Anda di halaman 1dari 62

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Dalam kehidupan negara, pendidikan memegang peranan yang
penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena
pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan
kualitas sumber daya manusia. Sampai saat ini masyarakat Indonesia
masih menghadapi masalah efisiensi pendidikan (Sulo dan Tirtarahardja,
2005)
Kemajuan masyarakat modern ini tidak mungkin dapat dicapai
tanpa institusi pendidikan sebagai organisasi yang menyelenggarakan
pendidikan secara formal. Kegiatan pendidikan yang berlangsung
menempatkan institusi ini sebagai salah satu institusi sosial yang tetap
eksis sampai sekarang (Syaripuddin dan Nasution, 2000). Proses
pendidikan yang berlangsung mempunyai standarisasi dalam menilai
sejauh mana pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tercapai (Tilaar,
2006). Secara umum perwujudannya berupa nilai-nilai yang diperoleh
mahasiswa melauli proses belajar mengajar.
Mahasiswa dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, merupakan
salah satu substansi yang perlu diperhatikan, karena mahasiswa merupakan
penerjemah terhadap dinamika ilmu pengetahuan, dan melaksanakan tugas

dalam mendalami ilmu pengetahuan tersebut (Harahap, 2006). Mahasiswa


secara

umum

merupakan

subjek

yang

memiliki

potensi

untuk

mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam


keseluruhan bentuk aktivitas dan kreativitasnya. Sehingga diharapkan
menunjukkan kualitas daya yang dimilikinya (Baharuddin dan Makin,
1

2004).
Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan hasil
belajar yang maksimal oleh mahasiswa. Keberhasilan mahasiswa dalam
mengikuti proses belajar dinyatakan dengan prestasi belajarnya. Prestasi
belajar adalah perwujudan dari hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk
indeks prestasi (IP). Skor IP merupakan indikator prestasi belajar yang
memperlihatkan sampai sejauh mana penguasaan dan kecakapan
mahasiswa diberbagai bidang pengetahuan (Tilaar, 2006).
Menurut

Baharuddin

dan

Wahyuni

(2007)

faktor

yang

mempengaruhi belajar yaitu: faktor eksternal, faktor internal. Faktor


eksternal yaitu lingkungan sosial (lingkungan sekolah, sosial masyarakat,
sosial keluarga) dan lingkungan non social (lingkungan alamiah,
instrumental, materi pelajaran). Faktor internal meliputi faktor fisiologis
(keadaan tonus jasmani, keadaan fungsi jasmani) dan faktor psikologis
(kecerdasan, motivasi, minat, sikap, bakat).
Dalam kegiatan belajar motivasi sebagai prasyarat yang amat
penting dalam belajar. Salah satu prinsip utama dalam kegiatan
pembelajaran adalah mahasiswa mengambil bagian atau peranan dalam

proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan, untuk mahasiswa itu


harus mempunyai motivasi belajar sehingga dapat memperoleh prestasi
belajar yang tinggi. Berdasarkan sifatnya motivasi dibedakan menjadi dua,
yaitu : motivasi instrinsik dan ekstrinsik (Yamin, 2011). Motivasi intrinsik
adalah motif-motif (daya penggerak) yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena di dalam diri setiap individu sudah
terdapat dorongan utnuk melakukan sesuatau. Motivasi ekstrinsik adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi muncul karena adanya kebutuhan (Hamalik,2004). Dalam
kaitannya dengan kegiatan belajar, maka motivasi belajar berarti
keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang dapat
menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dengan motivasi belajar,
maka mahasiswa dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan dalam
proses pembelajaran/pendidikan yang di ikuti.
Dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang
yang tidak mempunyai motivasi belajar, tidak akan mungkin melakukan
aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan
dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang
menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama
selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya (Djamarah,
2008).

Motivasi erat sekali dengan hubungannya dengan tujuan yang akan


dicapai. Di dalam mencapai tujuan itu, disadari atau tidak perlu berbuat,
sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai
daya penggerak/pendorong (Slameto, 2010).
Dari Institusi pendidikan DIII kebidanan yang penulis survey, nilai
mata kuliah Anatomi masih belum maksimal karena terdapat beberapa
mahasiswa yang tidak lulus pada mata kuliah ini. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa tahun terakhir, Pada tahun 2008 sebanyak 80 mahasiswa DIII
Kebidanan STIKes Istara Nusantara, 8,7% diantaranya tidak lulus. Pada
tahun 2009 sebanyak 23 mahasiswa, 13,0% diantaranya tidak lulus. Pada
tahun 2010 sebanyak 36 mahasiswa, 30,5% diantaranya tidak lulus.
Berdasarkan uraian diatas dimana secara umum dari beberapa
tahun terakhir dapat dilihat masih ditemukan mahasiswa yang tidak lulus
pada nilai mata kuliah Anatomi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Hubungan Antara Motivasi Belajar
Dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Anatomi DIII Kebidanan di STIKes
Istara Nusantara Jakarta 2011.

1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, masih ditemukan
mahasiswa yang tidak lulus pada mata kuliah Anatomi, hal ini dapat di
lihat dari beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2008 sebanyak 80
mahasiswi DIII Kebidanan STIKes Istara Nusantara, 8,7% diantaranya

tidak lulus. Pada tahun 2009 sebanyak 23 mahasiswi, 13,0% diantaranya


tidak lulus. Pada tahun 2010 sebanyak 36 mahasiswa, 30,5% diantaranya
tidak lulus. Terdapat kenaikan jumlah mahasiswa yang tidak lulus dari
tahum 2008-2010, namun belum diketahui hubungan motivasi belajar
dengan prestasi belajar mata kuliah anatomi.

1.3.

Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
motivasi belajar dengan prestasi belajar mata kuliah Anatomi DIII
Kebidanan di STIKes Istara Nusantara Jakarta Tahun 2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran prestasi belajar mata kuliah Anatomi
DIII Kebidanan di STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011.
b. Mengetahui gambaran kebutuhan berprestasi terhadap prestasi
belajar mata kuliah Anatomi DIII Kebidanan di STIKes Istara
Nusantara Jakarta 2011.
c. Mengetahui gambaran cita-cita terhadap prestasi belajar mata
kuliah Anatomi DIII kebidanan di STIKes Istara Nusantara
Jakarta 2011.
d. Mengetahui gambaran hadiah terhadap prestasi belajar mata
kuliah Anatomi DIII Kebidanan di STIKes Istara Nusantara
Jakarta 2011.
e. Mengetahui gambaran pujian terhadap prestasi belajar mata
kuliah Anatomi DIII Kebidanan di STIKes Istara Nusantara
Jakarta 2011

f. Mengetahui hubungan kebutuhan berprestasi terhadap prestasi


belajar mata kuliah Anatomi DIII Kebidanan di STIKes Istara
Nusantara Jakarta 2011.
g. Mengetahui hubungan cita-cita terhadap prestasi belajar mata
kuliah Anatomi DIII Kebidanan di STIKes Istara Nusantara
Jakarta 2011.
h. Mengetahui hubungan hadiah terhadap prestasi belajar mata
kuliah Anatomi DIII Kebidanan di STIKes Istara Nusantara
Jakarta 2011
i. Mengetahui hubungan pujian terhadap prestasi belajar mata
kuliah Anatomi DIII Kebidanan di STIKes Istara Nusantara
Jakarta 2011.

1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan tentang pentingnya motivasi belajar
siswa
1.4.2. Bagi tempat penelitian

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan motivasi belajar


mahasiswa di STIKes Istara Nusantara Jakarta, sehingga hasil
pembelajaran lebih maksimal.
1.4.3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan pustaka atau sumber informasi untuk peneliti
selanjutnya.
1.5.

Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

motivasi belajar dengan prestasi belajar mata kuliah Anatomi di DIII


Kebidanan STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011. Dengan variabel
independen kebutuhan berprestasi, cita-cita,hadiah, dan pujian sedangkan
variabel dependennya adalah prestasi belajar mata kuliah anatomi.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa tingkat II dan III DIII Kebidanan
di STIKes Istara Nusantara Jakarta pada bulan Oktober dengan
menggunakan desain cross sectional dan alat ukur kuesioner.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Konsep Dasar Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang bermakna bergerak,


istilah ini bermakna mendorong mengarahkan tingkah laku manusia
(Iskandar, 2009).
Motivasi berasal dari kata motiv yang memiliki makna daya
penggerak yang akan menjadi aktif jika disertai dengan kebutuhan yang
akan dipenuhi (Dermawan & Setiawati, 2008)
Menurut Mc. Donald dalam Dermawan & Setiawati (2008),
motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang berupa
tindakan dalam pencapaian tujuan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
individu mampu melakukan tindakan dalam mencapai tujuan.
Menurut Heckhansen dalam Djiwandono (2006), motivasi yaitu
sesuatu yang potensial dalam diri manusia, yang merupakan keadaan
normal tetapi sangat menentukan.
Menurut Suryabrata dalam Djaali (2007), motivasi adalah keadaan
yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas tertentu guna pencapaian suatau tujuan. Sementara itu, Gates dan
kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah suatau kondisi
fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mengatur tindakannya dengan cara tertentu. Menurut Greenberg motivasi
adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku
arah suatu tujuan. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat

dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas


tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).
Menurut Fremount E. Kast dan James E. Roseinzweig dalam
Djaali (2007), motivasi adalah dorongan yang atang dari dalam diri
seseorang untuk melakukan tindakan tertentu. Menurut Buchari Zainun,
motivasi adalah bagian fundamental dari kegiatan manajemen, sehingga
8

dapat di tujukan untuk pengerahan potensi dan daya manusia dengan jalan
menimbulkan dan menumbuhkan keinginan yang tinggi, kebersamaan
dalam menjalakan tugas.
Menurut Mc Clelland dalam Djaali (2007) motivasi berprestasi
merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa
standar kepandaian atau standar keahlian. Sementara menurut Hechausen,
motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa
yang selalu berusaha atau berjuang meningkatkan atau memelihara
kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan
menggunakan standar keunggulan.

