Anda di halaman 1dari 13

Hematom Vulva

ASUHAN KEBIDANAN DALAM MEMPERSIAPKAN DAN KOLABORASI


UNTUK INSISI HEMATOMA VULVA DAN ABSES PAYUDARA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. HEMATOMA VULVA
1. Pengertian Hematoma
Hematoma adalah di dapatkannya gumpalan darah sebagai akibat cidera
atau robeknya pembuluh darah wanita hamil aterm tanpa cidera mutlak pada
lapisan jaringan luar. Penyebab terutama karena gerakan kepala janin selama
persalinan (spontan), akibat pertolongan persalinan, karena tusukan pembuluh
darah selama anestesi lokal atau penjahitan dan dapat juga karena penjahitan
luka episiotomi atau ruptur perinei yang kurang sempurna.
Hematoma vulva timbul segera setelah persalinan selesai. Perdarahan ke
dalam jaringan subkutan vulva dan ataupun pada dinding vagina di sebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah. Hematoma vulva jua bisa terjadi karena trauma
tekanan atau berhubungan dengan perbaikan robekan perineum atau episiotomi.
Ibu yang baru saja melahirkan mengeluh rasa sakit dan hal ini sangat mungkin
mengalami syok derajat tertentu yang tidak berhubungan dengan besarnya
hematoma. Di perlukan transfusi darah untuk mengatasi syok dan perdarahan
yang lebih berat. Hematoma tersebut akan memerlukan drainase dan penjahitan
kembali yang biasanya di lakukan dengan anestesi umum. Kecuali bila
hematoma tersebut kecil dan hany menunjukkan gejala-gejala yang ringan.
Lokasi hematoma obstetrik dapat di daerah infra lefatorial, misalnya
hematoma vulva, perineum dan dalam fosa ischiorectal atau di daerah infra
levatorial yaitu pravaginal, ligamentum latum, dan mungkin juga naik
ekstraperitoneal sampai setinggi lingkaran pelvis. Hematoma infralevatorial di
tandai dengan didapatkannya tumor yang nyeri di daerah perineum atau vulva,
berwarna biru merah. Tergantung besar dan lokasinya dapat memberikan
keluhan lokal, gangguan kemih, atau tekanan pada pencernaan. Hematoma
supralevatorial memberikan keluhan nyeri perut bawah yang semakin
bertambah pasca persalinan. Kadang-kadang tampak menonjol kedepan pada
sepertiga atas vagina, atau tumor di samping uterus yang cepat membesar. Bila
terus menerus membesar akan di dapatkan pre-syok dan apabila tidak segera di
atasi penderita jatuh dalam syok dan anemia.
Hematoma vulva paling sering berasal dari cabang-cabang arteri
pudenda, termasuk arteri labialis posterior, perinealis transversal, atau rectalis
posterior. Hematom paravaginal mungkin di sebabkan oleh cabang desenden

