Anda di halaman 1dari 16

Saraf facialis adalah saraf ketujuh. Inti saraf ketujuh ini terletak pada daerah pons.

Inti ini
akan mendapat informasi dari girus parasentralis dari korteks motorik yang mengurus
persarafan dahi ipsilateral dan kontralateral. Traktus kortikalis serebrum juga mensarafi
belahan kontralateral bagian wajah lainnya. Nukleus motorik hanya mengurus saraf fasialis
ipsilateral.3
Saraf fasialis mempunyai 2 subdivisi , yaitu:6,7
1. Saraf fasialis propius: yaitu saraf fasialis yang murni untuk mempersarafi otot-otot
ekspresi wajah, otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian posterior dan stapedius di
telinga tengah.
2. Saraf intermediet (pars intermedius wisberg), yaitu subdivisi saraf yang lebih tipis yang
membawa saraf aferen otonom, eferen otonom, aferen somatis.
-

Aferen otonom: mengantar impuls dari alat pengecap di dua pertiga depan lidah.
Sensasi pengecapan dari 2/3 bagian depan lidah dihantar melalui saraf lingual ke
korda timpani dan kemudian ke ganglion genikulatum dan kemudian ke nukleus
traktus solitarius.

Eferen otonom (parasimpatik eferen):

datang dari nukleus salivatorius superior.

Terletak di kaudal nukleus. Satu kelompok akson dari nukleus ini, berpisah dari saraf
fasilalis pada tingkat ganglion genikulatum dan diperjalanannya akan bercabang dua
yaitu ke glandula lakrimalis dan glandula mukosa nasal. Kelompok akson lain
akan berjalan terus ke kaudal dan menyertai korda timpani serta saraf lingualis ke
ganglion submandibularis. Dari sana, impuls berjalan ke glandula sublingualis dan
submandibularis, dimana impuls merangsang salivasi.
-

Aferen somatik: rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba) dari sebagian
daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh saraf trigeminus. Daerah overlapping
(disarafi oleh lebih dari satu saraf atau tumpang tindih) ini terdapat di lidah, palatum,
meatus akustikus eksterna, dan bagian luar membran timpani.
Inti motorik saraf VII terletak di pons. Serabutnya mengitari saraf VI, dan keluar di

bagian lateral pons. Saraf intermedius keluar di permukaan lateral pons di antara saraf VII
dan saraf VIII. Ketiga saraf ini bersama-sama memasuki meatus akustikus internus. (lihat
gambar 2) Di dalam meatus ini, saraf fasialis dan intermediet berpisah dari saraf VIII dan
terus ke lateral dalam kanalis fasialis, kemudian ke atas ke tingkat ganglion genikulatum.

Pada ujung akhir kanalis , saraf fasialis meninggalkan kranium melalui foramen
stilomastoideus. Dari titik ini, serat motorik menyebar di atas wajah. Dalam melakukan
penyebaran itu, beberapa melubangi glandula parotis.6

Gambar 1. Bagan Saraf Fasialis


Sewaktu meninggalkan pons, saraf fasialis beserta saraf intermedius dan saraf VIII
masuk ke dalam tulang temporal melalui porus akustikus internus. Dalam perjalanan di dalam
tulang temporal, saraf VII dibagi dalam 3 segmen, yaitu segmen labirin, segman timpani dan
segmen mastoid.2
Segmen labirin terletak antara akhir kanal akustik internus dan ganglion genikulatum .
panjang segmen ini 2-4 milimeter.2 Segmen timpani (segmen vertikal), terletak di antara
bagian distal ganglion genikulatum dan berjalan ke arah posterior telinga tengah , kemudian
naik ke arah tingkap lonjong (venestra ovalis) dan stapes, lalu turun kemudian terletak sejajar
dengan kanal semisirkularis horizontal. Panjang segmen ini kira-kira 12 milimeter.2 Segmen
mastoid ( segmen vertikal) mulai dari dinding medial dan superior kavum timpani .
perubahan posisi dari segman timpani menjadi segmen mastoid, disebut segman piramidal
atau genu eksterna. Bagian ini merupakan bagian paling posterior dari saraf VII, sehingga
mudah terkena trauma pada saat operasi. Selanjutnya segmen ini berjalan ke arah kaudal
menuju segmen stilomaoid . panjang segmen ini 15-20 milimeter.2
Nukleus fasialis juga menerima impuls dari talamus yang mengarahkan yang
mengarahkan gerakan ekspresi emosional pada otot-otot wajah. Juga ada hubungan dengan
gangglion basalis. Jika bagian ini atau bagian lain dari sistem piramidal menderita penyakit