2.1.1. Fungsi Motivasi


Menurut Dermawan & Setiawati 2008, motivasi memiliki beberapa
fungsi antara lain :
1. Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat
Fungsi motivasi dipandang sebagai pendorong seseorang untuk berbuat
sesuatu. Dengan motivasi individu dituntut untuk melepaskan energi
dalam kegiatannya.

10

2. Motivasi sebagai penentu arah perbuatan


Motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan
yang benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapainya.
3. Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan
Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk
memprioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan.
4. Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi
Prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan
kegiatan.
2.1.2 Jenis Motivasi
Menurut Dermawan dan Setiawati (2008), jenis-jenis motivasi yaitu :
1. Motivasi Bawaan
Motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai makhluk hidup,
motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan. Motivasi ini akan terus berkembang
sebagai konsekuensi logis manusia.
2. Motivasi Yang Dipelajari
Motivasi jenis ini aka nada dan berkembang karena adanya
keingintahuan seseorang dalam proses pembelajarannya.
3. Motivasi Kognitif
Motivasi kognitif bermakna bahwa motivasi akan muncul karena
adanya

desakan

proses

pikir,

sehingga

motivasi

ini

sangat

individualistik.
4. Motivasi Ekspresi Diri
Motivasi individu dalam melakukan aktivitas/kegiatan bukan hanya
untuk memuaskan kebutuhannya saja tetapi pada kaitannya dengan
bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri denga kegiatan
tersebut.
5. Motivasi Aktualisasi Diri
JK.Rowling dengan Harry Potternya telah berhasil membuktikan bahwa
dengan menulis dirinya bisa memberikan banyak makna untuk pembaca
dsn pemerhati film. Tulisannya menjadi sumber inspirasi banyak orang

11

bahwa motivasi menulis bukan semata memuaskan hobi saja melainkan


bisa dijadikan sebagai bentuk aktualisasi diri.

2.2 . Motivasi Belajar


Menurut Winkels 1987 dalam Iskandar (2009), motivasi belajar
merupakan motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar,
menjamin kelangsungan belajar dalam mencapai satu tujuan.
Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu
untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan serta pengalaman (Iskandar, 2009).
Motivasi

dan

pembelajaran

adalah

dua

hal

yang

saling

mempengaruhi. Pembelajaran adalah kegiatan yang mengubah tingkah


laku melalui latihan dan pengalaman sehingga menjadi lebih baik sebagai
hasil dari penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan. Motivasi
merupakan salah satu detreminan penting dalam proses pembelajaran,
seseorang siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka tidak akan
mungkin aktivitas belajar terlaksana dengan baik.
Menurut Iskandar (2009), motivasi belajar dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu :
1. Motivasi Internal (Intrinsik Motivasion)

12

Motivasi internal adalah daya dorong dari dalam diri seseorang


untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Jika kita
bawa ke dalam kegiatan pembelajaran motivasi internal merupakan daya
dorong seseorang individu (siswa) untuk terus belajar berdasarkan suatu
kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak yang berhubungan dengan
aktivitas belajar. Intinya motivasi internal timbul dari dalam diri seseorang
individu siswa (peserta didik) dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan. Jenis motivasi ini timbul dari dalam individu sendiri
tanpa ada paksaan dari orang lain tetapi atas dasar kemauan sendiri. Siswa
yang memiliki motivasi belajra intrinsik biasanya memiliki kesadaran
sendiri memperhatikan penjelasan guru dengan baik, rasa ingin tahunya
lebih banyak terhadap materi yang diberikan, berbagai gangguan yang ada
disekitarnya tidak dapat mempengaruhi perhatiannya. Selain itu motivasi
belajar intrinsik ini juga timbul karena adanya hasrat dan keinginan
berhasil,dorongan kebutuhan akan belajar dan harapan akan cita-cita.
Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih
efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung
pada motivasi ekstrinsik (Iskandar, 2009).
Yang termasuk dalam motivasi intrinsik :
a. Adanya kebutuhan berprestasi
Motivasi muncul karena seseorang membutuhkan sesuatu dari apa
yang dipelajarinya. Motivasi berhubungan dengan kebutuhan seseorang
yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar.
Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan

13

keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan


(Djamarah,2008)
Menurut Abraham Maslow dalam Slameto (2010) bahwa tingkah
laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan
tertentu. Kebutuhan-kebutuhan ini yang memotivasi tingkah laku
seseorang, yang di bagi oleh Maslow kedalam 7 kategori :
1.

Fisiologis
Contoh: Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan
kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas,
dan lain sebagainya.

2.

Rasa aman
Contoh : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa
sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.

3.

Rasa cinta
Merupakan kebutuhan afeksi dan pertalian dengan orang lain.

4.

Penghargaan
Merupakan kebutuhan rasa berguna, penting, dihargai, dikagumi,
dihormati oleh orang lain.

14

5.

Aktualisasi Diri
Merupakan

kebutuhan

manusia

untuk

mengembangkan

diri

sepenuhnya, merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya.


6.

Mengetahui dan mengerti


Merupakan kebutuhan manusia untuk memuaskan rasa ingin tahunya,
untuk mendapatkan pengetahuan, untuk mendapatkan keteranganketerangan, dan untuk mengerti sesuatu.

7.

Kebutuhan estetik
Merupakan

kebutuhan

akan

keteraturan,

keseimbangan,

dan

kelengkapan dari suatu tindakan.


Menurut Tri Anni dalam Syah (2011), salah satu teori yang paling
penting

dalam

psikologi

adalah

kebutuhan

berprestasi,

yakni

kecenderungan untuk mencapai keberhasilan untuk mencapai tujuan,


dan melakukan kegiatan yang mengarah pada kesuksesan. Teori
motivasi berprestasi menurut Mc.Clelland, seseorang mempunyai
motivasi untuk bekerja atau melakukan sesuatu

karena adanya

kebutuhan untuk berprestasi. Ciri dari kebutuhan berprestasi adalah

15

kebutuhan dapat dipelajari. Jika seseorang peserta didik yang pada


awalnya memiliki prestasi rendah, kemudian mendapat pelatihan dan
pengalaman

meningkatkan

prestasinya

maka

ia

akan

lebih

mempersiapkan dirinya dan belajar lebih serius.


b. Perasaan menyenangi materi (minat)
Seseorang yang yang menyenangi atau berminat yang tinggi
ternadap suatu aktivitas akan lebih memperhatikan aktivitas itu secara
konsisten dengan rasa senang. Rasa ketertarikan pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
diri. Semakin kuat atau dekatr hubungan tersebut, semakin besar rasa
ketertarikan terhadap aktivitas tersebut. Siswa yang berminat terhadap
sesuatu cenderung untuk member perhatian yang lebih besar terhadap
sesuatu yang diminati itu dan sama sekali tidak menghiraukan yang lain.
c. cita-cita
Cita-cita adalah harapan atau keinginan seseorang akan suatu
keberhasilan atau prestasi tertentu. Munculnya cita-cita seseorang disertai
dengan perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa dan nilai-nilai
kehidupan yang juga menimbulkan adanya perkembangan kepribadian.
Cita-cita mengerahkan dan mengarahkan aktivitas siswa untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu. Dengan adanya cita-cita tertentu, siswa akan
mencoba melakukan suatu usaha kearah itu.
Cita-cita seseorang ditentukan oleh banyak hal, antara lain oleh
keberhasilan yang dialami pada masa lalu. Umumnya penelitian-penelitian

16

menunjukkan bahwa keberhasilan dan kegagalan mempengaruhi diri


seseorang secara berlainan. Bila keberhasilan dialami secara teratur, maka
kegagalan akan memacu seseorang untuk berusaha lebih giat. Sebaliknya
bila kegagalan dialami berungkali, maka kegagalan yang baru akan
mengurangi motivasi orang yang bersangkutan. Salah satu dari akibat
kegagalan yang berulangkali adalah terenggutnya cita-cita seseorang.
Menurut Hoppe 1930 dalam Slameto (2010), tingkatan cita-cita seseorang
akan bertambah setelah keberhasilan berturut-turut dalam tugas-tugas
sejenis dan akan menurun setelah kegagalan berturut-turut dalam tugastugas sejenis.
2. Faktor Ekstrinsik (Ekstrinsik Motivation)
Motivasi eksternal merupakan daya dorongan dari luar diri seorang
siswa (peserta didik), berhubungan dengan kegiatan belajrnya sendiri.
Adapun motivasi ekstrinsik berupa adanya pujian, hadiah, lingkungan
belajar yang menyenangkan dan kegiatan belajar yang menarik (Iskandar,
2009) .
a. Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk
memuji keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan sekolah.
Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau
bertentangan dengan hasil kerja anak didik.
Seseorang yang dipuji atas hasil pekerjaannya yang telah mereka
selesaikan dapat membesarkan hati orang tersebut. Dia akan lebih