arteri uterina. Pada stadium awal, hematom membentuk pembengkakan bulat


yang menonjol ke dalam bagian atas saluran vagina dan mungkin hampir
menutupi lumennya. Apabila berlanjut, perdarahan dapat merembes ke arah
retroperitoneum dan membentuk suatu tumor yang teraba di atas ligamentum
puoparti, atau kearah atas dan akhirnya mencapai batas bawah diafragma.
Hematoma yang berukuran sedang dapat di serap secara spontan.
Jaringan di atas hematoma dapat berlubang akibat nekrosis yang di timbulkan
oleh tekanan, dan dapat terjadi perdarahan deras. Pada kasus yang lain, isi
hematoma mungkin keluar dalam bentuk gumpalan-gumpalan besar bekuan
darah.
Hematoma vulva di diagnosa berdasarkan nyeri peritoneum hebat dan
kemunculan mendadak benjolan yang tegang, fluktuatif, dan sensitif dengan
ukuran beragam serta perubahan warna kulit diatasnya. Apabila terbentuk di
dekat vagina, kadang-kadang massa mungkin tidak terdeteksi , tetapi gejalagejala penekanan apabila penekanan bukan nyeri, atau ketidak mampuan
berkemih seyogyanya di lakukan segera pemeriksaan vagina. Apabila meluas ke
atas di antara ligamentum latum, hematom mungkin lolos deteksi, kecuali
apabila sebagian benjolan dapat di raba dan di palpasi abdomen atau terjadi
hipovelemia.
Hematoma vulva yang kecil dan teridentifikasi setelah pasien keluar dari
kamar bersalin dapat di biarkan. Namun, apabila nyerinya parah, atau apabila
hematoma terus membesar, terapi terbaik adalah insisi segera.
Insisi dilakukan di titik distersi maksimum di sertai evakuasi darah dan
bekuan serta ligasi titik-titik perdarahan. Rongga kemudian di obliterasi dengan
jahitan matras. Setelah hematoma di keringkan sering tidak di temukan titiktitik perdarahan. Pada kasus hematoma bukan rongga hematomanya yang di
tampon selama 12-24 jam. Pada hematoma traktur genitalia, kehilangan darah
hampir selalu jauh lebih besar dari pada yang di perkirakan secara klinis.
Hematoma subperitoneum dan supra vagina lebih sulit di terapi.
Hematoma jenis ini dapat di evakuasi dengan insisi perineum, tetapi bila terjadi
hemostasis komplit, yang sulit di capai dengan insisi, di sarankan tindakan
laparotomi.
2. Hematoma Vulva
Terjadinya robekan vulva disebabkan oleh karena robeknya, pembuluh
darah terutama vena yang terikat di bawah kulit alat kelamin luar dan selaput
lendir vagina.
Hal ini dapat terjadi pada kala pengeluaran, atau setelah penjahitan luka
robekan yang senbrono atau pecahnya vasises yang terdapat di dinding vagina
dan vulva. Hematoma sering terjadi dibahwah penjahitan luka episiotomi yang
tidak sempurna atau robekan pada dinding vagina yang tidak dikenali
merupakan sebab terjadinya hematoma. Tersebut apakah ada sumber
perdarahan. Jika ada, dilakukan penghentian perdarahan. Perdarahan tersebut

dengan mengikat pembuluh darah vena atau arteri yang terputus. Kemudian
rongga tersebut di isi dengan kasa steril sampai padat dengan meninggalkan
ujung kasa tersebut di luar. Kemudian luka sayatan dijahit dengan jahitan
terputus-putus atau jahitan jelujur. Dalam beberapa hal setelah summber
perdarahan ditutup, dapat pula dipakai drain.
3. Penanganan Hematoma
a. Penanganan hematoma tergantung pada lokasi dan besar hematoma. Pada
hematoma yang kecil, tidak perlu tindakan operatif, cukup dilakukan kompres.
b. Pada hematoma yang besar lebih-lebih disertai dengan anemia dan pre-syok,
perlu segera dilakukan pengosongan hematoma tersebut. Di lakukan sayatan di
sepanjang bagian hematoma yang paling terenggang. Seluruh bekuan
dikeluarkan sampai kantong hematoma kosong. Dicari sumber perdarahan,
perdarahan dihentikan dengan mengikat atau menjahit sumber perdarahan
tersebut. Luka sayatan kemudian di jahit. Dalam perdarahan infus dapat
dipasang drain atau dimasukkan kasa steril sampai padat dan meninggalkan
ujung kasa tersebut diluar.
http://dwikartikasari9.blogspot.com/2012/10/hematom-vulva.html

Hematoma
BAB I
TINJAUAN TEORI

1.1 Definisi Hematoma

Hematoma adalah koleksi (kumpulan) dari darah diluar pembuluh darah yang
terjadi karena dinding pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak
dan darah telah bocor kedalam jaringan-jaringan dimana ia tidak pada
tempatnya. ( www.ratihrohmad.wordpres.com )

Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia, dan
tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang ekimotik.
( www.majalah-farmacia.com )