penyakit, mungkin terdapat penurunan atau hilangnya ekspresi wajah (hipomimia atau
amimi).
2.5. Manifestasi Klinis
Otot-otot bagian atas wajah mendapat persarafan dari 2 sisi. Karena itu, terdapat
perbedaan antara gejala kelumpuhan saraf VII jenis sentral dan perifer. Pada gangguan
sentral, sekitar mata dan dahi yang mendapat persarafan dari 2 sisi, tidak lumpuh ; yang
lumpuh ialah bagian bawah dari wajah. Pada gangguan N VII jenis perifer (gangguan berada
di inti atau di serabut saraf) maka semua otot sesisi wajah lumpuh dan mungkin juga
termasuk cabang saraf yang mengurus pengecapan dan sekresi ludah yang berjalan bersama
N. Fasialis.6
Bagian inti motorik yang mengurus wajah bagian bawah mendapat persarafan dari
korteks motorik kontralateral, sedangkan yang mengurus wajah bagian atas mendapat
persarafan dari kedua sisi korteks motorik (bilateral) (gambar 3). Karenanya kerusakan sesisi
pada upper motor neuron dari saraf VII (lesi pada traktus piramidalis atau korteks motorik)
akan mengakibatkan kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian bawah, sedangkan bagian
atasnya tidak. Penderitanya masih dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi dan menutup
mata (persarafan bilateral) ; tetapi pasien kurang dapat mengangkat sudut mulut
(menyeringai, memperlihatkan gigi geligi) pada sisi yang lumpuh bila disuruh. Kontraksi
involunter masih dapat terjadi, bila penderita tertawa secara spontan, maka sudut mulut dapat
terangkat.6
Pada lesi motor neuron, semua gerakan otot wajah, baik yang volunter maupun yang
involunter, lumpuh. Lesi supranuklir (upper motor neuron) saraf VII sering merupakan
bagian dari hemiplegia. Hal ini dapat dijumpai pada strok dan lesi-butuh-ruang (space
occupying lesion) yang mengenai korteks motorik, kapsula interna, talamus, mesensefalon
dan pons di atas inti saraf VII. Dalam hal demikian pengecapan dan salivasi tidak terganggu.
Kelumpuhan saraf VII supranuklir pada kedua sisi dapat dijumpai pada paralisis
pseudobulber. 6

Gambar 3 Persarafan Otot Wajah , Perasat Otot wajah disebabkan oleh lesi UMN dan LMN
nervus VII.

Gejala dan tanda klinik yang berhubungan dengan lokasi lesi . (Lihat gambar 4) 4
1. Lesi di luar foramen stilomastoideus
Mulut tertarik kearah sisi mulut yang sehat, makan terkumpul di antara pipi dan gusi.
Lipatan kulit dahi menghilang. Apabila mata yang terkena tidak ditutup atau tidak
dilindungi maka air mata akan keluar terus menerus.
2. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani)

Gejala dan tanda klinik seperti pada (1), ditambah dengan hilangnya ketajaman
pengecapan lidah (2/3 bagian depan) dan salivasi di sisi yang terkena berkurang.
Hilangnya daya pengecapan pada lidah menunjukkan terlibatnya saraf intermedius,
sekaligus menunjukkan lesi di antara pons dan titik dimana korda timpani bergabung
dengan saraf fasialis di kanalis fasialis.
3. Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius)
Gejala dan tanda klinik seperti (1) dan (2) di tambah dengan hiperakusis.
4. Lesi ditempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum)
Gejala dan tanda kilinik seperti pada (1),(2),(3) disertai dengan nyeri di belakang dan
didalam liang telinga, dan kegagalan lakrimal. Kasus seperti ini dapat terjadi
pascaherpes di membrana timpani dan konka. Sindrom Ramsay-Hunt adalah
kelumpuhan fasialis perifer yang berhubungan dengan herpes zoster di ganglion
genikulatum. Tanda-tandanya adalah herpes zoster otikus , dengan nyeri dan
pembentukan vesikel dalam kanalis auditorius dan dibelakang aurikel (saraf aurikularis
posterior), terjadi tinitus, kegagalan pendengaran, gangguan pengecapan, pengeluaran
air mata dan salivasi.
5. Lesi di meatus akustikus internus
Gejala dan tanda klinik seperti diatas ditambah dengan tuli akibat terlibatnya nervus
akustikus.
6. Lesi ditempat keluarnya saraf fasialis dari pons.
Gejala dan tanda klinik sama dengan diatas, disertai gejala dan tanda terlibatnya saraf
trigeminus, saraf akustikus dan kadang kadang juga saraf abdusen, saraf aksesorius
dan saraf hipoglossus.