17

bergairah mengerjakannya, demikian juga dengan anak didik, akan lebih


bergairah belajar jika hasil pekerjaannya dipuji dan diperhatikan.
b. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai
penghargaan atau kenang-kenangan/cenderamata. Hadiah yang diberikan
kepada orang lain bisa berupa apa saja, atau bisa disesuaikan dengan
prestasi yang dicapai oleh seseorang. Dalam kegiatan belajar mengajar,
guru dapat memberikan hadiah berupa apa saja kepada anak didik yang
berprestasi dalam menyelesaikan tugas, benar menjawab ulangan formatif
yang di berikan, dapat meningkatkan disiplin belajar dan sebagainya.
Hadiah berupa benda seperti buku tulis, pensil, pena, penggaris,
buku bacaan dan sebagainya dapat di manfaatkan untuk kepentingan
belajar anak didik. Demikian juga halnya dengan hadiah berupa makanan
seperti permen, roti, dan sejenisnya dapat dugunakan untuk mendapatkan
umpan balik dari anak didik di dalam kegiatan belajar mengajar.
Pemberian hadiah tersebut tidak di lakukan ketika anak didik sedang
belajar, tetapi setelah anak didik menunaikan tugasnya dengan baik.
Misalnya anak didik dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat
waktu, maka di berikan beberapa butir permen. Pemberian hadiah secara
tiba-tiba (spontanitas) kepada anak didik yang menunjukan prestasi
kerjanya yang gemilang di akhir kegiatan pengajaran akan memberikan
rasa bangga karena hasil kerjanya di hargai dalam bentuk materi. Hal itu
juga menjadi dorongan bagi anak didik lainnya untuk selalu bersaing
dalam belajar (Djamaraah, 2008)

18

c. Lingkungan belajar yang menyenangkan


Kondisi lingkungan merupakan unsur yang dating dari luar diri
siswa yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan
fisik sekolah, sarana dan prasarana perlu ditata dan dikelola agar dapat
menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman untuk belajar.
Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan yang di dalamnya
dihiasi dengan tanaman/pepohonan yang dipelihara dengan baik. Sejumlah
kursi dan meja belajar yang tertata dengan baik dan rapi. Ruang kelas
sebagai sebagai salah satu sumber belajar dapat dilakukan berbagai
aktivitas pendidikan dan pengajaran dengan berbagai pendekatan
mengajar, misalnya lewat kegiatan berkelompok mahasiswa memperoleh
berbagai hal yang sulit didapatkan pada saat belajar sendiri. Dengan beban
pembelajaran yang sangat padat dan tingkat penggunaan kelas yang
relative permanen, menyebabkan ruang kelas menjadi sering tidak nyaman
dan tidak kondusif untuk efektifnya proses pembelajaran. Karena itu perlu
desain ruangan kelas dengan baik.
Menurut Winkel dalam Iskandar (2009) model-model motivasi eksternal
dalam kegiatan pembelajaran yaitu :
a. Belajar demi memenuhi kewajiban
b. Belajar menghindari hukuman
c. Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan
d. Belajar demi meningkatkan gengsi
e. Belajar demi memperoleh pujian dari orang-orang penting, seperti
orang tua, guru atau dosen
f. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi
persyaratan kenaikan pangkat.
2.3.Prestasi Belajar
2.3.1. Pengertian Prestasi Belajar

19

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan


yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan
dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru (Tulus,2004)
Menurut Ahmadi prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan
mahasiswa dalam mempelajari materi pelajaran dikampus yang dinyatakan
dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah
pelajaran (http://belajarpsikologi.com).
Prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah
dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu
tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetauan
dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam
angka atau pernyataan.
Menurut Poerwadarminta dalam Tanaya (1999) mendefinisikan
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau
dikerjakan oleh seseorang sebagai hasil belajar.
http://alytpuspitasari.wordpress.com/2010/06/07/prestasi belajar.
Menurut Ahmadi pengertian prestasi belajar, secara teori bila
sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada
kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat
secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara
ekstrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi). Disamping
itu siswa memerlukan/ dan harus menerima umpan balik secara langsung
derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test)
Menurut Prakosa, Prestasi belajar banyak diartikan sebagai
seberapa jauh hasil yang telah dicapai siswa dalam penguasaan tugas-tugas
atau materi pelajaran yang diterima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi

20

belajar pada umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat
dibandingkan dengan satu kriteria.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes. Menurut Muhari (2002)
mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu
mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing pada
hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun
secara terencana untuk mengungkap informasi maksimal subyek dalam
menguasai materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal
tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes
sumatif.
2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut

Baharuddin

dan

Wahyuni

(2007)

faktor

yang

mempengaruhi prestasi belajar yaitu: faktor eksternal, faktor internal.


Faktor eksternal yaitu lingkungan sosial (lingkungan sekolah, sosial
masyarakat, sosial keluarga) dan lingkungan non sosial ( lingkungan
alamiah, instrumental, materi pelajaran). Faktor internal meliputi faktor
fisiologis (keadaan tonus jasmani, keadaan fungsi jasmani) dan faktor
psikologis ( kecerdasan, motivasi, minat, sikap, bakat).

21

Menurut

Djamarah

(2008)

faktor

yang

mempengaruhi

prestasi/hasil belajar ada 4 yaitu :


1. Faktor lingkungan
a. Lingkungan alamiah
Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik,
hidup dan berusaha di dalamnya. Suasana lingkungan menyangkut
banyak hal, antara lain: cuaca (suhu udara, mendung, hujan,
kelembapan), waktu (pagi, siang, sore, malam), kondisi tempat
(kebersihan, letak sekolah, ketenangan), penerangan (berlampu, sinar
matahari, gelap, remang-remang).
b. Lingkungan sosial
Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa melepaskan diri
dari ikatan social. Sistem sosial yang terbentuk mengikat perilaku
anak didik untuk tunduk pada norma-norma social, susila, dan
hukum yang berlaku dalam masyarakat.
2. Faktor instrumental
a. Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsure
substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar
mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus
guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas, belum guru
programkan sebelumnya.
b. Program
Setiap sekolah

mempunyai

program

pendidikan.

Program

pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan.


Keberhasilan

pendidikan

di

sekolah

tergantung

dari

baik

tidaknyaprogram pendidikan yang dirancang. Program pendidikan

22

disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga,


finansial dan sarana prasarana.
c. Sarana dan fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Salah satu
persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah pemilikan gedung
sekolah yang di dalamnya ada ruangan kelas, ruangan dewan guru,
dan lain-lain.
d. Guru
Guru/pendidik merupakan unsure manusiawi dalam pendidikan.
Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalamnya. Kalau hanya ada
anak didik, tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan
belajar mengajar di sekolah
3. Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar seseorang.

4. Kondisi Psikologis
a. Minat
Menurut Slameto dalam Djamaraah (2010), minat adalah suatu
rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatau hal aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh.
b. Kecerdasan
Menurut Anwar dalam Djamaraah (2008), anak-anak yang IQ nya
antara 135-145 menunjukkan sikap periang, ramah dan umumnya
sering jadi pemimpin teman-teman sebaya. Sedangkan anak-anak
dengan IQ 175 banyak yang mengalami kesulitan dalam bergaul
5. Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan
hasil belajar seseorang.
6. Motivasi

23

Menurut Nasution dalam Djamaraah (2008), motivasi adalah kondisi


psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
7. Kemampuan kognitif
Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk
sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yaitu persepsi,
mengingat dan berpikir.

2.4.

Mata Kuliah Anatomi


Anatomi (berasal dari bahasa Yunani anatomia, yang berarti
memotong) adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur
dan organisasi dari makhluk hidup. Beberapa cabang ilmu anatomi adalah
anatomi perbandingan, histologi, dan anatomi manusia.
Mata kuliah anatomi adalah mata ajar yang lebih banyak mencakup
substansi

tentang fakta (faktual). Dengan kata lain dalam pelajaran

Anatomi lebih banyak diperlukan kemampuan menghafal untuk dapat


memahami substansi ilmunya. Hal tersebut mensyaratkan untuk diberi
waktu lebih lama agar dapat mengulang-ulang bahan yang akan dihafal
(Sawitono, 2008)
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk
memahami hubungan sistem tubuh manusia yang berkaitan dengan proses
reproduksi wanita yang sangat erat kaitannya dengan kebidanan. Topik
yang diberikan meliputi ilmu anatomi dasar, system muskulosketal,

24

kardiovaskuler,

pernafasan,

persyarafan,

pencernaan,

perkemihan,

reproduksi, panca indera, system endokrin dan hubungan antara sistem


dalam tubuh (Sawitono, 2008). Mata kuliah Anatomi diberikan selama
satu semester yaitu pada semester I dengan bobot 2 sks (T:1, P:1)

2.5. Kerangka Teori

Faktor dari luar

Faktor dari dalam

1. Lingkungan
a. Alam
b. Sosial budaya
2. Instrumental
a. Kurikulum
b. Program
c. Sarana & fasilitas
d. Guru

1. Fisiologis
a. Kondisi fisiologis
b. Kondisi pancaindra
2. Psikologis
a. Minat
b. Kecerdasan
c. Bakat
d. Motivasi
e. Kemampuan
kognitif

Prestasi belajar

Sumber : Djamarah 2008

25

BAB III
AREA PENELITIAN

3.1.