Istilah hematoma menggambarkan darah yang telah menggumpal. ( Kamus


kedokteran, 2007 )

1.2 Tipe-tipe Hematoma


Hematoma seringkali digambarkan berdasarkan lokasi mereka. Hematoma
mungkin terjadi dimana saja dalam tubuh. Tidak perduli bagaimana hematoma
digambarkan atau dimana ia berlokasi, ia tetap koleksi (kumpulan) dari darahdarah yang menggumpal diluar pembuluh darah. Hematoma yang paling
berbahaya adalah yang terjadi didalam tengkorak. Karena tengkorak adalah
kotak yang tertutup, segala yang mengambil ruang meningkatkan tekanan
didalam kotak itu dan berpotensi mengganggu kemampuan otak untuk
berfungsi. Tipe Hematoma berdasarkan lokasi yaitu :
a. Epidural hematoma terjadi karena trauma, seringkali pada pelipis (temple),
dimana arteri meningeal tengah berlokasi. Perdarahan berakumulasi dalam
ruang epidural, diluar 'dura' yang adalah lapisan dari otak. Karena cara dura

melekat pada tengkorak, hematomas kecil dapat menyebabkan tekanan yang


signifikan dan luka otak.
b. Subdural hematoma juga terjadi karena trauma namun luka biasanya pada
vena-vena dalam otak. Ini menyebabkan kebocoran darah yang lebih lambat,
yang memasuki ruang 'subdural' dibawah dura. Ruang dibawah dura memunyai
lebih banyak ruang untuk darah berakumulasi sebelum fungsi otak menderita.
Ketika orang-orang menua, mereka kehilangan beberapa jaringan otak dan ruang
subdural adalah relatif lebih besar. Perdarahan kedalam ruang subdural mungkin
adalah sangat lambat, berangsur-angsur berhenti, dan tidak menyebabkan
gejala-gejala akut. Hematoma subdural kronis ini seringkali ditemukan secara
kebetulan pada computerized tomography (CT) scans sebagai bagian dari
evaluasi pasien untuk kebingungan atau karena kajadian traumatic lain yang
terjadi.
c. Intracerebral hematoma terjadi didalam jaringan otak sendiri. Intracerebral
(intra= didalam + cerebrum=otak) hematoma mungkin disebabkan oleh
perdarahan dari tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, kebocoran atau
pecahnya aneurysm, trauma, tumor atau stroke.
d. Scalp hematoma terjadi diluar tengkorak dan seringkali dapat dirasakan
sebagai benjolan pada kepala. Karena luka adalah pada kulit dan lapisan-lapisan
otot diluar tengkorak, hematoma sendiri tidak dapat menekan pada otak.
Bagaimanapun, hematoma kulit kepala memberi sinyal bahwa telah ada luka
kepala dan adalah penting untuk memastikan bahwa perdarahan dalam telah
tidak terjadi didalam tengkorak. Ada keberagaman petunjuk-petunjuk tersedia
pada dokter untukmembantu dalam menilai apakah pasien akan memerlukan
pengujian lebih lanjut untuk menyelidiki segala perdarahan dalam otak.
e. Aural atau ear hematoma mungkin terjadi jika luka menyebabkan
perdarahan pada helix bagian luar atau struktur tulang muda telinga. Seringkali
disebut boxer's, wrestler's ear, atau cauliflower ear, darah terperangkap antara
lapisan yang tipis dari kulit dan tulang rawan sendiri. Karena tulang rawan
telinga mendapatkan pasokan darahnya secara langsung dari kulit yang terletak
diatasnya, hematoma dapat mengurangi aliran darah yang menyebabkan
bagian-bagian dari tulang rawan mengerut atau melayu dan mati. Skenario ini
berakibat pada telinga yang berbenjol dan berubah bentuk.
f.

Septal hematoma terjadi dengan trauma hidung. Septal hematoma mungkin


terbentuk berhubungan dengan hidung yang patah. Jika tidak dikenali dan
dirawat, tulang rawan dapat terurai dan menyebabkan perforasi (pelubangan)
dari septum.

g. Orthopedic injuries seringkali dihubungkan dengan pembentukan hematoma.