Gambar 4. komponen serat saraf fasialis dan intermediet dan tanda-tanda kerusakan
segmen

individualnya

PARESE NERVUS VII

Gambar 1 Bagan Saraf Fasialis

Gambar 2 Saraf Fasialis


2.5. Manifestasi Klinis
Otot-otot bagian atas wajah mendapat persarafan dari 2 sisi. Karena itu, terdapat perbedaan
antara gejala kelumpuhan saraf VII jenis sentral dan perifer. Pada gangguan sentral, sekitar
mata dan dahi yang mendapat persarafan dari 2 sisi, tidak lumpuh ; yang lumpuh ialah bagian
bawah dari wajah. Pada gangguan N VII jenis perifer (gangguan berada di inti atau di serabut
saraf) maka semua otot sesisi wajah lumpuh dan mungkin juga termasuk cabang saraf yang
mengurus pengecapan dan sekresi ludah yang berjalan bersama N. Fasialis.5
Bagian inti motorik yang mengurus wajah bagian bawah mendapat persarafan dari
korteks motorik kontralateral, sedangkan yang mengurus wajah bagian atas mendapat
persarafan dari kedua sisi korteks motorik (bilateral) (gambar 3). Karenanya kerusakan sesisi
pada upper motor neuron dari saraf VII (lesi pada traktus piramidalis atau korteks motorik)
akan mengakibatkan kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian bawah, sedangkan bagian
atasnya tidak. Penderitanya masih dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi dan menutup
mata (persarafan bilateral) ; tetapi pasien kurang dapat mengangkat sudut mulut
(menyeringai, memperlihatkan gigi geligi) pada sisi yang lumpuh bila disuruh. Kontraksi
involunter masih dapat terjadi, bila penderita tertawa secara spontan, maka sudut mulut dapat
terangkat.5
Pada lesi motor neuron, semua gerakan otot wajah, baik yang volunter maupun yang
involunter, lumpuh. Lesi supranuklir (upper motor neuron) saraf VII sering merupakan

bagian dari hemiplegia. Hal ini dapat dijumpai pada strok dan lesi-butuh-ruang (space
occupying lesion) yang mengenai korteks motorik, kapsula interna, talamus, mesensefalon
dan pons di atas inti saraf VII. Dalam hal demikian pengecapan dan salivasi tidak terganggu.
Kelumpuhan saraf VII supranuklir pada kedua sisi dapat dijumpai pada paralisis
pseudobulber. 5

Gambar 3 Persarafan Otot Wajah , Perasat Otot wajah disebabkan oleh lesi UMN dan LMN nervus VII.

Gambar 4. komponen serat saraf fasialis dan intermediet dan tanda-tanda kerusakan segmen
individualnya

