerah
kedaerah lainnya. Contohnya, pada pertanaman kelapa yang ditanam tanaman penutup
tanah Centrosema pubescens, tingkat parasitasi dapat mencapai 95%, sedangkan di lokasi
lain kurang dari 15%, bahkan beberapa lokasi parasitoid tersebut tidak dapat berkembang.

Gambar 1. Imago parasitoid L. bicolor (kiri) dan telur dengan lobang tempat keluar parasitoid kanan).
b. Penggunaan Bioinsektisda Metabron: Bioinsektisida Metabron dengan bahan aktif
cendawanMetarhizium anisopliae var. anisopliae dapat menyebabkan mortalitas
nimfa Sexava 90.25% (Gambar 2) dan imago 86.26%. Bioinsektisida ini lebih diutamakan

untuk mengendalikan hama Sexava yang menyerang tanaman muda berumur < 5 tahun
atau tanaman inang lain seperti pada pisang atau pandan.

Gambar 2. Nimfa Sexava terinfeksi Bioinsektisida


c. Penggunaan Lem serangga: Pemanfaatan lem serangga dipasang pada batang kelapa
memberikan harapan baru dalam pengendalian hama Sexava. Rata-rata jumlah
nimfa Sexava yang terperangkap 1.46 individu, dan jika daya rekat dapat bertahan 3 bulan
maka jumlah nimfa yang tertangkap adalah 131 individu/pohon. Cara ini dapat menekan
populasi hama di lapangan apabila dilakukan secara berkesinambungan.

Gambar 3. Lem serangga pada batang kelapa (kiri) dan nimfa Sexava yang terjerat pada lem serangga
d. Perangkap Sexava tipe Balitka MLA: perangkap ini dapat menangkap 0.9 6.6 nimfa/pohon atau rata-rata 3.04 nimfa/pohon/hari dan 0.04 imago/pohon/hari. Jika
perangkap ini diaplikasikan dalam satu areal yang luas maka diharapkan dapat menekan
populasi sampai pada batas tidak merugikan.

Gambar 4. Perangkap Sexava Tipe Balitka MLA


e. Sanitasi Kebun dan Penanaman Tanaman Sela : Sexava nubila meletakkan telur di
tanah sekitar pertanaman kelapa. Sanitasi atau pengolahan tanah, secara tidak langsung
dapat mengendalikan populasi hama ini karena dapat merusak telur-telur yang ada di
sekitar perakaran kelapa. Usaha diversifikasi dengan menanam tanaman tahunan lainnya
seperti pala, cengkeh, kopi, dan vanili ataupun tanaman setahun diantara tanaman kelapa
merupakan salah satu alternatif yang dapat diandalkan untuk mengatasi serangan
hama Sexava dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani.
f. Pengendalian Kimia : cara ini dilakukan apabila perlu. Insektisida sistemik yang
dianjurkan adalah Spontan 400 SL, Montaf 400 SL dan Manuver 400 WSC. Aplikasi dapat
dilakukan melalui infus akar untuk tanaman muda dan injeksi batang untuk tanaman
tua. Dosis yang digunakan adalah 10 ml/pohon, aplikasi 2 kali setahun dengan interval 3
bulan. Injeksi batang dengan menggunakan ketiga jenis insektisida sistemik tersebut dapat
menyebabkan mortalitas Sexava 100%.

Anda mungkin juga menyukai