Visi
Menjadikan program studi unggulan yang menghasilkan tenaga
kesehatan yang berkualitas, terampil, beretika,dan tanggap terhadap
perubahan kesejagatan serta dapat peran aktif dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia

3.2.

Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi kesehatan dengan kemampuan
strenght,

kompetisi,tangguh,dinamis,tanggap

terhadap

perubahan

iptek,tanggap terhadap perubahan kebutuhan pelayanan kesehatan di


masyarakat dan kesejagatan.
2. Melaksanakan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM ) dalam
rangka peningkatan kualitas pembelajaran.

26

3. Melaksanakan pengabdian kesehatan masyarakat dan penelitian


kesehatan dalam rangka penerapan ilmu kesehatan di masyarakat secara
global.
4. Menyelanggarakan hubungan kerjasama dan komunikasi dengan
lembaga atau institusi yang berhubungan dengan kesehatan.

27
Profil D3 Kebidanan STIKes Istara Nusantara Tahun 2011
No
1

Nama Institusi
Alamat

Prodi D3 Kebidanan STIKES Istara Nusantara


Jl. Inspeksi Saluran Blok 4C Kalimalang Jakarta
Timur 13420

Nama Pimpinan :

Telp / Fax (021)850-6158


Dian Mahanani N.D.,SST.

Ketua Prodi D3 Kebidanan


Status Akreditasi Depkes

B ( SK Kapusdiknakes Depkes RI Nomer

4
5
6

Izin Pendirian Institusi


Izin Perpanjangan Terakhir
Jumlah Mahasiswa saat ini

HK.00.03.2.2.0474)
SK Mendiknakes No. 20/D/O/2004
SK Dirjen Dikti No. 7458/D/T/K-III/2011
Tingkat 1 : 34

( Tahun 2011 2012 )

Tingkat 2 : 36
Tingkat 3 : 22

Jumlah Dosen tetap

Lahan praktek

Jumlah : 92 orang
D IV Bidan Pendidik : 4
D III Kebidanan + S1/S2 Kesehatan : 2
1. RS. Bhayangkara Tk. I R.S. Soekanto
2. RS. TNI AL DR Mintohardjo
3. RS. TNI- AU dr. Esnawan Antariksa
4. Puskesmas wilayah Jakarta selatan
5. Puskesmas wilayah Jakarta Timur
6. Puskesmas wilayah Jakarta silatan
7. Bidan Praktek Swasta wilayah Jakarta

27

Selatan
8. Bidan Praktek swasta wilayah Jakarta
Timur
9. Bidan Praktek swasta wilayah Jakarta
Pusat
3.3.

Gambaran Pelaksanaan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Istara Nusantara Jakarta didirikan
pada tanggal 2 agustus 2001, dengan akte pendirian No. 92/D/0/2001 atas
keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republlik Indonesia. Program
studi dan jurusan yang dikembangkan oleh STIKes Istara Nusantara salah
satunya merupakan program studi Diploma III Kebidanan dengan muatan
lokal yang lebih spesifik dan diarahkan kepada program berkelanjutan.
Dalam hal ini program sertifikasi sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan
masyarakat.
Akademi Kebidanan Istara Nusantara Jakarta menyelenggarakan
program Diploma Kebidanan Kelas reguler dan kelas khusus. Kelas
reguler dari SMU dan sudah meluluskan VII angkatan dan saat ini tingkat
I semester I dengan jumlah mahasiswi 34 orang, tingkat II yaitu semester
III dengan jumlah mahasiswi 37 orang, dan tingkat III yaitu semester V
dengan jumlah mahasiswi 22 orang.

3.4.

Sistem Satuan Kredit Semester (SKS)


Pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dengan Sistem Satuan
Kredit Semester (SKS), yaitu system penyelenggaraan pendidikan

28

menyatakan beban studi mahasiswa, beban kerja dosen, pengalaman


mengajar dan penyelenggaraan program.
Semester adalah satuan waktu kegiatan yang terdiri atas 16-18
minggu kuliah atau kegiatan terjadwal lainnya, berikut kegiatan
iringannya, termasuk 1 s/d minggu kegiatan kuliah.
Satuan Kredit Semester (SKS) adalah takaran penghargaan
terhadap pengalaman belajar yang diperoleh selama satu semester melalui
kegiatan terjadwal perminggu selama satu semester, 1 (Satu) SKS terdiri
dari 50 menit perkuliahan tatap muka, 60 menit tugas terstruktur dan 60
menit kegiatan praktikum.

3.5.

Kurikulum Jurusan Kebidanan


Struktur kurikulum yang berlaku di STIKes Istara Nusantara
disebut kurikulum operasional yang terdidri dari kurikulum inti dan
kurikulum Intersional STIKes Istata Nusantara, khususnya Program
Diploma III Kebidanan. Struktur kurikulum ini pada keputusan Mendiknas
No. 207/D/0/2004.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Perangkat Kurikulum Satu Program Studi


Mata kuliah pengembangan kependidikan ( MPK )
Mata kuliah keilmuan dan keterampilan ( MKK )
Mata kuliah berkarya ( MKB )
Mata kuliah prilaku berkarya ( MPB )
Mata kuliah bermasyarakat ( MBB )
Jumlah SKS yang ditempuh mahasiswa

29

Jenjang Diploma Tiga (DIII) Kebidanan 110-1220 SKS. Kompposisi


SKS setiap kelomppok mata kuliah dijuruskan/program studi disusun
dalam Kurikulum Operasional (KO) yang disyahkan oleh Ketua
STIKes dan Ketua Program Studi
h. Penjabaran kurikulum
1. Menggunakan kurikulum Nasional sesuai yang ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan Nasional
2. Mata kuliah unggulan sesuai dengan era globalisasi dan kebutuhan
pasar Nasional dan Internasional
3. Kurikulum kuliah dijabarkan kedalam bentuk deskripsi singkat, jelas
dan padat
4. Deskripsi mata kuliah dijabarkan kedalam garis-garis Besar Program
Penjabaran (GBPP)
5. GBPP dijabarkan lagi kedalam Satuan Acara Perkuliahan (SAP)
6. Ruang materi kuliah (RMP) Hand out
3.6.

Evaluasi Kemajuan Belajar Mahasiswa


1. Pedoman Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi dan proses perkuliahan diatur sebagai berikut :
a. Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk ujian lisan, tertulis dan
praktikum, dengan memperhatikan ranah kognitif, afektif dan
psikomotor dan kompetensi dari setiap program studi
b. Jenis jenis evaluasi terdiri dari ;
Tugas tugas
Ujian Tengah Semester ( UTS )
Ujian Akhir Semester ( UAS )
Ujian Praktikum
c. Mahasiswa yang mengikkuti kegiatan evaluasi UTS dan UAS adalah
mahasiswa yang mengikuti minimal 75 % dari jumlah tatap muka.
d. Nilai akhir semester terdiri dari komponen tugas 25 % ( tugas
terstruktur dan praktikum ).

30

e. Komponen nilai KTI dan PPL/KPL dilakukan dalam aturan


tersendiri
2. Mekanisme pelaksanaan evaluasi
Adapun mekanisme pelaksanaan evaluasi diatur sebagai berikut
a. Ujian Tengah Semester ( UTS ) dilaksanakan setelah tatap muka
mencapai 50 % dari jumlah tatap muka terjadwal.
b. Nilai UTS diserahkan ke secretariat program studi selambatlambatnya satu minggu setelah pelaksanaan ujian.
c. Ujian Akhir Semester (UAS) dilaksanakan sesuai dengan kalender
akademik mahasiswa. Yang berhak mengikuti UAS adalah
mahasiswa yang memenuhi minimal 75% dari jumlah tatap muka
yang terjadwal
d. Nilai UAS diserahkan ke secretariat program studi selambatlambatnya satu minggu setelah pelaksanaan ujian
e. Tugas struktur dapat diberikan sejak awal perkuliahan sampai
dengan akhir perkuliahan pada semester itu
f. Dosen harus mempunyai dokumen yang diberikan
3. Tugas Terstruktur
Yang dimaksud dengan tugas terstruktur adalah yang terdiri dari :
a. Pembuatan paper
b. Praktikum di laboratorium kelas
c. Praktek klinik di Bidan Praktek Swasta, Rumah Bersalin, Rumah
Sakit ( Bersalin ), Puskesmas dan masyarakat.
d. Laporan observasi dan praktek kerja lapangan ( KKN )
e. Tugas tugas terstruktur lainnya, termasuk kegiatan akademik
mandiri.
Segala bentuk tugas wajib dikoreksi, diberi penilaian dan di
kembalikan kepada mahasiswa sebagai umpan bali. Nilai tugas

31

merupakan salah satu komponen penilaian akhir yang diberi bobot


25%
4. Pemberian Nilai, Bobot dan Predikat
Pemberian nilai, bobot dan predikat atau hasil setiap mata kuliah studi
mahasiswa berdasarkan pada presenatse 100 %, Presentase tersebt
diterjemahkan menjadi nilai huruf, bobot dan predikat dengan
rentangan sebagai berikut :
NILAI
AKHIR
80-100
69-79
56-68
45-55
0-44

3.7.