Tulang-tulang adalah struktur-struktur yang sangat vaskular karena sumsum
adalah dimana sel-sel darah dibuat. Patah-patah tulang selalu dihubungkan

dengan hematomas pada tempat patah tulang. Patah-patah tulang dari tulangtulang yang panjang seperti paha (femur) dan lengan bagian atas (humerus)
dapat dihubungkan dengan jumlah perdarahan yang signifikan, adakalanya
sampai satu unit darah atau 10% dari pasokan darah tubuh.
h. Pelvic bone fractures dapat juga berdarah secara signifikan karena ia
mengambil jumlah yang besar dari tenaga untuk mematahkan tulang-tulang ini
dan adalah sangat sulit untuk menekan area untuk mengurangi jumlah
perdarahan. Pelvic hematomas tersembunyi dan jumlah kehilangan darah
mungkin sulit untuk dinilai.
i.

Intramuscular hematoma dapat menjadi sangat menyakitkan yang


disebabkan oleh jumlah pembengkakan dan peradangan. Beberapa otot-otot
dikelilingi oleh pita-pita yang kuat dari jaringan-jaringan. Jika cukup perdarahan
terjadi, tekanan didalam kompartmen-kompartmen dapat meningkat ke titik
dimana 'compartment syndrome' dapat terjadi. Pada situasi ini, pasokan darah
dari otot dikompromikan dan otot dan struktur-struktur lain seperti syaraf-syaraf
dapat menjadi rusak secara permanen. Ini paling umum terlihat pada kaki bagian
bawah dan lengan bagian bawah.

j.

Subungual hematoma adalah akibat dari luka-luka ruam pada jari-jari tangan
atau jari-jari kaki. Perdarahan terjadi dibawah kuku tangan atau kuku kaki dan
karena
ia
terperangkap,
tekanan
membangun
yang
menyebabkan
nyeri. Trephination, atau pemboran lubang melalui kuku untuk mengeluarkan
gumpalan darah, membebaskan tekanan dan membebaskan luka. Kuku yang
baru tumbuh melalui waktu.

k. Memar-memar dan luka-luka memar (contusions) dari kulit (ecchymosis)


adalah istilah-istilah yang menggambarkan subcutaneous hematoma. Ini
terjadi disebabkan oleh trauma atau luka-luka pada pembuluh-pembuluh darah
superficial dibawah kulit. Individu-individu yang meminum obat-obat anticoagulant adalah lebih cenderung pada subcutaneous hematomas.
l.

Intra-abdominal hematoma dan hemorrhage mungkin disebabkan oleh


keberagaman dari luka-luka atau penyakit-penyakit. Tidak perduli bagaimana
darah sampai kedalam perut, penemuan klinis adalah peritonitis (iritasi dari
lapisan perut). Hematomas mungkin terjadi pada organ-organ yang padat seperti
hati, limpa, atau ginjal. Mereka mungkin terjadi didalam dinding-dinding dari
usus besar (bowel), termasuk usus kecil (duodenum, jejunum, ileum) atau usus
besar (colon). Hematomas munkin juga terbentuk didalam lapisan perut yang
disebut peritoneum atau dibelakang peritoneum dalam ruang retroperitoneal
(retro=belakang).

m. Mengeluarkan gumpalan-gumpalan atau hematoma adalah keluhan yang


umum ketika wanita-wanita menstruasi. Darah dapat berakumulasi dalam vagina
sebagai bagian dari mens-mens yang normal dan sebagai gantinya mengalir

keluar segera, ia mungkin membentuk gumpalan-gumpalan darah kecil.


Mengeluarkan gumpalan-gumpalan darah setelah melahirkan bayi juga adalah
relatif umum. Bagaimanapun, perdarahan vagina dan mengeluarkan gumpalangumpalan darah atau hematomas ketika hamil adalah tidak normal dan harus
menjadi tanda untuk mencari perhatian medis.

