Nervus Facialis
Nervus Facialis
Inti ini
akan mendapat informasi dari girus parasentralis dari korteks motorik yang mengurus
persarafan dahi ipsilateral dan kontralateral. Traktus kortikalis serebrum juga mensarafi
belahan kontralateral bagian wajah lainnya. Nukleus motorik hanya mengurus saraf fasialis
ipsilateral.3
Saraf fasialis mempunyai 2 subdivisi , yaitu:6,7
1. Saraf fasialis propius: yaitu saraf fasialis yang murni untuk mempersarafi otot-otot
ekspresi wajah, otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian posterior dan stapedius di
telinga tengah.
2. Saraf intermediet (pars intermedius wisberg), yaitu subdivisi saraf yang lebih tipis yang
membawa saraf aferen otonom, eferen otonom, aferen somatis.
-
Aferen otonom: mengantar impuls dari alat pengecap di dua pertiga depan lidah.
Sensasi pengecapan dari 2/3 bagian depan lidah dihantar melalui saraf lingual ke
korda timpani dan kemudian ke ganglion genikulatum dan kemudian ke nukleus
traktus solitarius.
Terletak di kaudal nukleus. Satu kelompok akson dari nukleus ini, berpisah dari saraf
fasilalis pada tingkat ganglion genikulatum dan diperjalanannya akan bercabang dua
yaitu ke glandula lakrimalis dan glandula mukosa nasal. Kelompok akson lain
akan berjalan terus ke kaudal dan menyertai korda timpani serta saraf lingualis ke
ganglion submandibularis. Dari sana, impuls berjalan ke glandula sublingualis dan
submandibularis, dimana impuls merangsang salivasi.
-
Aferen somatik: rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba) dari sebagian
daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh saraf trigeminus. Daerah overlapping
(disarafi oleh lebih dari satu saraf atau tumpang tindih) ini terdapat di lidah, palatum,
meatus akustikus eksterna, dan bagian luar membran timpani.
Inti motorik saraf VII terletak di pons. Serabutnya mengitari saraf VI, dan keluar di
bagian lateral pons. Saraf intermedius keluar di permukaan lateral pons di antara saraf VII
dan saraf VIII. Ketiga saraf ini bersama-sama memasuki meatus akustikus internus. (lihat
gambar 2) Di dalam meatus ini, saraf fasialis dan intermediet berpisah dari saraf VIII dan
terus ke lateral dalam kanalis fasialis, kemudian ke atas ke tingkat ganglion genikulatum.
Pada ujung akhir kanalis , saraf fasialis meninggalkan kranium melalui foramen
stilomastoideus. Dari titik ini, serat motorik menyebar di atas wajah. Dalam melakukan
penyebaran itu, beberapa melubangi glandula parotis.6
penyakit, mungkin terdapat penurunan atau hilangnya ekspresi wajah (hipomimia atau
amimi).
2.5. Manifestasi Klinis
Otot-otot bagian atas wajah mendapat persarafan dari 2 sisi. Karena itu, terdapat
perbedaan antara gejala kelumpuhan saraf VII jenis sentral dan perifer. Pada gangguan
sentral, sekitar mata dan dahi yang mendapat persarafan dari 2 sisi, tidak lumpuh ; yang
lumpuh ialah bagian bawah dari wajah. Pada gangguan N VII jenis perifer (gangguan berada
di inti atau di serabut saraf) maka semua otot sesisi wajah lumpuh dan mungkin juga
termasuk cabang saraf yang mengurus pengecapan dan sekresi ludah yang berjalan bersama
N. Fasialis.6
Bagian inti motorik yang mengurus wajah bagian bawah mendapat persarafan dari
korteks motorik kontralateral, sedangkan yang mengurus wajah bagian atas mendapat
persarafan dari kedua sisi korteks motorik (bilateral) (gambar 3). Karenanya kerusakan sesisi
pada upper motor neuron dari saraf VII (lesi pada traktus piramidalis atau korteks motorik)
akan mengakibatkan kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian bawah, sedangkan bagian
atasnya tidak. Penderitanya masih dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi dan menutup
mata (persarafan bilateral) ; tetapi pasien kurang dapat mengangkat sudut mulut
(menyeringai, memperlihatkan gigi geligi) pada sisi yang lumpuh bila disuruh. Kontraksi
involunter masih dapat terjadi, bila penderita tertawa secara spontan, maka sudut mulut dapat
terangkat.6
Pada lesi motor neuron, semua gerakan otot wajah, baik yang volunter maupun yang
involunter, lumpuh. Lesi supranuklir (upper motor neuron) saraf VII sering merupakan
bagian dari hemiplegia. Hal ini dapat dijumpai pada strok dan lesi-butuh-ruang (space
occupying lesion) yang mengenai korteks motorik, kapsula interna, talamus, mesensefalon
dan pons di atas inti saraf VII. Dalam hal demikian pengecapan dan salivasi tidak terganggu.