NILAI

BOBOT

PREDIKAT

A
B
C
D
E

4
3
2
1
0

Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang

Hasil Belajar
1. Predikat Prestasi Kumulatif ( IPK ) diajarkan sebagai dasar penentuan
predikat hasil belajar. Ketentuan predikat untuk jenjang Diploma III itu
ditentukan sebagai berikut
IPK
0,00-1,99
2,00-2,75
2,76-3,50
3,51-4,00
2. Beban Studi

PREDIKAT
Tidak Lulus
Memuaskan
Sangat memuaskan
Dengan Pujian

32

Beban studi mahasiswa yang boleh diambil oleh mahasiswa harus


disesuaikan dengan Indeks Prestasi (IP) yang dicapainya dalam
semester terakhir ( IP semester ).
Selanjutnya ketentuan itu dapat dalam matriks berikut
INDEKS PRESTASI
3,00-4,00
2,50-2,99
2,00-2,49
1,50-1,99
0-1,49

BEBAN STUDI MAHASISWA


24 SKS
21 SKS
18 SKS
15 SKS
12 SKS

3. Kelulusan Diploma III Kebidanan


a. Mahasiswa dinyatakan lulus apabila :
1. Sudah menyelesaikan semua mata kuliah yang terdapat pada
kurikulum program studi, dengan IPK minimal 2,76
2. Sudah mengikuti program kegiatan wajib yang ditentukan oleh
program studi diluar kurikulum operasional
b. Seminar tugas akhir (karya tulis ilmiah) merupakan ujian penutup
c. Melengkapi semua persyaratan administrasi yang telah ditentukan
3.8.

Adminitrasi Laporan Hasil Proses Belajar Mengajar


Laporan hasil proses belajar mengajar sangat diperlukan oleh
pimpinan sebagai bahan evaluasi apakah kinerja seluruh pelaksanaan di
STIKes sudah optimal atau belum. Secara garis besar hal-hal yang perlu
diperoleh oleh pimpinan STIKes adalah sebagai berikut :
1. Kemahasiswaan
Laporan ihwal kemahasiswaan meliputi :
a. Jumlah mahasiswa baru yang mendaftar
b. Daftar mahasiswa baru yang diterima dan yang tidak diterima
c. Jumlah mahasiswa yang melaksanakan registrasi/ her registrasi

33

d. Jumlah mahasiswa yang mengambil cuti akademik/registrasi


e. Jumlah mahaiswa yang terlambat melakukan registrasi kurun waktu
yang telah ditentukan
f. Jumlah lulusan
g. Daftar jumlah lulusan
2. Akademik
Laporan ikhwal akademik meliputi
a. Jumlah mata kuliah yang ditawarkan setiap semester
b. Jumlah tiap-tipa mata uliah
c. Jumlah staf mengajar yang terlibat setiap semesternya ( termasuk
dosen luar )
d. Jumlah beban mengajar dosen tiap semeter
e. Jumlah kehadiran dosen dalam mengajar
f. Distribusi prestasi belajar mahasiswa
1. Jumlah nilai peserta yang mendapat nilai A
2. Jumlah nilai peserta yang mendapat nilai B
3. Jumlah nilai peserta yang mendapat nilai C
4. Jumlah nilai peserta yang mendapat nilai D
5. Jumlah nilai peserta yang mendapat nilai E
g. Jumlah mahasiswa yang menempuh KTI tiap semester
h. Jumlah mahasiswa yang mengikuti KKN menurut jenis kegiatan
i. Tingkat kelulusan setiap semester
j. Data pustaka
3. Umum
Laporan bidang umum meliputi :
a. Daftar sarana dan prasarana
b. Daftar alat alat penunjang proses pembelajaran
c. Daftar alat alat laboratorium
4. Perpustakaan
Laporan ihwal perpustakaan meliputi :
a. Daftar buku wajib
b. Daftar buku anjuran
c. Daftar buku bacaan umum
d. Daftar majalah ilmiah / koran
e. Daftar jumlah karya ilmiah
f. Daftar laporan hasil penilitian
g. Daftar KTI, skripsi, tesis, dan disertasi
5. Lembaga Penelitian Dan Pengabdian pada Masyarakat
Laporan ihwal penelitian dan pengabdian pada masyarakat meliputi :
a. Daftar hasi penelitian
b. Daftar diskusi , kajian , seminar, dan sejenisnya
c. Daftar pengabdian masyarakat

34

Data data tersebut perlu di olah secara cermat, tepat waktu dan
sasaran sehingga menjadi informasi yang berguna untuk seluruh
pelaksanaan di Stikes.
6. Periodesasi Laporan Dan Sistematika Laporan
Laporan perkembangan proses belajar mengajar di persiapkan oleh
sebagian minimal setiap semester sekali dilaksanakan setelah kegiatan
pembagian KHS selesai. Adapun sistematika laporan dapat disusun
sebagai berikut :
a. Pengantar
b. Pendahuluan
c. Isi
d. Kesimpulan
e. Penutup
7. Sasaran Laporan
Sasaran laporan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Ketua Stikes
b. Para Pukat
c. Tata usaha
d. Arsip

35

BAB IV
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
4.1.

Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada dasarnya gabungan atau menghubungkan
beberapa teori sehingga membentuk sebuah pola pikir atau kerangka
pikir penelitian yang akan dilakukan, lazimnya berbentuk skema
(Suyanto, 2008).
Dalam penelitian ini tidak semua variabel yang ada pada kerangka
teori diambil sebagai variabel penelitian, hal ini karena keterbatasan
waktu, biaya dan pengetahuan maka peneliti hanya mengamati motivasi
sebagai variabel independen dan prestasi belajar mata kuliah Anatomi
sebagai variabel dependen. Adapun kerangka konsepnya adalah sebagai
berikut :
Variabel Independen

Variabel Dependen

Kebutuhan berprestasi
Cita-cita
Hadiah
Pujian

Prestasi Belajar Mata


Kuliah Anatomi

Sumber : Iskandar (2009)

4.2.Definisi Operasional
N

Definisi
Variabel

o
1

40

Kebutuhan

Operasional
Kebutuhan

Alat ukur

Cara ukur

Hasil
ukur

Skala
Ukur

Kuesioner

Hasil

1.Kurang

Ordinal

36

berprestasi

berprestasi adalah

kuesioner

(bila < 19)

kecenderungan

2. Baik (bila

untuk

mencapai

19)

keberhasilan untuk

(Data

mencapai

SPSS)

dan

tujuan,

melakukan

kegiatan

yang

mengarah

pada

kesuksesan (Syah,
2

Cita-cita

2004)
Cita-cita

adalah Kuesioner

harapan dalam hati


yang

ingin

Hasil

1.Kurang

kuesioner

(bila < 21)

di

2. Baik (bila

wujudkan,baik

21) (Data

harapan-harapan

SPSS)

tersebut

Ordinal

bersifat

sementara maupun
tidak
3

Hadiah

(Jalaluddin,2006)
Hadiah
adalah Kuesioner
memberikan
sesuatu

Kuesioner

1.Tidak
sering (bila

kepada

< 22)

orang lain sebagai

2.Sering

penghargaan

(bila 22)

atau

Ordinal

37

kenang-kenangan
4

Pujian

(Djamaraah, 2008)
Pujian
adalah kuesioner

Hasil

SPSS)
1.Tidak

reinforcement yang

kuesioner

Sering (bila

positif

(Data

dan

< 23)

sekaligus

2.Sering

merupakan

(bila 23)

motivasi yang baik

(Data

Prestasi

(Djamaraah, 2008)
Nilai yang dihitung Format

mata

diakhir

kuliah

untuk mata kuliah

2,75)

anatomi

Anatomi

2.Lulus

semester nilai

yang

Standar
nilai

SPSS)
1.Tidak
lulus (bila <

dinyatakan dengan

(bila 2,75)

angka.

(STIKes
Istara,2011)

4.3. Hipotesis
a. Ada hubungan antara kebutuhan berprestasi dengan prestasi belajar
terhadap mata kuliah anatomi DIII kebidanan di STIKes Istara
Nusantara Jakarta 2011.
b. Ada hubungan antara cita-cita dengan prestasi belajar terhadap mata
kuliah anatomi DIII kebidanan di STIKes Istara Nusantara Jakarta
2011.

Ordinal

Ordinal

38

c. Ada hubungan antara hadiah dengan prestasi belajar terhadap mata


kuliah anatomi DIII kebidanan di STIKes Istara Nusantara Jakarta
2011.
d. Ada hubungan antara pujian dengan prestasi belajar terhadap mata
kuliah anatomi DIII kebidanan di STIKes Istara Nusantara Jakarta
2011.