PARESE NERVUS FASIALIS 2015


I. ANATOMI & FISIOLOGI
Nervus fasialis memiliki dua komponen. Komponen yang lebih besar murni
motorik dan mempersarafi otot-otot ekspresi wajah. Komponen ini sesuai dengan nervus
fasialis. Komponen ini disertai oleh saraf yang lebih tipis, nervus intermedius yang
mengandung serabut aferen viseral dan somatic, serta serabut eferen viseral. Nervus
fasialis muncul dari batang otak bersama nervus intermedius dari Wrisberg dan
seterusnya langsung ke internal auditory canal (IAC). Nervus fasialis bersama saraf
cochleovestibular memasuki IAC. Nervus fasialis bersama dengan saraf Wrisberg
intermedius dan saraf pendengaran, melewati meatus akustikus internus. Saraf semakin
jauh ke dalam IAC, memasuki kanal tuba yang sempit, dan kemudian terbungkus dalam
periosteum dan epineurium. Secara signifikan, bagian tersempit merupakan di bagian
labirin, yang berisi ganglion genikulat.3,4
Saraf fasialis merupakan saraf campuran yang terdiri dari 2 akar saraf, yaitu akar
motorik (lebih besar dan lebih medial) dan intermedius (lebih kecil dan lebih lateral).
Akar motorik berasal dari nukleus fasialis dan berfungsi membawa serabut- serabut
motorik ke otot ekspresi wajah. Saraf intermedius yang berasal dari nukleus salivatorius
anterior, membawa serabut-serabut parasimpatis ke kelenjar lakrimal, submandibular,
dan sublingual. Saraf intermedius juga membawa serabut aferen untuk pengecapan pada
dua pertiga depan lidah dan aferen somatik dari kanalis auditori eksterna dan pinna.5
Kedua akar saraf ini muncul dari pontomedullary junction dan berjalan secara
lateral melalui cerebellopontine angle bersama dengan saraf vestibulocochlearis menuju
meatus akustikus internus, yang memiliki panjang 1 centimeter (cm), dibungkus dalam
periosteum dan perineurium.5

Gambar 1. Perjalanan saraf fasialis.5

Selanjutnya saraf memasuki kanalis fasialis. Kanalis fasialis (fallopi) memiliki


panjang sekitar 33 milimeter (mm), dan terdiri dari 3 segmen yang berurutan: labirin,
timpani dan mastoid. Segmen labirin terletak antara vestibula dan cochlea dan
mengandung ganglion genikulatum. Karena kanal paling sempit berada di segmen labirin
ini (rata- rata diameter 0,68 mm), maka setiap terjadi pembengkakan saraf, paling sering
menyebabkan kompresi di daerah ini.5
Pada ganglion genikulatum, muncul cabang yang terbesar dengan jumlahnya yang
sedikit yaitu saraf petrosal. Saraf petrosal meninggalkan ganglion genikulatum,
memasuki fossa kranial media secara ekstradural, dan masuk kedalam foramen lacerum
dan berjalan menuju ganglion pterigopalatina.Saraf ini mendukung kelenjar lakrimal dan
palatine. Serabut saraf lainnya berjalan turun secara posterior di sepanjang dinding
medial dari kavum timpani (telinga tengah), dan memberikan percabangannya ke
musculus stapedius (melekat pada stapes). Lebih ke arah distal, terdapat percabangan
lainnya yaitu saraf korda timpani, yang terletak 6 mm diatas foramen stylomastoideus.5
Saraf korda timpani merupakan cabang yang paling besar dari saraf fasialis,
berjalan melewati membran timpani, terpisah dari kavum timpani hanya oleh suatu
membran mukosa. Saraf tersebut kemudian berjalan ke anterior untuk bergabung dengan
saraf lingualis dan didistribusikan ke dua pertiga anterior lidah. Korda timpani
mengandung serabut-serabut sekretomotorik ke kelenjar sublingual dan submandibularis,
dan serabut aferen viseral untuk pengecapan. Badan sel dari neuron gustatori unipolar

terletak didalam ganglion genikulatum, dan berjalan malalui saraf intermedius ke traktus
solitaries. Setelah keluar dari foramen stylomastoideus, saraf fasialis membentuk cabang
kecil ke auricular posterior (mempersarafi m.occipitalis dan m. stylohoideus dan sensasi
kutaneus pada kulit dari meatus auditori eksterna) dan ke anterolateral menuju ke
kelenjar parotis. Di kelenjar parotis, saraf fasialis kemudian bercabang menjadi 5
kelompok (pes anserinus) yaitu temporal, zygomaticus, buccal, marginal mandibular dan
cervical. Kelima kelompok saraf ini terdapat pada bagian superior dari kelenjar parotis,
dan mempersaraf otot ekspresi wajah, diantaranya m. orbicularis oculi, orbicularis oris,
m. buccinator dan m. Platysma.5