1.3 Penyebab Hematoma


Trauma adalah penyebab yang paling umum dari hematoma.
Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia, dan
tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang
ekimotik.Hematoma yang kecil diatasi dengan es, analgesik dan pemantauan
yang terus menerus. Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali secara
alami.

Perdarahan Postpartum akibat Laserasi /Robekan Jalan Lahir.


-

Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan


postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan
postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
robekan servik atau vagina.
Robekan Serviks.
Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik seorang
multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan
servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah
uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah
lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan
perlukaan jalan lahir, khususnya robekan servik uteri.

Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering
dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi
sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus
diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada
pemeriksaan speculum

Robekan Perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi
digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat,
sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul
bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito
bregmatika. Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi
perdarahan yang berlangsung lama yang menyertai kontraksi uterus yang kuat.

1.4 Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma di desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya
terlepas. Perdarahan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan tidak mampu lebih berkontraksi untuk menghentikan
perdarahan. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar,
sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina,
atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban, atau
ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila ekstravasasinya
berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu
dan terasa sangat tegang serta nyeri. Hal ini disebut uterus couvelaire. Nasib
janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila
sebagian besar atau Solusio plasenta terjadi sekitar 1 % dari semua kehamilan di
seluruh dunia. Solusio plasenta terjadi sekitar 1 % dari semua kehamilan di
seluruh dunia pelayanan kesehatan, dan sosioekonomi. Salah satu faktor
reproduksi ialah usia ibu hamil dan paritas. Pengenalan hematoma tergantung
pada derajat hematoma (besar dan lamanya) serta keahlian operator.

1.5 Gejala-Gejala Dari Hematoma


Tanda dan gejala hematoma :
Hematoma tidak selalu tampak dan bahkan bisa terletak di antara jahitan, tapi
tanda atau gejala biasanya seperti berikut :
Nyeri berat pada vagina atau vulva atau rectal
Tekanan pada vagina atau vulva atau rectal tak henti-henti
Tampak masa yang membuat deviasi vagina dan rectum
Pemeriksaan internal mungkin tidak bisa ditoleransi karena menyebabkan
nyeri yang tidak tertahan bagi ibu, yang dengan sendirinya membantu
mendiagnosis hematoma
Tanda lain meliputi : pembengkakan yang berubah warna dan terisi darah,
jaringan edema, tanda syok hipovolemik
( Vicky Chapman, 2006 )

Tanda dan gejala :


VAGINA/VULVA
Tekanan pada perineum, vagina, uretra, kandung kemih dan rectum
Nyeri berat
Tegang, bengkak yang berfluktuasi
Perubahan warna dari biru sampai biru kehitaman
Ligamen Yang meluas
Nyeri pada uterus bagian lateral, sensitive pada palpasi
Nyeri pada panggul
Terasa menonjol pada pemeriksaan rectum bagian atas

Distensi abdomen
Daerah jaringan yang teraba secara lateral berada diatas tepi panggul
( Helen Varney, 2002 )
Hematoma menyebabkan iritasi dan peradangan. Gejala-gejala tergantung pada
lokasi mereka dan apakah ukuran dari hematoma atau pembengkakan dan
peradangan
yang
berhubungan
menyebabkan
struktur-struktur
yang
berdekatannya terpengaruh. Gejala-gejala umum dari peradangan termasuk
kemerahan, nyeri, dan bengkak. Pada umumnya, superficial hematomas dari
kulit, jaringan lembut, dan otot cenderung hilang melalui waktu. Tekstur awal
yang keras dari gumpalan darah berangsur-angsur menjadi lebih seperti spon
dan lembut karena gumpalan yang terurai oleh tubuh bentuknya berubah ketika
cairan mengalir hilang dan hematoma merata. Perubahan-perubahan warna dari
memar yang ungu-biru ke kuning-kuning dan coklat-coklat ketika kimia-kimia
darah secara berangsur-angsur dikeluarkan dan hematoma menghilang.
Tergantung pada lokasinya, pelunturan-pelunturan warna mungkin berjalan
melalui bidang-bidang jaringan yang berbeda oleh gaya berat. Contohnya,
hematoma dahi mungkin menyebabkan memar dibawah mata-mata dan nampak
berjalan ke leher ketika ia menghilang melalui waktu. Intracranial, epidural,
subdural, dan intracerebral hematoma seringkali memerlukan neurosurgical
intervention untuk menstabilkan luka.