BAB V
METODE PENELITIAN

5.1.

Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat
Survei dengan pendekatan Cross sectional yaitu variabel independen dan
dependen diamati secara bersamaan.

39

5.2.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Program studi DIII Kebidanan di
STIKes Istara Nusantara Jakarta pada bulan Oktober 2011.

5.3.Populasi dan Sampel


Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian , maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi .
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa DIII Kebidanan
tingkat II dan III di STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011 berjumlah 59
orang.

44

Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan


obyek penelitian dan dianggap mewakili populasi. Sampel dari penelitian
ini adalah dengan menggunakan total populasi sebanyak 59 orang.

5.4.Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunkan adalah kuesioner yang
dibagikan pada mahasiswa DIII Kebidanan di STIKes Istara 2011.
Kuesioner menggunakan skala likert, dengan skala pengukuran Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

40

5.5.

Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitiannya. Pada penelitian ini cara
pengumpulan data yaitu data primer, dilakukan saat penelitian dengan
membagikan kuesioner kepada reponden.

5.6.

Pengolahan Data
Tehnik pengolahan data adalah merupakan salah satu bagian
rangkaian kegiatan penelitian setelah kegiatan pengumpulan data
Menurut Hastono, (2007) agar analisis penelitian menghasilkan
informasi yang benar, paling tidak ada 4 tahapan yang harus dilalui dalam
pengolahan data yaitu :
1. Editing (Pengolahan data) : Merupakan kegiatan untuk melakukan
pengecekan isian formulir (checklist) atau kuesioner.
2. Coding (Pengkodean) : Merupakan kegiatan merubah data berbentuk
huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.\
3. Entry data / Proccessing (Pemasukan data) : Setelah semua pengisian
kuesioner penuh dan benar, dan juga sudah melewati pengkodingan,
maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat
dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data
dari checklist/kuesioner ke paket program komputer.
4. Cleaning data (Pembersihan data) : Merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

5.7.

Analisa Data

41

5.7.1. Analisa Data Univariat


Analisa

univariat

adalah

analisa

yang

digunakan

untuk

menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik masing masing variabel yang


diteliti.
Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa univariat
yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel,
yaitu variabel dependen (prestasi belajar mata kuliah Anatomi) dengan
variabel independen kebutuhan berprestasi, cita-cita, hadiah, dan pujian.
Dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Notoatdmojdo,
2005) :
P= F

x 100%

N
Keterangan :
P = Persentasi
F = Jumlah jawaban yang benar
N= jumlah total pertanyaan

5.7.2. Analisa Data Bivariat


Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel. Analisa ini bertujuan untuk melihat adanya
hubungan antara dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Pada penelitian ini digunakan uji statistik Chi square dengan

42

menggunakan program SPSS (Statistical Program for Social Science) dan

tingkat kemaknaannya (

= 0,05). Jika P.value

0,05, maka Ho ditolak,

atau ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mata
kuliah Anatomi. Apabila P.value > 0,05, maka Ho diterima, berarti tidak
ada hubungan yang antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mata
kuliah Anatomi. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

X = (O-E)
E
Keterangan :
X = nilai Chi Square
O = nilai observasi
E = nilai harapan

43

BAB VI
HASIL PENELITIAN

6.1.

Analisa Univariat

6.1.1. Prestasi Belajar Anatomi


Tabel 6.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Prestasi Belajar Mata Kuliah Anatomi DIII
Kebidanan di STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011
No
1
2

Prestasi Belajar Mata Kuliah Anatomi


Tidak Lulus
Lulus
Total

Frekuensi
14
45
59

Persentase (%)
23,7
76,3
100

Berdasarkan tebel diatas menunjukkan bahwa dari 59 mahasiswa DIII


Kebidanan Stikes Istara Nusantara Jakarta, yang memperoleh prestasi belajar

44

anatomi yang tidak lulus sebanyak 14 orang (23,7%), sedangkan 45 orang


(76,3%) memperoleh prestasi belajar Anatomi lulus.

6.1.2. Kebutuhan Berpretasi

48

Tabel 6.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebutuhan Berprestasi DIII Kebidanan
di STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011
No
1
2

Kebutuhan Berprestasi
Kurang
Baik
Total

Frekuensi
19
40
59

Persentase (%)
32,2
67,8
100

Berdasarkan tebel diatas menunjukkan bahwa dari 59 mahasiswa DIII


Kebidanan Stikes Istara Nusantara Jakarta, yang memiliki kebutuhan berprestasi
kurang sebanyak 19 orang (32,2%), sedangkan 40 orang (67,8%) yang memiliki
kebutuhan berprestasi baik.
6.1.3. Cita-cita
Tabel 6.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Cita-Cita DIII Kebidanan
di STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011
No
1
2

Cita-Cita
Kurang
Baik
Total

Frekuensi
13
46
59

Persentase (%)
22,0
78,0
100

Berdasarkan tebel diatas menunjukkan bahwa dari 59 mahasiswa DIII


Kebidanan Stikes Istara Nusantara Jakarta, yang memiliki cita-cita kurang

45

sebanyak 13 orang (22,0%), sedangkan 46 orang (78,0%) yang memiliki citacita yang baik.
6.1.4. Hadiah
Tabel 6.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hadiah DIII Kebidanan
di STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011
No
1
2

Hadiah
Tidak sering
Sering
Total

Frekuensi
15
44
59

Persentase (%)
25,4
74,6
100

Berdasarkan tebel diatas menunjukkan bahwa dari 59 mahasiswa DIII


Kebidanan Stikes Istara Nusantara Jakarta, yang tidak sering mendapat hadiah
sebanyak 15 orang (25,4%), sedangkan 44 orang (74,6%) yang sering mendapat
hadiah.

6.1.5. Pujian
Tabel 6.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pujian DIII Kebidanan
di STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011
No
1
2

Pujian
Tidak Sering
Sering
Total

Frekuensi
18
41
59

Persentase (%)
30,5
69,5
100

Berdasarkan tebel diatas menunjukkan bahwa dari 59 mahasiswa DIII


Kebidanan Stikes Istara Nusantara Jakarta, yang tidak sering mendapat pujian
sebanyak 18 orang (30,5%), sedangkan 41 orang (69,5%) yang sering mendapat
pujian.

46

6.2. Analisi Bivariat


6.2.1. Kebutuhan Berprestasi dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Anatomi
Tabel 6.6
Hubungan Antara Kebutuhan Berprestasi dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah
Anatomi DIII Kebidanan di STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011
Kebutuhan
Berprestas
i
Kurang
Baik
Total

Tidak Lulus
N
%

11
3
14

57,9
7,5
23,7

Prestasi Belajar
Lulus
N
%

8
37
45

42,1
92,5
76,3

Total
N

19
40
59

100
100
100

P
Value

OR

0,00

16,9

Berdasarkan tabel 6.6 dari 59 responden, 45 orang (76,3%) memiliki


prestasi mata kuliah Anatomi lulus dan 14 orang (23,7%) memiliki prestasi belajar
mata kuliah Anatomi tidak lulus. Dari 45 orang (76,3%) yang memiliki prestasi
mata kuliah Anatomi lulus 37 orang (92,5%) memiliki kebutuhan berprestasi
yang baik sementara 8 orang (42,1%) memiliki kebutuhan berprestasi yang

47

kurang. Sedangkan 14 orang (23,7%) yang memiliki prestasi belajar Anatomi


yang tidak lulus, 3 orang (7,5%) memiliki kebutuhan berprestasi yang baik dan 11
orang (57,9%) memiliki kebutuhan berprestasi kurang.
Analisis Chi Square diperoleh P Value = 0.00. Karena P Value < 0,05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima dengan kata lain, ada hubungan antara kebutuhan
berprestasi dengan prestasi mata kuliah anatomi DIII Kebidanan di STIKes Istara
Nusantara Jakarta 2011.
Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR= 16,9, artinya mahasiswa yang
mempunyai kebutuhan berprestasi baik terhadap mata kuliah anatomi memiliki
peluang berprestasi baik 16,9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa
yang memiliki kebutuhan berprestasi kurang pada mata kuliah anatomi.

6.2.2. Cita-Cita dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Anatomi


Tabel 6.7
Hubungan Antara Cita-Cita dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Anatomi DIII
Kebidanan di STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011

Cita-Cita
Kurang
Baik
Total

Tidak Lulus
N
%
8
61,5
6
13,0
14
23,7

Prestasi Belajar
Lulus
N
%
5
38,5
40
87,0
45
76,3

Total
N
13
46
59

%
100
100
100

P
Value

OR

0,01

10,6

Berdasarkan tabel 6.7 dari 59 responden, 45 orang (76,3%) memiliki


prestasi mata kuliah Anatomi lulus dan 14 orang (23,7%) memiliki prestasi belajar
mata kuliah Anaotmi tidak lulus. Dari 45 orang (76,3%) yang memiliki prestasi
mata kuliah Anatomi lulus 40 orang (76,3%) memiliki cita-cita yang baik

48

sementara 5 orang (38,5%) memiliki cita-cita yang kurang. Sedangkan 14 orang


(23,7%) yang memiliki prestasi belajar Anatomi yang tidak lulus, 6 orang (13,0%)
memiliki cita-cita yang baik dan 8 orang (61,5%) memiliki cita-cita kurang.
Analisis Chi Square diperoleh P Value = 0.01. Karena P Value < 0,05,
maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan kata lain, ada hubungan antara cita-cita
dengan prestasi mata kuliah anatomi di DIII Kebidanan STIKes Istara Nusantara
Jakarta 2011.
Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR= 10,6 artinya mahasiswa yang
mempunyai cita-cita baik terhadap mata kuliah anatomi memiliki peluang
berprestasi baik 10,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang
memiliki cita-cita kurang pada mata kuliah anatomi.