Kelumpuhan saraf VII supranuklir pada kedua sisi dapat dijumpai pada paralisis
pseudobulber. 6
Gambar 3 Persarafan Otot Wajah , Perasat Otot wajah disebabkan oleh lesi UMN dan LMN
nervus VII.
Gejala dan tanda klinik yang berhubungan dengan lokasi lesi . (Lihat gambar 4) 4
1. Lesi di luar foramen stilomastoideus
Mulut tertarik kearah sisi mulut yang sehat, makan terkumpul di antara pipi dan gusi.
Lipatan kulit dahi menghilang. Apabila mata yang terkena tidak ditutup atau tidak
dilindungi maka air mata akan keluar terus menerus.
2. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani)
Gejala dan tanda klinik seperti pada (1), ditambah dengan hilangnya ketajaman
pengecapan lidah (2/3 bagian depan) dan salivasi di sisi yang terkena berkurang.
Hilangnya daya pengecapan pada lidah menunjukkan terlibatnya saraf intermedius,
sekaligus menunjukkan lesi di antara pons dan titik dimana korda timpani bergabung
dengan saraf fasialis di kanalis fasialis.
3. Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius)
Gejala dan tanda klinik seperti (1) dan (2) di tambah dengan hiperakusis.
4. Lesi ditempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum)
Gejala dan tanda kilinik seperti pada (1),(2),(3) disertai dengan nyeri di belakang dan
didalam liang telinga, dan kegagalan lakrimal. Kasus seperti ini dapat terjadi
pascaherpes di membrana timpani dan konka. Sindrom Ramsay-Hunt adalah
kelumpuhan fasialis perifer yang berhubungan dengan herpes zoster di ganglion
genikulatum. Tanda-tandanya adalah herpes zoster otikus , dengan nyeri dan
pembentukan vesikel dalam kanalis auditorius dan dibelakang aurikel (saraf aurikularis
posterior), terjadi tinitus, kegagalan pendengaran, gangguan pengecapan, pengeluaran
air mata dan salivasi.
5. Lesi di meatus akustikus internus
Gejala dan tanda klinik seperti diatas ditambah dengan tuli akibat terlibatnya nervus
akustikus.
6. Lesi ditempat keluarnya saraf fasialis dari pons.
Gejala dan tanda klinik sama dengan diatas, disertai gejala dan tanda terlibatnya saraf
trigeminus, saraf akustikus dan kadang kadang juga saraf abdusen, saraf aksesorius
dan saraf hipoglossus.
Gambar 4. komponen serat saraf fasialis dan intermediet dan tanda-tanda kerusakan
segmen
individualnya
bagian dari hemiplegia. Hal ini dapat dijumpai pada strok dan lesi-butuh-ruang (space
occupying lesion) yang mengenai korteks motorik, kapsula interna, talamus, mesensefalon
dan pons di atas inti saraf VII. Dalam hal demikian pengecapan dan salivasi tidak terganggu.
Kelumpuhan saraf VII supranuklir pada kedua sisi dapat dijumpai pada paralisis
pseudobulber. 5
Gambar 3 Persarafan Otot Wajah , Perasat Otot wajah disebabkan oleh lesi UMN dan LMN nervus VII.