1.6 Komplikasi-Komplikasi Dari Hematoma


Hematoma menyebabkan pembengkakan dan peradangan. Adalah seringkali
dua konsekuensi-konsekuensi ini yang menyebabkan iritasi dari organ-organ
dan jaringan-jaringan yang berdekatan dan menyebabkan gejala-gejala dan
komplikasi-komplikasi dari hematoma. Satu komplikasi yang umum dari semua
hematomas adalah risiko infeksi. Sementara hematoma terbentuk dari darah
tua, ia tidak mempunyai pasokan darah sendiri dan oleh karenanya berisiko
untuk kolonisasi dengan bakteri-bakteri.
1.7 Penanganan
1.

Penanganan hematoma

Untuk ukuran kecil kurang dari 3 cm, observasi dan analgesi adalah tindakan
yang dilakukan

Untuk hematoma yang lebih besar, analgesia dan tindakan segera adalah
penting

Kebanyakan hematoma memerlukan intervensi bedah yaitu insisi drainase, dan


pengikatan pembuluh darah, diikuti dengan tampon atau penjahitan bila jaringan
tidak terlalu rapuh atau rusak. Seharusnya dilakukan dengan menggunakan
anastesia yang sesuai. Antibiotika dapat diresepkan

Tangani hipovolemi bila ada

Diagnosis segera perlu dilakukan

Pindah ke rumah sakit dengan ambulans paramedis

2.

Penanganan Hematoma vulva

Penangann hematoma tergantung pada lokasi dan besarnya hematoma. Pada


hematoma yang kecil tidak perlu tindakan operatif, cukup dilakukan kompres

pada hematoma yang besar lebih-lebih disertai dengan anemia dan presyok,
perlu segera dilakuakn pengosongan hematoma tersebut. Dilakukan sayatan
disepanjang bagian hematoma yang paling teregang. Seluruh bekuan
dikeluarkan sampai kantong hematoma kosong. Dicari sumber perdarahan,
perdarahan dihentikan dengan mengikat atau menjahit sumber perdarahan
tersebut. Luka sayatan kemudian dijahit. Dalam perdarahan difus dapat dipasang
drain atau dimasukkan kassa steril sampai padat dan meninggalkan ujung kassa
tersebut diluar (tamponade)

Robekan dinding vagina


Pada prinsipnya sama dengan robekan yang lain yaitu robekan dijahit, namun
jika terjadi kolporeksis dan fistula visikovaginal sebaiknya dilakukan dikamar
operasi

Robekan cerviks
Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. bibir depan dan bibir belakang servik
dijepit dengan klem fenster (gambar 4.3) kemudian serviks ditariksedidikit untuk menentukan
letak robekan dan ujung robekan. Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari
ujung untuk menghentikan perdarahan.

(http://igdrembang.blogspot.com/2009/05/perlukaan-jalan-lahir.html)
3.

Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi
dengan kuat, uterus harus diurut :

Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian
bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan.
Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan
uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan

dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain
selain atoni uteri.
-

Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri.
Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan.

Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai
selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna
merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen
plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra
indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi.

Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang
beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan
rendam duduk setelah 12 jam.

Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran


jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah
untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan ini belum
dilakukan diruang persalinan.

Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal,


terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan
mengurut uterus secara efektif

Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat
merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk
mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.

Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter
foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.

Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit
bila terdapat tanda kegawatan pernafasan.
http://lailatulrahmawati.blogspot.com/2012/10/hematoma.html

Anda mungkin juga menyukai