6.2.3. Hadiah dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Anatomi


Tabel 6.8
Hubungan Antara Hadiah dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Anatomi DIII
Kebidanan di STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011

Hadiah
Tidak sering
Sering
Total

Tidak Lulus
N
%
8
53,3
6
13,6
14
23,7

Prestasi Belajar
Lulus
N
%
7
46,7
38
86,4
45
76,3

Total
N
15
44
59

%
100
100
100

P
Value

OR

0,04

7,2

Berdasarkan tabel 6.7 dari 59 responden, 45 orang (76,3%) memiliki


prestasi mata kuliah Anatomi lulus dan 14 orang (23,7%) memiliki prestasi belajar
mata kuliah Anaotmi tidak lulus. Dari 45 orang (76,3%) yang memiliki prestasi
mata kuliah Anatomi lulus 38 orang (86,4%) yang sering mendapat hadiah

49

sementara 8 orang (53,3%) tidak sering mendapat hadiah. Sedangkan 14 orang


(23,7%) yang memiliki prestasi belajar Anatomi yang tidak lulus, 6 orang (13,6%)
yang sering mendapat hadiah dan 8 orang (53,3%) tidak sering mendapat hadiah.
Analisis Chi Square diperoleh P Value = 0.04. Karena P Value < 0,05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima dengan kata lain, ada hubungan antara hadiah dengan
prestasi mata kuliah anatomi DIII Kebidanan di STIKes Istara Nusantara Jakarta
2011.
Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR= 7,2 artinya mahasiswa yang
sering mendapat hadiah pada mata kuliah anatomi memiliki peluang berprestasi
baik 7,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak sering
mendapat hadiah pada mata kuliah anatomi.

6.2.4. Pujian dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Anatomi


Tabel 6.9
Hubungan Antara Pujian dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Anatomi DIII
Kebidanan di STIKes Istara Nusantara Jakarta Tahun 2011
Prestasi Belajar
Pujian

P
Value

OR

50

Tidak Sering
Sering
Total

Tidak Lulus
N
%
11
61,1
3
7,3
14
23,7

N
7
38
45

Lulus
%
38,9
92,7
76,3

Total
N
18
41
59

%
100
100
100

0,00

19,9

Berdasarkan tabel 6.7 dari 59 responden, 45 orang (76,3%) memiliki


prestasi mata kuliah Anatomi lulus dan 14 orang (23,7%) memiliki prestasi belajar
mata kuliah Anaotmi tidak lulus. Dari 45 orang (76,3%) yang memiliki prestasi
mata kuliah Anatomi lulus, 38 orang (92,7%) sering mendapat pujian sementara 7
orang (38,9%) tidak sering mendapat pujian. Sedangkan 14 orang (23,7%) yang
memiliki prestasi belajar Anatomi yang tidak lulus, 3 orang (7,3%) sering
mendapat pujian dan 11 orang (61,1%) tidak sering mendapat pujian.
Analisis Chi Square diperoleh P Value = 0.00. Karena P Value < 0,05,
maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan kata lain, ada hubungan antara pujian
dengan prestasi mata kuliah anatomi DIII Kebidanan di STIKes Istara Nusantara
Jakarta 2011.
Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR= 19,9 artinya mahasiswa yang
sering mendapat pujian pada mata kuliah anatomi memiliki peluang berprestasi
baik 19,9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak sering
mendapat pujian pada mata kuliah anatomi.

51

BAB VII
PEMBAHASAN
7.2.

Analisa Univariat

7.2.1. Prestasi Belajar


Dalam penelitian ini, penulis membagi prestasi belajar mata kuliah
Anatomi kedalam dua kategori yaitu prestasi belajar tidak lulus dan prestasi
belajar lulus. Prestasi belajar tidak lulus jika < 2,75 dan prestasi lulus jika 2,75.

52

Dari hasil penelitian terhadap 59 orang mahasiswa yang memperoleh prestasi


lulus sebanyak 45 orang (76,3%), sedangkan sebanyak 14 orang (23,7%) yang
memperoleh prestasi tidak lulus
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes, menurut Daryanto (2009)
mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu
mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya
menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap
informasi maksimal subyek dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Dalam
kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes
formatif, tes sumatif.

57

7.2.2. Kebutuhan Berprestasi


Dalam penelitian ini, penulis membagi kebutuhan berprestasi kedalam dua
kategori yaitu kebutuhan berprestasi kurang dan kebutuhan berprestasi baik.
Kebutuhan kurang jika skor < 19 dan kebutuhan baik jika skor 19.
Dari hasil penelitian terhadap 59 orang mahasiswa yang memiliki
kebutuhan berprestasi kurang sebanyak 40 orang (67,8%), sedangkan sebanyak
19 orang (32,2%) yang memiliki kebutuhan berprestasi baik.
7.2.3. Cita-Cita

53

Dalam penelitian ini, penulis membagi cita-cita kedalam dua kategori


yaitu cita-cita kurang dan cita-cita baik. Cita-cita kurang jika skor < 21 dan
cita-cita baik jika skor 21.
Dari hasil penelitian terhadap 59 orang mahasiswa yang memiliki cita-cita
kurang sebanyak 13 orang (22,0%), sedangkan sebanyak 46 orang (78,0%) yang
memiliki cita-cita baik
7.2.4. Hadiah
Dalam penelitian ini, penulis membagi hadiah kedalam dua kategori yaitu
tidak sering mendapat hadiah dan sering mendapat hadiah. Tidak sering jika skor
< 22 dan sering jika skor 22.
Dari hasil penelitian terhadap 59 orang mahasiswa yang tidak sering
mendapat hadiah sebanyak 15 orang (25,4%), sedangkan sebanyak 44 orang
(74,6%) yang sering mendapat hadiah.
7.2.5. Pujian
Dalam penelitian ini, penulis membagi pujian kedalam dua kategori yaitu
tidak sering mendapat pujian dan sering mendapat pujian. Tidak sering jika skor <
23 dan sering jika skor 23.
Dari hasil penelitian terhadap 59 orang mahasiswa yang tidak sering
mendapat pujian sebanyak 18 orang (30,5%), sedangkan yang sering mendapat
pujian sebanyak 41 orang (69,5%).

54

7.3.
7.3.1.

Analisis Bivariat
Hubungan Kebutuhan Berprestasi dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah
Anatomi
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 59 responden, 45 orang (76,3%)

memiliki prestasi mata kuliah Anatomi lulus dan yang memiliki kebutuhan
berprestasi baik 37 orang (92,5%) sedangkan yang memiliki kebutuhan
berprestasi yang kurang sebanyak 8 orang (42,1%). Adapun mahasiswa yang
prestasi belajar mata kuliah anatomi tidak lulus sebanyak 14 orang (23,7%) dan 3
orang (7,5%) memiliki kebutuhan berprestasi yang baik sedangkan 11 orang
(57,9%) memiliki kebutuhan berprestasi kurang.
Analisis Chi Square diperoleh P Value = 0.00. Karena P Value < 0,05, maka
kesimpulannya Ho ditolak dan Ha diterima dengan kata lain, ada hubungan antara
kebutuhan dengan prestasi mata kuliah anatomi di DIII Kebidanan STIKes Istara
Nusantara Jakarta 2011. Dari hasil penelitian diperoleh OR = 16,9, artinya
mahasiswa yang mempunyai kebutuhan baik terhadap mata kuliah anatomi,
memiliki peluang untuk mendapatkan prestasi yang tinggi 16,9 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki kebutuhan kurang terhadap mata
kuliah anatomi.
Sesuai

dengan

teori,

bahwa

motivasi

muncul

karena

seseorang

membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi berhubungan dengan


kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas

55

belajar. Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan


keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.
Menurut Tri Anni dalam Syah (2011), salah satu teori yang paling penting
dalam psikologi adalah kebutuhan berprestasi, yakni kecenderungan untuk
mencapai keberhasilan untuk mencapai tujuan, dan melakukan kegiatan yang
mengarah pada kesuksesan.
Teori motivasi berprestasi menurut Mc.Clelland, seseorang mempunyai
motivasi untuk bekerja atau melakukan sesuatu karena adanya kebutuhan untuk
berprestasi. Ciri dari kebutuhan berprestasi adalah kebutuhan dapat dipelajari. Jika
seseorang peserta didik yang pada awalnya memiliki prestasi rendah, kemudian
mendapat pelatihan dan pengalaman meningkatkan prestasinya maka ia akan lebih
mempersiapkan dirinya dan belajar lebih serius.
Dengan demikian kebutuhan berprestasi sangat berhubungan dengan prestasi
belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana mahasiswa yang memiliki
kebutuhan berprestasi baik cenderung memiliki prestasi yang baik pula. Jadi semakin
tinggi tingkat kebutuhan berprestasi mahasiswa terhadap suatu mata kuliah, maka akan
semakin tinggi pula prestasi belajarnya pada mata kuliah tersebut.