Gambar 2. Saraf Intermedius dan koneksinya 5

Gambar 3. Saraf fasialis ekstrakranial.5

Gambar 4. Distribusi dari nervus VII.6

Nukleus wajah dapat dibagi menjadi dua bagian: (1) bagian atas, yang menerima
proyeksi kortikobulbar bilateral dan seterusnya ke bagian atas wajah, termasuk dahi, dan
(2) bagian bawah, yang didominasi oleh proyeksi menyeberang yang masuk ke
persarafan otot-otot wajah yang lebih rendah (stylohyoid; posterior digastrikus,
businator, dan platysma).5
Nukleus motorik nervus fasialis berperan pada beberapa lengkung refleks.Refleks
kornea, gangguan pada komponen eferen (nervus fasialis) menghilangkan refleks kornea,
yaitu sentuhan pada kornea menginduksi terpejamnya kedua mata. Refleks kedip,
stimulus visual yang kuat mencetuskan kolikulus superior untuk mengirimkan impuls
visual ke nukleus fasialis di pons melalui traktus tektobulbaris, yang mengakibatkan
mata segera tertutup. Refleks stapedius, impuls auditorik dihantarkan dari nukleus

dorsalis korpus trapezoideum ke nukleus fasialis dan menimbulkan kontraksi atau


relaksasi m.stapedius, tergantung pada kekuatan stimulus auditorik.4
1. Gejala Klinis
Pada kerusakan karena sebab apapun di jaras kortikobulbar atau bagian bawah
korteks motorik primer, otot wajah muka sisi kontralateral akan memperlihatkan
kelumpuhan jenis UMN. Ini berarti bahwa otot wajah bagian bawah akan tampak
lebih jelas lumpuh daripada bagian atasnya. Sudut mulut sisi yang lumpuh tampak
lebih rendah. Lipatan nasolabial sisi yang lumpuh mendatar. Jika kedua sudut mulut
disuruh diangkat maka sudut sehat saja yang dapat terangkat. Otot wajah pada bagian
dahi tidak menunjukkan kelemahan yang berarti. Tanda dari Bells (lagoftalmus dan
elevasi bola mata) tidak dapat dijumpai. Ciri kelumpuhan fasialis UMN ini dapat
dimengerti, karena subdivisi inti fasialis yang mengurus otot wajah di atas alis
mendapat ineervasi kortikal secara bilateral. Sedangan subdivisi inti fasialis yang
mengurus oto wajah lainnya hanya mendapat inervasi secara kontralateral saja.10
Lesi LMN bisa terletak di pons, sudut serebelo-pontin, os petrosum atau
kavum timpani, di foramen stilomastoideum, dan pada cabang-cabang tepi nervus
fasialis. Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus abdusens bisa merusak
akar nervus fasialis, inti nervus abdusens dan fasikulus longitudinalis medialis. Oleh
karena itu, paralisis fasialis LMN tersebut akan disertai kelumpuhan muskulus rektus
lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi. Proses patologik di sekitar meatus akustikus
internus akan melibatkan nervus fasialis dan akustikus. Maka dalam hal tersebut,
paralisis fasialis LMN akan timbul bergandengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan
ageusia (tidak bisa mngecap 2/3 bagian depan lidah).10
Pada mastoiditis, otitis media, kolesteatoma dan fraktur tulang temporalis,
nervus fasialis bisa mengalami gangguan atau kerusakan. Akibat hal tersebut adalah
kelumpuhan LMN pada otot wajah yang disertai tuli konduktif atau hiperakusis dan
ageusia. Pada radang herpes zoster di ganglion genikulatum, nercus fasialis bisa ikut
terlibat sehingga menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN.10
Terjepitnya nervus fasialis di dalam foramen stilomastoideum dapat
menimbulkam kelumpuhan fasialis LMN. Kelumpuhan tersebut dinamakan Bells
palsy. Bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat
dikerutkan, fisura palpebral tidak dapat ditutup dan pada usaha untuk memejam mata
terlihat bola mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak
bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagoftalmos, maka air

mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun disitu. Gejala-gejala
pengiring seperti ageusi dan hiperakusis tidak ada karena bagian nervus fasialis yang
terjepit di foramen stilomastoideum sudah tidak mengandung lagi serabut korda
timpani dan serabut yang menyarafi muskulus stapedius.10
Setelah nervus fasialis keluar dari foramen stilomastoideum, ia dapat terlibat
dalam proses infeksi atau tumor di sekitar sudut mandibula. Masing-masing cabang
yang menuju ke bagian atas dan bawah otot wajah dapat terlibat juga dalam proses
imunologik sehingga paralisis fasialis dapat melengkapi paralisis asendens GuillainBarre Strohl.10
Gangguan gerakan pada otot wajah yang sering dijumpai ialah gerakan
involunter yang dinamakan tik fasialis atau spasmus klonikfasialis.Sebab dan
mekanisme sebenarnya belum diketahui.Yang sering dianggap sebagai sebabnya ialah
suatu rangsang iritatif di ganglion genikulatum.Namun demikian gerakan otot wajah
involuntary bisa bangkit juga sebagai suatu pencerminan kegelisahan atau
depresi.Pada gerakan involunter tersebut, sudut mulut terangkat dan kelopak mata
memejam secara berlebihan.10
Gerakan otot wajah sebagai gerakan kebiasaan sering dijumpai pada anak-anak
atau orang dewasa yang psikolabil.Nervositas dan kurang kepercayaan pada diri
sendiri sering terlihat pada wajah seseorang.Adakalanya gerakan involunter kebiasaan
itu sangat keras dan bilateral, sehingga raut muka saling berubah.Meringis, mencucur,
memejam mata dan menggeleng-gelengkan kepala merupakan gerakan involunter
kebiasaan pada kebanyakn psikopat.Adakalanya kata-kata yang kotor atau ludah
dikeluarkan pada waktu memperlihatkan raut muka terlukis di atas itu. Sindrom tik
fasialis yang disertai koprolali (mengeluarkan kata-kata kotor) itu dikenal sebagai tic
Gilles de la Tourette. Gambaran tik fasialis yang parah dapat dijumpai sebagai gejala
bagian dari sindrom koreoatetosis dan distonia.10
Manifestasi klinis dari parese nervus fasialis tergantung pada lokasi lesi:
a. Lesi pada foramen sternomastoideus distal umunya menyebabkan
kelumpuhan motorik pada semua otot wajah ipsilateral. Mata tidak dapat
ditutup (lagophtalmus) dan dahi tidak dapat berkerut. Tidak tampak defisit
lainnya
b. Lesi pada nervus fasialis bagian petrosa tulang temporal menyebabkan
gangguan lakrimasi dan salivasi, gangguan pengecapan rasa, dan/atau

hiperakusis di samping kelemahan motorik wajah. Semua manifestasi ini


terjadi sebagai perluasan pada lokasi yang tepat dari lesi.
c. Lesi pada nukleus nervus fasialis atau pada percabangan dalam batang otak
jarang ditemukan, gejala yang terutama jelas terlihat adalah defisit motorik
termasuk lagophtalmus dan ketidakmampuan dahi berkerut. Lakrimasi,
salivasi, dan pengecapan normal karena fusi parasimpatis dan gustatory
berasal dari saraf lain di batang otak.
d. Lesi di atas nukelus nervus fasialis (parese fasialis sentral). Temuan
dominan yang khas dalam kasus ini adalah kelemahan perioral. Mata masih
bisa ditutup pada sisi yang terkena dan dahi dapat berkerut simetris.11
Parese fasialis sentral
Parese fasialis perifer
Biasanya terlihat pada orang tua, Dapat terjadi pada semua usia; sering

Riwayat

onset akut, tiba-tiba; biasanya disertai dengan nyeri retroauricular;


disertai
Wajah

dengan

hemiparesis Kelemahan terjadi selama satu atau

terutama pada ekstremitas


saat Biasanya normal

istirahat
Pemeriksaan

dua hari, bukan tiba-tiba


Sering normal; terjadi parese fasial
komplit perifer
Pada parese komplit, pasien dapat

otot-otot

Kelopak

mata

selalu

benar benar-benar menutup mata yang

wajah

tertutup ketika pasien menutup terkena

(meskipun

ini

masih

mata; cabang frontal yang terkena mungkin pada lesi parsial CN VII);
selalu

jauh

lebih

sedikit cabang frontal dipengaruhi pada

Pemeriksaan

tingkat yang sama sebagai sisa saraf


Mungkin ada gejala penyerta, Pengecapan yang hilang di sisi

tambahan

kelemahan ipsilateral lidah, atau ipsilateral dari dua pertiga anterior


hemiparesis
ipsilateral

pada

tungkai lidah; berkurang lakrimasi dan air


liur; electromyography menunjukkan
denervasi

Anda mungkin juga menyukai