Gambar 4. komponen serat saraf fasialis dan intermediet dan tanda-tanda kerusakan segmen
individualnya
terletak didalam ganglion genikulatum, dan berjalan malalui saraf intermedius ke traktus
solitaries. Setelah keluar dari foramen stylomastoideus, saraf fasialis membentuk cabang
kecil ke auricular posterior (mempersarafi m.occipitalis dan m. stylohoideus dan sensasi
kutaneus pada kulit dari meatus auditori eksterna) dan ke anterolateral menuju ke
kelenjar parotis. Di kelenjar parotis, saraf fasialis kemudian bercabang menjadi 5
kelompok (pes anserinus) yaitu temporal, zygomaticus, buccal, marginal mandibular dan
cervical. Kelima kelompok saraf ini terdapat pada bagian superior dari kelenjar parotis,
dan mempersaraf otot ekspresi wajah, diantaranya m. orbicularis oculi, orbicularis oris,
m. buccinator dan m. Platysma.5
Nukleus wajah dapat dibagi menjadi dua bagian: (1) bagian atas, yang menerima
proyeksi kortikobulbar bilateral dan seterusnya ke bagian atas wajah, termasuk dahi, dan
(2) bagian bawah, yang didominasi oleh proyeksi menyeberang yang masuk ke
persarafan otot-otot wajah yang lebih rendah (stylohyoid; posterior digastrikus,
businator, dan platysma).5
Nukleus motorik nervus fasialis berperan pada beberapa lengkung refleks.Refleks
kornea, gangguan pada komponen eferen (nervus fasialis) menghilangkan refleks kornea,
yaitu sentuhan pada kornea menginduksi terpejamnya kedua mata. Refleks kedip,
stimulus visual yang kuat mencetuskan kolikulus superior untuk mengirimkan impuls
visual ke nukleus fasialis di pons melalui traktus tektobulbaris, yang mengakibatkan
mata segera tertutup. Refleks stapedius, impuls auditorik dihantarkan dari nukleus
mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun disitu. Gejala-gejala
pengiring seperti ageusi dan hiperakusis tidak ada karena bagian nervus fasialis yang
terjepit di foramen stilomastoideum sudah tidak mengandung lagi serabut korda
timpani dan serabut yang menyarafi muskulus stapedius.10
Setelah nervus fasialis keluar dari foramen stilomastoideum, ia dapat terlibat
dalam proses infeksi atau tumor di sekitar sudut mandibula. Masing-masing cabang
yang menuju ke bagian atas dan bawah otot wajah dapat terlibat juga dalam proses
imunologik sehingga paralisis fasialis dapat melengkapi paralisis asendens GuillainBarre Strohl.10
Gangguan gerakan pada otot wajah yang sering dijumpai ialah gerakan
involunter yang dinamakan tik fasialis atau spasmus klonikfasialis.Sebab dan
mekanisme sebenarnya belum diketahui.Yang sering dianggap sebagai sebabnya ialah
suatu rangsang iritatif di ganglion genikulatum.Namun demikian gerakan otot wajah
involuntary bisa bangkit juga sebagai suatu pencerminan kegelisahan atau
depresi.Pada gerakan involunter tersebut, sudut mulut terangkat dan kelopak mata
memejam secara berlebihan.10
Gerakan otot wajah sebagai gerakan kebiasaan sering dijumpai pada anak-anak
atau orang dewasa yang psikolabil.Nervositas dan kurang kepercayaan pada diri
sendiri sering terlihat pada wajah seseorang.Adakalanya gerakan involunter kebiasaan
itu sangat keras dan bilateral, sehingga raut muka saling berubah.Meringis, mencucur,
memejam mata dan menggeleng-gelengkan kepala merupakan gerakan involunter
kebiasaan pada kebanyakn psikopat.Adakalanya kata-kata yang kotor atau ludah
dikeluarkan pada waktu memperlihatkan raut muka terlukis di atas itu. Sindrom tik
fasialis yang disertai koprolali (mengeluarkan kata-kata kotor) itu dikenal sebagai tic
Gilles de la Tourette. Gambaran tik fasialis yang parah dapat dijumpai sebagai gejala
bagian dari sindrom koreoatetosis dan distonia.10
Manifestasi klinis dari parese nervus fasialis tergantung pada lokasi lesi:
a. Lesi pada foramen sternomastoideus distal umunya menyebabkan
kelumpuhan motorik pada semua otot wajah ipsilateral. Mata tidak dapat
ditutup (lagophtalmus) dan dahi tidak dapat berkerut. Tidak tampak defisit
lainnya
b. Lesi pada nervus fasialis bagian petrosa tulang temporal menyebabkan
gangguan lakrimasi dan salivasi, gangguan pengecapan rasa, dan/atau
Riwayat
dengan
istirahat
Pemeriksaan
otot-otot
Kelopak
mata
selalu
wajah
(meskipun
ini
masih
mata; cabang frontal yang terkena mungkin pada lesi parsial CN VII);
selalu
jauh
lebih
Pemeriksaan
tambahan
pada