7.3.2.

Hubungan Cita-Cita dengan Prestasi Belajar


Berdasarkan hasil penelitian terhadap 59 responden, 45 orang (76,3%)

memiliki prestasi mata kuliah Anatomi lulus dan yang memiliki cita-cita baik 40
orang (87,0%) sedangkan yang memiliki cita-cita yang kurang sebanyak 5 orang

56

(38,5%). Adapun mahasiswa yang prestasi belajar mata kuliah anatomi tidak
lulus sebanyak 14 orang (23,7%) dan 6 orang (13,0%) memiliki cita-cita yang
baik sedangkan 8 orang (61,5%) memiliki cita-cita kurang.
Analisis Chi Square diperoleh P Value = 0.01. Karena P Value < 0,05 maka
kesimpulannya Ho ditolak dan Ha diterima dengan kata lain, ada hubungan antara
cita-cita dengan prestasi mata kuliah anatomi di DIII Kebidanan STIKes Istara
Nusantara Jakarta 2011. Dari hasil penelitian diperoleh OR = 10,6, artinya
mahasiswa yang mempunyai cita-cita baik terhadap mata kuliah anatomi,
memiliki peluang untuk mendapatkan prestasi yang baik 10,6 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki cita-citanya kurang terhadap
mata kuliah anatomi.
Sesuai dengan teori, bahwa cita-cita adalah harapan atau keinginan
seseorang akan suatu keberhasilan atau prestasi tertentu. Cita-cita mengerahkan
dan mengarahkan aktivitas siswa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan
adanya cita-cita tertentu, siswa akan mencoba melakukan suatu usaha kearah itu.
Menurut Hoppe 1930 dalam Slameto (2010), tingkatan cita-cita seseorang akan
bertambah setelah keberhasilan berturut-turut dalam tugas-tugas sejenis dan akan
menurun setelah kegagalan berturut-turut dalam tugas-tugas sejenis.
Dengan demikian cita-cita merupakan salah satu faktor yang
berhubungan terhadap prestasi belajar. Semakin baik cita-cita seorang mahasiswa
terhadap mata kuliah tertentu, maka semakin baik pula prestasi belajar yang
diperoleh. Cita-cita mengerahkan dan mengarahkan aktivitas siswa untuk

57

mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan adanya cita-cita tertentu, siswa akan


mencoba melakukan suatu usaha kearah itu.

7.3.3.

Hubungan Hadiah dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Anatomi


Berdasarkan hasil penelitian terhadap 59 responden, 45 orang (76,3%)

memiliki prestasi mata kuliah Anatomi lulus dan yang sering mendapat hadiah
sebanyak 38 orang (86,4%) sedangkan yang tidak sering mendapat hadiah
sebanyak 7 orang (46,7%). Adapun mahasiswa yang prestasi belajar mata kuliah
anatomi tidak lulus sebanyak 14 orang (23,7%) dan 6 orang (13,6%) sering
mendapat hadiah sedangkan 8 orang (53,3%) tidak sering mendapat hadiah.
Analisis Chi Square diperoleh P Value = 0.04. Karena P Value < 0,05,
maka kesimpulannya Ho ditolak dan Ha diterima dengan kata lain, ada hubungan
antara hadiah dengan prestasi mata kuliah anatomi di DIII Kebidanan STIKes
Istara Nusantara Jakarta 2011. Dari hasil penelitian diperoleh OR = 7,2 artinya
mahasiswa yang sering mendapat hadiah pada mata kuliah anatomi, memiliki
peluang untuk mendapatkan prestasi yang baik 7,2 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan mahasiswa yang tidak sering mendapat hadiah kurang terhadap mata
kuliah anatomi.
Sesuai dengan teori, bahwa pemberian hadiah kepada anak didik yang
menunjukan prestasi kerjanya yang gemilang di akhir kegiatan pengajaran akan
memberikan rasa bangga karena hasil kerjanya di hargai dalam bentuk materi. Hal
itu juga menjadi dorongan bagi anak didik lainnya untuk selalu bersaing dalam
belajar (Djamaraah, 2010).

58

Dengan demikian hadiah merupakan salah satu faktor pendukung terhadap


prestasi belajar. Semakin sering seorang mahasiswa mendapat hadiah, maka
semakin baik pula prestasi belajar yang diperoleh, karena dengan pemberian
hadiah seseorang merasa bangga akan hasil pekerjaannya.

7.3.4.

Hubungan Pujian dengan Prestasi Belajar mata Kuliah Anatomi


Berdasarkan hasil penelitian terhadap 59 responden, 45 orang (76,3%)

memiliki prestasi mata kuliah Anatomi lulus dan yang sering mendapat pujian 38
orang (92,7%) sedangkan yang tidak sering mendapat pujian sebanyak 7 orang
(38,9%). Adapun mahasiswa yang prestasi belajar mata kuliah anatomi tidak
lulus sebanyak 14 orang (23,7%) dan 3 orang (7,3%) sering mendapat pujian
sedangkan 11 orang (61,1%) tidak sering mendapat pujian.
Analisis Chi Square diperoleh P Value = 0.00. Karena P Value < 0,05,
maka kesimpulannya Ho diterima dan Ha ditolak dengan kata lain, tidak ada
hubungan antara pujian dengan prestasi mata kuliah anatomi di DIII Kebidanan
STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR=
19,9 artinya mahasiswa yang sering mendapat pujian pada mata kuliah anatomi
memiliki peluang berprestasi baik 19,9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
mahasiswa yang tidak sering mendapat pujian pada mata kuliah anatomi.
Sesuai dengan teori dimana bahwa pujian adalah bentuk reinforcement
yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Guru bisa
memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan anak didik dalam mengerjakan

59

pekerjaan sekolah. Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja , bukan dibuat-buat
atau bertentangan dengan hasil kerja anak didik.
Dengan

demikian

pujian

merupakan

salah

satu

faktor

yang

mempengaruhui prestasi belajar. Seseorang yang dipuji atas hasil pekerjaannya


yang telah mereka selesaikan dapat membesarkan hati orang tersebut. Dia akan
lebih bergairah mengerjakannya, demikian juga dengan anak didik, akan lebih
bergairah belajar jika hasil pekerjaannya dipuji dan diperhatikan.

BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN

8.1.

Kesimpulan

60

Dari hasil peneletian Hubungan Motivasi Belajar Dengan Prestasi


Beajar Mata Kuliah Anatomi di DII Kebidanan STIKes Istara Nusantara
Jakarta 2011, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari 59 mahasiswa DIII Kebidanan Stikes Istara Nusantara Jakarta,
yang memperoleh prestasi belajar anatomi yang tidak lulus sebanyak 14
orang (23,7%), sedangkan yang lulus sebanyak 45 orang (76,3%) .
2. Dari 59 orang mahasiswa yang memiliki kebutuhan berprestasi kurang
sebanyak 19 orang (32,2%), sedangkan sebanyak 40 orang (67,8%)
yang memiliki kebutuhan baik.
3. Dari 59 orang mahasiswa yang memiliki cita-cita kurang sebanyak 13
orang (22,0%), sedangkan sebanyak 46 orang (78,0%) yang memiliki
cita-cita baik
4. Dari 59 orang mahasiswa yang tidak sering mendapat hadiah sebanyak
15 orang (25,4%), sedangkan sebanyak 44 orang (74,6%) yang sering
mendapat hadiah.
5. Dari 59 orang mahasiswa yang tidak sering mendapat pujian sebanyak
18 orang (30,5%), sedangkan sebanyak 41 orang (69,5%) yang sering
mendapat pujian.
6. Ada hubungan antara kebutuhan berprestasi dengan prestasi belajar
terhadap mata kuliah anatomi di DII Kebidanan STIKes Istara
67

Nusantara Jakarta 2011


7. Ada hubungan antara cita-cita dengan prestasi belajar terhadap mata
kuliah anatomi di DII Kebidanan STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011.
8. Ada hubungan antara hadiah dengan prestasi belajar terhadap mata
kuliah anatomi di DII Kebidanan STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011.
9. Ada hubungan antara pujian dengan prestasi belajar terhadap mata
kuliah anatomi di DII Kebidanan STIKes Istara Nusantara Jakarta 2011

61

8.2.

Saran
1. Bagi Peneliti
Melakukan penelitian lebih lanjut dengan meneliti faktor-faktor lain
yang mempengaruhi prestasi belajar.
2. Bagi tempat penelitian
Membuat metode belajar yang lebih bervariasi sehingga mahasiswa
lebih tertarik untuk mengikuti mata kuliah anatomi dan membangkitkan
motivasi belajar siswa baik secara intrinsik maupun ekstrinsik.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Memperbanyak bahan pustaka dan sumber informasi tentang faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar untuk mahasiswa yang akan
melakukan penelitian selanjutnya.

62

Anda mungkin juga menyukai